Anda di halaman 1dari 13

Bells Palsy

Cantika Dinia Zulda

DEFINISI
Merupakan

kelemahan wajah sesisi yg


onsetnya mendadak,yg disebabkan
adanya gangguan pada N.VII tipe perifer
(pada Canalis Facialis).

EPIDEMIOLOGI
Bells

palsy menempati urutan ketiga


penyebab terbanyak dari paralisis fasial
akut.
Insiden Bells palsy rata-rata 15 30
kasus per 100.000 populasi.
Penderita diabetes mempunyai resiko
29% lebih tinggi, dibanding non-diabetes.
Bells palsy mengenai laki-laki dan wanita
dengan perbandingan yang sama.

ETIOLOGI
adalah

edema dan iskemia akibat


penekanan (kompresi) pada nervus
fasialis.
HSV Virus ini diperkirakan dapat
berpindah secara axonal dari saraf sensori
dan menempati sel ganglion, pada saat
adanya stress, akan terjadi reaktivasi
virus yang akan menyebabkan kerusakan
local pada myelin.

PATOFISIOLOGI

GEJALA KLINIS
Gejala kelumpuhan N. VII perifer ini tergantung dari lokasi
kerusakan
kelumpuhan otot-otot wajah pada sebelah lesi
gangguan pengecapan 2/3 depan lidah dan gangguan salivasi
Hiperakusis
gangguan sekresi kelenjar hidung dan lakrimasi

DIAGNOSIS
Diagnosis Bells palsy dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan nervus kranialis didapatkan adanya parese
dari nervus fasialis yang menyebabkan bibir mencong, tidak
dapat memejamkan mata dan adanya rasa nyeri pada telinga.
Hiperakusis dan augesia juga dapat ditemukan.

Pemeriksaan Laboratorium, pemeriksaan kadar gula darah atau


HbA1c dapat dipertimbangkan untuk mengetahui apakah pasien
tersebut menderita diabetes atau tidak. Pemeriksaan kadar
serum HSV juga bisa dilakukan namun ini biasanya tidak dapat
menentukan dari mana virus tersebut berasal.

Pemeriksaan Radiologi, Bila tidak ada perbaikan ataupun


mengalami perburukan, pencitraan mungkin akan membantu.
MRI mungkin dapat menunjukkan adanya tumor (misalnya
Schwannoma, hemangioma, meningioma). Bila pasien ada
riwayat trauma CT Scan harus dilakukan.

DIAGNOSIS
BANDING
Tumor
Infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum (Ramsay Hunt
Syndrome)
Penyakit Lyme
AIDS
Infeksi Tuberkulosa pada mastoid ataupun telinga tengah
Guillen Barre Syndrome

PENATALAKSANAAN
Obat tetes mata metilselulosa
Pemberian kortikosteroid (prednison 40 60 mg/hari per
oral atau 1 mg/kgBB/hari selama 3 hari, diturunkan
perlahan-lahan selama 7 hari kemudian), dimana
pemberiannya dimulai pada hari kelima setelah onset
penyakit,
gunanya
untuk
meningkatkan
peluang
kesembuhan pasien
Acyclovir (400 mg selama 10 hari) dapat digunakan
dikombinasikan dengan prednison/ dosis tunggal

Tatalaksana lain Bells palsy :


Fisioterapi :
pemanasan
massage
Gerakan mulut / wajah secara aktif di depan kaca
Terapi bedah : dekompresi, terutama pada kasus yang
disebabkan tumor / trauma.

Komplikasi
Regenerasi

motor inkomplit yaitu regenerasi


suboptimal yang menyebabkan paresis seluruh atau
beberapa muskulus fasialis.
Regenerasi sensorik inkomplit yang menyebabkan
disgeusia (gangguan pengecapan), ageusia (hilang
pengecapan), dan disestesia (gangguan sensasi atau
sensasi yang tidak sama dengan stimuli normal).
Reinervasi yang salah dari saraf fasialis.

prognosis
Pada umumnya prognosis Bells palsy baik: sekitar 80
90%.
Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bells palsy
adalah :
Usia di atas 60 tahun
Paralisis komplit
Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada
sisi yang lumpuh
Nyeri pada bagian belakang telinga, dan
Berkurangnya air mata

Anda mungkin juga menyukai