Anda di halaman 1dari 125

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENGHADAPI


OPERASI DI RSUP FATMAWATI
TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan

Oleh :

Nyi Dewi Kuraesin


Nim.105104003475

ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa sekripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR


YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN
YANG AKAN MENJALANI OPERASI DI RSUP FATMAWATI ini,
sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat
dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Jakarta, November 2009

Nyi Dewi Kuraesin

PERSEMBAHANKU..
Jalan menuju kebahagian itu
tidak ditaburi bunga mawar yang harum, melainkan penuh duri dan
pahit
Waktu itu bagaikan pedang, jika
tidak kau potong maka ia (waktu) akan memotongmu.
Penyesalan terbesar dalam hidup
ialah risiko yang kita tidak ambil. Jika anda merasakan sesuatu itu akan
membuatkan anda bahagia, maka teruskan. Ingatlah bahwa kita akan
melalui semua ini hanya sekali, mungkin tiada lagi peluang kedua.
Andai hidup puncak perpisahan,
biarlah mati menyambungnya semula.
Namun seandainya mati puncak perpisahan,
biarlah hidup ini membawa arti yang nyata.
Jangan berputus asa dalam
mencari Ilmu bila Ilmu yang dicari itu tidak mau masuk kedalam
sanubari, tapi bersabarlah,karena air yang lembut itu apabila menitis
keatas sebiji batu yang besar secara berterusan, batu itu pasti akan
mempunyai lekuk
Kesulitan Sekeras apapun akan terasa ringan dengan adanya
Senyuman Dari orang-orang yang sangat ku sayangi................
Karya kecil ini kepersembahkan untuk kedua orang tua ku,
Kakak-kakak ku, keluarga ku, sahabat ku serta some one specialku
Terima kasih atas kasih sayang
Dan Dukungan yang selalu diberikan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
NYI DEWI KURAESIN
FAKTOR-FAKTOR YANG BRHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PASIEN YANG AKAN MENJALANI OPERASI MAYOR ELEKTIF DI RUANG
RAWAT BEDAH RSUP FATMAWATI JAKARTA SELATAN
Skripsi, November 2009
(xi + 87 hal + 13 tabel + 3 gambar + 6 lampiran)
ABSTRAKS
Pra operasi merupakan kondisi yang dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah
dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke kamar operasi, proses perawatan di
rumah sakit seringkali mengabaikan aspek-aspek psikologis, sehingga menimbulkan
berbagai permasalahan psikologis bagi pasien yang salah satunya kecemasan.
Kecemasan yang dialami biasanya terkait dengan prosedur asing dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan.
Tujuan penelitian ini mencoba mengungkap hubungan karakteristik (jenis kelamin,
umur, tingkat pengetahuan, pengalaman ,dan dukungan) dan tingkat pengetahuan
responden dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor
elektif di RSUP Fatmawati 2009 dan Metode penelitian yang digunakan deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 46 responden dengan teknik
pengambilan sampel sistematic sempling. Uji statistic yang digunakan adalah uji Chi
Square Test.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari sampel yang diteliti menunjukan ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan
diperoleh nilai p=0,043 dinyatakan signifikan taraf 0,05. Tingkat pengetahuan tentang
pembedahan dengan tingkat kecemasan terdapat hubungan yang signifikan pada taraf
0,05, dengan nilai p=0,044. Pengalaman dengan tingkat kecemasan juga terdapat
hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,045 dinyatakan signifikan taraf 0,05
Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, usia dan
dukungan dengan nilai p > 0,05.

Kata kunci : Karakteristik responden, tingkat pengetahuan, tingkat kecemasan, dan


pasien pra operasi

SCIENCE STUDY PROGRAM KEPERAWATAN


FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
NYI DEWI KURAESIN
FACTORS ASSOCIATED WITH ANXIETY LEVELS OF PATIENTS
UNDERGOING MAJOR ELECTIVE SURGERY AT THE FATMAWATI
HOSPITAL
JAKARTA SELATAN
Thesis, November 2009
(xi + 87 pages + 13 tables + 3 pictures + 6 enclosures)
ABSTRACT
Pre operation is an act that began when the decision for surgical intervention is made
and ends when the patient was sent to the operating theatre, the process of hospital
care often ignore the psychological aspects, giving rise to various psychological
problems for patients such as anxiety. Experienced anxiety usually associated with
foreign procedures and also a threat to the salvation of souls from all kinds of surgical
procedures and anesthesia action.
The purpose of this study tried to uncover the relationship behaveen characteristics
(gender, age, level of knowledge, experience, and support) and level of knowledge of
respondents with anxiety levels of patients undergoing elective major surgery in
Fatmawati Hospitals 2009 and Fatmawati research method used descriptive crosssectional approach. The number of was 46 respondents with sistematic sampling
techmiques. Statistical test used was the Chi Square Test.
The reserch showed that no significant relationship between level of education with
the level of anxiety obtained p value = 0.043 revealed a significant level of 0.05. The
level of knowledge about the surgery with the level of anxiety is a significant
relationship exists at the level of 0.05, with p value = 0.044. Experience with anxiety
level there is also a significant relationship with p values = 0.045 revealed a
significant level of 0.05, while there is no significant relationship between gender,
age and support with p values> 0.05.
Keywords: Characteristics of respondents, the level of knowledge, level of anxiety,
and patients pre-surgery

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis daPpat
menyelesaikan skripsi dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien yang Akan Menjalani Operasi Di RSUP Fatmawati
Pada Tahun 2009, yang disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan sarjana pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini banyak sekali hambatan
yang dihadapi, namun berkat bimbingan, dukungan, saran serta doa dari berbagai
pihak maka setiap hambatan dan kesulitan terasa lebih mudah. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. bapak Prof Dr. (hc) dr. MK Tadjudi, Sp, And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan.
2. Ibu Tien Gartinah, S.Pd., MN selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan.
3. Ibu Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep, selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.
4. Ibu Sri Mulyani, S.Kep, MKM selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.
5. Ibu Desmawati, S.Kp., MARS. selaku Dewan Penguji I Skripsi yang telah
memberikan masukan, saran maupun petunjuk pada penulis.
6. Bapak Waras Budi U, S.kep, MKM. selaku Dewan Penguji II Skripsi yang telah
memberikan masukan, saran maupun petunjuk pada penulis.

7. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha dan pengelola perpustakaan di Fakultas
Kodokteran dan Ilmu Kesehatan, serta seluruh pihak yang terkait dengan
penyusunan skripsi ini.
8. Bapak/Ibu Direktur RSUD Fatmawati Jakarta Selatan, yang telah mengijinkan
penulis untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh Ka. Bagian Umum, Ka. Bidang Pelayanan Medik, Ka. Bidang Pelayanan
Keperawatan dan Unit Inap Jalan RSUD Fatmawati Jakarta Selatan.
10. Ayahanda H. Mukawa Ali, Ibunda Hj. Tuti Sutini, Kakak-kakakku pipie, Boop,
Ninie, Izul, Rahmat, adiku Imam dan seluruh keluarga serta seseorang yang saya
sayangi yang selalu memberi motivasi baik secara moril maupun materil dan
spiritual sehingga penulis cepat dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman angkatan 2005 program S-1 Keperawatan, Khususnya Zahra,
Balqis, Risma dan teman-teman yang bergabung dalam Back Community, terima
kasih atas dukungan dan bantuannya.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk menyempurnakannya.
Jakarta, Desember 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
Abstrak .............................................................................................................

Abstrack ...........................................................................................................

ii

Kata Penghantar .............................................................................................. iii


Daftar Isi .......................................................................................................... vi
Daftar Tabel ..................................................................................................... ix
Daftar Gambar .................................................................................................

Daftar Lampiran............................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

1. Tujuan Umum..............................................................................

2. Tujuan Khusus ............................................................................

D. Manfaat Penelitian ............................................................................

1. Bagi Ilmu Keperawatan ..............................................................

2. Bagi Pelayanan Kesehatan ..........................................................

3. Bagi Peneliti selanjutnya .............................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Deskripsi Teoritis ...................................................................................

A. Cemas ...............................................................................................

1. Pengetian Cemas .........................................................................

2. Teori Kecemasan ........................................................................

3. Tingkat dan Karakteristik kecemasan ..........................................

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemaan ............................. 13

5. Mekanisma Koping kecemasan ................................................... 17


6. Alat ukur kecemasan ................................................................... 20
B. Operasi ............................................................................................. 22
1. Pengertian Operasl ...................................................................... 22
2. Indikasi dan Klasiikasi Operasi ................................................... 23
C. Perioperasi......................................................................................... 27
1. Pengertian perioperatif ................................................................ 27
2. Persiapan Praoperasi ................................................................... 28
Penelitian Terkait ................................................................................... 33
Kerangka Teoritis ................................................................................... 36

BAB III. KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep ............................................................................. 37
B. Hipotesis .......................................................................................... 38
C. Definisi Operasional ......................................................................... 39

BAB IV. METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .............................................................................. 43
B. Populasi dan Sempel ......................................................................... 43
1. Populasi

............................................................................. 43

2. sampel

............................................................................. 43

C. Teknik Pengamblan Sempel .............................................................. 44


D. Tempat Penelitian.............................................................................. 45
E. Prosedur Penelitian ........................................................................... 46
F. Variabel Penelitian ........................................................................... 47
G. Tahapan Pengumpulan Data ............................................................. 47
1. Teknik pengumpulan data ........................................................... 47
2. Instrumen penelitian ................................................................... 48
H. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen ............................................ 50
1. Uji Validitas

............................................................................. 50

2. Uji Realibilitas ............................................................................ 52


I. Pengolahan Data ............................................................................... 53
J. Analisa Data ..................................................................................... 54
K. Etika Penelitia .................................................................................. 55

BAB V. HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 57
1. Sejarah Singkat ........................................................................... 57
2. Visi dan Misi .............................................................................. 58
3. Pelayanan Kesehatan .................................................................. 59
B. Analisa Data ..................................................................................... 61
1. Analisa Univariat ........................................................................ 61
2. Analisa Bivariat .......................................................................... 66

BAB VI . PEMBAHASAN
A. Tingkat Kecemasan ........................................................................... 76
B. Karakteristik Responden ................................................................... 77
C. Tingkat Pengetahuan ........................................................................ 83

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ...................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Rentang Respon Kecemasan...............................................................9

Tabel 3.1

Definisi Operasional ............................................................................36

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden ..............62

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ....................64

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan ......................65

Tabel 5.4

Analisa hubungan usia dengan tingkat kecemasan pasien yang akan


menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ....................66

Tabel 5.5

Analisa hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien yang


akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ............67

Tabel 5.6

Analisa hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien yang


akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati. ...........68

Tabel 5.6.1 Odd Rasio............................................................................................69


Tabel 5.7 Analisa hubungan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien yang
akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ............71
Tabel 5.7.1 Odd Rasio............................................................................................71
Tabel 5.8 Analisa hubungan dukungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan
menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ....................73
Tabel 5.9 Analisa hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien
yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati....74

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan................................................................

Gambar 2.2 Kerangka teori....................................................................................

36

Gambar 3.1 Kerangka konsep................................................................................

37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2

Instrumen Penelitian

Lampiran 3

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 4

Hasil uji Statistik

Lampiran 5

Surat Keterangan Studi Pendahuluan dan Penelitian

Lampiran 6

Surat Izin Penelitian dari RSUP Fatmawati

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dialami seseorang ketika sakit adalah
kecemasan, apalagi jika seseorang tersebut harus menjalani tindakan medis
yaitu operasi dan berperan sebagai pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa
saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika
seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan
dengan kecemasan yang mereka alami.
Cemas merupakan hal yang sering terjadi dalam hidup manusia. Cemas
juga dapat menjadi beban berat yang menyebabkan kehidupan individu
tersebut selalu di bawah bayang-bayang kecemasan yang berkepanjangan dan
menganggap rasa cemas sebagai ketegangan mental yang disertai dengan
gangguan tubuh yang menyebabkan rasa tidak waspada terhadap ancaman,
kecemasan berhubungan dengan stress fisiologis maupun psikologis. Artinya,
cemas terjadi ketika seseorang terancam baik secara fisik maupun psikologis
(Asmadi, 2008).
Menurut Volicer & Volicer yang dikutip oleh Rosintan pada tahun
2003, klien yang akan dilakukan pembedahan menunjukan stress yang tinggi
dibandingkan dengan kelompok klien yang dirawat tanpa rencana tindakan
pembedahan. Ketika klien tiba di ruangan preoperasi merupakan keadaan

yang menambah kecemasan klien. Kecemasan yang mereka alami biasanya


terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan
juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur
pelaksanaan operasi dan tindakan pembiusan.
Kecemasan

yang

dialami

pasien

dapat

berdampak

terhadap

berlangsungnya pelaksanaan operasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan


peneliti pada saat studi pendahuluan kepada perawat yang bertugas di ruang
operasi RSUP Fatmawati terdapat beberapa kasus pembatalan operasi
diantaranya meningkatnya tekanan darah pada pasien yang mengalami
hipertensi, memanjangnya waktu haid yang dialami pasien yang sedang haid,
membuat operasi tersebut harus ditunda, ketakutan yang dialami pasien dan
keluarga

seringkali

membuat

keluarga

menganbil

keputusan

untuk

membatalkan tindakan operasi tersebut. Data yang diperoreh kasus


pembatalan

pasien

selama

tahun

2008

terdapat

15

kasus

pembatalan/penundaan disebabkan meningkatnya tekanan darah, 9 kasus


pembatalan/penundaan disebabkan pasien haid, dan 12 kasus disebabkan
keluarga menolak atau pasien mengalami ketakutan.
Pada tahun 2007 401 RSU Depkes dan Pemda operasi yang
dilaksanakan sebanyak 642.632, yang dirinci menurut tingkat kelas A, B, C,
dan D, data tersebut dikasifikasikan berdasarkan jenis opeasi. Pada kelas A
jumlah operasi besar adalah 8.364 (16,2%), kelas B operasi besar 76.969
(19,8%), pada kelas C jumlah operasi besar adalah 65.987 (34,0%), pada kelas
D jumlah operasi besar adalah 3.307 (41,0%) (Depkes RI, 2007).

RSUP Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang


terletak di Jakarta Selatan. Rumah Sakit ini menerima berbagai jenis tindakan
operasi baik operasi besar, operasi kecil, operasi khusus, ataupun operasi
canggih. Berdasarkan data kegiatan Instalasi Bedah Sentral (IBS) selama
tahun 2008 jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan pada
pelayanan Elektif, Cito, maupun One Day Care (ODC) berjumlah 5309 orang
dengan perincian sebagai berikut : pelayanan elektif adalah 2573 orang,
pelayanan cito adalah 1420 orang, pelayanan One Day Care adalah 1269
orang. Kegiatan operasi elektif dengan jenis operasi besar sejumlah 750
orang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferlina Indra S pada tahun 2002
yang berjudul Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan pasien diperoleh 80% dari 20 sampel yaitu pasien yang akan
menjalani tindakan pembedahan di RS Muhammadiah Malang mengalami
kecemasan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang penulis
lakukan sewaktu menjalankan tugas praktek praklinik di RSUP Fatmawati,
dalam rangka memenuhi tugas akademik selama empat hari di ruang rawat
bedah lantai 4 selatan IRNA B pada 6 pasien yang dirawat dengan rencana
tindakan pembedahan atau operasi, diperoleh 90% dari mereka yang akan
menjalani operasi mengungkapkan kecemasannya terhadap tindakan operasi
yang akan dijalaninya. Bentuk kecemasan yang mereka tunjukkan seperti,
pasien mengatakan takut, nyeri, tidak bisa tidur, dan khawatir jika operasi
yang telah dilakukan tidak berhasil. Sebagian dari mereka mengalami

peningkatan rasa cemas ketika mereka memasuki ruangan penerimaan pasien


di ruang Instalasi Bedah.
Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien, menurut Prof.
Dr. Dr Dadang Hawari (2006) mekanisme terjadinya cemas yaitu psikoneuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Akan tetapi tidak semua
orang yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas
hal ini tergantung pada struktur perkembangan kepribadian diri seseorang
tersebut yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan
sosial dari keluarga, teman, dan mayarakat.
Berdasarkan kondisikondisi dari hasil penelitian dan pegamatan awal
penulis tertarik untuk meneliti tengtang faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP
Fatmawati pada tahun 2009.
B. Rumusan Masalah
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, peneliti ingin mencoba
merumuskan masalah yaitu:
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan
menghadapi operasi di RSUP Fatmawati pada tahun 2009.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati.

2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecemasan yaitu usia, pendidikan, jenis kelamin, pngalaman,
dukungan tingkat pengetahuan informasi operasi.
b. Menganalisa tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi
c. Menganalisa hubungan antara usia, pendidikan, jenis kelamin,
pengalaman, dukungan, dan tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi suatu masukan untuk perkembangan
ilmu keperawatan khususnya bagi mata ajar Keperawatan Dasar.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan mutu dan
kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien praoperasi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan
rujukan

untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan

bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Teoritis
A. Cemas
1. Pengertian
Kecemasan adalah gangguan alam sadar (effective) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kehawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality
Testing Ability/RTA), masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak
mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality ), perilaku dapat
terganggu tapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2006).
Kecemasan (Ansietas) adalah manifestasi dari berbagai proses emosi
yang bercampur baur

dan terjadi ketika mengalami tekanan perasaan

(frustasi) dan pertentangan batin (Darajat, 2007).


Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb, Kecemasan adalah situasi yang
mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau

yang belum pernah

dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup (Fitri,
2005).
Kecemasan ialah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2007)
2. Teori Kecemasan

Cemas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan


sesuatu di luar dirinya dan meknisme diri yang digunakan dalam
mengatasi permasalahan.
Menurut Stuart (2007) ada beberapa teori yang menjelaskan tentang
kecemasan, antara lain:
a. Teori Psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan implus primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi mengetahui tuntutan
dari dalam elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan
ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, cemas timbul dari perasaan takut
terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga
berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan
terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau pun masyarakat akan
menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas, namun bila
keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang
dan tidak cemas. Dengan demikian cemas berkaitan dengan hubungan
antara manusia.

c. Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku, cemas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap
cemas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan
dari dalam untuk menghindari kepedihan. Peka tentang pembelajaran
meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya
dihadapkan pada ketakutan yang berlebih sering menunjukan cemas
pada kehidupan selanjutnya
d. Teori keluarga
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga, Adanya tumpang tindih
antara gangguan cemas dan gangguan depresi.
e. Teori biologis
Kajian biologis menujukan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepine, reseptor ini mungkin memicu

cemas.

Penghambatan asam aminobuitrik-gamma neuroregulator (GABA)


juga memungkinkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan kecemasan,

sebagaimana halnya dengan

endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum


seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap
cemas.

Rentang Respon Ansietas

Respon adaptif

Antisipasi

Respon maladaptif

Ringan

Sedang

Berat

Panik

Gambar 2.1: Rentang respon kecemasan


Sumber: Stuart dan Sundeen dalam buku Asmadi (2008).
3. Tingkat dan Karakteristik kecemasan
Setiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi
yang berbeda satu sama lain. Manifestasi yang terjadi tergantung pada
kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri,
dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart, 2007).
Tingkat kecemasan, yaitu:
a. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas
b. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
yang penting dan mengenyampingkan pada hal yang lain, sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan


sesuatu yang lebih terarah.
c. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan
tidak berfikir tentang hal yang lain, semua perilaku ditunjukan untuk
mengurangi ketegangan
d. Panik berhubungan dengan terperangah ketakutan dan eror. Rincian
terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali.
Orang yang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan
panik terjadi aktifitas motorik, penurunan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional.
Tabel 1.2: Tingkat dan karakteristik kecemasan.
Tingkat Ansietas

Karakteristik


Berhubungan dengan tingkat ketegangan dalam peristiwa


sehari-hari

Cemas ringan

Kewaspadaan meningkat

Persepsi terhadap lingkungan meningkat

Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan


menghasilkan kreatifitas.

Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan


darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut, serta bibir bergetar.

Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang,


tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang
meninggi

Respon fisiologis: sering nafas pendek, nadi eksra sistol


dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala dan sering berkemih

Respon kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang


penting dan mengenyampingkan yang lain, lapang

Cemas sedang
persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak
mampu terima


Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak,


terlihat lebih tegang, banyak bicara lebih cepat, susah
tidur, perasaan tidak aman

Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan


mengabaikan hal yang lain

Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah


naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut,
serta tampak tegang

Cemas berat


Respon kognitif: tidak mampu berfikir berat lagi, dan


membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang
pandang menyempit

Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat


dan komunikasi terganggu

Respon fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan


palpitasi, sakit dada, pucat, hipertensi, serta rendahnya
koordinasi motorik

Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berfikir


logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi,

Panik

dan ketidakmampuan memahami situasi




Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan


marah,

ketakutan,

kendali/kontrol (aktivitas

berteriak-teriak,

kehilangan

tidak menentu), perasaan

terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang dapat


membahayakan diri sendiri atau orang lain
Sumber: Asmadi (2008)

Gejala klinis kecemasan Menurut. Dadang Hawari, Psikiater (2006):


Keluhan-keluhan yang

sering dikemukakan oleh orang

yang

mengalami gangguan kecemasan antara lain:


a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan fikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan konsenterasi dan daya ingat.
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain
sebagainya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, antara lain:
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat
berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor
eksternal). Pencetus ansietas menurut Asmadi (2008) dapat dikelompokan
ke dalam dua kategori yaitu ( Asmadi, 2008):
a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis
atau gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna pemenuhan
terhadap kebutuhan dasarmya.

b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat


mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran
diri, dan hubungan interpersonal.
Menurut Long yang dikutip oleh Liza pada tahun 2003, ada berbagai
alasan yang dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien dalam
menghadapi

pembedahan

antara

lain

yaitu

takut

nyeri

setelah

pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak
berfungsi normal gangguan body image, takut keganasan bila diagnosa
yang ditegakan belum pasti, takut atau cemas mengalami kondisi yang
sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, takut atau
ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, takut
mati saat dibius atau tidak sadar lagi, takut operasi akan gagal.
Menurut Dadang Hawari (2006) mekanisme terjadinya cemas yaitu
psiko-neuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Stresor psikologis
yang menyebabkan cemas adalah perkawinan, orangtua, antar pribadi,
pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik,
faktor keluarga, dan trauma. Akan tetapi tidak semua orang yang
mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini
tergantung pada struktur perkembangan kepribadian diri seseorang
tersebut yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin,
dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat.

a. Usia
Menurut Haryanto, 2002 umur menunjukan ukuran waktu
pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi
dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan,
pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian
sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam
proses

berpikir

pada

individu

yang

berumur

dewasa

lebih

memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik


dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian besar
kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur cenderung lebih
mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur
dewasa (Lukman, 2009)
b. Pengalaman
Robby ,2009 pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik
yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan
keterampilan menggunakan koping. Kebehasilan
membantu

individu

untuk

mengembangkan

seseorang dapat
kekuatan

coping,

sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang


menggunakan coping yang maladaptif terhadap stressor tertentu.
c. Dukungan

Menurut Kaplan dan Saddock, 1994 dukungan psikososial


keluarga adalah mekanisme hubungan interpersonal yang dapat

melindungi seseorang dari efek stress yang buruk. Pada umumnya jika
seseorang memiliki sistem pendukung yang kuat, kerentanan terhadap
penyakit mental akan rendah (Arum, 2009).

d. jenis kelamin
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers
(1983)

mengatakan

bahwa

perempuan

lebih

cemas

akan

ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif,


eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain
menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan
(Power dalam Myers, 1983) (Creasoft, 2008).
Sunaryo, 2004 menulis dalam bukunya bahwa pada umumnya
seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap
sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan
perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan
wawasan lebih luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih
banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar
perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai
ibu rumah tangga, sehingga tingkat pengetahuan atau transfer
informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit.
e. Pendidikan
Hasil Riset yang dilakukan Stuarth and Sundden (1999)
menunjukan responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu

menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur


secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan
rendah (Lukman,2009). Kondisi ini menunjukan respon cemas berat
cenderung dapat kita temukan pada responden yang berpendidikan
rendah karena rendahnya pemahanan mereka terhadap kejadian fraktur
sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam
merespon kejadian fraktur
5. Mekanisme Koping kecemasan
Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka
secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagai
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping akan efektif bila
didukung dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang
bersangkutan bahwa mekanisme yang digunakan dapat mengatasi
kecemasannya. Kecemasan harus segera ditangani untuk mencapai
homeostatis pada diri individu, baik secara fisiologis maupun psikologis
Menurut Asmadi (2008) mekanisme koping terhadap kecemasan
dibagi menjadi dua kategori :
a. Strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)
b. Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk megatasi atau
menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan
pengamatan secara realistis. Secara ringkas pemecahan masalah ini
menggunakan metode Source, Trial and Error, Others Play and
Patient (STOP).

c. Mekanisme pertahanan diri (defence mekanism)


Mekanisme pertahanan diri

ini merupakan

mekanisme

penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan


tidak adekuat. Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri antara lain:
1) Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya melindungi
atau bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara
tidak langsung mengatasi masalah
2) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran, individu
tidak

menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut

sedang terjadi
3) Sering sekali tidak berorientasi pada kenyataan.
Mekanisme pertahanan diri menurut Stuart (2007) yang sering
digunakan untuk mengatasi kecemasan, antara lain:
1) Rasionalisasi : suatu usaha untuk menghindari konflik jiwa
dengan memberi alasan yang rasional.
2) Displacement : pemindahan tingkah laku kepada tingkah laku
yang bentuknya atau obyeknya lain.
3) Identifikasi : cara yang digunakan individu untuk menghadapi
orang lain dan membuatnya menjadi bagian kepribadiannya, ia
ingin serupa orang lain dan bersifat seperti orang itu.
4) Over kompensasi / reaction fermation : tingkah laku yang gagal
mencapai tujuan, dan tidak mengakui tujuan pertama tersebut

dengan melupakan dan melebih-lebihkan tujuan kedua yang


biasanya berlawanan dengan tujuan yang pertama.
5) Introspeksi : memasukan dalam pribadi sifat-sifat dari pribadi
orang lain.
6) Represi : konflik pikiran, impul-impuls yang tidak dapat diterima
dengan paksaan, ditekan ke dalam alam tidak sadar dan sengaja
dilupakan.
7) Supresi : menekan konflik, impul-impuls yang tidak dapat
diterima dengan secara sadar. Individu tidak mau memikirkan
hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.
8) Denial : mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang
tidak meyenangkan dirinya.
9) Fantasi : apabila seseorang, menghadapi konflik-frustasi, ia
menarik diri dengan berkhayal atau fantasi dan melamun.
10) Negativisme : perilaku seseorang yang selalu bertentangan atau
menentang otoritas orang lain dengan tingkah laku tidak terpuji.
11) Regresi

kemunduran

karakterstik

perilaku

dari tahap

perkembangan yang lebih awal akibat stress


12) Sublimasi : penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara
sosial karena dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi
terhambat.

13) Undoing : tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan


yang sudah ada sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan
primitif.
6. Alat ukur tingkatkecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah
ringan, sedang, berat atau berat sekali dengan menggunakan alat ukur
yang digunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS - A)
Alat ukur ini dari 14 kelompok, yaitu:
a. Perasaan cemas, yang meliputi firasat buruk, takut akan pikiran
sendiri, mudah tersinggung dan cemas.
b. Ketegangan, yang meliputi merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat
tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
c. Gangguan tidur yang meliputi sukar masuk tidur, terbangun malam
hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi
buruk, mimpi menakutkan.
d. Ketakutan yang meliputi ketakutan pada gelap, pada orang asing,
ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas,
takut pada kerumunan orang banyak.
e. Gangguan kecerdasan, yang meliputi hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, bagun dini hari, perasaan berubah-ubah
sepanjang hari.

f. Perasaan

depresi

(murung),

yang

meliputi

hilangnya

minat,

berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan


berubah-ubah sepanjang hari.
g. Gejala somatik fisik (otot), yang meliputi sakit dan nyeri di otot-otot,
kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.
h. Gejala somatik/fisik (sensorik) yang meliputi tinitus (telinga
berdenging), penghilatan kabur, muka merah atau pucat, merasa
lemas, perasaan ditusuk-tusuk.
i.

Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) yang meliputi


takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri pada dada,
denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak
jantung menghilang (berhenti sekejap).

j.

Gejala respirasi (pernapasan) yang meliputi, rasa tertekan atau sempit


di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek dan sesak.

k. Gejala gatrointerstinal (pencernaan)


l.

Sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan


sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung,
mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar
(konstipasi), kehilangan berat badan.

m. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), yang meliputi sering


buang air kecil. Tidak dapat menahan air seni, menjadi dingin),
menstruasi tidak teratur.

n. Gejala autonom yang meliputi mulut kering, berkeringat banyak pada


tangan, bulu roma berdiri, perasaan panas dan dingin, berkeringat
seluruh tubuh.
o. Gejala perubahan perilaku, yang meliputi gelisah, ketegangan fisik,
gugup bicara cepat, lambat dalam beraktivitas.

B. Operasi
1. Pengertian Operasi
Operasi atau tindakan pembedahan adalah peristiwa kompleks yang
menegangkan. Menurut Long yang dikutip oleh Rosintan pada tahun
2003, tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual
pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress
fisiologis maupun psikologis. Contoh dari perubahan fisiologis yang
muncul akibat kecemasan atau ketakutan antara lain pasien dengan
riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga
operasi bisa dibatalkan, pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi
operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga
operasi terpaksa harus ditunda.
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga
faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, bagi
penyakit tersebut tindakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi

pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling


mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut diatas,
sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah
perioperatif.
2. Indikasi dan Klasifikasi
a. Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi diantaranya
adalah:
1) Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi
2) Kuratif : Eksisi tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami
inflamasi
3) Reparatif : Memperbaiki luka multipel
4) Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik
5) Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh: pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk
mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.
b. Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain
(Brunner and suddarth, 2002).
1) Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin
mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa ditunda,
misal: perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus,

fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar


sangat luas.
2) Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat
dilakukan dalam 24-30 jam, misal: infeksi kandung kemih akut,
batu ginjal atau batu pada uretra.
3) Diperlukan
Pasien

harus

menjalani

direncanakan dalam

pembedahan.

beberapa

minggu

Pembedahan

dapat

atau

misal:

bulan,

Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan


tyroid, katarak.
4) Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan,
bila

tidak

dilakukan

membahayakan,

misal:

pembedahan
perbaikan

maka

Scar,

tidak

hernia

terlalu

sederhana,

perbaikan vaginal.
5) Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya
pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan
biasanya terkait dengan estetika, misal: bedah kosmetik.
c. Sedangkan menurut faktor resikonya, operasi dapat diklasifikasikan
sebagai besar atau kecil, tergantung pada keseriusan dari penyakit,

maka bagian tubuh yang terkena, kerumitan pengoperasian, dan waktu


pemulihan yang diharapkan.
1) Minor
Operasi minor adalah

operasi yang paling sering dilakukan

dirawat jalan, dan dapat pulang hari yang sama. Operasi ini jarang
menimbulkan komplikasi (Virginia, 2004)
2) Mayor
Operasi mayor adalah operasi yang penetrates dan exposes semua
rongga badan, termasuk tengkorak, termasuk pembedahan tulang,
atau kerusakan signifikan dari anatomis atau fungsi faal (Guide
and Ag Guide, 2003).
Operasi mayor adalah pembedahan kepala, leher, dada, dan perut.
Pemulihan dapat waktu panjang dan dapat melibatkan perawatan
intensif dalam beberapa hari di rumah sakit. Pembedahan ini
memiliki resiko komplikasi lebih tinggi setelah pembedahan
(Virgina, 2004).
Operasi mayor sering melibatkan salah satu badan utama di
perut-cavities (laparotomy), di dada (thoracotomy), atau tengkorak
(craniotomy) dan dapat juga pada organ vital. Operasi yang
biasanya dilakukan dengan menggunakan anestesi umum di rumah
sakit ruang operasi oleh tim dokter. Setidaknya pasien menjalani
perawatan satu malam di rumah sakit setelah operasi.

Ada berbagai definisi dari operasi mayor, dan apa yang


merupakan perbedaan antara operasi mayor dan minor. Sebagai
aturan umum, yang utama adalah operasi besar dimana pasien
harus diletakkan di bawah anestesi umum dan diberikan bantuan
pernafasan karena dia tidak dapat bernafas secara mandiri.
Operasi besar biasanya membawa beberapa derajat resiko bagi
pasien hidup, atau potensi cacat parah jika terjadi suatu kesalahan
selama operasi. Beberapa gambaran lainnya dapat digunakan untuk
membedakan besar kecilnya dari operasi. Misalnya, dalam sebuah
prosedur operasi mayor dapat terjadi perubahan signifikan ke
anatomi yang terlibat. Seperti dalam situasi di mana organ akan
dihilangkan, atau sendi yang dibangun dengan komponen buatan.
Setiap penetrasi organ tubuh dianggap sebagai operasi besar,
seperti pembedahan ekstensif tulang pada kaki. Bedah syaraf
umumnya dianggap utama karena resiko kepada pasien. Beberapa
contoh utama operasi meliputi: penggantian lutut, operasi
kardiovaskular, dan transplantasi organ. Prosedur ini pasti
membawa risiko bagi pasien seperti infeksi, pendarahan, atau
komplikasi

dari

yang

menyebabkan

kematirasaan

umum

digunakan.
Untuk

mengurangi

potensi

komplikasi

utama

operasi

berlangsung di ruang steril dimana sangat tepat prosedur yang


diamati untuk mengurangi resiko kontaminasi dan pasien ini

diawasi oleh seorang anesthesiologist dan tim medis untuk setiap


tanda-tanda distress (SE. Smith, 2003).

C. Perioperatif
1. Pengertian Perioperatif
Keperawatan

perioperatif

adalah

istilah

yang

digunakan

untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan


pengalaman pembedahan pasien.
Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase
pengalaman

pembedahan

antara

lain

praoperatif,

intraoperatif,

pascaoperatif (Brunner and Suddarth, 2002).


a. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika
diambil keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika
pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan selama
waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien
ditatanan klinik atau dirumah, menjalani wawancara praoperatif, dan
menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan pebedahan.
Bagaimanapun

aktifitas

perawat

dibatasi

hingga

melakukan

pengkajian pasien praoperatif ditepat atau di ruang operasi.


b. Fase inraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien
masuk dan pindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Fase ini lingkup aktifitas
keperawatan dapat meliputi memasang infus, memberikan medikai

intravena, melakukan pemantauan fisilogis menyeluruh sepanjang


prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
c. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan
klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktifitas
yang luas selama periode ini.
2. Persiapan praoperasi
Persiapan pasien bedah meliputi persiapan fisik dan psikologis secara
luas. Dalam persiapan ini perawat berada pada posisi untuk membantu
pasien memahami perlunya tindakan medis ini (Aziz Alimul H, 2006)
a. Persiapan pendidikan kesehatan praoperasi
Perawatan harus mempersiapan lien dan keluarganya untuk
menghadapi operasi. Dengan mengidentifikasi pengetahuan, harapan,
dan persepsi klien, memungkinkan perawat merencanakan penyuluhan
dan tindakan untuk mempersiapkan emosional klien. Apabila klien
dijadwalkan menjalani bedah sehari, pengkajiannya dapat dilakukan di
ruang praktik dokter atau di rumah klien
Setiap klien merasa takut untuk datang ke tempat operasi.
Beberapa diantaranya disebabkan karena pengalaman di rumah sakit
sebelumnya, peringatan dari teman dan keluarga, atau karena kurang
pengetahuan. Perawat mengalami dilema etik jika klien memiliki
informasi yang salah atau tidak menyadari alasan dilakukan
pembedahan. Peawat menanyakan gambaran pemahaman klien tentang

pembedahan dan implikasinya. Perawat dapat mengajukan pertanyan


seperti Ceritakan pada saya, menurut Anda apa yang aka terjadi
sebelum dan sesudah operasi atau Jelaskan apa yang Anda ketahui
tentang operasi. Perawat harus berdiskusi dengan dokter terlebih
dahulu sebelum memberi informasi yang spesfik tentang diagnosis
medis klien. Perawat

juga memastikan apakah dokter telah

menjelaskan prosefur rutin pada masa preoperatif dan pasca operatif.


Apabila klien mempunyai poersiapan yang baik dan mengetahui apa
yang diharapkan maka perawat memperkuat pengetahuan klien dan
mempertahankan keakuatan serta konsistensinya (Potter & Perry,
2005).
b. Persiapan diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam
hal pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari
sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan
makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah,
sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan
aspirasi.
c. Persiapan kulit
Persiapan kulit dilakukan dengan cara membebaskan daerah
yang akan dibedah dari mikro organisme dengan cara menyiram kulit
menggunakan sabun heksaklorofin (hexachlorophene) atau sejenisnya

sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut,


maka harus dicukur.
d. Latihan nafas dan latihan batuk
Cara latihan ini dilakukan utuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi
pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena
dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepas jahitan.
Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diagfragma.
e. Latihan kaki
Latihan ini dapat

dilakukan untuk mencegah dampak

tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan


memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea.
Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan
paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali.
Latihan quadrisep dapat dilakukan quadrisep dapat dilakukan dengan
cara membengkokan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian
meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut
rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot
pantat, kemudian coba gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat
dan ulangi sebanyak 5 kali.
f. Latihan mobilisasi

Latihan ini dapat

dilakukan untuk mencegah dampak

tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan


memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea.
Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan
paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali.
Latihan quadrisep dapat dilakukan quadrisep dapat dilakukan
dengan cara membengkokan lutut kaki rata pada tempat tidur,
kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit,
melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot
pantat, kemudian coba gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat
dan ulangi sebanyak 5 kali. Latihan mobilisasi dilakukan untuk
mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang
peristaltik serta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan
mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur,
seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih
duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi
tempat tidur, melatih duduk diawali tidur Fowler, kemudian duduk
tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
g. Persiapan psikososial
Pasien yang akan menghadapi pembedahan akan mengalami
berbagai macam jenis prosedur tindakan tertentu dimana akan
menimbulkan kecemasan. Segala bentuk prosedur pembedahan selalu

didahului dengan suatu reaksi emosional tertentu oleh pasien, apakah


reaksi itu jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal. Sebagai
contoh, kecemasan preoperasi kemungkinan merupakan suatu respon
antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien
sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas
tubuh, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Sudah diketahui bahwa
pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi tubuh.
Karenanya, penting artinya untuk mengidentifikasi kecemasan yang
dialami pasien.
Pasien praoperasi dalam mengalami berbagai ketakutan.
Termasuk ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang anastesia,
kanker. Kehawatiran mengenai kehilangan waktu kerja, kemungkinan
kehilangan pekerjaan, tanggung jawab mendukung keluarga, dan
ancama ketidakmampuan permanen yang lebih jauh, memperberat
ketegangan emosional yang sangat hebat yang diciptakan oleh prospek
pembedahan.
Takut diekspresikan dengan cara yang berbeda oleh orang yang
berbeda. Sebagai contoh, takut mungkin diekspresikan secara
langsung oleh pasien yang secara berulang mengajukan banyak
pertanyaan, walaupun telah dijawabnya. Saat pasien mengekspresikan
ketakutan

atau

kehawatiran

tentang

pembedahan

yang

akan

dihadapinya, penting artinya untuk mempertahankan agar jalur


komunikasi tetap terbuka. Perawat dapat melakukan banyak hal untuk

menghilangkan

kesalahan

konsep

dan

informasi,

dan

untuk

memberikan penanganan ketika memungkinkan.

Penelitian Terkait
1. Jurnal yang berjudul Identifikasi Stressor dan Mekanisme Koping Pada
Klien Preoperasi di Ruang Perawatan Bedah RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung pada tahun 2005 yang di tulis oleh Kuaman Ibrahim, Cecep Eli
Kosasih, Yanny Trisyani. Pada umumnya pasien yang akan menjalani
pembedahan disertai dengan kecemasan yang bervariasi dari tingkat ringan
sampai dengan berat, tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi sumbersumber stress dan mekanisme koping yang sering digunakan klien berkaitan
dengan tindakan operasi, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa subjek
lebih banyak menganggap biaya pengobatan/perawatan sebagai sumber
stressor utama, diikuti dengan nyeri fisik, kurangnya penjelasan/informasi
tentang operasi, kurang istirahat, dan keterbatasan gerak dan mekanisme
yang digunakan adalah berdoa/shalat, mempererat hubungan dengan tuhan,
berharap bahwa segala sesuatunya akan menjadi lebih baik, dan menerima
keadaan apa adanya.
2. Penelitian yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan informasi prabedah
dengan tingkat kecemasan pasien praoperasi. Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif korelasional dengan populasi seluruh pasien pra operasi yang
dirawat di Rumah Sakit XX. Jumlah sampel adalah 56 orang diambil secara
purposive sampling. Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan Juli 2008. Data dianalisa
secara statistik rumus = 0,05.Spearman Rank pada taraf kesalahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 57,1% responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang informasi prabedah, 92,9% responden
mengalami cemas sedang pada saat akan dilakukan operasi, dan uji spearman
menghasilkan nilai korelasi r = -0,342 dengan nilai signifikansi (P) = 0.010,
yang berarti hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang
informasi prabedah dengan tingkat kecemasan pasien pada saat akan
dilakukan operasi. Pengetahuan responden dipengaruhi oleh faktor pendidikan
dan usia, sedangkan kecemasan responden dapat dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, pengalaman dan usia. orang yang memiliki pengetahuan tentang
informasi prabedah secara baik, kecemasannya saat akan menjalani operasi
lebih rendah daripada orang yang memiliki pengetahuan kurang baik. Hal ini
dapat dimengerti, karena informasi prabedah yang diberikan oleh petugas
bertujuan untuk meluruskan persepsi atau pemahaman klien yang kurang tepat
tentang tindakan operasi (Grahacendikia, 2009).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Budi santoso berjudul hubungan antara
karakteristik demografi dengan kecemasan pasien pre operasi di RS. Islam
Amal Sehat Sragen tahun 2008, sampel yang diteliti berjumlah 35 orang ,uji
statistik yang digunakan adalah uji korelasi chi square dari sampel yang
diteliti menunjukan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat
kecemasan dengan X2=10,503 df=2 p=0,000 dinyatakan signifikan taraf 0,05.

Tingkat pengetahuan tentang pembedahan dengan tingkat kecemasan terdapat


hubungan yang signifikan pada taraf 0,05. Dengan nilai X2=22,857 df=2
p=0,000. Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan tingkat kecemasan pasien pra operasi. Dengan nilai X2=3,457
df=1 p=0,063 dinyatakan tidak signifikan taraf 0,05 (Skripsistikes, 2009).
4. Penelitian yang dilakukan oleh Priyadi yang berjudul Hubungan Support
System (Dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
Sectio Cesarea di Ruang Anggrek BRSD RAA Soewondo Pati, metode
pengambilan sampel dengan total sampling, uji analisis pada penelitian ini
adalah correlate bivariate spearmen rank. Hasil penelitian menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara Support System (Dukungan) Sosial
dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi dengan nilai Signifikasi (r)
0,000 dimana nilai r < 0.05 maka terjadi penolakan Ho.

Kerangka Teoritis

Stressor Psikososial:
 Perkawinan
 Orangtua
 Antar pribadi

SSP
(Otak, Sistem limbic,
Sistem Transmisi
Saraf/
Neurotransmitter )

 Pekerjaan
 Lingkungan
 Keuangan
 Hukum
 Perkembangan

Kelenjar Endokrin
(Sistem Hormonal,
Kekebalan/ Immunity)

 Penyakit fisik
 Faktor keluarga
 trauma

Perkembangan Kepribadian:
kecemasan

 Usia
 Dukungan
 Pengetahuan atau
Pendidikan
 Pengalaman
 Jenis klamin
 Tingkat pengetahuan

Gambar 2.2: Kerangka teori faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat


Kecemasan Pasien yang Akan menghadapi operasi
Sumber: Prof. Dr. Dr Dadang hawari, 2002 dan Potter & Perry, 2005

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Stressor Psikososial:
 Perkawinan
 Orangtua
 Antar pribadi
 Pekerjaan
 Lingkungan
 Keuangan
 Hukum
 Perkembangan

Tingkat kecemasan:

 Penyakit fisik

Ringan

 Faktor keluarga

Sedang

 trauma

Berat
panik

Perkembangan Kepribadian:
 Usia
 Dukungan
 Pendidikan
 Pengalaman
 Jenis klamin
 Tingkat pengetahuan

Gambar 3.1: Kerangka konsep Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Yang Akan menghadapi operasi

B. Hipotesis Penelitian
1.

Ada hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pasien yang akan
menghadapi operasi

2.

Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien yang
akan menghadapi operasi

3.

Ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien yang


akan menghadapi operasi

4.

Ada hubungan antara pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien yang


akan menghadapi operasi

5.

Ada hubungan antara dukungan lingkungan dengan tingkat kecemasan


pasien yang akan menghadapi operasi

6.

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien


yang akan menghadapi operasi

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1: Definisi Operasional Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat


Kecemasan Pasien Menghadapi Operasi
Variabel

Definisi operasional

Alat ukur

Skala ukur

Usia responden
terhitung sejak lahir

Hasil ukur
1. 15-20

Kuesioner

Usia

2. 21-40
Ordinal

hingga ulang tahun

3. 41-65

terakhir.
Gender adalah

1. Laki-laki

perbedaan peluang,

2. perempuan

peran, dan tanggung


jawab antara laki-laki
Jenis

& perempuan sebagai Kuesioner


Nominal

kelamin

hasil konstruksi
sosial dalam
kehidupan
berkeluarga dan
bermasyarakat.
1. Rendah , jika
tamat SMP
Tingkat pendidikan

Pendidikan

Kuesioner
Ordinal

kebawah

terakhir.
2. Sedang, jika
SMA

3. Tinggi, jika
Perguruan
tinggi
Suatu peristiwa

1. ya,

jika

dimana pasien pernah

responden

menjalani tindakan

pernah

operasi sebelumnya

menjalani
operasi
sebelumnya

Kuesioner
Pengalaman

Nominal
2. Tidak,

jika

responden
belum pernah
menjalani
operasi
sebelumnya
Support sistem yang

Dukungan

1. ya,

jika

diberikan keluarga

didampingi

yang mengurangi

keluarga/tem

kecemasan
responden, dimulai

Nominal
Kuesioner

an
2. Tidak,

jika

saat pasien masuk

tidak

rumah sakit sampai

didampingi

diantar ke ruang Ok

keluarga/tem
an

tingkat pengetahuan

1. Rendah, jika

informasi praoperasi

skor < 55%

adalah gambaran
Tingkat

2. Sedang, jika

pemahaman klien

Kuesioner

Ordinal

pengetahuan tentang operasi dan

skor antara
56%-75%

komplikasi dari

3. Tinggi, jika

tindakan operasi

skor >75%

yang akan dijalankan


Tingka kecemasan

Kuisioner

1. Tidak ada

pasien operasi adalah

Alat

derajat kecemasan

kuesioner ini

yang

telah

menggambarkan

dikembangka

Ringan, jika

Tingkat

perasaan takut atau

skor 14-20

kecemasan

tidak tenang yang

kuesioner

dialami oleh pasien

yang

sebelum menjalani

oleh Prof. Dr.

operasi elektif

H.

dengan jenis

Hawari,

Berat, jika skor

pembedahan mayor

Psikiater

28- 41

ukur

kecemasan,
jika skor < 14
2. Kecemasan

dari
Ordinal

dibuat

Dadang

3. Kecemasan
Sedang, jika
21-27
4. Kecemasan

5. kecemasan
Berat Sekali,
jika skor 42-56

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan metode penelitian
Cross sectional. Di dalam desain ini peneliti menekankan waktu pengukuran
atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada
satu saat, dimana penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan faktorfaktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan
menghadapi operasi.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah subjek (pasien) yang memenuhi kriteria yang telah di
tetapkan (Nursalam, 2008). Sedangkan populasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah semua pasien yang akan menghadapi operasi mayor
yang dirawat di RSUP Fatmawat dengan jumlah populasi pasien yang
akan menjalani operasi elektif dengan jenis uperasi mayor dalam satu
bulan 63 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau

yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,


2008). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani
operasi mayor elektif. Adapun kriteria inklusi adalah pasien yang berusia

15-65 tahun, didiagnosa operasi mayor elektif, bersedia menjadi


responden.
C. Teknik pengambilan sampel
Dalam suatu penelitian perlu digunakan suatu tekhnik pengambilan
sampel yang baik, sehingga data yang diperoleh merupaka presentasi data dari
populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini tekhnik pengambilan sampel yang
digunakan adalah sistematic sampling yaitu

teknik pengambilan sampel

secara sistematik yang dilaksanakan jika tersedia daftar subjek yang di


butuhkan dengan rumus K= jumlah populasi : jumlah sampel yang
dibutuhkan. Sedangkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
yaitu sebanyak 46 orang.
Besar sampel dihitung berdasarkan perhitungan hipotesis beda dua
proporsi dengan rumus Lameshow, yaitu sebagai berikut :
Z
2 p(1 p ) + Z1 p1 (1 p1 ) + p2 (1 p2 )
1 2

=
2
( p1 p2 )

Keterangan:
n

Z1

= Jumlah sampel yan dibutuhkan


= 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan ()
2

sebesar 5%)
Z1

= 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)

P1

= 80% atau 0,80 (Proporsi pasien yang mengalami kecemasan, hasil

penelitian Ferlina Indra S, 2002).

P2

= P1 30% (0,80-0.30= 0,50) Proporsi pasien yang tidak mengalami


kecemasan, hasil penelitian Ferlina Indra S, perbedaan 30% dari
proporsi awal.

= Proporsi pasien operasi elektif mayor RSUP Fatmawati yaitu


(P1+P2)/2 = (0,80+0,50)/2 = 0.65

Z1 2 p (1 p ) + Z1 p1 (1 p1 ) + p2 (1 p2 )
2

2
( p1 p2 )

[1,96

= 40,7

2.0.65(1 0.65) + 0,84 0,8(1 0,8) + 0,5(1 0,5)

(0,8 0,5)2

Untuk mengantisipasi terjadinya kehilangan atau ketidaklengkapan


data maka perlu ditambah 10% sebagai cadangan dan didapatkan hasil
41+ 5 = 46, jadi sampel yang diambil minimal adalah 46 responden.
D. Tempat Penelitian

Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu akan melakukan


uji coba kuesioner di RSUP Fatmawati yang dilaksanakan pada bulan Juli
2009. Penelitian ini di lakukan di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan karena
berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP Fatmawati
didapatkan 90% dari 6 pasien yang akan menjalani operasi mengatakan
kecemasannya. Rumah sakit ini memiliki sarana dan prasarana yang cukup

lengkap, dan mudah untuk mendapatkan responden yang akan diteliti. Waktu
penelitian yaitu periode bulan Agustus-September 2009.
E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan
a. Memilih Lahan Penelitian
b. Mengadakan Studi Pendahuluan
c. Studi Kepustakaan
d. Menyusun Proposal Penelitian
e. Mengadakan Seminar Proposal
Seminar proposal pada tanggal 17 Juni 2009
f. Perbaikan Hasil Seminar Proposal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Permohonan Izin Penelitian
Permohonan izin kepada Direktur RSUP Fatmawati Jakarta Selatan
dengan no surat : Un.01/F10/KM.01.2/114/2009.
b. Mengadakan Uji Validitas dan Realiabilitas
Mengadakan uji valilidas pada tanggal 21-24 Juli 2009.
c. Informed Consent dan Pengumpulan Data
Melakukan penjelasan penelitian kepada responden dan pengumpulan
data dari responden dengan menggunakan kuesioner pada tanggal 10
Agustus s.d 10 September 2009.

d. Pengolahan Data dan Analisis Data


Melakukan pengolahan data dan analisa data setelah semua data
terkumpul.
e. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
3. Tahap Akhir
a. Menyusun Laporan
b. Penyajian Hasil Penelitian
c. Sidang
d. Perbaikan Sidang
F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ada 2 variabel, yaitu 1) variabel independen atau


variabel bebas yang meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan: yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin,
dukungan, dan tingkat pengetahuan informasi operasi. 2) variabel dependen
atau variabel terikat yang meliputi tingkat kecemasan: ringan, sedang, berat,
panik.
G. Tahapan Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data


Data yang diambil adalah data primer yang diperoleh secara langsung
dari responden melalui kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti yang
mengacu pada kerangka konsep penelitian dengan bentuk pertanyaan
dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.

Pengambilan data dilakukan sendiri oleh peneliti, dengan memberikan


penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan penelitian serta meminta
kesediaan dari yang bersangkutan untuk dijadikan sebagai responden atau
sampel penelitian, dan peneliti juga menjelaskan cara pengisian kuesioner
kepada responden, kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner
secara lengkap. Tata cara penelitian adalah selama pengambilan data
berlangsung, peneliti mendampingi responden agar dapat memberikan
penjelasan apabila ada hal yang kurang dimengerti oleh responden.
Peneliti kemudian memeriksa jawaban yang telah diisi oleh responden.
2. Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu
metode (Arikunto, 2006). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner.

Data

dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para responden.


Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya sesuai dengan permintaan pengguna
(Ridwan, 2005).
a. Kuesioner karakteristik Responden
Kuesioner ini berisi data umun responden dan merupakan faktorfaktor yang

berhubungan dengan tingkat kecemasan antara lain

meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan dukungan.

b. Kuesioner Tingkat Kecemasan


Peneliti menggunakan alat akur yaitu kuesioner yang berisikan
manifestasi klinis kecemasan, kuesioner ini dikembangkan peneliti
dari kuesioner yang ditulis oleh Prof. Dr. dr. Dadang Hawari,
Psikiater. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, untuk
mengukur derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat
atau berat sekali peneliti menggunakan alat ukur kecemasan yang di
kenal dengan nama Hamilton Rating For Anxiety (HRS-A). Alat ukur
ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok
dirinci lagi dengan dengan gejala yang lebih spesifik. Masing-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang
artinya adalah:
Nilai 0= tidak ada gejala
1= gejala ringan
2= gejala sedang
3=gejala berat
4= gejala sangat berat.
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala
tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlah tersebut dapat diketahui
derajat kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai: kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14-20

= kecemasan ringan

21-27

= kecemasan sedang

28-41

= kecemasan berat

42-56

= kecemasan berat sekali.

c. Kuesioner Tingkat Pengetahuan


Kuesioner ini disusun oleh peneliti untuk mengukur tingkat
pengetahuan responden mengenai operasi yang akan dijalankannya,
kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 8 pertanyaan dengan alternatif
jawaban tahu dan tidak tahu. Responden dianggap tahu jika menjawab
pertanyaan tertulis dengan benar dan dianggap tidak tahu jika jawaban
responden salah atau menjawab tidak tahu.
Peneliti mengkatagorikan tingkat pengetahuan dalam 3 katagori
yaitu kurang baik, cukup, dan baik. Jawaban yang kurang baik jika
skor < 55%, sedang jika skor 56%-75% dan dikatakan baik jika > 75%
H. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat (Arikunto, 2006).
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment.
n( XY ) ( X )(
. Y )

rhitung =

[n. x

rhitung

= Koefisien korelasi

][

( X ) n. Y 2 ( Y )
2

=Jumlah responden

Xi

= Jumlah skor item

Yi

= Jumlah skor total

Uji validitas ini dilakukan di RSUP Fatmawati Jak-Sel sebanyak 2 kali


dengan sampel pertama yang diambil sebanyak 10 responden dengan
ketentuan r tabel sebesar 0,632 dan sampel kedua sebanyak 20 responden
dengan ketentuan r tabel sebesar 0,444 dapat dari dalam r tabel dengan
nilai kemaknaan 5% untuk memvaliditasi instrumen dilakukan dengan
membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung, uji validitas ini
dianalisis menggunakan perangkat lunak.
Untuk mengetahui suatu kevalidan yaitu dengan cara membandingkan
membandingkan antara r hitung dengan r tabel, dapat diketahui:
Valid

: r hitung r tabel

Tidak valid

: r hitung r tabel (Arikunto, 2006).

Uji coba kuesioner pertama telah dilakukan di RSUP Fatmawati Jak-Sel


pada tanggal 22 Juli 2009 kepada 10 responden. Pada saat dilakukan uji
validitas mengenai tingkat kecemasan didapatkan beberapa pertanyaan
yang tidak valid, dan pada kuesioner tingkat pengetahuan

dengan 6

pertanyaan mengenai pengetahuan informasi operasi didapatkan beberapa


pertanyaan yang tidak valid.
Uji coba kuesioner kedua dilakukan di RSUP Fatmawati dengan
menambah sampel menjadi 20 responden, pertanyaan diperbaiki agar

responden memahami pertanyaan yang diberikan isi (Content Validitas)


dengan memodifikasi sebelumnya. Pada kuesioner mengenai tingkat
pengetahuan informasi operasi diperbaiki menjadi 8 pertanyaan.
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukan sejauhmana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005).
Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alfa
Crombach (), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya

apabila r alpha > r tabel maka, pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya


bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.
Menurut Arikunto (2006), pada penelitian ini uji reliabilitasnya
menggunakan rumus Alpha cronbach yaitu sebagai berikut :
r11

k b 2

1
=
12
(k 1)

r11

= realibilitas istrumen

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.

= jumlah varians butir

2
1 = varians total

Uji reliabilits kuesioner ini dilakukan di RSUP Fatmawati JakSel sebanyak 2 kali dengan sampel pertama yang diambil sebanyak 10

responden dan yang kedua sebanyak 20 responden. Uji reliabilitas


pertama pada tanggal 22 Juli 2009 kepada 10 responden, pada saat
dilakukan uji reliabilitas mengenai tingkat kecemasan dinyatakan reliabel
karena Alpha Cronbachs > 0.,7 dan untuk kuesioner tingkat pengetahuan
dinyatakan tidak reliabel karena Alpha Cronbachs < dari 0,7. Uji
kuesioner kedua kuesioner tingkat pengetahuan dinyatakan reliabel
didapatkan nilai Alpa Cronbachs > 0,7 yaitu sebesar 0,824.
I. Pengolahan Data

proses pengolahan data peneliti mengunakan langkah-langkah pengolahan


data diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau

formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat


dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam
satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti
suatu kode dari suatu variabel.
3. Scoring

Tahap ini meliputi nilai masing-masing pernyataan dan penjumlahan hasil


scoring dari semua pernyataan.

4. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana
5. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah

dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada
saat meng-entry data ke computer.
J. Analisa Data

1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel
frekuensi tentang karakteristik responden sebagai variabel independen
dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependen dan independen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan (usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin,
dukungan sosial dari keluarga, teman) dan tingakat pengetahuan
responden mengenai informasi operasi dengan tingkat kecemasan. Teknik

analisa yang dilakukan yaitu dengan analisa Chi-Square dengan


menggunakan derajat kepercayaan 95 % dengan 5% dan untuk
mengetahui nilai OR digunakan Regresi Logistik Multinomial.
Dengan mengunakan tingkat kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,05 (5%).
Dimana kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
a. Bila p value alpha (0,05) maka hubungan tersebut secara statistik
ada hubungan yang bermakna.
b. Bila p value > alpha (0,05) maka hubungan tersebut mempunyai
hubungan yang bermakna (Arikunto, 2006).
K. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), masalah etika penelitian keperawatan merupakan


masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian
keperawatan langsung berhubungan langsung dengan manusia, maka segi
etika yang harus diperhatikan ialah :
2. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti


dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian untuk menjadi
responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. jika responden tidak
bersedia, maka peneliti menghormati hak responden. Beberapa informasi
yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi

responden, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan,


komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi,
manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
3. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar atau alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya.

semua

informasi

yang

telah di

kumpulkan di

jamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan


dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat, 2007).

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat
Bermula dari gagasan Ibu Fatmawati Soekarno yang pada saat itu
sebagai Ibu Negera Republik Indonesia, bermaksud mendirikan Rumah
Sakit

Tuberculose

Anak-anak

untuk

perawatan

serta

tindakan

rehabilitasinya. Pada tanggal 24 Oktober 1954 pembangunan gedung


rumah sakit TBC dengan nama Rumah Sakit Ibu Soekarno mulai
dilaksanakan. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Ibu Fatmawati.
Sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI No. 21286/KEP/121 tanggal 1
April 1961 fungsi rumah sakit berubah menjadi Rumah Sakit Umum.
Penyelenggaraan, pembiayaan dan pemeliharaan rumah sakit dilaksanakan
oleh dan dengan anggaran Departemen Kesehatan RI. Keputusan ini
berlaku mulai tanggal 15 April 1961 dan selanjutnya ditetapkan sebagai
Hari Jadi RSUD. Fatmawati.
Awal tahun 1967, RSU Ibu Soekarno diganti nama menjadi RSUP
Fatmawati dan ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Wilayah Jakarta
Selatan. Sejak tanggal 30 Mei 1984, RS Fatmawati dinyatakan sebagai
Rumah Sakit Umum Kelas B yang dipergunakan sebagai tempat
pendidikan calon dokter dan calon dokter spesialis. Selanjutnya tanggal 13
Juni 1994 RSUP Fatmawati mendapat predikat tambahan, sebagai Rumah
Sakit Umum Kelas B Pendidikan. Logo RSF yang digambarkan sebagai

bunga

Teratai

ditetapkan

berdasarkan

SK

Direktur

No.

HK.00.07.1.6900 tanggal 17 Agustus 1996. Kemudian pada tanggal 31


Maret 1997 diciptakan Hymne RS Fatmawati (Padma Puspita) oleh Guruh
Soekarno Putra.
2. Visi dan Misi
Visi
Menjadi rumah sakit terkemuka yang memberikan pelayanan yang
melampaui harapan pelanggan

Yang dimaksud dengan rumah sakit terkemuka dan melampaui harapan


pelanggan ialah, rumah sakit yang memberikan pelayanan prima, efisien
dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, melakukan perbaikan
berkesinambungan, proaktif-kreatif serta selalu berorientasi kepada para
pelanggan.
Misi
a. Memberikan pelayanan medis yang sesuai dengan standar pelayanan
dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan unggulan
pelayanan orthopedi dan rehabilitasi medik.
b. Memfasilitasi dan meningkatkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian
untuk pengembangan sumber daya manusia dan pelayanan.
c. Menyelenggarakan administrasi dan penata kelolaan rumah sakit yang
efisien dan efektif serta akuntabel.

d. Melaksanakan pengolalaan keuangan yang efektif, efisien, fleksibel


berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktek
bisnis yang sehat.
e. Mengutamakan keselamatan pasien dan menciptakan lingungan yang
sehat.
f. Meningkatkan semangat persatuan dan kesejahteraan sumber daya
manusia RS.
3. Pelayanan Kesehatan
a. Instalasi rawat darurat
b. Paviliun Anggrek
c. Instalasi rawat intensif
d. Instalasi rawat jalan
e. Instalasi Bedah Sentral
Kegiatan Pelayanan

: 1) Pelayanan Elaktif
2) Pelayanan Cito
3) Pelayanan One Day Car

Klasifikasi tindakan operasi : 1) Bedah khusus


2) Khusus mata
3) Canggih
4) Besar
5) Sedang
6) Kecil
7) Sederhana

Klasifikasi Berdasarkan SMF : 1) SMF Kebidanan


2) SMF Digestif
3) SMF Orthopedi
4) SMF Bedah Umum
5) SMF Urologi
f. Instalasi Rawat Inap
1) Instalasi Rawat Inap A
Irna A menempati Gedung Teratai lantai 1 sampai dengan lantai 3
dengan kapasitas 200 tempat tidur dan diperuntukan sebagai
berikut :
Lantai1: Emergency Kebidanan, Kamar Bersalin, High Care
Kebidanan serta Kamar Isolasi.
Lantai 2 : Kamar-kamar Perawatan Kebidanan dan Bayi
Lantai 3 : Kamar-kamar Perawatan Anak dan High Care Anak
2) Instalasi Rawat Inap B
Terletak di Gedung Teratai Lantai IV - VI dengan kapasitas 256
tempat tidur dan diperuntukan sebagai berikut
Lantai IV : R. Perawatan Bedah, THT, Mata, Gigi, Paru
Lantai V : R. Perawatan Penyakit Dalam
Lantai VI : R. Perawatan Penyakit Dalam, Jantung & Saraf
3) Instalasi Rawat Inap C
Terletak di Gedung Prof. dr. Soelarto. Merupakan Ruang
Perawatan Bedah Orthopaedi (Lt. 1-3), terdiri atas ruang

perawatan Kelas I, II, Kelas III dan Ruang Perawatan Rehabilitasi


Medis (Lt. 4-6), terdiri atas ruang perawatan VIP, Kelas I, Kelas
III, dengan total kapasitas 59 tempat tidur.
B. Analisa Data

Pada analisa data ini akan menyajikan data hasil penelitian


karakteristik responden, tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan pasien
yang akan menjalani operasi mayor elektif di RSUP. Fatmawati tahun 2009,
yang berjumlah 46 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden. Hasil dari pegumpulan data ini disajikan dalam
bentuk tabel yang terdiri dari hasil univariat dan bivariat, analisis univariat
akan dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan
menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persen sedangkan analisa
bivariat akan dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terkait.
1. Analisa Univariat
Pada bagian ini akan dijelaskan deskripsi data hasil penelitian dari
masing-masing variabel dari 46 responden yaitu variabel karakteristik
responden, tingkat pengetahuan dan variabel tingkat kecemasan.
a. Distribusi Responden Berdasarkan Karateristik Pasien

Table 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karateristik Pasien


di Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009

No

Variabel

1.

Usia

2.

3.

4.

5.

Jumlah

Persentase

1) 15-20

10,9

2) 21-40

20

43,5

3) 41-65

21

45,7

Total

46

100

1) Laki-laki

22

47,8

2) Perempuan

24

52,2

Total

46

100

1) Rendah

19

41,3

2) Sedang

15

32,6

3) tinggi

12

26,1

Total

46

100

1) Ya

16

34,8

2) Tidak

30

65,2

Total

46

100

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pengalaman

Dukungan

1) Ya

44

95,7

2) Tidak

4,2

Total

46

100

b. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat pengetahuan Pasien

Pengetahuan informasi operasi adalah pengetahuan pasien


yang berhubungan dengan informasi operasi yang akan dijalankan
yaitu jenis operasi, manfaat operasi atau komplikasi yang mungki
timbul dari tindakan opeasi tersebut.
Tingkat pengetahuan pasien diukur dari hasil jawaban pasien dalam
menjawab

pertanyaan

pada

kuesioner.

Penelitian

ini

mengkatagorikan tingkat pengetahuan dalam 3 katagori yaitu kurang


baik, cukup, baik. Jawaban kurang baik jika skor < 55%, jika skor
antara 56% - 75% , dan dikatakan baik jika >76%.

Tabel

5.2.

Distribusi

Responden

Berdasarkan

Tingkat

pengetahuan pasien di Ruang Rawat Inap RSUP


Fatmawati tahun 2009

Jumlah

Tingkat Pengetahuan
N

Kurang Baik

31

67,4

Sedang

10

21,7

Baik

10,9

Total

46

100%

Berdasarkan table 5.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian


besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik
mengenai informasi operasi yang akan dijalankan (67,4%).
c. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien

Tingka kecemasan pasien operasi adalah derajat kecemasan


yang menggambarkan perasaan takut atau tidak tenang yang dialami
oleh pasien sebelum menjalani operasi, dalam hal ini jenis operasi
mayor.
Penelitian ini mengukur tingkat kecemasan pasien dari hasil
jawaban pasien dalam menjawab kuesioner. Alat ukur ini terdiri dari
14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan
dengan gejala yang lebih spesifik. Masing-masing nilai angka (score)
dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil
penjumlah tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu
total nilai < dari 14 adalah tidak ada kecemasan, 14-20 adalah
kecemasan ringan, 21-27 adalah kecemasan sedang, 28-4 adalah
kecemasan berat, 42-56 adalah kecemasan berat sekali atau panik.

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan


Pasien di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun
2009

Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar

r Tingkat Pengetahuan

Jumlah

s Tidak ada kecemasan

12

26,1

pKecemasan ringan

31

67,4

oKecemasan sedang

6,5

nTotal

46

100%

den mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi operasi yang


akan dijalankan (67,4%) dan hanya sebagian kecil responden
mengalami kecemasan sedang (6,5%).
2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan


antara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu
karakteristik pasien dan tingkat pengetahuan pasien dengan tingkat
kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di ruang rawat Inap RSUP.

Fatmawati tahun 2009. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini


adalah Chi Square, diperoleh sebagai berikut.
a. Hubungan usia dengan tingkat kecemasan pasien yang akan
menjalani operasi

Tabel 5.4. Analisa Hubungan usia

dengan tingkat kecemasan

pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat


Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.

Tingkat Kecemasan
Usia

tidak ada
kecemasan
N (%)

15-20

0 (0%)

21-40

7 (15,2%)

41-65

5 (10,9%)

Total

12 (26,1%)

Ringan
n (%)

Sedang
n (%)

5(10,9%)
13
(28,3%)
13
(28,3%)
31
(67,4%)

0 (0%)
0 (0%)
3
(6,5%)
3
(6,5%)

Pada tabel 5.4 terlihat bahwa sebagian besar

Total
N (%)
5
(10,9%)
20
(41,7%)
21
(45,8%)
46
(100%)

P
value

95%CI

0,168

0,05

responden mengalami

kecemasan ringan (67,4%) terdiri dari usia 41-65 tahun (28,3%), usia 2140 tahun (28,3%), usia 15-20 tahun (10,9%). Terdapat 12 responden tidak
mengalami kecemasan terdiri dari usia 41-65 tahun (10,9%), usia 21-40
tahun (15,2%), dan hanya 3 responden yang memiliki kecemasan sedang
yaitu berusia 41-65 tahun (6,5%).

Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,169 ( = 0,05), dengan


demikian p value lebih besar dari alpha sehingga Ho diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi mayor elektif di ruang rawat RSUP
Fatmawati dan dapat.

b.

Hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan


Tabel 5.5. Analisa Hubungan jenis kelamin

dengan tingkat

kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di


Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.

Tingkat Kecemasan
Jenis
Kelamin

tidak ada
kecemasan
n (%)

Laki-laki

5 (10,9%)

Perempuan

7 (15,2%)

Total

12 (26,1%)

Ringan Sedang
Total
N (%)
n (%)
N (%)
14
3
22
(30,4%) (6.5%) (47,8%)
17
24
(37,0%) 0 (0%) (52,2%)
31
3
46
(67,4%) (6,5%) (100%)

P
value 95%CI

0,17

0,05

Pada tabel 5.5 menunjukan bahwa terdapat 31 responden


mengalami kecemasan ringan diantaranya berjenis kelamin perempuan
(37,0%), jenis kelamin laki-laki (30,4%). Terdapat 12 responden tidak
menglami kecemasan diantaranya berjenis kelamin perempuan
(15,2%), jenis kelamin laki-laki (10,9%), dan hanya 3 responden yang
mengalami kecemasan sedang yaitu berjenis kelamin laki-laki (6,5%).

Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,170 ( = 0,05),


dengan demikian p value lebih besar dari alpha sehingga Ho diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor elektif di
ruang rawat RSUP. Fatmawati.

c. Hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan


Tabel 5.6. Analisa Hubungan pendidikan dengan tingkat
kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di
Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.

Tingkat Kecemasan
Pendidikan

tidak ada
kecemasan
n (%)

Rendah

4 (8,7%)

Sedang

7 (15,2%)

Tinggi

1 (2,2%)

Total

12 (26,1%)

Ringan
n (%)
12
(26,1%)
8
(17,4%)
11
(23,9%)
31
(67,4%)

Sedang
Total
n (%)
N (%)
3
19
(6,5%) (41,7%)
15
0 (0%) (31,3%)
12
0 (0%) (27,1%)
3
46
(6,5%) (100%)

Tabel 5.6.1. Odd Rasio

Pendidikan
Rendah
Tinggi

Tingkat Kecemasan
Tidak
Cemas
Cemas
Ringan
4
1

12
11

OR

0,273

P
value 95%CI

0,043

0,05

Pendidikan
Rendah
Tinggi

Pendidikan
sedang
Tinggi

Pendidikan
sedang
Tinggi

Tingkat Kecemasan
Tidak
Cemas
Cemas
Sedang
4
1

3
0

Tingkat Kecemasan
Tidak
Cemas
Cemas
Ringan
7
8
1
11

Tingkat Kecemasan
Tidak
Cemas
Cemas
Sedang
7
0
1
0

OR
71955941

OR
0,175

OR
71955941

Katagori Referensi: Tidak ada kecemasan

Pada tabel 5.6 menggambarkan 31 responden mengalami


kecemasan ringan diantaranya responden yang berpendidikan rendah
(26,1%),berpendidikan sedang (17,4%), berpendidikan tinggi (23,9%).
Terdapat 12 responden yang tidak mengalami kecemasan terdiri dari

responden yang berpendidikan rendah (8,7%), berpendidikan sedang


(15,2%), berpendidikan tinggi (2,2%), dan hanya 3 responden yang
mengalami kecemaan sedang yaitu responden yang berpendidikan
rendah (6,5%).
Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,043 ( = 0,05),
dengan demikian p value lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan
dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor elektif di ruang
rawat RSUP Fatmawati.
Dari tabel diatas dapat diketahui dua nilai OR= 0,273 dan
OR=0,104 menujukan bahwa responden yang memiliki tingkat
pendidikan rendah beresiko mengalami kecemasan ringan 0,273 kali
sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang
beresiko mengalami kecemasan ringan 0,104 kali dibandingkan
dengan yang berpendidikan tinggi.

d. Hubungan pengalaman dengan tingkat kecemasan


Tabel 5.7. Analisa Hubungan pengalaman dengan tingkat
kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di
Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.

Tingkat Kecemasan
Pengalaman

tidak ada
kecemasan
N (%)

Ringan
n (%)

Sedang
n (%)

Total
N (%)

P
value
0,045

95%
CI
0,05

Ya

3 (6,5%)

Tidak

9 (19,6%)

Total

12 (26,1%)

10
(21,7%)
21
(45,7%)
31
(67,4%)

3
(6.5%)
0 (0%)
3
(6,5%)

16
(34,8%)
30
(65,2%)
46
(100%)

Table 5.7.1 Odd Rasio

Pengalaman
Ya
Tidak

Pengalaman
Ya
Tidak

Tingkat Kecemasan
Tidak
Cemas
Cemas
Ringan
3
9

10
21

Tingkat Kecemasan
Tidak
Cemas
Cemas
Sedang
3
9

3
0

OR

1,429

OR

855416691

Katagori Referensi: Tidak ada kecemasan

Pada tabel 5.7 menunjukan 31 responden mengalami


kecemasan ringan diantaranya responden yang memiliki pengalaman
operasi sebelumnya (21,7%), responden yang tidak memiliki

pengalaman operasi (45,7%). Terdapat 12 responden yang tidak


mengalami kecemasan terdiri dari responden yang

memiliki

pengalaman operasi (6,5%),

memiliki

responden

yang

tidak

pengalaman (19,6%), dan hanya 3 respnden yang memiliki kecemasan


sedang yaitu responden yang memiliki pengalaman operasi (6,5%).
Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,045 ( = 0,05),
dengan demikian p value lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis
pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor
elektif di ruang rawat RSUP Fatmawati dan diketahui nilai OR=1,429
hal ini berarti bahwa responden yang memiliki pengalaman operasi
sebelumnya beresiko mengalami kecemasan ringan 1.429 kali dari
respoden yang tidak memiliki pengalaman operasi.

e. Hubungan dukungan dengan tingkat kecemasan


Tabel 5.8. Analisa Hubungan dukungan dengan tingkat
kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di
Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.

Dukungan

Tingkat Kecemasan

tidak ada
kecemasan
n (%)
Ya

11 (23,9%)

Tidak

1 (2,2%)

Total

12 (26,1%)

P
Ringan Sedang
Total
value 95%CI
n (%)
n (%)
N (%)
30
3
22
(65,2%) (6.5%) (47,8%)
0,709 0,05
1
24
(2,2%) 0 (0%) (52,2%)
31
3
46
(67,4%) (6,5%) (100%)

Pada tabel 5.8 menggambarkan bahwah sebagian besar


responden mengalami keemasan ringan diantaranya responden yang
mendapatkan dukungan psikologis (65,2%), tidak mendapatkan
dukungan dari orang terdekat (2,2%), terdapat 12 responden yang
tidak menyalami kesemasan diantaranya responden yang mendapatkan
dukungan dari orang terdekat (23,9%), yang tidak mendapatkan
dukungan (2,2%), dan hanya 3 responden yang mengalami kecemasan
sedang yaitu responden yang mendapatkan dukungan dari orang
terdekat.
Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,709 ( = 0,05),
dengan demikian p value lebih besar dari alpha sehingga Ho diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor
elektif di ruang rawat RSUP Fatmawati.

f. Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemaasn

Tabel 5.9. Analisa Hubungan tingkat pengetahuan dengan


tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani
operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati
tahun 2009.

Tingkat Kecemasan
Tingkat
Pengetahuan
Kurang
Baik
Cukup

tidak ada
kecemasan
n (%)
8 (25,8%)
4 (33,3%)

P
value 95%CI
Total
N (%)
31
20(64,5%) 3(9,7%) (67,4%)
6 (19,4%) 0 (0%) 10(21,7%) 0,354 0,05
Ringan
n (%)

Sedang
n (%)

0(0%)
3
(6,5%)

Baik

0 (0%)

5(16,1%)

Total

12 (26,1%)

31 (100%)

5 (16,1%)
46 (100%)

Pada tabel 5.6 menunjukan bahwa sebagian besar responden


mengalami kecemasan ringan diantaranya responden yang memiliki
tingkat pengetahuan yang kurang baik (64,5%), memiliki pengetahuan
cukup (19,4%), memiliki pengetahuan yang baik (16,1%). Terdapat 12
responden yang tidak mengalami kecemasan diantaranya responden
yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik (25,8%),
memiliki pengethuan cukup (33,3%), memiliki pengetahuan yang baik
(0%), dan hanya 3 responden yang mengalami kecemasan sedang
yaitu responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik
(9,7%).
Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,354 ( = 0,05),
dengan demikian p value lebih besar dari alpha sehingga Ho diterima.

Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat


pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor
elektif di ruang rawat RSUP Fatmawati

BAB VI
PEMBAHASAN

Pada uraian dibawah ini, penulis akan menjelaskan beberapa variabel


meliputi pembahasan hasil penelitian tentang karakteristik responden,
kecemasan responden dan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kecemasan pasien pre operasi dalam menghadapi operasi mayor elektif di
ruang rawat bedah RSUP Fatmawati tahun 2009.
A. Tingkat kecemasan
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden mengalami kecemasan ringan yaitu 33 responden (68,8%),
sementara untuk pasien yang mengalami kecemasan sedang yaitu 3
responden (6,3%), dan pasien yang tidak mengalami kecemasan terdapat
12 responden (25%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden
yang memiliki kecemasan ringan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
responden yang memilik kecemasan sedang, dan terdapat beberapa
responden yang tidak mengalami kecemasan. Tanda-tanda yang sering
muncul pada responden diantaranya sering bangun pada malam hari,
denyut nadi meningkat, gemetar, merasa takut terhadap ruang operasi,
peralatan, dan takut operasi yang dilakukannya gagal.
Hal ini dikarenakan respon cemas seseorang tergantung pada
kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri,
dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart, 2007) dan juga
mekanisme

pertahanan

diri

yang

digunakan

untuk

mengatasi

kecemasannya antara lain dengan menekan konflik, impuls-impuls yang

tidak dapat diterima dengan secara sadar, tak mau memikirkan hal-hal
yang kurang menyenangkan dirinya (supresi).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hendri (2009) dengan sampel 38 orang, menunjukan bahwa sebagian
besar responden mengalami tingkat kecemasan ringan (44,7%) kecemasan
sedang (28.9%) dan kecemasan berat (26,3%). Tanda gejala yang sering
muncul pada responden yaitu irama jantung meningkat, nafas pendek,
gejala tidak enak lambung dan gemetar.
B. Karakteristik responden
Berdasarkan tabel 5.1 mengenai karakteristik responden yang
mempegaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi
mayor elektif menggambarkan bahwa sebagian besar responden berusia
antara 41-65 tahun

(45,7%), berjenis kelamin perempuan (52,2%),

berpendidikan rendah (41,3%), hampir seluruh responden (65,2%)


pengalaman pernah dioperasi sebelumnya (58,7%), dan hampir seluruh
responden mendapatkan dukungan psikologis (95,7%).
1. Usia
Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden
berusia 40-65 tahun (45,7%), pada usia pertengahan 40-65 tahun mulai
terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Hasil
analisis bivariat pada tabel 5.4 menunjukan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara usia responden dengan kecemasan yang dialami
(p=0,143, =0,05), penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan Budi santoso tahun 2008 dengan sampel yang diteliti
berjumlah 35 orang menunjukan ada hubungan yang signifikan antara
umur dengan tingkat kecemasan dengan X2=10,503 df=2 p=0,000
dinyatakan signifikan taraf 0,05 dan Molby (1998) memperlihatkan
adanya hubungan umur terhadap kecemasan pasien fraktur. Pasien
yang dikategorikan dewasa lanjut lebih dapat merespon kejadian
fraktur dengan koping individu yang baik dibandingkan kelompok
umur dibawahnya (Lukman, 2009).
Menurut Haryanto (2002) umur menunjukan ukuran waktu
pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi
dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan,
pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian
sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam
proses

berpikir

pada

individu

yang

berumur

dewasa

lebih

memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik


dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian besar
kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur cenderung lebih
mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur
dewasa (Lukman, 2009).

2. Pendidikan

Pendidikan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia bahwa


pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku

seseorang dalam usaha mendewasakan diri manusia melalui upaya


pengajaran dan latihan.
Hasil analisa bivariat pada tabel 5.6 menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan dengan

kecemasan pasien (p=0,043, = 0,05) dan di dapatkan nilai OR=


0,273 menujukan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan
rendah beresiko mengalami kecemasan ringan 0,273 kali sedangkan
responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang beresiko
mengalami kecemasan ringan 104 kali dibandingkan dengan yang
berpendidikan tinggi.
Hasil Riset yang dilakukan Stuarth and Sundden (1999)
menunjukan responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu
menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur
secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan
rendah (Lukman,2009). Kondisi ini menunjukan respon cemas berat
cenderung dapat kita temukan pada responden yang berpendidikan
rendah karena rendahnya pemahanan mereka terhadap kejadian fraktur
sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam
merespon kejadian fraktur.
g. Pengalaman
Hasil analisis bivariat pada tabel 5.7 menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan kecemasan

pasien yang akan menghadapi operasi jenis operasi mayor (p=0,045,

=0,05). Penelitian ini menunjukan nilai OR=1,429 hal ini berarti


bahwa responden yang memiliki pengalaman operasi sebelumnya
beresiko mengalami kecemasan ringan 1.429 kali dari respoden yang
tidak memiliki pengalaman operasi.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Robby (2009)
pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun
negatif

dapat

mempengaruhi

perkembangan

keterampilan

menggunakan koping. Keberhasilan seseorang pada masa lalu dapat


membantu individu untuk mengembangkan ketrampilan menggunakan
koping, sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan
seseorang menggunakan koping yang maladaptif terhadap stressor
tertentu.

4. jenis kelamin
Hasil analisa bivariat yang dijabarkan pada tabel 5.5 menunjukan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
dengan kecemasan pasien (p=0,170, =0,05). Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan Budi santoso berjudul hubungan antara
karakteristik demografi dengan kecemasan pasien pre operasi di RS.
Islam Amal Sehat Sragen tahun 2008, sampel yang diteliti berjumlah
35 orang menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dengan tingkat kecemasan dengan nilai X2=3,457 df=1


p=0,063 dinyatakan tidak signifikan taraf 0,05.
Penelitian ini tidak sesuai dengan hasil pengamatan tim psikologis
independen

program

kajian

psikolgis

Universitas

Indonesia

mendapatkan 56,41 % individu perempuan cenderung lebih berespon


cemas terhadap

kejadian fraktur dibandingkan individu laki-laki

(Lukman,2009). Diperkuat dengan teori Berkaitan dengan kecemasan


pada pria dan wanita oleh Sunaryo, 2004 yang menulis dalam bukunya
bahwa pada umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental
yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi
dirinya dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat
pengetahuan dan wawasan lebih luas dibanding perempuan, karena
laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan
sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani
aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga tingkat pengetahuan
atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan
penyakit, dan Myers (1983) mengatakan bahwa perempuan lebih
cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki
lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian
lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan
(Power dalam Myers, 1983) (Creasoft, 2008)
5. Dukungan

Hasil penelitian bivariat pada tabel 5.8 menunjukan bahwa tidak


ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi dengan jenis operasi
mayor (p=0,709, =0,05). Hal ini tidak sesuai dengan teori Kaplan
dan Saddock, 1994 yang mengatakan bahwa dukungan psikososial
keluarga adalah mekanisme hubungan interpersonal yang dapat
melindungi seseorang dari efek stress yang buruk, dan penelitian yang
dilakukan oleh Priyadi bahwa ada hubungan yang bermakna antara
Support System (Dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi dengan nilai Signifikasi (r) 0,000 dimana nilai r < 0.05

maka terjadi penolakan Ho. Hal ini membuktikan tidak semua


responden yang mendapat dukungan penuh dari keluarga tidak
memiliki kecemasan dan responden yang tidak mendapat dukungan
dari keluarganya memiliki kecemasan ringan.

Hasil penelitian ini didukung oleh Friedman, 1998 yang


menyatakan bahwa fungsi afektif keluarga merupakan dukungan
psiokososial keluarga kepada anggotanya, sehingga anggota keluarga
tersebut merasa nyaman dan dicintai akan tetapi jika fungsi yang
penting ini tidak adekuat maka individu akan merasa diasingkan dan
tidak diharapkan lai oleh keluarga.

C. Tingkat pengetahuan

Hasil analisis univariat didapatkan mayoritas responden (67,4%)


memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, memiliki tingkat pengetahuan
cukup (21,7%), dan memiliki pendidikan yang baik (10,9%).
Berdasarkan hasil penelitian bivariat menunjukan tidak adanya
hubungan yang signifikan antara Hubungan tingkat pengetahuan dengan
kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi mayor elektif di ruang rawat
bedah RSUP. Fatmawati. Hasil di atas dapat dilihat hasil uji statistik
didapatkan p=0,354 yang berarti lebih kecil dari =0,05 maka dapat
disimpulkan hipotesa Ho diterima sehingga tidak adanya hubungan yang
signifikan antara Hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien
yang akan menghadapi operasi mayor elektif.
Hal ini tidak sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh X yang
berjudul Hubungan tingkat pengetahuan informasi prabedah dengan tingkat
kecemasan pasien praoperasi yang menggambarkan bahwa 57,1% responden
memiliki pengetahuan yang baik tentang informasi prabedah, 92,9%
responden mengalami cemas sedang pada saat akan dilakukan operasi
(Grahacendikia, 2009) dan penelitian Budi santoso, 2008 yang menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan (0,05, nilai X2=22,857 df=2
p=0,000) antara Tingkat pengetahuan tentang pembedahan dengan tingkat
kecemasan
Hal ini menunjukan tidak semua responden yang memiliki
pengetahuan tinggi tidak mengalami kecemasan begitu juga responden yang
memiliki pengetahuan pra bedah kurang akan mengalami kecemasan berat,

hal ini mungkin tergantung terhadap persepsi atau penerimaan responden itu
sendiri terhadap operasi yang akn dijalankannya, mekanisme pertahanan diri
dan mekanisme koping yang digunakan. Pada sebagian orang yang
mengetahui informasi prabedah secara baik

justru akan meningkatkan

kecemasannya, dan sebaliknya pada responden yang mengetahui informasi


pra bedah yang minim justru membuatnya santai menghaapi operasinya, karna
menurut Asmadi (2008) setiap ada stresor yang menyebabkan individu merasa
cemas maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan
berbagai mekanisme koping.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan dan analisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor
elektif di ruang rawat inap RSUP Fatmawati Jakarta Selatan tahun 2009 ,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden yang mempegaruhi tingkat kecemasan yaitu


sebagian besar responden berusia antara 41-65 tahun (45,7%), berjenis
kelamin perempuan (52,2%), berpendidikan rendah (41,3%), sebagian
besar responden (65,2%) pengalaman pernah dioperasi sebelumnya, dan
hampir seluruh responden mendapatkan dukungan psikologis (95,7%).
2. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu
sebanyak 58,7%.
3. Sebagian besar responden mengalami tingkat kecmasan ringan yaitu
sebanyak 67,4%.
4. Dari 6 variabel independen yang diteliti, terdapat 4 variabel yaitu variabel
usia, variabel dukungan, variabel jenis kelamin dan variabel tingkat
pengetahuan dinyatakan tidak ada hubungan dengan tingkat kecemasan.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan tingkat
kecemasan
6. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
tingkat kecemasan
B. Saran
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Lebih dikaji kembali dalam mata ajar Keperawatan Dasar Manusia
mengenai persiapan pasien preoperasi, terutama persiapan psikologis dan
dalam mengatasi kecemasan.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

Lebih ditingkatkan kembali dalam memberikan asuhan keperawatan dan


pendidikan kesehatan kepada pasien preoperasi terutama pada persiapan
psikologis, membantu pasien mengarahkan mekanisme koping yang
adaptif, dan membantu keluarga untuk menjalankan fungsinya dalam
memberi dukungan agar tingkat kecemasan pasien menjadi berkurang.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Agar peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian yang sifatnya lebih
besar yaitu

dengan jumlah sempel yang lebih banyak, sampel yang

digunakan tidak hanya pasien operasi mayor elektif,

variabel yang

berbeda dan bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di


Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, Aziz. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba


Medika. 2006
Arikunto, S. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi ke-6. Jakarta: PT Rineka Cipta.
2006
Asmadi. Kebuthan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika. 2008
Brunner & Suddarth.. keperawatan medical bedah. Jakarta : EGC. 2002
Derajat, Zakiah. Kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung. 2001

Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik, Depkes RI. 2006&2007. Kegiatan


Pembedahan menurut kategori operasi pada RSU Depkes dan Pemda per
propinsi di Indonesia.
Fitri, Fausiah.. Psikologi abnormal Klinik dewasa. Jakarta: UI-Press. 2005

Guide and Ag Guide. MultSurvivalSurgery. www.iacuc.ufl.edu/.doc. diakses


pada tanggal 20 Mei 2009
Hawari, Dadang. Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta: FKUI. 2006
Ibrahim, Kusman, Dkk. Identifikasi stressor dan mekanisme koping pada klien
preoperasi di ruang perawatan bedah RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Bandung:UNPAD. 2005.
Indra S, Ferlina. 2002. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan pasien. http://digilib.itb.ac.id/gdl. diakses pada tanggal 21
April 2009
Lukman. Ansietas Pada Fraktur. http://l.blogspot.com. diakses pada tanggal 1
November 2009
Liza, Sri. Tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi sesar.
Jakarta: UI. 2002
Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika. 2008
Priyadi. 2009. Hubungan Support System (dukungan) Sosial dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Cesarea Di Ruang Anggrek
BRSD RAA Soewondo Pati. http://skripsistikes.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2009.
Potter, Patricia . Fundamental Of Nursing: Conceps, Process, Practice. Jakarta:
EGC. 2005
Rosintan. Gambaran tingkat kecemasan pasien menghadapi tindakan
operasi.jakarta: UI. 2003
Stuart, Gail W. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. 2007
Virginia. Types of Surgery. www. healthsystem. com. diakses pada tanggal 20
Mei 2009
S.E,Smith. major-surgery. www.wisegeek.com. diakses pada tanggal 20 Mei
2009

Santoso, Budi. 2009. Hubungan Antara Karakteristik Demografi dengan


Kecemasan Pasien Pra Operasi Di Rumah Sakit Islam Amal Sehat
Sragen tahun 2008. http://skripsistikes.wordpress.com. diakses pada
tanggal 26 Oktober 2009
Subianto, Teguh. 2009. Teori Kehilangan. http:// blogspot.com. diakses pada
tanggal 1 November 2009
Yulianti, Arum. 2009. Hubungan Dukungan Psikososial Keluarga Dengan
Kepatuhan Berobat Kliaen Gangguan Jiwa Di Unit Rawat Jalan Rumah
Sakit Jiwa Profinsi Jawa Barat. Bandung: STIKES Jendral Ahmad
Yani.

RIWAYAT HIDUP

Nama
: NYI DEWI KURAESIN
Tempat / tanggal lahir : Bekasi, 04 Februari 1988
Alamat
: Jl. Ir H Juanda No: 03 Kaum III rt/rw: 06/01, Bekasi 17113
Agama
: Islam
Status
: Belum menikah
Telepon / HP
: (021) 8818934/ 08567955200
Email
: wie_nyi@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD
: Tahun 1993-1999 SDN Patriot I
SLTP
: Tahun 1999-2002 Pondok pesantren AIC
SLTA
: Tahun 2002-2005 SMA Bani Saleh
Perguruan tinggi
: Tahun 2005-sekarang Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

Surat pernyataan persetujuan menjadi responden

Peneliti mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam


penelitian ini. Bagi saudara/i yang telah bersedia menjadi responden, kami
harapkan menandatangani pernyataan kesediaan menjadi responden di bawah
ini:
Nama

Tempat dan tanggal lahir

Alamat

Menyatakan bahwa
1. Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien
yang akan menghadapi operasi. Penelitian ini akan dilaksanakan oleh
Nyi Dewi Kuraesin sebagai mahasiswi program studi ilmu keperawatan,
Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Data saya dijamin kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat
membantu berlangsungnya proses penelitian

Jakarta, Agustus2009

Responden

peneliti

PETUNJUK UMUM

1. Setelah

responden

menyatakan

bersedia

dan

menandatangani

surat

persetujuan menjadi responden, maka responden dipersilahkan untuk mengisi


kuesioner yang sudah disediakan.
2. Jawablah semua pertanyaan dengan benar dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
Adapun petunjuk pengisian kuesioner, sebagai berikut:
 Petunjuk pengisian kuesioner karakteristik responden


Isilah pertanyaan pada data demografi dengan tepat dan benar.

Berilah tanda (V) pada kolom yang telah disediakan pada lemba
kuesioner, dan jawaban sesuai dengan keadaan sebenernya.

 Petunjuk pengisian kuesioner tingkat kecemasan




Kuesioner tingkat kecemasan diisi oleh peneliti, dengan menggunakan


teknik wawancara

Penelii menannyakan gejala-gejala kecemasan yang terdapat pada


kuesioner kepada responden

Keterangan:
0=tidak ada gejala
1=gejala ringan
2=gejala sedang
3=gejala berat
4=gejala berat sekali

 Petunjuk pengisian kuesioner tingkat pengetahuan




Isilah pertanyaan pada kuesioner tingkat pengetahuan dengan tepat


dan benar

Berilah tanda (X) pada jawaban yang telah disediakan pada lembar
kuesioner, dan jawaban sesuai dengan keadaan sebenernya.

A. Karakteristik Responden
Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi kolom yang tersedia dengan
memberi tanda (V) pada kolom yang anda pilih.

1.

Jenis kelamin

1. Laki-laki
2. Perempuan

2. Usia

1. 15-20

2. 21-40

3. 41-65

3. Pendidikan

1. SMP
2. SMA

4. Pengalaman operasi sebelumnya

1. ya
2. Tidak

5. Dukungan

1. ya
2. Tidak

3. Akademi/
perguruan
tinggi
Lain-lain.

B. Kuesioner Tingkat Kecemasan Pasien


Gejala Kecemasan
Perasaan Cemas:
 Cemas
 Firasat buruk
 Takut akan pikiran sendiri
 Mudah tersinggung
Ketegangan:
 Merasa tegang
 Lesu
 Tidak bias istirahat tenang
 Mudah terkejut
 Mudah menangis
 Gemetar
 Gelisah
Ketakutan:
 takut nyeri setelah pembedahan
 takut terjadi perubahan fisik,
 takut atau ngeri menghadapi
ruang operasi
 takut melihat peralatan
pembedahan dan petugas
 takut operasi gagal
 takut meninggal saat dibius atau
tidak sadar lagi.
Gangguan tidur:
 Susah tidur
 Terbangun pada malam hari
 Tidur tidak nyenyak
 Bangun dengan lesu
 Banyak mimpi-mimpi
 Mimpi buruk
 Mimpi menakutkan
Gangguan kecerdasan:
 Sulit konsentrasi
 Daya ingat menurun
 daya ingat buruk
Perasaan depresi (murung):
 hilangnya minat
 berkurangnya kesenangan pada
hobi
 sedih

Nilai Angka (Score)


1
2
3




bangun dini hari


perasaan berubah-ubah sepanjang
hari
Gejala somatik/fisik(otot):
 sakit dan nyeri di otot-otot
 kaku
 kedutan otot
 gigi gemerutuk
 suara tidak stabil
Gejala somatik/fisik(sensorik):
 telinga berdenging
 penglihatan kabur
 muka merah atau pucat
 Pmerasa lemas
 Perasaan ditusuk-tusuk
Gejala kardiovaskuler:
 denyut jantung cepat
 berdebar-debar
 nyeri di dada
 denyut nadi mengeras
 rasa lesu/lemas seperti mau
pingsan
 detak jantung
menghilang(berhenti sekejap)
Gejala respiratori(pernafasan):
 rasa tertekan atau sempit di dada
 rasa tercekik
 sering menarik nafas
 nafas pendek/sesak

Gejala gastro intestinal(pencernaan):


 sulit menelan
 perut melilit
 gangguan pencernaan
 nyeri sebelum dan sesudah mkn
 perasaan terbakar di perut
 rasa penuh atau kembung
 mual
 muntah
 Buang air besar lembek
 Sukar buang air besar(konstipasi)
 Kehilangan berat badan

Gejala Urogenital (perkemihan dan


genital):
 Sering BAK
 Tidak dapt menahan air seni
 Tidak datang bulan(haid)
 Darah haid berlebihan
 Darah haid amat sedikit
 Masa haid berkepanjangan
 Masa haid amat pendek
 Haid beberapa kali dalam sebulan
 Menjadi dingin
 Ejakulasi dini
 Ereksi melemah
 Ereksi hilang
 Impotensi
Gejala outonom:
 Mulut kering
 Muka merah
 Mudah berkeringat
 Kepala pusing
 Kepala terasa berat
 Kepala terasa sakit
 Bulu-bul berdiri

Tingkah laku (sempit) pada wawancara:


 Gelisah
 Tidak tenang
 Jari gemetar
 Kerut kening
 Muka tegang
 Otot tegang/mengeras
 Nafas pendek an cepat
 Muka merah

C. Kuesioner Tingkat Pengetahuan


1. Apakah dokter atau perawat sudah menjelaskan mengenai operasi yang akan
dijalankan?
a. Ia
b. Tidak
2. Menurut ibu, tergolong jenis operasi apa yang akan dijalani nanti.....??
a. Operasi besar
b. Operasi kecil
c. Tidak tahu
3. Salah satu persiapan sebelum menjalankan opearsi adalah puasa. Menurut
anda, minimal berapa lama pasien diharuskan berpuasa sebelum menjalankan
operasi...??
a. 6-8 jam
b. 8-10 jam
c. Tidak tahu
4. Menurut anda, anastesi (biusan) apa yang akan diberikan kepada anda sesaat
sebelum operasi dilakukan
a. Bius total
b. Bius lokal
c. Bius regional
d. Tidak tahu

5. Menurut anda efek yang timbul dari anastesi (biusan) diberikan sesaat setelah
operasi berlangsung??
a. Sulit bernafas
b. Perdarahan
c. infeksi
d. Tidak tahu
6. Apakah anda mengetahui komplikasi (kemungkinan buruk) yang terjadi dari
tindakan opeasi yang akan di jalankan??
a. Tahu
b. Tidak tahu
7. Menurut anda, kapan pasien yang sudah menjalankan operasi diperbolehkan
makan/minum?

8.

Sesaat setelah sadar

Sesaat setelah platus (kentut)

Tidak tahu

Menurut anda, apakah mobilisasi setelah operasi dapat mempercepat


penyembuhan luka operasi?
a. Iya
b. Tidak
c. Tidak Tahu

Hasil Uji Statistik Analisis Univariat Karakteristik karakteristik


pasien

Frequencies
Statistics
N

Valid
Missing

Pengalama
n
46
0

pendidikan
46
0

dkungan
46
0

jk
46
0

usia
46

Tingkat
pengetahuan
46
0

Frequency Table

Pengalaman

Valid

Ya
Tidak
Total

Frequenc
y
16
30
46

Percent
34,8
65,2
100,0

Valid Percent
34,8
65,2
100,0

Cumulative
Percent
34,8
100,0

Pendidikan
Frequency
Valid

pendidikan
rendah
pendidikan
sedang
pendidikan tinggi
Total

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

19

41,3

41,3

41,3

15

32,6

32,6

73,9

12
46

26,1
100,0

26,1
100,0

100,0

Dukungan

Valid

Iya
tidak
Total

Frequency
44
2
46

Percent
95,7
4,3
100,0

Valid Percent
95,7
4,3
100,0

Cumulative Percent
95,7
100,0

Jenis Kelamin

Valid

laki-laki
Perempuan
Total

Frequency
22
24
46

Percent
47,8
52,2
100,0

Valid Percent
47,8
52,2
100,0

Cumulative
Percent
47,8
100,0

Usia

Valid

15-20
21-40
41-65
Total

Frequency
5
20
21
46

Percent
10,9
43,5
45,7
100,0

Valid Percent
10,9
43,5
45,7
100,0

Cumulative
Percent
10,9
54,3
100,0

Tingkat Pengetahuan

Valid

kurang
cukup
baik
Total

Frequency
31
10
5
46

Percent
67,4
21,7
10,9
100,0

Valid
Percent
67,4
21,7
10,9
100,0

Cumulative
Percent
67,4
89,1
100,0

Hasil Uji Statistic Analisa Bivariat Karakteristik Pasien,


tingkat pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent

Valid
N

Percent

pengalaman *
kecemasan kat

46

100,0%

Total
N

,0%

Percent
46

100,0%

pengalaman * kecemasan kat Crosstabulation


Kecemasan kat
kecemasan
ringan

tidak ada
kecemasan
pengalama
n

Ya

Tidak

Total

Count
Expected Count
% within pengalaman
% of Total
Count
Expected Count
% within pengalaman
% of Total
Count
Expected Count
% within pengalaman
% of Total

kecemasan
sedang

10

16

4,2
18,8%
6,5%
9
7,8
30,0%
19,6%
12
12,0
26,1%
26,1%

10,8
62,5%
21,7%
21
20,2
70,0%
45,7%
31
31,0
67,4%
67,4%

1,0
18,8%
6,5%
0
2,0
,0%
,0%
3
3,0
6,5%
6,5%

16,0
100,0%
34,8%
30
30,0
100,0%
65,2%
46
46,0
100,0%
100,0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
6,218(a)
6,959
3,192

2
2

Asymp. Sig.
(2-sided)
,045
,031

,074

Df

Total
tidak ada
kecemasan

46

a 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
1,04.

Parameter Estimates
kecemasan kat(a)
kecemasan ringan

kecemasan sedang

df

Sig.

95% Confidence Interval for


Exp(B)

Exp(B)

Upper Bound
,033
,643
.
,000

Intercept
[pengalaman=1]
[pengalaman=2]
Intercept
[pengalaman=1]

1
1
0
1
1

[pengalaman=2]

Lower Bound
1,429
.

Upper Bound

,316
.

85541669
1,013
.

6,455
.

855416691,013 855416691,013
.

a The reference category is: tidak ada kecemasan.


b This parameter is set to zero because it is redundant.
Crosstabs

Case Processing Summary


Valid
N
pendidikan *
kecemasan kat

Percent

46

100,0%

Cases
Missing
N
Percent

Total
N

,0%

Percent

46

100,0%

pendidikan * kecemasan kat Crosstabulation


kecemasan kat
kecemasan
ringan

tidak ada
kecemasan
pendidikan

pendidikan
rendah

pendidikan
sedang

pendidikan
tinggi

Count
Expected
Count
% within
pendidikan
% of Total
Count
Expected
Count
% within
pendidikan
% of Total
Count

kecemasan
sedang

Total
tidak ada
kecemasan

12

19

5,0

12,8

1,2

19,0

21,1%

63,2%

15,8%

100,0%

8,7%

26,1%

6,5%

41,3%

15

3,9

10,1

1,0

15,0

46,7%

53,3%

,0%

100,0%

15,2%

17,4%

,0%

32,6%

11

12

Expected
Count
% within
pendidikan
% of Total

Total

Count
Expected
Count
% within
pendidikan
% of Total

3,1

8,1

,8

12,0

8,3%

91,7%

,0%

100,0%

2,2%

23,9%

,0%

26,1%

12

31

46

12,0

31,0

3,0

46,0

26,1%

67,4%

6,5%

100,0%

26,1%

67,4%

6,5%

100,0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
N of Valid Cases

Value
9,873(a)

df
4

Asymp. Sig.
(2-sided)
,043

46

Parameter Estimates
kecemasan kat(a)

kecemasan ringan

kecemasan sedang

df

Intercept
[pendidikan=1]
[pendidikan=2]
[pendidikan=3]
Intercept
[pendidikan=1]

Sig.

95% Confidence Interval for


Exp(B)
Lower
Bound
Upper Bound

Exp(B)

1
1
1
0
1

,022
,276
,052
.
,000

,273
,104
.

,026
,011
.

2,829
1,020
.

71955941,
680

71955941,68
0

71955941,680

1,000

,175

,000

.(c)

[pendidikan=2]
1
[pendidikan=3]

a The reference category is: tidak ada kecemasan.


b This parameter is set to zero because it is redundant.
c Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is therefore set to system
missing.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent

Valid
N
dkungan *
kecemasan kat

Percent
46

100,0%

,0%

Total
N

Percent
46

100,0%

Dukungan * kecemasan kat Crosstabulation

dkungan

Iya

Tidak

Total

Count
Expected Count
% within dkungan
% of Total
Count
Expected Count
% within dkungan
% of Total
Count
Expected Count
% within dkungan
% of Total

Tidak ada
kecemasan
11
11,5
25,0%
23,9%
1
,5
50,0%
2,2%
12
12,0
26,1%
26,1%

kecemasan kat
kecemasan
ringan
30
29,7
68,2%
65,2%
1
1,3
50,0%
2,2%
31
31,0
67,4%
67,4%

kecemasan
sedang

Total
tidak ada
kecemasan

3
2,9
6,8%
6,5%
0
,1
,0%
,0%
3
3,0
6,5%
6,5%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
,689(a)
,734
,658

2
2

Asymp. Sig.
(2-sided)
,709
,693

,417

df

46

a 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
,13.

44
44,0
100,0%
95,7%
2
2,0
100,0%
4,3%
46
46,0
100,0%
100,0%

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Valid
N
jk * kecemasan kat

Percent
100,0%

46

Total
N

Percent
100,0%

46

jk * kecemasan kat Crosstabulation


tidak ada
kecemasan
jk

laki-laki

Perempuan

Total

Count
Expected Count
% within jk
% of Total
Count
Expected Count
% within jk
% of Total
Count
Expected Count
% within jk
% of Total

5
5,7
22,7%
10,9%
7
6,3
29,2%
15,2%
12
12,0
26,1%
26,1%

kecemasan kat
kecemasan
ringan
14
14,8
63,6%
30,4%
17
16,2
70,8%
37,0%
31
31,0
67,4%
67,4%

kecemasan
sedang
3
1,4
13,6%
6,5%
0
1,6
,0%
,0%
3
3,0
6,5%
6,5%

Total
tidak ada
kecemasan
22
22,0
100,0%
47,8%
24
24,0
100,0%
52,2%
46
46,0
100,0%
100,0%

Crosstabs
Case Processing Summary
Valid
N
usia * kecemasan kat

46

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
46

Percent
100,0%

usia * kecemasan kat Crosstabulation


kecemasan kat
kecemasan
ringan
0
5
1,3
3,4
,0%
100,0%
,0%
10,9%

tidak ada
kecemasan
usia

15-20

Count
Expected Count
% within usia
% of Total

kecemasan
sedang
0
,3
,0%
,0%

Total
tidak ada
kecemasan
5
5,0
100,0%
10,9%

21-40

41-65

Total

Count
Expected Count
% within usia
% of Total
Count
Expected Count
% within usia
% of Total
Count
Expected Count
% within usia
% of Total

7
5,2
35,0%
15,2%
5
5,5
23,8%
10,9%
12
12,0
26,1%
26,1%

13
13,5
65,0%
28,3%
13
14,2
61,9%
28,3%
31
31,0
67,4%
67,4%

0
1,3
,0%
,0%
3
1,4
14,3%
6,5%
3
3,0
6,5%
6,5%

20
20,0
100,0%
43,5%
21
21,0
100,0%
45,7%
46
46,0
100,0%
100,0%

Chi-Square Tests
Value
6,426(a)
8,705

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

4
4

Asymp. Sig.
(2-sided)
,169
,069

,645

df

,213
46

a 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
,33.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pengetahuan kat *
kecemasan kat

Percent
46

100,0%

Missing
Percent
0

Total
N

,0%

Percent
46

100,0%

pengetahuan kat * kecemasan kat Crosstabulation


kecemasan kat
kecemasan
ringan

tidak ada
kecemasan
peng
kat

kurang

cukup

Count
% within peng kat
% within kecemasan kat
% of Total
Count
% within peng kat

Total
tidak ada
kecemasan

kecemasan
sedang

20

31

25,8%
66,7%
17,4%
4
40,0%

64,5%
64,5%
43,5%
6
60,0%

9,7%
100,0%
6,5%
0
,0%

100,0%
67,4%
67,4%
10
100,0%

baik

Total

% within kecemasan kat


% of Total
Count
% within peng kat
% within kecemasan kat
% of Total
Count
% within peng kat
% within kecemasan kat
% of Total

33,3%
8,7%
0
,0%
,0%
,0%
12
26,1%
100,0%
26,1%

19,4%
13,0%
5
100,0%
16,1%
10,9%
31
67,4%
100,0%
67,4%

,0%
,0%
0
,0%
,0%
,0%
3
6,5%
100,0%
6,5%

21,7%
21,7%
5
100,0%
10,9%
10,9%
46
100,0%
100,0%
100,0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
4,407(a)
6,423

4
4

Asymp. Sig.
(2-sided)
,354
,170

,972

df

,001
46

a 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
,33.

Parameter Estimates
kecemasan kat(a)

df

Sig.

Exp(B)

95% Confidence Interval for Exp(B)


Lower Bound

kecemasan
ringan

Intercept
[pengkat=1]
[pengkat=2]

,020

,095

,997

,327

1
1
0

.
.
.

Upper Bound

,278
10830081
1,666

,062

1,250

,000

.(b)

2,77E-009
,500
.

2,77E-009
,500
.

2,77E-009
,500
.

[pengkat=3]

kecemasan
sedang

Intercept
[pengkat=1]
[pengkat=2]
[pengkat=3]

a The reference category is: tidak ada kecemasan.


b Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is
therefore set to system missing

Hasil Uji Validitas Tingkat Pengetahuan

Reliability
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excluded(
a)
Total

20

%
100,0

,0

20

100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,722

N of Items
8

Item- Total Statistics

p1
p2
p3
p4
p5
p6
p7
p8

Scale Mean
if Item
Deleted
3,80
3,85
4,15
4,75
4,05
4,65
3,75
4,25

Scale
Variance if
Item Deleted
2,063
2,239
1,924
2,934
1,945
2,661
2,934
1,987

Corrected
Item-Total
Cronbach's Alpha if
Correlation
Item Deleted
,632
,643
,651
,653
,544
,664
,000
,737
,586
,650
,178
,734
,000
,737
,473
,686

Hasil Uji Validitas Tingkat Kecemasan

Reliability
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excluded(
a)
Total

20

%
100,0

,0

20

100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,824

N of Items
91

Item-Total Statistics

b1
b2
b3
b4
b5
b6
b7
b8
b9
b10
b11
b12
b13
b14
b15
b16
b17
b18
b19
b20
b21

Scale Mean if
Item Deleted
92,5500
93,8500
93,8500
93,8000
92,5500
92,8000
92,3500
92,7500
93,1000
94,1000
92,0500
92,1000
92,7000
92,2500
91,7500
92,5500
92,1500
92,6000
92,5500
92,1500
92,9500

Scale
Variance if
Item Deleted
195,524
200,976
199,503
198,168
197,839
200,589
205,503
198,092
199,358
205,147
201,208
206,621
198,537
201,355
208,303
200,682
206,450
197,305
196,787
196,239
196,576

Corrected
Item-Total
Correlation
,295
,136
,151
,211
,366
,251
-,122
,379
,247
-,091
,138
-,200
,306
,140
-,223
,133
-,191
,284
,245
,529
,505

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
,821
,824
,824
,823
,820
,822
,827
,820
,822
,827
,824
,828
,821
,824
,831
,824
,828
,821
,822
,818
,819

b22
b23
b24
b25
b26
b27
b28
b29
b30
b31
b32
b33
b34
b35
b36
b37
b38
b39
b40
b41
b42
b43
b44
b45
b46
b47
b48
b49
b50
b51
b52
b53
b54
b55
b56
b57
b58
b59
b60
b61
b62
b63
b64
b65
b66

93,7500
94,1500
92,9000
94,3500
94,3000
94,3500
94,4500
94,1500
92,5500
92,0500
92,7500
93,7000
94,0000
93,9500
94,4500
93,7000
93,9000
92,4500
91,7000
93,2500
94,5500
94,0000
92,3500
94,3500
92,4000
94,3500
94,4500
93,0500
94,5500
93,8000
94,0500
94,4000
94,4000
94,2000
92,4500
93,3500
92,6500
93,4000
93,4500
92,1000
92,8500
94,2500
94,0500
94,0500
94,2500

191,987
194,871
200,305
195,713
196,537
190,450
200,366
203,924
198,892
206,261
202,408
182,432
190,105
195,103
202,050
204,326
200,095
199,418
202,326
208,303
203,945
195,579
198,029
206,239
200,253
197,713
202,050
198,050
203,945
202,484
206,471
203,305
204,463
190,274
198,576
201,082
195,292
209,095
195,839
202,937
203,924
205,355
197,418
187,524
194,724

,534
,404
,245
,544
,461
,677
,400
-,025
,541
-,175
,053
,769
,578
,356
,206
-,049
,179
,510
,142
-,253
,000
,411
,383
-,171
,343
,525
,206
,390
,000
,038
-,166
,048
-,062
,714
,608
,104
,405
-,176
,232
,051
-,019
-,106
,361
,695
,425

,816
,819
,822
,818
,819
,814
,822
,827
,820
,828
,825
,808
,814
,819
,823
,825
,823
,821
,824
,830
,824
,819
,820
,828
,822
,819
,823
,820
,824
,826
,828
,824
,826
,813
,820
,825
,819
,838
,823
,825
,826
,827
,820
,812
,818

b67
b68
b69
b70
b71
b72
b73
b74
b75
b76
b77
b78
b79
b80
b81
b82
b83
b84
b85
b86
b87
b88
b89
b90
b91

94,2500
94,5500
94,4000
94,5500
94,4500
94,4500
93,8000
93,7000
94,5500
94,3000
93,8000
94,0000
93,6000
93,5000
93,7500
94,3500
93,3500
93,0000
92,9500
93,9000
93,8500
93,4000
94,3000
94,3500
94,3000

187,776
203,945
192,568
203,945
196,261
205,524
199,221
195,589
203,945
205,484
197,116
207,895
199,411
208,158
206,092
197,608
198,871
193,579
197,103
197,779
193,397
206,147
198,011
204,345
207,800

Scale Statistics
Mean
94,5500

Variance
203,945

Std. Deviation
14,28092

N of Items
91

,778
,000
,587
,000
,597
-,190
,152
,250
,000
-,136
,256
-,207
,125
-,181
-,115
,412
,270
,594
,467
,352
,408
-,222
,364
-,045
-,316

,811
,824
,816
,824
,818
,826
,824
,822
,824
,827
,822
,831
,825
,833
,830
,820
,822
,816
,819
,820
,818
,827
,820
,826
,829

Anda mungkin juga menyukai