PERDARAHAN PERSALINAN
Seorang pasien usia 27 tahun datang ke IGD RSUD dengan keluhan nyeri pada perut sejak 3
jam yang lalu disertai dengan keluar darah dari kemaluan. Usia kehamilan dihitung dari haid
terakhir didapatkan 34 minggu. Pasien melakukan Antenatal Care di puskesmas sebanyak 4
kali dan terakhir kontrol satu minggu yang lalu. Pasien juga pergi ke paraji dan periksa
terakhir sebelum ke RS untuk di urut. Selama kehamilan pasien mengalami kenaikan berat
badan 10 kg dan tidak ada edema pada tungkai. Dari riwayat penyakit keluarga diketahui
tidak ada riwayat penyakit jantung, ginjal, DM, dan hipertensi dalam keluarganya. Dilakukan
pemeriksaan fisik dengan hasil pasien tampak sakit sedang dan di dapatkan tekanan darah
110/70 mmHg, frekuensi nadi 110 kali permenit. Dari status obstetri di dapatkan tinggi
fundus uteri 28 cm, denyut jantung janin tidak jelas, dilakukan pemeriksaan inspekulo
tampak darah warna merah kehitaman mengalir dari OUI dan pembukaan cerviks tidak ada.
Selanjutnya di lakukan pemeriksaan penunjang USG dengan hasil kehamilan tunggal dengan
janin presentasi kepala dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan protein urin negatif.
Dari pemeriksaan CTG didapatkan kesan gawat janin.
Sasaran belajar
LI.1. Memahami dan menjelaskan perdarahan pada kehamilan
LI.2. Memahami dan menjelaksa tatalaksana pada kasus di skenario
perdara
serv
us
Abortusim
han
iks
Sedikit - tertu
konsepsi
Masih di Sesuai
inens
sedang
tup
dalam
Abortusins
Sedang - terb
uterus
Masih
ipien
banyak
dalam
uka
Hasil
Besar uterus
Gejala lain
usia Kram, dan nyeri perut
kehamilan
dari
usia
Abortusin
Sedikit - terb
uterus
Keluarseb
komplit
Abortusko
banyak
uka
Sedikit tertu
agian
Keluarselu
akehamilan
Lebihkecildariusi
Keluarjaringan
Nyeri
dank
mplit
tidakada
ruhnya
akehamilan
peruttidakdirasakanatauhan
tup
kehamilan
Lebihkecildariusi
Kramdannyeriperut
ram
yasedikitbilaada.
Uterus agakkenyal
Abortus
Tid
tertu
Tidakada
Lebihkecildariusi
Tanda-
abortion
aka
tup
(mati)
akehamilan
tandakehamilanmenghilang
da
Diagnosis
Anamnesis : riwayat kehamilan dan abortus sebelumnya, jumlah perdarahan,
jaringan yang keluar, riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan.
Pemeriksaan obstetric dan ginekologi : manuver leopold, denyut jantung
janin dan inspeksi ostium serviks
Pemeriksaan penunjang :
I.
Darah perifer lengkap : kadar Hb untuk menilai anemia, leukosit dan
II.
III.
memeriksa kehamilan.
Ultrasonografi : melihat kantung gestasi, embrio, denyut jantung dan
sebaginya.
Tatalaksana
1. Abortus iminens / mengancam
Tirah baring
Analgesic untuk meredakan nyeri
Pemeriksaan kadar -hCG dan progesterone bila memungkinkan
Evaluasi kehamilan apabila perdarahan berat dengan anemia dan
hypovolemia
2. Abortus insipient dan abortus inkomplit
Evalusi sisa hasil konsepsi dengan kuretase tajam atau aspirasi
vakum manual, kuretase dapat dilakukan dengan menggunakan blok
%
Pada pasien dengan perdarahan yang tidaak terkontrol, hasil konsepsi
konfirmasi.
4. Missed abortus
Pada trimester kedua, uterus dikosongkan dengan metode dilatasi dan
evakuasi. Serviks dipersiapkan dengan menggunakan misoprostol
dan atau dilatasi pasif dengan laminaria. Setelah itu dilakukan
pervaginam.
5. Abortus septik
Prinsip terapi : evakuasi uterus dan antibiotic parenteral (sebelum,
selama dan sesudah pembersihan jaringan nekrosis dengan kuretase).
Pilihan antibiotic :
i. Ampisilin oral 500 mg/6jam atau 1 g IV/4jam.
ii. Gentamisin 1.5 mg/KgBB/8 jam diberikan IV atau IM
iii.
Metronidazol oral 500 mg/6 jam atau 1 g IV /12 jam.
Terapi suportif : infus cairan (NaCL ringer laktat) pemasangan
Prognosis
Pada abortus iminens, janin biasanya masih dapat diselamatkan, bergantung pada jumlah
perdarahan yang dialami sang ibu. Prognosis ibu pada abortus iminens juga baik. Pada
aborted insipient, inkomplit dan komplit, prognosis sang ibu baik.
Komplikasi
Perdarahan hebat dan persisten sepsis, infeksi, sinekia intrauterine, infertilitas, perforasi
dinding uterus serta cedera usus dan kandung kemih.
Pencegahan
Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan awal kehamilan. Perlindungan terhadap paparan
za-zat kimia/lingkungan yang berbahaya bagi kehamilan.
Edukasi untuk mencegah terjadinya infeksi yang dapat membahayakan kehamilan. Control
kondisi seperti hipertensi dan diabetes melitus.
2. MOLA HIDATOSA
Definisi
Kehamilan abnormal yang memiliki karakter seperti buah anggur serta uterus yang
mengalami distensi. Biasanya, tidak ada janin intak yang terbentuk. Sinoni m nya adalah
hamil anggur. Mola hidatidosa dapat komplit atau parsial. Pada mola yang parsial, embrio
masih terbentuk.
Faktor resiko
Perempuan usia <20 tahun atau >40 tahun, nulipara, status ekonomi rendah, diet rendah
protein, asam folat rendah dan kadar karoten darah rendah.
Patofisiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti terjadinya mola hidatidosa. Ada beberapa teori
yang muncul untuk menjelaskan terjadinya kondisi ini. Pada teori missed abortion, janin yang
terbentuk mati pada minggu ke-3 sampai 5 kehamilan. Akibatnya, terjadilah gangguan
peredaran darah sehingga cairan tertimbun dalam jaringan mesenkim villi. Teori neoplasma
menjelaskan terjadinya abnormalitas sel trofoblas dan fungsinya sehingga terjadi resorbsi
cairan dalam jumlah berlebihan kedalam villi. Akibatnya muncul gelembung-gelembung
yang mengganggu peredaran darah, selanjutnya, terjadi kematian janin.
Manifestasi klinis
pasien)
Sebagian kecil pasien mengalami pre-eklamsia atau hipertiroidisme
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Begitu terdetaksi, mola hidatidosa harus segera di evakuasi. Pilihan utama adalah dengan
menggunakan aspirasi vakum, setelah sebagian besar massa keluar, diberikan oksitosin
intravena, dilanjutkan sampai 24 jam setelah evakuasi. Apabila diperlukan jaringan untuk
histopatologi, kuretase tajam dapat dilakukan. Perdarahan yang muncul dari prosedur
kuretase mola hidatidosa biasanya berjumlah sedang.Apabila mola hidatidosa yang besar (>
12 minggu kehamilan) dievakuasi dengan aspirasi vakum, laparatomi harus disiapkan.
Apabila terjadi perforasi atau perdarahan, histerektomi, histerotomi, serta ligase arteri.
Setelah evakuasi, pemeriksaan -hCG serial harus dilakukan sampai kadarnya tidak
terdeteksi lagi.
3. KEHAMILAN EKTOPIK
Definisi
Terjadinya implantasi ovum diluar rongga uterus, sebanyak 95% kehamilan ektopik terjadi di
tuba fallopi sedangkan 5% sisanya terdistribusi di ovarium, serviks, dan rongga peritoneum.
Etiologi dan faktor resiko
Resikotinggi
Riwayataoperasi tuba
Resikosedang
infertilitas
Resikorendah
Riwayatoperasipanggul /
Sterilisasi
Riwayatinfeksi genital
Riwayatkehamilanektopik Pasanganseksual>1
Paparandietilstilbestrol in Sedikitsampaitidakada
abdomen
Merokok
Kebiasaanbilas vagina
Usiapertama
kali
utero
berhubunganseks>18
Penggunaanakdr
Adanyapatologipada tuba.
Tidakada
tahun
Tertutup
Patofisiologi
Rupture biasanya terjadi spontan dan awitan rupture dipengaruhi lokasi implantasi. Apabila di
ismus, waktu rupture biasanya pada minggu le 6 kehamilan sampai 8 karena diameternya
relative kecil. Implantasi di ampula biasanya rupture pada minggu ke 8 sampai 12 kehamilan,
sedangkan di interstitium pada minggu ke 12 sampai 16 kehamilan. Perdarahan pada rupture
interstitium lebih massif karena lebih dekat dengan pembuluh darah uterus dan ovarium.
Setelah rupture hasik konsepsi dapat diserap atau tinggal menjadi massa pada abdomen.
Manifestasi klinis
Nyeri, biasanya terjadi karena rupture. Dapat bersifat bilateral, unilateral, local
ataupun menyeluruh.
Perdarahan dari vagina, biasanya bercak-bercak (spotting)
Sikop, merupakan tanda perdarahan yang lebih lanjut
Abdominal and pelvic tenderness, dapat difus maupun terlokalisasi
Perubahan uterus, dapat membesar dan melunak seperti pada kehamilan.
Instabilitas tanda vital
Terabanya massa pada adneksa
Pemirksaan penunjang
Darah perifer lengkap : hemoglobin atau hematocrit untuk skrining
kegawatdaruratan.
Pemeriksaan kehamilan : -hCG positif pada kehamilan ektopik
Pemeriksaan khusus : USG untuk membedakan dengan kehamilan normal,
abortus, dan blighted ovum. Modlitas pemeriksaan lainnya antara lain
laparoskopi dan MRI.
Tatalaksana
Ada beberapa jenis tata laksana yang dilakukan pada kehamilan ektopik :
tidaknya kehamilan.
Tata laksana emergensi
Dilakukan ketika diagnosis kehamilan ektopik dengan perdarahan
ditegakkan. Pada pasien dengan tanda vital yang tidak stabil juga
dilakukan tata laksana emergensi.
1. Plasenta previa
Definisi
Plasenta yang terimplantasi dekat atau pada ostium serviks interna. Ada beberapa letak
plasenta previa :
plasenta.
Plasenta previa parsial : ostium serviks interna tertutup sebagian oleh
plasenta
Plasenta previa marginalis : ujung plasenta berada pada tepi ostium serviks
interna
Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di
sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).
Klasifikasi
Pembagian plasenta previa menurut tingkatannya :
1. Tinkat 1 , plasenta previa letak rendah (pada pembukaan 4 cm ujung jari dapat
meraba tepi plasenta)
2. Tingkat II, plsenta previa marginalis, tepi plasenta berimpitan dengan tepi
pembukaan, dulu digunakan pembukaan 4 cm.
3. Tingkat III, plasenta previa parsialis, plasenta menutupi sebagian pembukaan 4
cm.
4. Tingkat IV, plasenta previa totalis, seluruh ostium uteri internum tertutup oleh
plasenta, pada pembukaan 4 cm.
Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
a. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
b. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
c. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan
menutupi sebagian ostium uteri internum.
parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan
keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).
Faktor resiko
1. Usia penderita
Umur muda karena endometrium masih belum sempurna
Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
Bekas operasi, bekas kuretase atau plasenta manual
Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
Pada keadaan malnutrisi.
4. Kebiasaan merokok
faktor Risiko Plasenta Previa
a. Faktor predisposisi
Menurut Manuaba (1998), faktor faktor yang dapat meningkatkan kejadian
plasenta previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun
dan pada umur > 35 tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium yang
cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau manual plasenta, perubahan
endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan malnutrisi karena
plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas
persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan 2
tahun. Menurut Mochtar (1998), faktor faktor predisposisi plasenta previa
yaitu: 1) Umur dan paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di
Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil.
Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana
endometrium masih belum matang. 2) Endometrium yang cacat Endometrium
yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium bekas persalinan
berulang ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage,
dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium
belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Hipoplasia endometrium : bila kawin
dan hamil pada umur muda.
b. Faktor pendukung
Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi
plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa,
diantaranya : 1) Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti :
fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah
Caesar atau aborsi). 2) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium
belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip
endometrium. Menurut Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi
pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes
mellitus, atau kehamilan multipel. Sebab sebab terjadinya plasenta previa
yaitu : beberapa kali menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan kuretase, serta
kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur (Manuaba, 2001).
c. Faktor pendorong
Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan perubahan
atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok
berat (lebih dari 20 batang sehari) Sastrawinata,(2005).
Patofisiologi
Implantasi plasenta di segmen bawah Rahim sehingga menutupi kanalis servikalis dan
mengganggu proses persalinan dengan terjadi perdarahan. Implantasi plasenta di segmen
bawah Rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima
implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi janin, villi korealis pada korion leave yang persisten.
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga
dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta
terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi
bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan
pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak
plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada
plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa
terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada
plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).
Manifestasi klinis
Perdarahan tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya jarang dalam jumlah banyak
melainkan terus berkurang. Sesekali perdarahan juga berulang. Bisa pada saat
abnormal :
1. Plasenta akreta : vili-vili plasenta menempel pada myometrium
2. Plasenta inkreta : vili-vili plasenta menginvasi miometrum
3. Plasenta perkreta : vili-vili plasenta menembus melewati myometrium
Adanya plasenta akreta, inkreta, atau perkreta akan menyebabkan perdarahan yang
lebih hebat. Kemungkinan infeksi makin tinggi sampai perforasi uterus.
Bentuk perdarahan dapat sedikit atau banyak dan menimbulkan penyulit pada
janin maupun ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai syok.
Sedangkan pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin
dalam Rahim.
Implantasi plasenta di segmen bawah Rahim menyebabkan bagian terendah
tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan kelainan letak
janin dalam Rahim.
diagnosis
pasti,
mempersiapkan
tindakan
untuk
Diagnosis banding
Gejala dan tanda
Faktor
predisposisi
* Perdarahan tanpa nyeri, usia * multipara
Penyulit lain
Diagnosis
* Syok
Plasenta
* mioma uteri
* Darah segar
* usia lanjut
koitus
*Perdarahan
dapat
terjadi *kuretase
uterus
aktivitas
fisik,
kontraksi * bekas SC
* merokok
terjadi
gawat
janin
* Syok
* versi luar
yang
tidak Solusio
darah (tersembunyi)
* anemia berat
* Polihidramnion
Melemah
hilangnya
jantung janin
segar.
gawat
atau
denyut
janin
hilangnya
atau
denyut
jantung janin
* Uterus tegang dan
nyeri
* Perdarahan intraabdominal * Riwayat seksio *Syok atau takikardia
dan/atau vaginal
*
Nyeri
hebat
perdarahan
dan
kemudian
hilang
sesarea
Ruptur
yg kasep
setelah *Disproporsi
*Bentuk
abnormal
khas)
letak/presentasi
*Persalinan
traumatik
dinding
Nyeri
uterus
atau
raba/tekan
perut
dan
janin
dipalpasi
* perdarahan gusi
mati *
gambaran
Gangguan
memar pembekuan
bawah kulit
Rendahnya
emboli
faktor ketuban
perdarahan
darah
dari
fragmentasi
sel
darah
Tatalaksana
1. Semua pasien dengan kecurigaan plasenta previa dirujuk ke spesialis obstetric
dan ginekologi untuk diagnosis serta tata laksana. Pilihan tata laksana
bergantung pada usia kehamilan :
Apabila perdarahan terjadi pada masa kehamilan lebih awal, biasanya
maturasi kandungan.
Waktu kelahiran biasanya ditentukan tingkat kematangan paru janin.
Maturasi paru dilakukan dengan pemberian deksametason 2X12 mg
IM dalam jarak 24 jam atau deksametason 4X6 mg per oral selama 2
hari.
previa.
Kelahiran per vaginam dapat dilakukan pada kasus plasenta previa
marginalis dengan presentasi kepala. Pada cara ini, selaput ketuban
biasanya dipecahkan terlebih dahulu untuk merangsang kelahiran.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa, adalah :
a. Perdarahan dan syok.
b. Infeksi.
c. Laserasi serviks.
d. Prematuritas atau lahir mati
Prognosis
Prognosis maternal biasanya baik. Prognosis bayo bergantung pada usia kehamilan.
Pada kasus premature, plasenta previa menjadi penyebab utama kematian perinatal.
2. SOLUSIO PLASENTA
Definisi
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester
ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan akumulasi darah antara
plasenta dan dinding Rahim yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan penyulit terhadap
ibu maupun janin.
Pada solusio plasenta, darah tersimpan dalam kavum uteri. Hal ini disebabkan oleh lepasnya
plasenta. Plasenta dapat terlepas secra komplit (20 % kasus) maupun inkomplit (80% kasus).
Apabila plasenta terlepas secara ainkomplit, darah mengalir melalui serviks. Komplikasi pada
kasus inkomplit lebih sedikit dan ringan dibandingkan plasenta yang lepas secara komplit.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir . Cunningham
dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan
implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir
(2)
(5)
Sedangkan Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta adalah
terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini
hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500
gram .
Klasifikasi
Derajat solusio plasenta :
1. Dapat mengeluarkan darah dari ostium uteri kehamilan
2. Tertutup karena perdarahan hanya pada retroplasentar
3. Gabungan sebagian perdarahan akan Nampak dan sebagian retroplasentar
Faktor resiko
Etiologi
1. Trauma langsung terhadap uterus hamil
Terjatuh terutama telungkup
Tendangan anak yang sedang digendong
2. Trauma kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan
yang dilakukan :
Setelah versi luar
Setelah memecahkan ketuban
Persalinan anak kedua hamil kembar
3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yan pendek.
Patofisiologi
Berbagai mekanisme dipikirkan menjadi pencetus lepasnya plasenta.
Mekanisme pertama adalah jejas pada pembuluh darah yang menyebabkan rupture pembuluh
darah desidua basalis. Hematoma menyebabkan robekan pada pembuluh darah sekitarnya
sehingga memperbanyak perdarahan dan memperluas area yang terpisah.
Mekanisme selanjutnya adalah tekanan vena yang meningkat dengan cepat diteruskan ke
ruang intervili sehingga terjadi pelebaran pada vena-vena dan terjadilah pemisahan plasenta
Mekanisme lainnya adalah factor mekanik seperti trauma, atau traksi tali pusat yang
pendek.Pada solusio plasenta, darah tertahan dibelakang tepi plasenta, dibelakang membrane
yang melekat ke dinding uterus, atau dibelakang dekat presentasi janin. Darah dapat bocor
melewati membrane atau plasnta dan memperoleh aksen ke cairan amnion. Concealed
hemorrhage biasanya terjadi pada lepasnya plasenta secara komplit. Pada kasus yang lebih
parah, dapat terjadi koagulasi intravascular diseminata karena deplesi fibrinogen, trombosit
dan factor pembekuan yang lain. Sang ibu dapat mengalami gejala seperti petekie
generalisata, perdarahan aktif, syok hipovolemik dan gagalnya mekanisme pembekuan darah.
1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta
gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada
pemeriksaan di dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan
darah yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang
telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah
besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian
darah akan menyeludup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus
selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di
antara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus
akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut terasa sangat
tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan
retroplasenter,maka banyak trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah
ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,yang akan menghabiskan
sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang
menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada alatalat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding
uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga
mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak
berpengaruh sama sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat
menentukan beratnyaa gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin.
Makin lama penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin
hebat komplikasinya.
2) Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara
selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah
perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar,tetapi
berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan
semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang
lebih khas karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus.
Umumnya lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan
beratnya syok. Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun
dapat juga berasal dari anak.
Perdarahan keluar
Perdarahan tersembunyi
lebih baik.
2. Plasenta
terlepas
sebagian
atau
inkomplit.
3. Jarang
2. Plasenta
terlepas
luas,
uterus
keras/tegang.
berhubungan
dengan
hipertensi.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan
dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.
Penyulit terhadap ibu
Penyulit terhadap janin
1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi
1. Tergantung pada luasnya plasenta yang
darah umum
2. Terjadi
lepas
penurunan
tekanan
darah,
karena
terjadi
pembekuan
dapat
menimbulkan
asfiksia
darah
dibelakang
yang
meningkat
plasenta
dapat
Nyeri abdomen
Perdarahan vagina pada 80 % pasien
Kontraksi abnormal pada 1/3 pasien
Terdapat bagian janin yang tidak dapat teraba
Diagnosis
1. Anamnesis : terdapat perdarahan disertai rasa nyeri, terjadi spontan atau karena
trauma, perut terasa nyeri diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam
Rahim. Perdarahan pervaginam, kontraksi uterus dan nyeri abdomen
2. Pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik umum : keadaan umum penderita tidak sesuai dengan
jumlah perdarahan, tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat,
Kejadian
Anamnesis
Keadaan umum
Solusio plasenta
Hamil tua in partu
Mendadak
Plasenta previa
Hamil tua
Perlahan tanpa disadari
Terdapat trauma
Tanpa trauma
yang tampak
tidak
dengan perdarahan
sesuai
Dapat
disertai
pre-
Palpasi abdomen
eklamsia/eklamsia
Tegang, nyeri
Pemeriksaan dalam
Denyut jantung janin
pada
plasenta
Tatalaksana
1. Solusio plasenta ringan
Dengan tanda perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak, keadaan janin
masih baik, dapat dilakukan penanganan secara konservatif. Bila perdarahan
berlangsung terus, ketegangan makin meningkat, dengan janin yang masih baik
dilakukan seksio sesaria. Penanganan perdarahan yang berhenti dan keadaan yang
baik pada kehamilan premature dilakukan dirumah sakit.
2. Solusio plasenta sedang dan berat
Penanganannya dilakukan dirumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita.
Tatalaksananya adalah pemasangan infus dan transfuse darah, memecahkan ketuban,
induksi persalinan atau seksio sesarea. Oleh karena itu, penanganan solusio plasenta
sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang mencukupi.
Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat :
Pemasangan infus,
Tanpa melakukan pemeriksaan dalam
Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan
pertolongan pertama
Pilihan metode kelahiran pada kasus ini bergantung kepada kondisi ibu serta janin,
partus pervaginam dapat dilakukan pada kondisi :
Pengecualian partus pervaginam adalah apabila perdarahan tidak dapat dikontrol dan
operasi memerlukan waktu lebih lama untuk menyelamatkan nyawa ibu atau bayi.
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala
klinis, yaitu:
a.
dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit,
uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat,
kemudian tunggu persalinan spontan.
-
Bila
ada
perburukan
(perdarahan
berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan
USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera
diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan
b.
-
Komplikasi
Koagulasi konsumtif
Nekrosis tubulus dan korteks ginjal
Atonia uterus yang menyebabkan perdarahan postpartum
dapat
hemolysis,
terjadi
penurunan
fibrinogen
sehingga
masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu
karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat
nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak
(2,5)
hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin
dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi
penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi
hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan
pembekuan darah.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di
RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus
solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita
hamil cukup bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar
fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan
darah.
3. VASA PREVIA
Definisi
Kondisi pembuluh darah janin berada dalam selaput ketuban dan melewati ostium uteri
internum untuk mencapai insersinya di tali pusat. Vasa previa jarang terjadi.
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada
di dekat ostium uteri internum (cervical os) . Pembuluh darah tersebut berada didalam selaput
ketuban ( tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila
selaput ketuban pecah.
Etiologi
Insersi velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda/ gemeli, karena pada
kehamilan ganda sumber makanan yang ada pada plasenta akan menjadi rebutan oleh
janin, sehingga dengan adanya rebutan tersebut akan mempengaruhi kepenanaman tali
pusat/ insersi.
Patofisiologi
Perdarahan terjadi pada saat pembukaan serviks, pada saat ini selaput ketuban pecah sehingga
pembuluh darah janin ikut terputus sehingga terjadi perdarahan. Biasanya vasa previa
dimungkinkan pada dua situasi : insertion velamentosa dan plasenta suksenteriata.
Pada insersio velamentosa tali pusat yang dihubungkan dengan plasenta oleh pembuluhpembuluh darah yang berjalan dalam selaput janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan
di daerah oestium uteri internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapat berbahaya bagi
janin karena bila ketuban pecah pada permulaan persalinan pembuluh darah dapat ikut robek
sehingga terjadi perdarahan inpartum dan jika perdarahan banyak kehamilan harus segera di
akhiri.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya belum diketahui secara pasti, perdarahan pada insersi velamentosa ini
terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu perdarahan segera setelah ketuban pecah dan
karena perdarahan ini berasal dari anak dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk. Bisa
juga menyebabkan bayi itu meninggal.
Satu-satunya cara mengetahui adanya insersi velamentosa ini sebelum terjadinya perdarahan
adalah dengan cara USG. Jadi sebaiknya pada ibu dengan kehamilan gemeli dianjurkan untuk
dilakukan pemeriksaan USG, karena untuk mengantisipasi dengan segala kemungkinan
penyulit yang ada, salah satunya insersio velamentosa ini.
Diagnosis
Pada pemeriksaan digital, akan teraba pembuluh darah janin. Jika pembuluh darah ini
ditekan, maka akan terjadi bradikardia pada janin. Selain itu, dapat digunakan pemeriksaan
USG Doppler transvaginal untuk memastikan diagnosis
Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg antenatal dengan
Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah pada selaput ketuban
didepan ostium uteri internum.
Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 3 tetes larutan basa kedalam 1
mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga campuran akan tetap
berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan segera pecah dan
campuran berubah warna menjadi coklat.
Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan plasenta
Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat bahwa sedikit
perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin
Tatalaksana
Penderita dengan kecurigaan vasa previa dirujuk ke spesialis obstetric dan ginekologi.
Kelahiran pada kasus vasa previa dilakukan dengan seksio sesaria.
Hanya melakukan diagnosa dan bila dicurigai bahwa ibu hamil mengalami kehamilan ganda
segera lakukan USG. Dan apabila mengetahui ibu positif mengalami insersio velamentosa,
lakukan rujukan pada Rumah Sakit (Seksio Sesarea).
LI.2.1 Memahami dan mejelaskan tatalaksana perdarahan pada kasus di skenario
Langkah pertama menghadapi pasien dengan pendarahan adalah segera periksan
pernafasannya dan memberikan infus laruta ringer-laktat atau larutan fisiologik dan
kecepatannya disesuaikan dengan kebutuhan setiap kasus, serta memberika HB dan golongan
golongan darah. Transufi darah bila kadar Hb <10 gram
waktu tanda tanda vital ibu hamil dan pemantuan kesejahteraan janin, dianjurkan
mempergunakan KTG guna lebih akurat memantau keadaan janin. Untuk gawat janin
langsung persiapkan tindakan caesar section.