HUMAN
IMMUNODEFICIENCY
VIRUS/ACQUIRED
IMMUNODEFICIENCY
SYNDROME
(HIV/AIDS) PADA ANAK
Disusun oleh:
Pembimbing:
JUDUL REFERAT
HUMAN
IMMUNODEFICIENCY
VIRUS/ACQUIRED
IMMUNODEFICIENCY
SYNDROME (HIV/AIDS)
PADA ANAK
Disusun Oleh:
: ..
Pembimbing:
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
I.2. Tujuan
1
1
II.2. Etiologi
III.2. Patofisiologi/Patogenesis
V.2. Penatalaksanaan
10
V.3. Prognosis
16
BAB VI Kesimpulan
17
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa saya ucapkan
atas rahmat dan karuniaNya sehingga referat dengan judul
Human
Immunodeficiency
Virus/Acquired
ini.
Referat
Human
Immunodeficiency
pada
anak
seperti
epidemiologi,
etiologi,
Ambarawa, 20 Agustus
2015
Penulis,
Kindy Agustin W
BAB I
PENDAHULUAN
(HIV/AIDS)
besar
bagi
adalah
infeksi
negara-negara
yang
di
membawa
seluruh
dunia
pasien anak
I.2.2.
TUJUAN KHUSUS
Klinis
Ilmu
Kesehatan
Anak
di
RSUD
Ambarawa
BAB II
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
II.1. EPIDEMIOLOGI
AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun
1981 ketika dilaporkannya kasus pneumonia Pneumocystis
carinii pada lima pria homoseksual yang sebelumnya sehat
dan kasus Sarkoma Kaposi pada 26 pria homoseksual
lainnya yang juga sebelumnya sehat di New York dan Los
Angeles, Amerika Serikat. Tidak lama kemudian penyakit ini
juga ditemukan pada pria dan wanita pengguna jarum suntik
dan penerima transfusi darah
Di Indonesia, kasus-kasus AIDS baru mulai ditemukan pada
tahun 1985, namun jumlahnya tidak banyak, kasus HIV/AIDS
di Indonesia pertama kali dilaporkan secara resmi oleh
Departemen Kesehatan pada tahun 1987 pada seorang
warga negara Belanda di Bali2. Tetapi baru sejak tahun 1999
kasus HIV mulai meningkat dan peningkatan tajam jumlah
kasus ini terlihat pada para pengguna jarum suntik.
Menurut
catatan
hasil
temuan
kasus
oleh
Komisi
pasien
positif
HIV/AIDS
yang
ditemukan
dan
7
kasus
bertambah
1.195
kasus.
Pada
2005
Sehingga
secara
kumulatif,
temuan
kasus
di
merupakan
penderita
yang
tertular
oleh
masih
lebih
tinggi
lagi
karena
penderita
1,2
Ada dua jenis dari HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2, dimana HIV-1
adalah penyebab infeksi HIV/AIDS paling banyak di seluruh
dunia. Kedua jenis virus ini ditularkan secara zoonosis. HIV-1
diduga berasal dari spesies simpanse Pan troglodytes
troglodytes dimana virus itu telah berevolusi selama ratusan
tahun, sedangkan HIV-2 secara genetik lebih mirip simian
immunodeficiency virus (SIV) yang ditemukan pada kera
spesies Cercocebus atys
gp120
yang
terletak
eksternal
dan
gp41
terletak
transmembran.
Dalam pembungkus terdapat kapsid yang terbentuk dari
protein virus p24. Kapsid ini berisi dua untai RNA HIV dimana
terdapat gen-gen yang berisi informasi yang diperlukan
untuk membuat protein struktur virus baru, mengatur
kemampuan virus untuk menginfeksi sel, memproduksi virus
baru dan menyebabkan penyakit.
untuk
mensintesis
DNA
melalui
RNA-nya
BAB III
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
CD4.
Setelah
penggabungan
terjadi,
gp120
10
yang
terkandung
dalam
virus
kemudian
terjadilah
aktivasi
sel
pejamu
III.2. PATOFISIOLOGI/PATOGENESIS
Karakteristik infeksi HIV adalah menurunnya kekebalan
tubuh
yang
sangat
signifikan
yang
disebabkan
oleh
Dengan
meningkatnya
partikel
HIV
terjadi
juga
awal
infeksi
HIV
adalah
kerusakan
mikro
12
13
BAB IV
MANIFESTASI KLINIS
IV.1. GEJALA KLINIS
Infeksi HIV tidak akan langsung memberikan tanda atau
gejala tertentu, pada sebagian penderita dapat timbul
infeksi HIV akut dengan tanda atau gejala tidak khas seperti
demam, nyeri telan, pembengkakan kelenjar getah bening,
ruam, diare, dan batuk. Infeksi akut ini terjadi 3-6 minggu
setelah infeksi. Setelah itu, sebagian besar penderita dengan
infeksi HIV yang belum berkembang menjadi AIDS dapat
hidup tanpa memperlihatkan gejala selama 8-10 tahun.
Setelah kekebalan tubuh memburuk, gejala-gejala yang
tampak pada penderita AIDS biasanya seperti penurunan
berat badan, demam tinggi berkepanjangan, rasa lemah,
pembesaran kelenjar getah bening, diare kronik, keringat
malam,
sakit
kepala,
batuk
kering
dan
gangguan
tidak
mengalami
hambatan
perkembangan
14
tergantung
daripada
infeksi
sekunder
yang
metode,
bila
hasilnya
tidak
sama
akan
tidak
beresiko
tertular
HIV.
Pada
ketiga
V.2. PENATALAKSANAAN
16
ini
terapi
terdiri
infeksi
atas
HIV/AIDS
pengobatan
yang
untuk
tersedia
menekan
HIV/AIDS,
sejerti
jamur,
tuberkulosis,
hepatitis,
dianjurkan
kepada
1,2
semua
pasien
yang
telah
kombinasi
zidovudin
(ZDV)/lamivudin(3TC)
dan
nevirapin (NVP).
18
Nama
Golong
Generik
an
Sediaan
Tablet,
2 x 1 tablet
kandungan:
zidovudin 300
mg, lamivudin
Stavir
Stavudin
NsRTI
(d4T)
150 mg
Kapsul: 30 mg,
40 mg
Zerit
Hiviral
>60 kg: 2 x 40 mg
<60 kg: 2 x 30 mg
Lamivudin
NsRTI
(3TC)
Tablet 150 mg
2 x 150 mg
Lar. Oral 10
mg/ml
2x/hari
Tablet 200 mg
1 x 200 mg selama
3TC
Viramune
Nevirapin
NNRTI
(NVP)
14 hari,
dilanjutkan 2 x 200
mg
Neviral
Retrovir
Zidovudin
NsRTI
Kapsul 100 mg
(ZDV, AZT)
2 x 300 mg atau 2
x 250 mg ( dosis
alternatif)
Adovi
Avirzid
Videx
Didanosin
NsRTI
(ddI)
Tablet kunyah:
100 mg
Stocrin
Efavirenz
NNRTI
Kapsul 200 mg
PI
Tablet 250 mg
2 x 1250 mg
(EFV, EFZ)
Nelvex
Nelfinavir
(NFV)
Viracept
monoterapi
pada
penderita
stadium
lanjut,
dikenal
juga
sebagai
3TC,
pertamakali
dalam
mengurangi
perkembangan
klinis
dan
20
Kolom B
Evafirenz
Lamivudin + Zidovudin
Lamivudin + Didanosin
Lamivudin + Stavudin
Nevirapin
Lamivudin + Zidovudin
Lamivudin + Didanosin
Lamivudin + Stavudin
Nelvinafir
HIV
dan
tuberkulosis
tidak
berbeda
dengan
21
dan
OAT
antara
lain
pemakaian
zidovudin
dapat
6,7
dan
harganya
yang
sangat
mahal
membuat
22
viral
dibawah
400
kopi/milimeter
darah,
HIV/AIDS,
namun
sejak
ditemukannya
terapi
hidup
penderita
infeksi
HIV/AIDS
membaik.
23
BAB VI
KESIMPULAN
Infeksi HIV/AIDS telah dikenal selama lebih dari dari 25 tahun
dan dalam kurun waktu ini telah menjadi sebuah masalah
yang besar bagi negara-negara di dunia. Telah banyak yang
kita ketahui mengenai epidemiologi dan manifestasi klinis
penyakit ini dan walaupun infeksi HIV/AIDS ini belum dapat
disembuhkan secara tuntas perkembangan terapi HIV/AIDS
juga telah banyak mengalami kemajuan. Terapi-terapi yang
ada
telah
dapat
mengurangi
angka
kematian
dan
24
REFERENSI
1. Fauci AS, Lane HC.Human immunodeficiency virus disease:
AIDS and related disorders. Dalam: Harrisons principle of
internal medicine, Volume I, ed. 16. New York: McGraw-Hill
h. 1076,2005
2. Sudoyo AW, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata
M, Setiati S, editor, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid III,
ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Universitas Indonesia. h. 1803;2007
3. Fransiska H. Penderita HIV/AIDS Meningkat. Kompas [surat
kabar internet].[dikutip 20 Oktober 2007] Diunduh dari:
http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0706/05/174731.ht
m
4. Hardman, Limbird, Gilman. Goodman & gilmans the
pharmacological basis of therapeutics. ed. 10. New York:
McGraw-Hill.
5. Aditama TY, Soedarsono, Thabrani Z, Wiryokusumo HS,
Sembiring H, Rai IBN, et al. Tuberkulosis: pedoman
diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. h. 50; 2006
6. Carr A. Enfuvirtide: an HIV-1 fusion inhibitor. N Engl J Med.
2003 Okt 30;349(18):1770.
7. Beasley D. Pfizer says Maraviroc suppresses AIDS virus.
Reuters [dokumen dalam internet].[dikutip 1 November
2007] Diunduh dari:
http://www.natap.org/2007/CROI/croi_17.htm
25