Anda di halaman 1dari 16

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA

SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan subtansi atau zat dari
campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi dapat
digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang diestraksi dan proses
pelaksanaanya. Berdasarkan bentuk campurannya (yang diekstraksi), suatu
ekstraksi dibedakan menjadi dua, yaitu ektraksi padat-cair dan ekstraksi caircair.
Ekstraksi cair-cair adalah pemisahan komponen dari suatu campuran
cair dengan cara pengontakkan dengan cairan lain. Ekstraksi cair-cair sangat
berguna untuk memisahkan analit yang dituju dari penganggu dengan cara
melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang tidak saling campur.
Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain adalah
pelarut organik. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di
dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan
masuk pada pelarut organik. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan
untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil
sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya.
Prinsip metode ekstraksi ini didasarkan pada zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antar dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti
eter, kloroform, karbontetra klorida, dan karbon disulfida. Diantara berbagai
jenis pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan metode yang paling baik dan
popular, karena metode ini dapat dilakukan baik tingkat mikro maupun
makro. Pemisahannya tidak memerlukan khusus atau canggih, melainkan
hanya berupa corong pemisah. Seringkali untuk melakukan pemisahan hanya
dilakukan beberapa menit.
Berdasarkan penjabaran

di

atas

maka

untuk

memperdalam

pengetahuan tentang ekstraksi maka dilakukanlah percobaan tentang ekstraksi


pelarut cair-cair sediaan papaverin-ekstrak belladona.
1.2 Maksud Praktikum

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Untuk mengetahui kadar sediaan papaverin dan ekstrak belladona


menggunakan metode ekstraksi cair-cair.
1.3 Tujuan Praktikum
Untuk menentukan koefisien distribusi dari sediaan papaverin HCl
dan ekstrak belladona serta kadar sediaan papaverin HCl dan ekstrak
belladonna dalam sediaan tablet spasminal dengan menggunakan metode
ekstraksi cair-cair.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Umum
Bila suatu zat-zat membagi diri antara kedua cairan yang tidak dapat
bercampur, ada satu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam
kedua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kali memberikan pernyataan
yang jelas mengenai hukum distribusi yang menunjukkan bahwa suatu zat
terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat bercampur
sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan
adalah konstanta pada temperatur tertentu (Underwood,2001).
Hubungan zat terlarut yang terdistribusi diantara dua pelarut yang
tidak saling bercampur dinyatakan pertama kali oleh Walter nernst (1981)
yang dikenal dengan hukum distribusi atau partisi jika solut dilarutkan
sekaligus kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, maka solut akan
terdistribusi diantara kedua pelarut. Pada saat setimbang perbandingan
konsentrasi solut berharga tetap pada suhu tetap (Yazid,2005).

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam dua fase


disebut dengan koefisien partisi (KD). Dimana KD adalah sebuah tetapan yand
dikenal dengan koefisien distribusi atau partisi. Harga K D tidak bergantung
pada konsentrasi total solut pada kedua fase, tetap bergantung pada suhu,
jenis kedua pelarut dan solut. Hukum Nernst dalam bentuknya yang
sederhana hanya berlaku untuk larutan encer dan keadaan solut sama atau
tidak mengalami perubahan kedua dalam pelarut. Hukum ini tidak berlaku
jika solut yang terdistribusi mengalami asosiasi atau disosiasi pada fase
pelarut (Mulyani,2010)
Berdasarkan bentuk campurannya (yang diekstraksi), suatu ekstraksi
dibedakan menjadi dua, yaitu (Yazid, 2005) :
1. Ektraksi padat-cair, zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran yang
berbentuk padatan.
2. Ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran yang
berbentuk cairan.
Pada ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam
campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut
ekstraksi pelarut, banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau
logam-logam tertentu dalam larutan air (Rohman,2009).
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk memperlakukan
sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen
matrix yang mungkin menggangu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit.
Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit
yang ada didalam sampel dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan
atau menyulitkan untuk deteksi dan kuantifikasinya (Rohman,2009).
Metode ini mula-mula digunakan pada kimia analitik, tidak hanya
untuk pemisahan tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Selanjutnya metode ini
berkembang dan dapat digunakan untuk kegunaan preparative dan
pemurniaan pada skala kerja termasuk didalam bidang kimia organik,
anorganik, dan biokimia. Dalam industri metode ini banyak dipakai untuk
menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan dalam hasil, misalnya pada
RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

pemuniaan minyak tanah atau minyak goreng dan pemurniaan natrium


hidroksida yang dihasilkan dari proses elektrolisis (Gandjar,2007).
Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain pelarut
organik seperti kloroform atau petroleum eter. Senyawa-senyawa yang
bersifat polar akan ditemukan di dalam fase air sedangkan senyawa-senyawa
yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut anorganik. Analit yang
tereksasi ke dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan
cara penguapan pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air
seringkali diinjeksikan secara langsung kedalam kolom (Shevla,1990).
Koefisien partisi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
distribusi obat dalam tubuh. Setelah obat sampai ke peredaran darah, obat
harus menembus sejumlah sel untuk mencapai reseptor. Dimana koefisien
partisi juga menentukan jaringan mana yang dapat dicapai oleh suatu
senyawa. Senyawa yang sangat mudah larut dalam air (hidrofilik) tidak akan
sanggup melewati membran lipid untuk mencapai organ yang kaya akan
lipid, misalnya otak (Nogrady, 1992).
Koefisien partisi suatu obat yang merupakan parameter terpenting
untuk memperoleh parameter hidrofobik. Parameter hidrofobik tersebut dapat
diperoleh dengan cara pengamatan, yaitu dengan melakukan pengukuran di
laboratorium. Berdasarkan penelitian sebelumnya telah diperoleh harga
koefisien partisi dengan untuk senyawa antihistamin H2, yaitu Simetidin
(Log P = -0,307), Rantitidin (Log P = -1,328), Famotidin (Log P = -0,946).
Dari program Chem Draw, diperoleh nilai hitungan untuk Ranitidin sebesar
1,2 Simetidin sebesar 0,79, Famotidin sebesar -0,03 (Denzim, 1996).
Obat Spasminal adalah obat yang terdiri dari kombinasi tiga jenis
komponen aktif yaitu obat Metampiron, obat Pavaperin dan Ekstrak
Belladona. Metampiron bekerja sebagai obat analgetik yang berfungsi untuk
menghilangkan nyeri, sedangkan Papaverin dan Ekstrak Belladona bekerja
sebagai obat spasmolitik yang secara langsung merelaksasikan otot polos.
Setelah penggunaan obat spasminal secara oral, obat ini akan diabsorpsi
RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

dengan baik dari saluran pencernaan. Obat spasminal memilik waktu paruh
yang berkisar antara 1 jam hingga 4 jam. Kegunaan obat Spasminal sebagai
obat analgetik dan spasmolitik sangat baik pada pengobatan pada berbagai
serangan kolik termasuk kolik abdomen, kolik ureter dan juga bisa digunakan
pada keadaan nyeri yang ditimbulkan saat haid. Obat Spasminal yang
diperdaganggkan di apotik tersedia dalam bentuk Spasminal tablet dengan
komposisi obat terdiri dari Metampiron 500 mg, Pavaperin HCl 25 mg, dan
Ekstrak Belladonna 10 mg untuk setiap satu tablet Spasminal. Adapun dosis
obat Spasminal pada pasien dewasa yang dianjurkan yaitu 1 tablet pada saat
serangan kolik, yang dilanjutkan 1 tablet lagi setiap 6 hingga 8 jam kemudian
(IDI,2014).

BAB 3 METODE KERJA


3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah corong pisah,
gelas kimia, gelas ukur, hairdryer, karet bulk, pipet tetes, pipet volum, statif,
timbangan analitik dan water bath.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Aquadest,
Asam klorida,, Ekstrak Belladona, Kloroform, NaCl jenuh, NaOH 1 N,
Papaverin HCl, Petroleum eter dan Sampel obat spasminal,
3.3 Cara Kerja
a. Penentuan Koefisien Distribusi Papaverin
a) Pembuatan fase air
Disiapkan alat dan bahan. Diukur aquadest sebanyak 50 mL, 25 mL
NaOH 1 N dan NaCl jenuh 2 mL. dimasukkan kedalam corong pisah. Dan
ditambahkan 50 ml kloroform. Di pisahkan kedua fase.
b) Pembuatan Koefisien Distribusi Papaverin

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Disiapkan alat dan bahan. Ditimbang papaverin HCl sebanyak 100


mg, dimasukkan ke dalam corong pisah. Diukur 25 mL fase air daan 25
mL kloroform lalu dimasukkan ke dalam corong pisah. Dikocok dan
dipisahkan kedua fase. Dikumpulkan fase kloroform ke dalam cawan
porselin yang telah diketahui bobot konstannya. Diuapkan pelarutnya
dengan hairdryer. Ditimbang berat papaverin dalam fase kloroform.
b. Penetapan Kadar dalam Sediaan Spasminal (Campuran Papaverin dan
Ekstrak Belladona)
Ditimbang 20 tablet dan ditentukan berat rata-rata tiap tablet. Diambil
1 gram untuk dianalisis. Dimasukkan dalam corong pisah. Ditambahkan 30
ml air, 15 ml NaOH 1 N, dan 2 mL NaCl jenuh.

a) Isolasi ekstrak belladonna dari sediaan


Ditambahkan petroleum eter 25 mL sebanyak 3 kali. Dikumpulkan
fase eter dalam gelas kimia 100 mL yang telah dketahui berat konstannya.
Diuapkan dengan hairdryer. Dihitung berat ekstrak belladonna dan hitung
persen kadarnya.
b) Isolasi papaverin dari sediaan
Ditambahkan kloroform 25 mL sebanyak 3 kali. Dikumpulkan fase
kloroform dalam gelas kimia 100 mL yang telah diketahui berat
konstannya. Diuapkan dengan hairdryer. Dihitung berat papaverin
kemudian hitung persen kadarnya.

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
A. Tabel Hasil pengamatan
Kelompok

Berat
awal(g)

Berat
akhir(g)

Berat
ekstrak(g)

KD (g)

39,09775

39, 1077

0,0282

0,338

II

32,7463

32,7467

0,0004

0,033

III

65,3920

65,3961

0,0041

Kadar
obat(%)
-

9,761
IV

61,3986

61.3906

0,3453

8,221

B. Perhitungan
Ekstrak papaverin murni I
Diketahui :
RINI ANDRIANI
150 2012 0032

Berat cawan porselin : 39,0795 gram


INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Berat sampel : 0,1114 gram


Berat cawan porselin + Isi : 39,1077 gram
Penyelesaian :
w

( K DA )= W w

0,0282
0,11140,0282

0,0282
0,832
= 0,338 gram

Ekstrak papaverin murni II


Diketahui :

Berat cawan porselin : 32,7463 gram


Berat sampel : 0,1200 gram
Berat cawan porselin + Isi : 32,7467 gram

Penyelesaian :
w

( K DA )= W w

0,0004
0,12000,0004

0,0004
0,0119
= 0,033 gram

Obat spasminal I
Diketahui :

Berat gelas kimia : 65,3920 gram


Berat sampel : 1,005 gram
Berat cawan porselin + Isi : 65,3961 gram
Berat sampel : 0,0841 gram
BE : 25 mg > 0,025 gram
Berat rata-rata : 0,598
Berat serbuk : 1,005 gram

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Penyelesaian :
w

( K DA )= W w

0,0041
1,0050,0041

0,0041
1,0009
= 0,033

Berat sampel (BS)

1,005
X 0,025 g
0,598

= 0,042 g

% kadar obat

% kadar obat spasminal

Berat obat hsl ekstraksi


X 100
BS

0,0041
X 100
0,042

= 9,761 %

Obat spasminal II
Diketahui :

Berat gelas kimia : 61,3986 gram


Berat sampel : 0,0041 gram
Berat cawan porselin + Isi : 61,3906 gram
BE : 25 mg ) 0,025 gram
Berat rata-rata : 0,598
Berat serbuk : 1,005 gram

Penyelesaian :
Berat sampel (BS)
RINI ANDRIANI
150 2012 0032

1,005
X 0,025 mg
0,598
INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

= 0,042 mg

% kadar obat

% kadar obat spasminal

Berat obat hsl ekstraksi


X 100
BS

0,3453
X 100
0,042

= 822, 14 %
4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pemisahan zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi cair-cair adalah pemisahan
komponen dari suatu campuran cair dengan cara pengontakkan dengan cairan
lain. Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar
sediaan papaverin dan ekstrak belladona menggunakan metode ekstraksi caircair. Prinsip metode ini didasarkan pada zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antar dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter dan
kloroform.
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan
kontinu atau dengan cara bertahap. Tekniknya dengan menambahkan pelarut
pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut. Pertama melalui corong
pisah kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan
konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan
terbentuk dua lapisan. Lapisan yang berada dibawah dengan kerapatan lebih
besar dapat dipisahkan untuk melakukan analisa selanjutnya.
Pada percobaan ini digunakan ekstraksi cair-cair karena metode ini
dapat dilakukan dalam skala mikro maupun makro, pemisahannya tidak
memerlukan alat khusus melainkan hanya beberapa corong pemisah.
RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Pemisahan yang dilakukan bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah, dan
seringkali untuk melakukan pemisahan diperlukan beberapa menit.
Pada penetapan kadar sedian campuran ini sebaiknya, sebelum ektraksi
dilakukan lebih dahulu dihitung jumlah (n) kali ekstraksi serta porsi volume
pengekstrak yang digunakan untuk mengekstraksi sediaan sampai diperoleh
ekstraksi optimal 99,9 %
Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan efisiensi
terbatas, maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase.
Kesetimbangan

kimia

yang

melibatkan

perubahan

pH, kompleksasi,

pasangan ion, dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan


perolehan kembali analit dan atau menghilangkan pengganggu.
Suatu campuran papaverin dan ekstrak belladona merupakan kombinasi
obat yang umum digunakan atau ditemukan. Campuran ini sangat cocok
untuk dipisahkan secara penyarian cair-cair. Dengan melarutkan campuran
tersebut di dalam campuran alkalis (air), papaverin tersaring secara kuantitatif
menggunakan beberapa porsi kloroform sedangkan ekstrak belladona itu
tetap berada dalam beberapa porsi eter.
Ekstrak eter dan ekstrak kloroform masing-masing dapat ditentukan
kadarnya menggunakan cara penetapan yang paling mudah dan sesuai untuk
masing-masing zat yang telah dipisahkan itu. Perlu ditetapkan dulu koefisien
partisi masing-masing zat untuk menentukan jumlah penyari.
Campuran papaverin-ekstrak belladona dilarutkan dengan fase air yang
terdiri dari campuran air, NaOH dan NaCl jenuh didalam corong pisah.
Setelah ditambahkan pelarut organik yaitu eter, keduanya tidak menyatu
karena air dan eter/air dan kloroform tidak dapat bercampur, hal ini
disebabkan karena air merupakan pelarut polar sedangkan eter dan kloroform
merupakan pelarut non polar. Pelarut polar tidak dapat bercampur dengan
pelarut non polar. Untuk itu dilakukan pengocokan untuk mendistribusikan
eter/kloroform kedalam fase air. Pengkocokan dilakukan sampai eter
/kloroform terdistribusi secara maksimal. Dengan demikian didapatkan
koefisien distribusi yang akurat. Setelah pengocokan campuran papaverin dan
ekstrak belladonna yang terlarut dalam fase air telah terdistribusi sebagian ke
RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

dalam eter). zat terlarut akan terdistribusi di kedua pelarut (yang berbeda
fase) tersebut, sampai tercapai kesetimbangan. Namun tetap antara eter dan
air tidak dapat bercampur. Setelah dilakukan pengocokan larutan didiamkan
sampai terbentuk dua fase. Kloroform memiliki berat jenis 1,0674 g/cm 3 dan
air memiliki berat jenis 0,997 g/cm3 sehingga pada lapisan yang terbentuk
dapat diketahui bahwa lapisan bawah merupakan lapisan campuran
papaverin-ekstrak belladona dalam air sedangkan lapisan atas merupakan
larutan ekstrak belladona dalam eter Selanjutnya dilakukan ekstraksi untuk
memisahkan kedua lapisan tersebut.
Pada ekstraksi cair-cair didapatkan koefisien distribusi papaverin HCl
sebesar 0,338 dan 0,033 dan persen kadar obat spasminal 9,761 % dan 822,14
% sedangkan persyaratan kadar pada FI III Papaverin HCl yaitu tidak kurang
dari 93% dan tidak lebih dari 107,0 %
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa Pada ekstraksi cair-cair didapatkan koefisien distribusi papaverin HCl
sebesar 0,338 dan 0,033 dan persen kadar obat spasminal 9,761 % dan
822,14 % sedangkan persyaratan kadar pada FI III Papaverin HCl yaitu
tidak kurang dari 93% dan tidak lebih dari 107,0 %.
5.2 Saran
Diharapkan alat dan bahan di praktikum analisis farmasi kuantitatif
lebih dilengkapi lagi.

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

DAFTAR PUSTAKA
Denzin,Norman K and Vonna.S,Lincoln, 1994, Hand Book of Qualitative
Research,Sage Publication.
Gandjar., I.,G.,2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
IDI, 2014. MIMS. Edisi Bahasa Indonesia. Volume 13. PT Bhuana Ilmu Populer :
Jakarta.
Nogrady T. 1992. Kimia Midicinal Bandung; Penrbit ITB.
Mulyani., Sri dan Hendrawan, 2010, Common Textbook Kimia Fisika II, JICAIMSTEP, Bandung.
Rohman.,A.,2009.,Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Svehla., G., 1990, Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Underwood, R.A. Day , 2001, Quantitative Analysis, terj. Iis Sopyan, Analisis
Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta
Yazid.,E., 2005, Kimia Fisika untuk Paramedis, Yogyakarta.

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

LAMPIRAN

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Pemisahan 2 fase (Fase air diatas)


(Fase klorofom dibawah)

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

PENETAPAN KADAR SEDIAAN PAPAVERIN-EKSTRAK BELLADONA


SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

RINI ANDRIANI
150 2012 0032

INDAH MUTMAINAH

Anda mungkin juga menyukai