MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu tugas mata kuliah Planktonologi
Kelompok 9/Perikanan C
Maulana Ranantika Habibie
Fadhillah
Saepudin
Nabilla Luthfi R
Resi Prasetyo Harianja
Muhammad Heffiqri Riady
Hana Dimas Khoironnisa
230110150160
230110150170
230110150177
230110150186
230110150198
230110150201
230110150207
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan mata kuliah Planktonologi yang dibina oleh Dr.
Isni Nurruhwati, S.Pi., M.Si, Dr. Ir. Zahidah Hasan, MS, dan bapak Asep Syahidin.
Makalah
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................5
1.2 Tujuan...........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Protozoa
2.1.1 Definisi Protozoa........................................................................................7
2.1.2 Ciri-Ciri Morfologi Protozoa.....................................................................7
2.1.2.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh Protozoa..............................................7
2.1.2.2 Struktur dan Fungsi Tubuh Protozoa.............................................7
2.1.3 Klasifikasi Protozoa...................................................................................8
2.1.3.1 Contoh Spesies Protozoa................................................................8
2.1.4 Fisiologi Protozoa....................................................................................11
A. Pencernaan..........................................................................................11
B. Alat Ekskresi........................................................................................11
C. Cara Hidup..........................................................................................12
2.1.5 Alat Gerak Protozoa.................................................................................12
2.1.6 Reproduksi Protozoa................................................................................12
2.1.6.1 Reproduksi Aseksual....................................................................12
2.1.6.2 Reproduksi Seksual......................................................................12
2.1.6.3 Siklus Hidup.................................................................................12
2.1.7 Habitat Protozoa.......................................................................................14
2.1.8 Peranan Protozoa......................................................................................14
2.1.8.1 Peranan Menguntungkan..............................................................14
2.2 Rotifera
2.2.1 Definisi Rotifera.......................................................................................15
2.2.2 Ciri-Ciri Morfologi Rotifera....................................................................15
2.2.2.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh Rotifera.............................................15
2.2.2.2 Struktur dan Fungsi Tubuh Rotifera.............................................15
2.2.3 Klasifikasi Rotifera..................................................................................17
2.2.3.1 Contoh Spesies Rotifera...............................................................17
2.2.4 Fisiologi Rotifera.....................................................................................18
A. Pencernaan..........................................................................................18
B. Alat Ekskresi........................................................................................19
C. Susunan Saraf......................................................................................19
D. Cara Hidup..........................................................................................20
2.2.5 Alat Gerak Rotifera..................................................................................20
3
Kesimpulan..............................................................................................23
Saran.........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui sistematika protozoa dan rotifera
Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi protozoa dan rotifera
Untuk mengetahui reproduksi protozoa dan rotifera
Untuk mengetahui peranan protozoa dan rotifera
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Protozoa
2.1.1
Definisi Protozoa
Protozoa adalah golongan Protista mirip hewan. Protozoa merupakan salah
satu bagian kelompok dari Protista, apa sebabnya? Mereka memiliki ciri-ciri yang
sama dengan Protista, yaitu tubuhnya terdiri atas satu sel dan eukariotik. Untuk itulah
semua aktivitasnya dilakukan oleh sel itu sendiri seperti bergerak, bereproduksi, dan
lain-lain.
2.1.2
Bentuk Protozoa sangat beragam, ada yang berbentuk lonjong, menyerupai bola,
memanjang, ada yang seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu dan
polimorfik (memiliki berbagai bentuk morfologi), ukuran tubuhnya berdiameter 1
milimikron. Lebih dari 64.000 species protozoa telah dikenal, diperkirakan 32.000
berupa fosil dan 22.000 merupakan bentuk-bentuk yang bebas dan sisanya masih di
identifikasi.Biasanya berkisar 10-50 m, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan
mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk
seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista.
Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri
dari satu sel tunggal (unisel). Namun, Protozoa merupakan system yang serba bisa.
Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang
tindih. Ukuaran tubuhnya antaran 3-1000 mikron.
2.1.2.2 Struktur dan Fungsi Tubuh
Sel Protozoa terbungkus membran sitoplasma dan setiap selnya mempunyai
satu atau beberapa nukleus. Pada umumnya Protozoa dapat membentuk sista atau
seludang yang dibuat secara vegetatif/trofozoit sehingga dapat melindungi dirinya
terhadap bahaya dari alam sekitarnya, misalnya kekeringan dan kehabisan makanan
7
atau keasaman perut di dalam inangnya. Tubuh Protozoa umumnya tidak mempunyai
dinding sel yang kuat dan di dalamnya terdapat nukleus, vakuola, mitokondria, dan
ribosom.
........Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan
sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur
tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies.
Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat
yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat
membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan
yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa
tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada
jamur dan algae.
2.1.3
Klasifikasi Protozoa
Alat gerak dari zooplankton berdasarkan filum protozoa yaitu ada yang
Cilliata
Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase
hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Silia memiliki
ukuran lebih pendek dari flagel (bulu cambuk). Cilia tersebut ada yang terdapat di
seluruh bagian tubuhnya ada pula yang hanya di bagian tertentu. Memiliki kantung
kitin sebagai pelindung (lorica) sebagai identifikasi Tintinnidae, mempunyai 2 inti
makronukleus dan mikronukleus. Cilliata memiliki dua ordo yaitu Holotricha
contoh spesies Mesodinium dan Spirotrica contoh spesies Condonella, Favella,
Parafavella, dan Tintinnus. Ciliata atau Infusoria merupakan kelompok terbesar di
Phylum Protozoa, di mana anggotanya sekitar 8.000 species. Cilia tersebut ada yang
terdapat di seluruh tubuh, ada pula yang hanya di bagian tertentu.
: Ciliophora
Kelas
: Cilliata
Ordo
: Holotricha
Famili
: Mesodiniidae
Genus
: Mesodinium
Spesies : Mesodinium
9
10
2.) Peritricha
a). Klasifikasi
Filum
: Ciliophora
Kelas
: Cilliata
Ordo
: Spitotrica
Famili
: Condonelidae
Genus
: Condonella
Spesies
:Condonella
perforata
b). Klasifikasi
Filum
: Ciliophora
Kelas
: Cilliata
Ordo
: Spitotrica
Famili
: Xystonellidae
Genus
: Favella
Spesies
: F. ehrenbergii
11
c). Klasifikasi
Filum
: Ciliophora
Kelas
: Spirotrichea
Ordo
: Tintinnida
Famili
: Xystonellidae
Genus
: Parafavelloides
Spesies
:Parafavella
parumdentata
d). Klasifikasi
Filum
: Ciliophora
Kelas
: Ciliophora
Ordo
: Tintinnida
Famili
: Tintinnida
Genus
: Tintinnidae
12
Spesies
Tintinnus
apertus
2.1.4
Fisiologi Protozoa
A. Pencernaan
B. Alat Ekskresi
Protozoa adalah hewan yang bersel satu dimana batas antara lingkungan intern
sel dengan lingkungan ekstern hanya dengan membran tipis. Keadaan ini
menyebabkan sel protozoa tidak dapat menghindari peristiwa masuknya air secara
terus menerus dari lingkungannya yang lembab. Namun pada protozoa sebagai
contohnya amoeba dan Paramecium ternyata mempunyai vakuola kontraktil yang
berfungsi sebagai osmoregulator atau mengatur osmosis ke dalam sel tubuhnya
dengan mengekskresikan air keluar tubuh melalui membran. Berdasarkan
kenyataan ini, dapat dikatakan bahwa alat ekskresi pada protozoa berupa vakuola
kontraktil atau disebut vakuola denyut.
13
C. Cara Hidup
Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, dan
sampah organisme. Sebagai pemangsa bakteri, protozoa berperan penting dalam
mengontrol jumlah bakteri di alam.
2.1.5
Reproduksi Protozoa
2.1.6.1 Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembelahan biner.
2.1.6.2 Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual dilakukan dengan cara konjugasi.
2.1.6.3 Siklus Hidup
Sebagian protozoa melakukan reproduksinya secara seksual dengan
penyatuan sel generatif (gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif.
Reproduksi seksual dengan penyatuan inti vegetatif disebut konjugasi.
Dalam siklus hidupnya, beberapa protozoa menghasilkan sel tidak aktif yang
disebut kista. Kista diselubungi dengan kapsul polisakarida yang melindungi
Protozoa dari lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan.
14
Jika kondisi lingkungan membaik, misalnya tersedia makanan dan air maka
dinding kista akan pecah dan Protozoa keluar untuk memulai hidupnya
kembali.
Habitat Protozoa
15
Hidup bebas di alam,sebagian besar protozoa hidup bebas di laut atau air
tawar, misalnya di kolam dan sungai. Beberapa jenis protozoa hidup dalam tubuh
hewan atau manusia dengan cara bersimbiosis.
2.1.8 Peranan Protozoa
2.1.8.1 Peran Menguntungkan
Sebagai zooplankton
Protozoa yang hidup di perairan baik air tawar maupun air laut sangat
berperan sebagai zooplankton yang merupakan salah satu sumber makanan bagi
hewan air, sepeti udang, kepiting dan ikan.
Bahan penggosok
Radiolaria yang mengendap didasar perairan laut, radiolaria dapat
bermanfaan sebagai bahan penggosok.
2.2 Rotifera
2.2.1
Definisi Rotifera
Rotifera (Brachionus plicatilis) adalah sejenis organisme plankton yang
dapat dijadikan sebagai makanan larva/ benih ikan. Rotifera atau disebut juga hewan
beroda, pada tahun 1696 yang waktu itu dikenal dengan nama bdelloid rotifer yaitu
hewan mirip cacing. Rotifera adalah hewan mikroskopis dengan struktur tubuh yang
relatif sederhana. Brachionus plicatilis merupakan jenis plankton hewani yang hidup
16
di perairan litoral dan termasuk pakan larva ikan laut yang penting. Dalam percobaan
pembenihan ikan laut, rotifera diberikan sebagai pakan larva selama kurang lebih satu
bulan.
2.2.2
dapat berkisar dari 50 m sampai 2 mm lebih). Bentuk badan bulat atau silindris.
Pada bagian badan (trunk) terdapat 3 buah tonjolan kecil yaitu sebuah atau sepasang
antena dorsal dan 2 buah antena lateral. Pada ujung antena biasanya terdapat bulubulu sebagai alat indra.
2.2.2.2 Struktur dan Fungsi Tubuh Rotifera
Corona terdiri atas daerah sekitar mulut yang besilia, dan cilia ini melebar di
sepuar tepi anterior hingga seperti bentuk mahkota. Gerakan cilia pada trochal disk
tampak seperti roda berputar, asal nama rotifera (rota = roda dan fera = membawa).
Mastaxnya terletak antara mulut dan pharynx. Mastax ialah pharynx yang berotot
bulat atau lonjong dan bagian dalamnya terdapat trophi, semacam rahang berkhitin.
Trophi terdiri atas 7 buah gigi yang saling berhubungan. Mastax berfungsi untuk
menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beraneka ragam sesuai dengan tipe
kebiasaan makan rotifera.
Sebuah kaki yang langsing terletak di ujung posterior. Kutikula pada kaki
acapkali berkerut-kerut sehingga tampak seperti beruas-ruas, yang dapat memendek
dan dimasukkan ke dalam badan. Pada ujung kaki biasanya terdapat satu sampai
empat buah jari, di dalam kaki terdapat kelenjar kaki (pedal gland) yang
menghasilkan bahan perekat untuk menempel pada substrat. Selain empat buah jari,
jenis bdelloidea mempunyai sepasang taji (spur). Pada jenis yang sessile seperti
17
lorica. Lorica adakalanya dihiasi galur-galur, duri yang pendek, atau panjang dan
gampang digerakkan, misalnya pada filinia.
Di bawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan membujur, namun
tidak terorganisir senaik platyhelminthes. Antara dinding tubuh dan organ dalam
terdapat pseudocoelom yang berisi cairan dan sel-sel ameboid bercabang-cabang
yang tersusun seperti jala sintial.
2.2.3
Klasifikasi Rotifera
Ada tiga kelas rotifera yaitu Seisionidea, Bdelloidea dan Monogononta.
Monogononta
Ordo
: Ploima
Famili
: Branchionidae
18
Genus
: Branchionus
Spesies
Filum
: Branchionus sp.
: Rotifera
Kelas
Seisonidea
Ordo
Famili
Genus
: Seison
Spesies
Seisonida
Seisonidae
: Seison sp.
Filum
: Rotifera
Kelas
:
Eurotatoria
Ordo
: Ploima
19
Famili
: Trichotriidae
Genus
: Trichotria
Spesies
2.2.4
: Trichotria sp.
Fisiologi Rotifera
A. Pencernaan
kecil dan metazoan lain. Mangsa ditangkan dengan cara dicengkram atau dijebak.
Mangsa dicengkap dengan menggunakan trophy yang berbentuk seperti penjepit, atau
mangsa yang terjebak di dalam corong yang bersetae akan melipat ke dalam dan
berkerut, hingga mangsa masuk ke mulut.
21
B. Alat Eksresi
Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bul.
Kedua protonephrida tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara
pada bagian ventral kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan
kontraksi, dengan kecepatan satu sampai empat kali per menit. Pembuangan yang
demikian cepat membuktikan bahwa fungsi protonephrida adalah sebagai
osmoregulator, osmoregulator yaitu membuang kelebihan air didalam tubuh. Dalam
beberapa menit dikeluarkan sejumlah cairan yang setara dengan berat tubuh rotifera
tersebut.
C. Susunan Saraf
Rotifera mempunyai otak yang terdiri atas massa ganglion dorsal, dan
terletak di atas mastax. Dari otak keluar sejumlah pasang saraf yang menuju ke
berbagai alat inra, antara lain ke mata dan ke antena. Beberapa jenis rotifera, terutama
22
yang sessile tidak mempunyai mata. Mata yang berupa ocellus sederhana, dan
berjumlah tiga hingga lima buah.
D. Cara Hidup
Cara hidup rotifera biasanya berenang bebas dan organisme planktonik
benar-benar, tapi jari-jari kaki atau ekstensi kaki dapat mengeluarkan bahan lengket
membentuk pegangan erat untuk membantu mereka mematuhi permukaan.
2.2.6
Reproduksi Rotifera
Siklus hidup rotifera mengandung kedua fase aseksual dan seksual. Produk
reproduksi seksual adalah embrio aktif encysted disebut kista. Pada rotifera
dioecious, reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil dari pada
betina, biasanya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan,
hanya memiliki alat reproduksi saja. Partenogenesis merupakan peristiwa yang umum
terjadi. Perkawinan pada rotifera biasanya dengan jalan hipodermic impregnation,
dimana sperma masuk melalui dinding tubuh. Tiap nukleus pada ovari menjadi
sebuah telur. Kebanyakan spesies mempunyai ovari dengan sepuluh sampai dua
puluh nuklei, maka telur yang dihasilkan selama hidupnya tidak lebih dari jumlah
tersebut.
Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas;
kemudian akan mati. Bila tidak menemukan rotifera betina maka rotifera jantan akan
mati pada umur 2-7 hari, tergantung pada jenisnya. Pada bdelloidea, dimana tidak
pernah ada jantannya, reproduksi selalu dengan cara partenogenesis, yaitu betina
menghasilkan telur yang selalu menetas menjadi betina.
Pada kelas monogononta, yang dalam keadaan tertentu ada jantannya, terdapat
tiga macam telur:
23
Tipe kedua ialah mictic, bercangkang tipis, tetapi haploid, bila tidak dibuahi
secara partenogenetik aka menetas menjadi jantan yang haploid.
Tipe ketiga ialah dorman. Dorman ialah bila telur mictic dibuahi oleh sperma
dari janan yang haploid, bercangkang tebal dan keras, resisten terhadap
kekeringan dan lingkungan buruk, dan memerlukan istrahat beberapa bulan
sebelum dapat menetas. Dalam lingkungan yang baik, telur dorman menetas
menjadi betina amictic dan diploid.
2.2.6.1 Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembelahan biner.
2.2.6.2 Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual dilakukan dengan cara konjugasi.
2.2.6.3 Siklus Hidup
24
2.2.7
Habitat Rotifera
Hidup di air tawar, beberapa di laut dan air payau; 1700 spesies.
2.2.8
Peranan Rotifera
2.2.8.1 Peran Menguntungkan
Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
26
1. Morfologi protozoa
bumi,
dan
bahan
penggosok.
Rotifera
memiliki
peranan
jelas bentuk dan wujud dari protozoa dan rotifera itu sendiri.
Diharapkan agar pada mahasiswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu yang lebih
dalam mengenai spesies apa saja yang termasuk dalam protozoa dan rotifera agar
dalam praktik nyata tidak salah dalam membedakan dan menentukan manakah
protozoa dan rotifera yang termasuk zooplankton dan mana yang bukan.
Daftar Pustaka
27
28
29