Referat Kelahiran Preterm Preterm Birth
Referat Kelahiran Preterm Preterm Birth
BIRTH
Total Bayi
Usia kehamilan saat
lahir
<>
4,138,573 (100)
28,384 (100)
83,428 (2)
65,853 (1.6)
15,287 (54)
1099 (4)
32-33 minggu
373,663 (9)
1727 (10)
34-36 minggu
3,346,237 (81)
8116 (29)
37-41 minggu
239,850 (6)
637 (2)
> 42 minggu
29,542 (0.7)
516 (2)
Tidak tahu
Tabel 1.1 Jumlah mortalitas bayi baru lahir di Amerika Serikat
pada tahun 2005 (8)
Angka kematian bayi premature, yang merupakan
penyumbang angka kematian bayi baru lahir terbanyak, mulai
meningkat di Amerika Serikat sejak tahun 1996. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.1, indikasi medis untuk kelahiran
prematur bertanggung jawab pada kenaikan ini. Dan pada orang
kulit hitam kematian bayi pada tahun pertama kehidupannya dua
kali lebih banyak ras yang lainnya, dan dua per tiganya
disebabkan oleh kelahiran prematur. (8)
Gambar 1.1 Kematian bayi pada ras-ras di Amerika Serikat,
1989-2001. (8)
Kejadian pelahiran preterm masih tinggi dan merupakan
penyebab kematian neonatal utama. Di Amerika Serikat,
kejadiannya 8-10% dan di Indonesia 16-18% dari semua
kelahiran hidup.(17)
Sedangkan angka kematian bayi pada tahun 2003 di
Indonesia ialah 35 per 1000 kelahiran hidup, angka ini terusmenerus menurun dari tahun 1990 yaitu 66 bayi tiap 1.000
kelahiran. (1), (2)
Tujuan pembuatan makalah ini adalah menjelaskan
bagaimana mendiagnosis persalinan preterm sedini mungkin,
faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan preterm dan
pelaksanaan yang sebaik mungkin untuk persalinan preterm.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran bayi
pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Secara legal, di
Inggris, the 1992 Amendment to the Infant Life Preservation
Act,menetapkan batas viabilitas sebagai 24 minggu.(15)
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1961
menambahkan usia gestasi sebagai satu kriteria bayi prematur,
yaitu bayi yang lahir pada usia gestasi 37 minggu atau kurang.
Dibuat pembedaan antara berat badan lahir rendah (2500 g atau
kurang) dan prematuritas (37 minggu atau kurang). (7)
2.2 Endokrinologi dan Biokimia Persalinan
2.2.1 Pengaruh Proses Inflamasi Pada Persalinan
Sepanjang kehamilan cervix uterus membutuhkan untuk
tetap kokoh dan tertutup ketika tubuh dari uterus tumbuh secara
hipertrofi dan hiperplasia tetapi tanpa disertai adanya kontraksi.
Untuk persalinan yang berhasil cervix diubah menjadi struktur
yang lembut dan lentur yang dapat berdilatasi membesar dan
uterus menjadi organ yang dapat berkontraksi dengan kuat.
Beberapa minggu sebelum melahirkan terjadi perubahan bagian
bawah uterus yang menjadi masak dan terjadi penipisan dari
cervix. Perubahan pada segmen bawah uterus ini berhubungan
dengan peningkatan produksi sitokin yang merupakan suatu
produk inflamasi, terutama interleukin-1, -6 dan -8 dan
prostaglandin dari membran yang melapisi janin dan desidua
dan dari leher uterus itu sendiri. Pematangan cervix dikaitkan
dengan masuknya sel-sel inflamasi ke dalam cervix yang
melepaskan matriks metalloprotein yang berkontribusi anatomis
dengan perubahan yang terkait dengan pematangan cervix.
Kemudian peningkatan kontraktilitas dominan terjadi di segmen
atas uterus dikaitkan dengan peningkatan ekspresi reseptor dari
oksitosin dan prostaglandin, pada protein gap-junction yang
menengahi konektivitas elektris antara miosite-miosit, dan
perubahan yang lebih kompleks lagi pada jalur sinyal
intraselular yang bisa meningkatkan kontraktilitas dari miosit-
miosit.(15)
2.2.2 Pengaruh Hormonal Pada Persalinan
Dalam banyak spesies progesteron diduga memainkan
peran penting dalam menekan onset persalinan. Progesteron
memiliki sifat anti-inflamasi umumnya pada uterus. Peristiwa
biokimia yang berhubungan dengan pematangan cervix dan
telah dimulainya proses persalinan seperti yang dijelaskan
sebelumnya merupakan suatu proses peradangan. Pada beberapa
spesies dimulainya proses persalianan didahului dengan
menurunnya kadar progesteron. Pada domba, menurunnya kadar
progesteron mengarah ke peningkatan pembentukan gapjunction miometrium, peningkatan pembentukan prostaglandin,
dan meningkatkan respon dari bagian uterus yang mampu
menghasilkan kontraksi. (15),(16)
Menurunnya kadar progesteron tampaknya disebabkan
oleh meningkatnya respon sel adrenal janin adrenocorticotropic
hormon (ACTH), mengakibatkan peningkatan produksi kortisol.
Melalui beberapa langkah, kortisol menyebabkan biosintesis
steroid plasenta dan penurunan sekresi progesteron. Penurunan
progesteron beredar mengarah ke peningkatan pembentukan gap
junction miometrium, peningkatan pembentukan prostaglandin,
dan meningkatkan respon dari uterus dan mampu menghasilkan
kontraksi. (16)
Namun, ada perbedaan besar, antara status hormonal
domba dan primata, termasuk manusia. Pada manusia, tidak ada
peningkatan yang besar kortisol dari kelenjar adrenal janin
sebelum persalinan, dan tidak terjadi penurunan dramatis dari
hormon progesteron secara konsisten. Namun, progesteron
penting dalam kehamilan manusia, dan sejumlah studi telah
meneliti peran rasio progesteron-ke-estrogen sebelum timbulnya
persalinan. Pada 1974, para peneliti menunjukkan penurunan
yang signifikan kadar serum progesteron dan peningkatan
tingkat estrogen dalam banyak perempuan sebelum persalinan.
Temuan ini belum direproduksi secara konsisten. Peningkatan
estriol mungkin merupakan sinyal dari janin yang menunjukkan
bahwa itu matang dan siap untuk persalinan. Produksi estriol
2.3.1.4 Perdarahan
2.3.1.4.1 Abruptio Plasenta
Abruptio plasenta atau solutio plasenta dapat
mengakibatkan terjadinya prematur pelahiran. Ini terjadi melalui
pengeluaran trombin yang merangsang kontraksi miometrium
oleh reseptor yang diaktivasi protease tetapi secara independen
juga disebabkan sintesis dari prostaglandin. Ini menjelaskan
kesan klinis bahwa persalinan preterm berkaitan dengan
chorionamnionitis sering cepat sedangkan yang berhubungan
dengan plasenta abruptio ialah kurang begitu karena pada
abruptio plasenta tidak ada proses kematangan (preripening)
cervix uterus. Pembentukan trombin mungkin juga mempunyai
peran dalam persalinan prematur yang disebabkan karena
chorionamnionitis ketika dilepaskannya trombin sebagai akibat
dari perdarahan desidua.(Gambar 2.2) (15)
Penatalaksanaan
Menunda persalinan mungkin akan bermanfaat ketika
janin belum matang. Bond dan rekan (1989) meneliti 43 wanita
dengan abruptio plasenta sebelum usia kehamilan 35 minggu,
dan 31 minggu dan mereka diberi terapi tokolitik. Rata-rata
waktu untuk persalnan di semua 43 wanita adalah sekitar 12 hari
dan tidak ada lahir mati. Kelahiran sectio sesaria dilakukan pada
75 persen dari semua kasus. (8)
Wanita dengan bukti-bukti abrupto plasenta yang sangat
dini sering menjadi Oligohidramnion, baik dengan atau tanpa
terjadi ketuban pecah prematur. Elliott dan rekan (1998)
menggambarkan empat perempuan dengan rata-rata abruption
pada usia kehamilan 20 minggu dan yang juga mengembang
menjadi Oligohidramnion. Mereka yang bersalin pada rata-rata
pada isthmus uteri. Jadi dalam kehamilan tidak perlu ada his
untuk menimbulkan perdarahan tapi sudah jelas dalam prsalinan
his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta
di atas akan terlepas pada dasarnya. Perdarahan pada plasenta
previa bersifat terlepas pada dasarnya. (8),(18)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan janin preterm membutuhkan
observasi yang ketat, namun dengan syarat tidak adanya
perdarahan yang terus-menerus. Bagi beberapa wanita, mungkin
dirawat di rumah sakit lama menjadi ideal, bagaimanapun,
wanita biasanya lemas setelah pendarahan telah berhenti dan
janinnya dinilai tidak sehat. Wanita dan keluarganya harus
sepenuhnya memperhatikan dengan serius masalah plasenta
previa dan harus siap sewaktu-waktu untuk membawa ibu hamil
ke rumah sakit dengan segera. Jika perdarahan banyak,
pembukaan kecil, nullipara dan tingkat pasenta previa yang
berat mendorong kita melakukan SC, sebaliknya perdarahan
yang sedang, pembukaan yang sudah besar, multiparitas, dan
tingkat plasenta previa ringan dan anak yang mati mengarahkan
pada usaha pemecahan ketuban. (8),(18)
2.3.2 Faktor Janin
2.3.2.1 Kehamilan Multipel
Di Amerika Serikat, jumlah dan frekuensi kehamilan
kembar serta kehamilan multijanin lainnya telah meningkat
secara tidak terduga selama 25 tahun terakhir. Dari tahun 1980
sampai tahun 2005, jumlah kehamilan kembar meningkat dari
18,9% menjadi 32,1 per 1000 kelahiran. Pada waktu yang sama,
jumlah kelahiran kembar meningkat sebanyak 50% dan jumlah
kehamilan multijanin meningkat sampai 400 %.(9)
Pelahiran sebelum aterm merupakan penyebab utama
meningkatnya resiko kematian dan morbiditas neonates pada
kehamilan kembar. Gardner dkk (1995) mendapatkan bahwa
kausa pelahiran preterm berbeda antara janin kembar dan janin
tunggal. Persalinan spontan lebih sering terjadi pada kelahiran
kembar sebelum 37 minggu daripada janin tunggal, sdangkan
Indometasin dapat digunaka secara per oral atau per rectal. (8)
Indometasin merupakan kontraindikasi pada pasien
dengan gangguan hematologi, penyakit ulkus peptikum, dan
diketahui alergi dan tampaknya dapat meningkatkan waktu
pendarahan. Kontraindikasi relatif pada penyakit ginjal ibu.
Indometasin tidak secara signifikan mempengaruhi perfusi
uteroplacental atau nilai Apgar. (5)
Komplikasi pada janin paling signifikan berhubungan
dengan penutupan ductus arteriosus yang prematur, gagal
jantung kanan, dan kematian janin. Jenis prostaglandin E
memungkinkan ductus arteriosus tetap paten, sedangkan
indometasin cenderung membuat ductus menutup, lebih
cenderung menutup duktus reversibel setelah beberapa minggu.
Penutupan duktus yang ireversibel dapat terjadi pada usia
kehamilan lebih tua, lebih dekat dengan waktu penutupan
fisiologis, namun ada laporan kasus terjadinya kematian janin
diakibatkan penutupan duktus yang lengkap. (5)
2.6.2.3.6 Obat Penyekat Saluran Kalsium
Aktivitas otot polos, termasuk miometrium, secara
langsung berhubungan dengan kalsium bebas di dalam
sitoplasma, dan penurunan konsentrasi kalsium akan
menghambat kontraksi. Obat penyekat kalsium beraksi dengan
menghambat, dengan berbagai mekanisme, pintu masuk saluran
kalsium pada membran sel. Meskipun obat ini digunakan
sebagai terapi penyakit hipertensi, namun obat penyekat saluran
kalsium dapat diaplikasikan dalam terapi persalinan preterm
sebagai subjek sejak akhir tahun 1970-an. (8)
Nifedipine telah digunakan sebagai obat tokolitik.
Banyak protokol untuk nifedipine. Umumnya, 10 mg nifedipine
diberikan peroral. Jika kontraksi tetap ada, dosis dapat diulang
setiap 20 menit untuk total 30 mg dalam 1 jam. Hipotensi
maternal dapat terjadi secara relatif umum. Jika terjadi hipotensi
berkembang, nifedipine dosis tambahan harus diberikan. Sekali
kontraksi menurun, pasien dapat menerima 10 mg setiap 6 jam
nifedipine per oral atau menerima 30-60 mg nifedipine sustainde
release per hari. Nicardipine, yaitu relaksan uterus yang kuat,
KESIMPULAN
Jumlah kelahiran prematur terus meningkat setiap
tahunnya, baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia, dimana
jumlah kelahiran prematur di Indonesia 16-18% dari seluruh
kelahiran hidup.
Pada wanita dengan persalinan prematur episode akut,
tokolitik dapat diberikan dengan kortikosteroid antenatal.
Namun obat-obatan tokolitik mempunyai potensi yang
berbahaya dan harus digunakan dengan hati-hati dan harus
terawasi. Saat ini, tidak ada data yang mendukung bahwa
penggunaan tokolitik sebagai terapi pemeliharaan pada wanita
dengan persalinan prematur berhasil dicegah total. Pencegahan
kelahiran prematur belum memberikan hasil yang diharapkan,
walaupun data saat ini mendukung menggunakan progesteron
sebagai upaya pencegahan. Wanita yang dalam persalinan
prematur sebaiknya diberikan kortikosteoid antenatal
berdasarkan guideline ACOG (American College Obstetrics and
Gynecology) tahun 2002.