Anda di halaman 1dari 40

LI STEP 7 LBM 3 MODUL 4

SENDI

1. definisi

 Sendi adalah tempat pertemuan 2 tulang atau lebih.

 Sendi dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Menurut strukturnya

2. Menurut fungsionalnya

Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, Bag. 1. Warner Platzer

2. macam-macam sendi

SENDI MENURUT STRUKTURNYA:

 Sendi fibrous

Tidak memiliki rongga sendi, tidak memiliki tulang rawan dan

diperkuat oleh jar. Ikat fibrosa/kartilago.

Ada 3 yaitu :

a. Sutura à dihubungkan oleh jar. Ikat fibrosa rapat dan hanya

terdapat di kepala, bersifat sinartrosis.

b. Sindesmosis à dihubungkat oleh serabut kolagen, bersifat

amfiartrosis.

ex : tibia dan fibula proximal


c. Gomposis à sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk

dengan pas ke dalam kantung tulang. Bersifat sinartrosis.

ex : gigi dengan rahang

 Sendi kartilago

ujung2nya dibungkus oleh rawan hialin.

Ada 2 macam :

a. Syncondrosis à dibungkus kartilago hialin, bersifat

sinartrosis, epi & diafisis

b. Symphisis à dibungkus hialin dan fibrokartilago, bersifat

amfiartrosis.

ex : symphisis pubis, art.intervertebralis

 Sendi sinovial

terdiri atas : rawan sendi (hialin), kapsul sendi (sebagai penutup

rongga sendi), membran sinovial (melapisi bag dalam rongga sendi),

cairan sinovial (melumasi sendi,terdiri atas albumin), rongga sendi

(celah antara tulang yang bersendi).

Semuanya bersifat diartrosis.

Lain-lainnya:

1. Sendi engsel à bag tulang yang konveks masuk ke bag tulang

lain yang konkaf. Ex : lutut, siku


2. Sendi kisar à tulang berbentuk kerucut yang masuk dengan

pas ke dalam cekungan tulang yang kedua, gerakan ke semua

arah.

ex : art. Radioulnaris proximal

3. Sendi peluru à satu tulang yang bulat masuk dengan pas ke

dalam kantung tulang lainnya. Ex : art. Humerii, art. Coxae

4. Sendi luncur à permukaan kedua tulang datar. Ex : art.

Intervertebralis facies artikularis.

5. Sendi kondyloid à kondylus tulang yang oval masuk ke rongga

elip tulang yang kedua. Ex : art. Radiocarpal.

6. Sendi pelana à kedua tulang mempunyai bag yang konkaf dan

konveks.

ex : art. Carpometacarpal

Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, Bag. 1. Warner Platzer

3. anatomi sendi

4. histologi sendi

Tulang rawan Hialin

Distribusi

 Tulang rawan hialin adalah jaringan putih

kebiruan yang tersebar luas dalam tubuh.


 Tulang rawan hialin ada pada ujung ventral iga,

laring,dan pada permukaan sendi tulang. Juga

terdapat pada lempeng epifisis di tulang janin

dan anak yang sedang tumbuh.

Gambaran mikroskopis

 Perikondrium berkembang dengan baik

 Kelompokan kondrosit terletak di bagian tengah.

 Matriks ekstraselular tulang rawan hialin kaya

akan serat-serat kolagen terutama kolagen tipe

II.
Tulang Rawan Fibrosa (Fibrokartilago)

Distribusi

 Terdapat pada anulus fibrosus diskus

intervertebralis, simfisis pubis dan hubungan

antara tendo besar dan tulang rawan sendi pada

sendi besar.

Gambaran mikroskopis

 Tidak ditemukan perikondrium

 Matriks ekstraselular tulang rawan fibrosa

mengandung sejumlah besar serabut kolagen

type I (kasar). Matriksnya identik dengan tulang

rawan hyalin kecuali banyak substansi dasar

amorf digantikan dengan serabut kolagen.


Hiztologi Dasar Jonquera dan Atlas Histologi Di Fiore

5. fungsi sendi

 Pergerakan

 Keseimbangan tubuh

 Melindungi bagian2 tubuh

 Estetika tubuh

Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, Bag. 1. Warner Platzer

KELAINAN PADA SENDI

6. Osteoartritis

1. Klasifikasi

Osteoartritis dikelompokkan menjadi:

· Osteoartritis primer, jika penyebabnya tidak diketahui

· Osteoartritis sekunder, jika penyebabnya adalah penyakit

lain (misalnya penyakit Paget atau infeksi, kelainan bentuk, cedera

atau penggunaan sendi yang berlebihan).

www.medicastore.com

2. Etiologi
Dalam keadaan normal, sendi memiliki derajat gesekan yang

rendah sehingga tidak akan mudah aus, kecuali bila digunakan

secara sangat berlebihan atau mengalami cedera.

Osteoartritis kemungkinan berawal ketika suatu kelainan terjadi

pada sel-sel yang membentuk komponen tulang rawan, seperti

kolagen (serabut protein yang kuat pada jaringan ikat) dan

proteoglikan (bahan yang membentuk daya lenting tulang rawan).

Selanjutnya tulang rawan tumbuh terlalu banyak, tetapi pada

akhirnya akan menipis dan membentuk retakan-retakan di

permukaan.

Rongga kecil akan terbentuk di dalam sumsum dari tulang yang

terletak dibawah kartilago tersebut, sehingga tulang menjadi

rapuh.

Tulang mengalami pertumbuhan berlebihan di pinggiran sendi dan

menyebabkan benjolan (osteofit), yang bisa dilihat dan bisa

dirasakan. Benjolan ini mempengaruhi fungsi sendi yang normal dan

menyebabkan nyeri.

Pada akhirnya, permukaan tulang rawan yang halus dan licin

berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang, sehingga sendi tidak

lagi dapat bergerak secara halus.


Semua komponen sendi (tulang, kapsul sendi, jaringan sinovial,

tendon dan tulang rawan) mengalami kegagalan dan terjadi

kelainan sendi.

Orang-orang yang pekerjaannya menyebabkan penekanan berulang

pada sendi mempunyai resiko lebih besar untuk menderita

osteoartritis.

Jenis pekerjaan ini misalnya pekerja tambang dan supir bis.

Obesitas diduga merupakan faktor utama dalam terjadinya

osteoartritis, tetapi pembuktiannya belum cukup kuat.

www.medicastore.com

3. Patogenesis

Osteoartritis (OA) yang dikenal sebagai penyakit sendi

degeneratif mempunyai kelainan primer pada rawan sendi

(cartilage). Secara mudah dapat dijelaskan bahwa pada OA,

proses degeneratif pada awalnya menyebabkan perubahan

biokimiawi pada rawan sendi yang akhirnya menyebabkan

integritas rawan sendi terganggu, sehingga akan terjadi penipisan

rawan sendi sampai akhirnya rawan sendi habis. Perubahan dan

awal sampai akhir berlangsung sangat lambat, dibutuhkan waktu

bertahun-tahun untuk tercapainya stadium akhir yang ditandai

dengan deformitas sendi. Gejala inflamasi sendi tidak


mendominasi perjalanan penyakit, inflamasi baru tampak bila

terjadi pelepasan serpihan rawan sendi ke dalam rongga sendi. OA

biasanya dimulai pada usia sekitar 50 tahun, walaupun kadang-

kadang dapat ditemukan pada usia yang lebih muda, Penyakit lebih

sering ditemukan pada wanita.

4. Faktor risiko

a. Umur à prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat

dengan bertambahnya umur. OA hampir jarang pada anak , jarang

pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60

tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat akibat

ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda

dengan perubahan pada OA

b. Jenis kelamin à wanita lebih sering terkena OA lutut dan

banyak sendi, dan laki-laki lebih sering pada paha, pergelangan

tangan dan leher. Secara keseluruhan di bawah 45 tahun

frekwensi OA kurang lebih sama antara laki-laki dan perempuan,

tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekwensi OA lebih

banyak wanita daripada laki-laki, ini menunjukkan adanya peran

hormonal pada patogenesis OA


c. Suku bangsaà OA paha labih jarang diantara orang-orang

kulit hitam dan asia daripada kausia. OA lebih sering dijumpai

pada orang-orang amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit

putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan dengan perbedaan cara

hidup maupun perbedaan pada frekwensi kelainan congenital dan

pertumbuhan

d. Genetic à factor herediter juga berperan pada timbulnya OA

misalnya,pada ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi

interfalang distal (nodus heberden) terdapat 2 kali lebih sering

OA pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anak perempuan

cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anka

perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya

mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen structural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan

XII,protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam

timbulnya kecerendungan familial pada OA tertentu (terutama OA

banyak sendi)

e. Kegemukan dan penyakit metabolic à berat badan yang

berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk

timbulnya OA baik pada wanita dan pria. Kegemukan ternyata


tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung

beban, tapi juga sendi yang lain (tangan atas sternoklavikula). Oleh

karena itu disamping factor mekanis yang berperan (karena

meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat factor mekanis

(metabolic) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran

factor metabolic dan hormonal pada kaitan antara OA dan

kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan OA dengan penyakit

jantung koroner,diabetes mellitus dan hipertensi. Pasien-pasien

osteo arthritis ternyata mempunyai resiko penyakit jantung

koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang

biasa

f. Cedera sendià pekerjaan berat maupun pemakaian satu

sendi yang terus menerus (misal tukang pahat,pemetik kapas)

berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga

cedera sendi berkaitan dengan resiko OA yang tinggi

g. Kelainan pertumbuhan à kelainan congenital dan pertumbuhan

paha (misalnya penyakit Phertes dan dislokasi congenital paha)

telah dikaitkan dengan timbulnya OA pada usia muda

h. Factor lainà tingginya kepadatan tulang


(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV)

5. Tempat predileksi

Yang sering terkena adalah:

· sendi jari tangan

· pangkal ibu jari

· leher

· punggung sebelah bawah

· jari kaki yang besar

· Panggul

· lutut.

www.medicastore.com

6. Gambaran klinis

Gejala OA

- nyeri sendi yang khas yaitu nyeri yang bertambah berat pada

waktu menopang berat badan atau waktu aktivitas (melakukan

gerakan), dan membaik bila diistirahatkan

- gerakan sendi menjadi terhambat karena nyeri

- pada beberapa penderita, nyeri sendi atau kaku sendi dapat

timbul setelah istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau mobil

(perjalanan jauh), atau setelah bangun tidur di pagi hari


- kadang disertai suara gemeretak/kemretek pada sendi yang

sakit

- penderita mungkin menunjukkan salah satu sendinya (sering lutut

atau tangan) secara perlahan membesar

- Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat, lebih terasa pada pagi

hari dan berkurang setelah digerak-gerakkan pada OA

berlangsung ringan dan singkat, umumnya kurang dari 30 menit.

- Bengkak sendi dapat terjadi pada kedua penyakit, pada OA

terjadi bila ada inflamasi (akibat pelepasan serpihan rawan sendi

ke rongga sendi) atau akibat efusi sendi.

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV)

7. DD

· Penyakit-penyakit metabolic dan herediter yang dapat

menimbulkan gambaran radiolografi OA( misal

hiperparatiroidisme, oochronosis,alkaptonuria,dan seterusnya)

· Penyakit sendi lain yang cukup berat (tapi jarang )

osteonekrosis,neuropati charchot,sinovitis vilonodular dan

kondromatosis sinovial)
· Penyakit sendi peradangan akut atau kristal: gout,pseudo

gout, atritis bacterial atau RA. Hal ini terutama pada pasien-

pasien dengan tanda-tanda peradangan yang nyata, meskipun

terdapat gambaran radiografi untuk OA

· Penyakit reumatik jaringan ikat (misalnya bursitis anserin,

periartritis bahu, sindrom carpal tuner dan tenosinovitis)

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi III

8. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan

foto rontgen.

www.medicastore.com

9. Penatalaksanaan

a. Non farmakologis

Olah raga yang tepat (termasuk peregangan dan penguatan) akan

membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan,


meningkatkan daya gerak sendi dan kekuatan otot-otot di

sekitarnya sehingga otot menyerap benturan dengan lebih baik.

Dianjurkan untuk menggunakan kursi dengan sandaran yang keras,

kasur yang tidak terlalu lembek dan tempat tidur yang dialasi

dengan papan.

Untuk osteoartritis pada tulang belakang, dilakukan olah raga

khusus dan jika penyakitnya berat, bisa digunakan penopang

punggung.

Tetap melakukan kegiatan dan pekerjaan sehari-hari, sangatlah

penting.

Terapi fisik yang sering dilakukan adalah dengan pemanasan.

Untuk nyeri pada jari tangan dianjurkan merendam tangan dalam

campuran parafin panas dengan minyak mineral pada suhu 47,8-52°

Celsius atau mandi dengan air hangat.

Pemijatan oleh tenaga terlatih, traksi (penarikan) dan terapi

pemanasan dalam dengan diatermi atau ultrasonik bisa dilakukan

pada osteoartritis di leher.


b. Farmakologis

Obat merupakan aspek yang tidak terlalu penting.

Obat pereda nyeri (misalnya acetaminofen) mungkin merupakan

satu-satunya obat yang diperlukan.

Obat anti peradangan non-steroid (misalnya aspirin atau

ibuprofen) bisa diberikan untuk mengurangi nyeri dan

pembengkakan.

Jika sendi secara tiba-tiba mengalami peradangan, membengkak

atau terasa nyeri, bisa disuntikkan kortikosteroid langsung ke

dalam sendi.

c. Bedah

Jika pengobatan lainnya gagal, bisa dilakukan pembedahan.

Beberapa sendi (terutama sendi panggul dan lutut) bisa diganti

dengan sendi buatan.

Tindakan ini biasanya berhasil dan hampir selalu bisa memperbaiki

fungsi dan pergerakan sendi, serta mengurangi nyeri. Karena itu


jika fungsi sendi menjadi terbatas, maka dianjurkan untuk

menjalani penggantian sendi.

www.medicastore.com

11. Prognosis

Umunmya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-

obat konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan

operasi.

Sumber : Kapita Selekta

- Artritis infeksiosa

7. Reumatoid artritis

1. Etiologi

Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi berbagai faktor

(termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi

autoimun.

www.medicastore.com

Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan

secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:


1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi

IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid faktor

2. Faktor metabolik

3. Infeksi dengan kecenderungan virus

2. Faktor risiko

Penyakit ini terjadi pada sekitar 1% dari jumlah penduduk,

dan wanita 2-3 kali lebih sering dibandingkan pria.

Biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun, tetapi

bisa terjadi pada usia berapapun.

www.medicastore.com

3. Gambaran klinis

Artritis rematoid bisa muncul secara tiba-tiba, dimana pada

saat yang sama banyak sendi yang mengalami peradangan.

Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu sendi pada

sisi kiri tubuh terkena, maka sendi yang sama di sisi kanan

tubuh juga akan meradang.


Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari

tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut dan

pergelangan kaki.

Sendi yang meradang biasanya menimbulkan nyeri dan

menjadi kaku, terutama pada saat bangun tidur atau setelah

lama tidak melakukan aktivitas.

Beberapa penderita merasa lelah dan lemah, terutama

menjelang sore hari.

Sendi yang terkena akan membesar dan segera terjadi

kelainan bentuk.

Sendi bisa terhenti dalam satu posisi (kontraktur) sehingga

tidak dapat diregangkan atau dibuka sepenuhnya.

Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah

kelingking, sehingga tendon pada jari-jari tangan bergeser

dari tempatnya.

Pembengkakan pergelangan tangan bisa mengakibatkan

terjadinya sindroma terowongan karpal.


Di belakang lutut yang terkena, bisa terbentuk kista, yang

apabila pecah bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan

pada tungkai sebelah bawah.

Sekitar 30-40% penderita memiliki benjolan keras (nodul)

tepat dibawah kulit, yang biasanya terletak di daerah

sekitar timbulnya penyakit ini.

Bisa terjadi demam ringan dan kadang terjadi peradangan

pembuluh darah (vaskulitis) yang menyebabkan kerusakan

saraf atau luka (ulkus) di tungkai.

Peradangan pada selaput di sekitar paru-paru (pleuritis) atau

pada kantong di sekitar jantung (perikarditis) atau

peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru

bisa menyebabkan nyeri dada, gangguan pernafasan dan

kelainan fungsi jantung.

Penderita lainnya menunjukkan pembengkakan kelenjar getah

bening, sindroma Sjögren atau peradangan mata.

Penyakit Still merupakan variasi dari artritis rematoid

dimana yang pertama muncul adalah deman tinggi dan gejala

umum lainnya.
Sindroma Felty terjadi jika pada penderita artritis

rematoid ditemukan pembesaran limpa dan penurunan jumlah

sel darah putih.

www.medicastore.com

4. Tanda dan gejala setempat

· Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari

(morning stiffness) dan gerakan terbatas tdk > 30 menit

· Lambat laun membengkak, panas merah, lemah

· Poli artritis simetris sendi perifer, Paling

sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan.

· Artritis erosif erosi pada pinggir tulang

· Deformitas pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi

sendi metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher

angsa.

· Rematoid nodul kasus ini sering menyerang bagian siku

(bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor

lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.

· Kronik, Ciri khas rematoid artritis


5. Tanda dan gejala sistemik

 Lemah,

 demam

 tachikardi,

 berat badan turun,

 anemia,

 anoreksia

6. DD

Membedakan artritis rematoid dari berbagai keadaan lainnya

yang bisa menyebabkan artritis, tidaklah mudah.

Keadaan-keadaaan yang menyerupai artritis rematoid adalah:

- Demam rematik

- Artritis gonokokal

- Penyakit Lyme

- Sindroma Reiter

- Artritis psoriatik

- Spondilitis ankilosing

- Gout

- Pseudogout

- Osteoartritis.

www.medicastore.com
7. Diagnosis

1. Pola gejalanya sangat khas, tetapi untuk memperkuat

diagnosis perlu dilakukan:

1. Pemeriksaan darah

- 9 dari 10 penderita memiliki laju endap eritrosit yang

meningkat

- sebagian besar menderita anemia

- kadang jumlah sel darah putih berkurang

- 7 dari 10 penderita memiliki antibodi yang disebut faktor

rematoid; biasanya semakin tinggi kadar faktor rematoid

dalam darah, maka semakin berat penyakitnya dan semakin

jelek prognosisnya. Kadar antibodi ini bisa menurun jika

peradangan sendi berkurang dan akan meningkat jika terjadi

serangan.

2. Pemeriksaan cairan sendi.

3. Biopsi nodul.

4. Rontgen, bisa menunjukkan adanya perubahan khas pada

sendi.

Mengenali artritis rematoid.


Seseorang yang memiliki 4 dari 5 gejala berikut,

kemungkinan menderita artritis rematoid:

1. Kekakuan di pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam

(selama minimal 6 minggu)

2. Peradangan (artritis) pada 3 atau lebih sendi (selama

minimal 6 minggu)

3. Artritis pada persendian tangan, pergelangan tangan

atau jari tanan (selama minimal 6 minggu)

4. Faktor rematoid di dalam darah

5. Perubahan yang khas pada foto rontgen.

www.medicastore.com

8. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi adalah:

1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan

2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional

maksimal penderita.

3. Mencegah atau memperbaiki deformitas

4. Program terapi dasar terdiri dari lima komponen

dibawah ini yang merupakan


sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut

yaitu:

1. Istirahat

2. Latihan fisik

3. Panas

4. Pengobatan (Aspirin, natrium kolin dan asetaminopen,

garam emas, kortikosteroid, obat anti malaria

5. Nutrisi

Prinsip dasar dari pengobatan artrtitis rematoid adalah

mengistirahatkan sendi yang terkena, karena pemakaian

sendi yang terkena akan memperburuk peradangan.

Mengistirahatkan sendi secara rutin seringkali membantu

mengurangi nyeri.

Pembidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan

mengistirahatkan satu atau beberapa sendi, tetapi untuk

mencegah kekakuan, perlu dilakukan beberapa pergerakan

sendi yang sistematis.

Obat-obatan utama yang digunakan untuk mengobati artritis

rematoid adalah obat anti peradangan non-steroid, obat

slow-acting, kortikosteroid dan obat imunosupresif.


Biasanya, semakin kuat obatnya, maka semakin hebat potensi

efek sampingnya, sehingga diperlukan pemantaun ketat.

Obat anti peradangan non-steroid.

Yang paling banyak digunakan adalah aspirin dan ibuprofen.

Obat ini mengurangi pembengkakan pada sendi yang terkena

dan meringankan rasa nyeri.

Aspirin merupakan obat tradisional untuk artritis rematoid;

obat yang lebih baru memiliki lebih sedikit efek samping

tetapi harganya lebih mahal.

Dosis awal adalah 4 kali 2 tablet (325 mgram)/hari.

Telinga berdenging merupakan efek samping yang

menunjukkan bahwa dosisnya terlalu tinggi.

Gangguan pencernaan dan ulkus peptikum, yang merupakan

efek samping dari dosis yang terlalu tinggi, bisa dicegah

dengan memakan makanan atau antasid atau obat lainnya

pada saat meminum aspirin.

Misoprostol bisa membantu mencegah erosi lapisan lambung

dan pembentukan ulkus gastrikum, tetapi obat ini juga


menyebabkan diare dan tidak mencegah terjadinya mual atau

nyeri perut karena aspirin atau obat anti peradangan non-

steroid lainnya.

Obat slow-acting.

Obat slow-acting kadang merubah perjalanan penyakit,

meskipun perbaikan memerlukan waktu beberapa bulan dan

efek sampingnya berbahaya.

Pemakaiannya harus dipantau secara ketat.

Obat ini biasanya ditambahkan jika obat anti peradangan

non-steroid terbukti tidak efektif setelah diberikan selama

2-3 bulan atau diberikan segera jika penyakitnya

berkembang dengan cepat.

Yang sekarang ini digunakan adalah senyawa emas,

penisilamin, hydroxycloroquinine dan sulfasalazine.

1. Senyawa emas.

Senyawa emas berfungsi memperlambat terjadinya kelainan

bentuk tulang. Biasanya diberikan sebagai suntikan mingguan.


Suntikan mingguan diberikan sampai tercapai dosis total 1

gram atau sampai timbulnya efek samping atau terjadinya

perbaikan yang berarti.

Jika obat ini efektif, dosisnya dikurangi secara bertahap.

Kadang perbaikan dicapai setelah diberikannya dosis

pemeliharaan selama beberapa tahun.

Senyawa emas bisa menimbulkan efek samping pada

beberapa organ, karena itu obat ini tidak diberikan kepada

penderita penyakit hati atau ginjal yang berat atau penyakit

darah tertentu.

Sebelum pengobatan dimulai dan setiap seminggu sekali

selama pengobatan berlangsung, dilakukan pemeriksaan

darah dan air kemih.

Efek sampingnya berupa ruam kulit, gatal dan berkurangnya

sejumlah sel darah.

Jika terjadi efek samping yang serius, maka pemakaiannya

segera dihentikan.

2. Penisilamin.

Efeknya menyerupai senyawa emas dan bisa digunakan jika

senyawa emas tidak efektif atau menyebabkan efek samping

yang tidak dapat ditoleransi.


Dosisnya secara bertahap dinaikkan sampai terjadinya

perbaikan.

Efek sampingnya adalah penekanan terhadap pembentukan

sel darah di dalam sumsum tulang, kelainan ginjal, penyakit

otot, ruam kulit dan rasa tidak enak di mulut. Jika terjadi

efek samping tersebut, maka pemakaian obat harus

dihentikan.

Obat ini juga bisa menyebabkan miastenia gravis, sindroma

Goodpasture dan sindroma yang menyerupai lupus.

Selama pengobatan berlangsung, dilakukan pemeriksaan

darah dan air kemih setiap 2-4 minggu sekali.

3. Hydroxycloroquine.

Digunakan untuk mengobati artritis rematoid yang tidak

terlalu berat.

Efek sampingnya biasanya ringan, yaitu berupa ruam kulit,

sakit otot dan kelainan mata. Tetapi beberapa kelainan mata

bisa menetap, sehingga penderita yang mendapatkan obat ini

harus memeriksakan matanya sebelum dilakukan pengobatan

dan setiap 6 bulan selama pengobatan berlangsung.


Jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan, maka

pemberian obat ini dihentikan. Jika terjadi perbaikan,

pemakaian obat ini bisa dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan.

4. Sulfasalazine.

Obat ini semakin banyak digunakan untuk mengobati artritis

rematoid.

Dosisnya dinaikkan secara bertahap dan perbaikan biasanya

terjadi dalam 3 bulan.

Sulfasalazine bisa menyebabkan gangguan pencernaan,

kelainan hati, kelainan sel darah dan ruam kulit.

Kortikosteroid.

Kortikosteroid (misalnya prednison) merupakan obat paling

efektif untuk mengurangi peradangan di bagian tubuh

manapun.

Kortikosteroid efektif pada pemakaian jangka pendek dan

cenderung kurang efektif jika digunakan dalam jangka

panjang, padahal artritis rematoid adalah penyakit yang

biasanya aktif selama bertahun-tahun.


Kortikosteroid biasanya tidak memperlambat perjalanan

penyakit ini dan pemakaian jangka panjang menyebabkan

berbagai efek samping, yang melibatkan hampir setiap organ.

Efek samping yang sering terjadi adalah penipisan kulit,

memar, osteoporosis, tekanan darah tinggi, kadar gula darah

yang tinggi dan katarak.

Karena itu obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi

kekambuhan yang mengenai beberapa sendi atau jika obat

lainnya tidak efektif.

Kortikosteroid juga digunakan untuk mengobati peradangan

diluar sendi, seperti peradangan selaput paru-paru (pleuritis)

atau peradangan kantong jantung (perikarditis).

Untuk menghindari resiko terjadinya efek samping, maka

hampir selalu digunakan dosis efektif terendah.

Obat ini bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi, tetapi

bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang, terutama jika

sendi yang terkena digunakan secara berlebihan sehingga

mempercepat terjadinya kerusakan sendi.


Obat imunosupresif.

Obat imunosupresif (contohnya metotreksat, azatioprin dan

cyclophosphamide) efektif untuk mengatasi artritis

rematoid yang berat.

Obat ini menekan peradangan sehingga pemakaian

kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan kortikosteroid

dosis rendah.

Efek sampingnya berupa penyakit hati, peradangan paru-

paru, mudah terkena infeksi, penekanan terhadap

pembentukan sel darah di sumsum tulang dan perdarahan

kandung kemih (karena siklofosfamid).

Selain itu azatioprine dan siklofosfamid bisa meningkatkan

resiko terjadinya kanker.

Metotreksat diberikan per-oral (ditelan) 1 kali/minggu,

digunakan untuk mengobati artritis rematoid stadium awal.

Siklosporin bisa digunakan untuk mengobati artritis yang

berat jika obat lainnya tidak efektif.

Terapi lainnya.
Bersamaan dengan pemberian obat untuk mengurangi

peradangan sendi, bisa dilakukan latihan-latihan, terapi fisik,

pemanasan pada sendi yang meradang dan kadang

pembedahan.

Sendi yang meradang harus dilatih secara halus sehingga

tidak terjadi kekakuan.

Setelah peradangan mereda, bisa dilakukan latihan aktif

yang rutin, tetapi jangan sampai terlalu lelah. Biasanya

latihan akan lebih mudah jika dilakukan di dalam air.

Untuk mengobati persendian yang kaku, dilakukan latihan

yang intensif dan kadang digunakan pembidaian untuk

meregangkan sendi secara perlahan.

Jika pemberian obat tidak membantu, mungkin perlu

dilakukan pembedahan.

Untuk mengembalikan pergerakan dan fungsinya, biasanya

dilakukan pembedahan untuk mengganti sendi lutut atau

sendi panggul dengan sendi buatan.


Persendian juga bisa diangkat atau dilebur (terutama pada

kaki), supaya kaki tidak terlalu nyeri ketika digunakan untuk

berjalan.

Ibu jari bisa dilebur sehingga penderita bisa menggenggam

dan tulang belakang di ujung leher yang tidak stabil bisa

dilebur untuk mencegah penekanan terhadap urat saraf

tulang belakang.

Penderita yang menjadi cacat karena artritis rematoid bisa

menggunakan beberapa alat bantu untuk menyelesaikan tugas

sehari-harinya.

Contohnya adalah sepatu ortopedik khusus atau sepatu

atletik khusus

Tindakan operasi

Lakukan Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:

1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi

tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk

mencegah timbulnya kembali inflamasi.


2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.

3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan

pergelangan tangan.

4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat

kembali dataran pada persendian.

www.medicastore.com

8. Gout

a. Definisi

 Penyakit heterogen yang disebabkan oleh deposisi kristal

monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam urat

didalam cairan ekstrasellular.

 Kadar asam urat melebihi 6,00-7,00 mg/dl

b. Klasifikasi dan Etiologi

1. Pembentukan Asam Urat yang berlebihan

Gout Primer Metabolik

Kelebihan sintesis langsung asam urat.

Gout Sekunder Metabolik


Karena penyakit lainnya,ex; polisitemia vera, psoriasis,

leukemia dll.

2. Kurangnya pengeluaran Asam Urat oleh Ginjal

Gout Primer Renal

Akibat gangguan ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal

yang sehat.

Gout Sekunder Renal

Disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya gagal ginjal

kronik

c. Manifestasi Klinis

Tahap Asimptomatik : Pada tahap ini kadar asam urat dalam

darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.

Tahap Akut : Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan

cepat memuncak, umumnya terjadi pada tengah malam atau

menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat

pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu

24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan dan

menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.


Tahap Interkritikal : Pada tahap ini penderita dapat

kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas

olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri

pada serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit

sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada

serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi

hanya sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung

bagaimana si penderita mengatasinya.

Tahap Kronik : Tahap ini akan terjadi bila penyakit

diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi serangan akan

meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas

serangan. Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang

rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak

dan kaku pada sendi yang sakit.

( Sumber : Patofisiologi Silvia )

d. Stadium Gout

1. Artritis Gout Akut


Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan timbul

sangat cepat dalam waktu yang singkat. Pasien tidur tanpa

ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang

hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan utama berupa nyeri,

bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala berupa demam,

menggigil, dan merasa lelah. Pada serangan akut yang tidak

berat, keluhan dapat hilang dalam beberapa jam atau hari.

Pada serangan akut berat, keluhan dapat sembuh dalam

beberapa hari sampai beberapa minggu.

2. Stadium Interkritikal

Pada stadium ini terjadi periode interkritik

asimptomatik. Meskipun secara klinik tidak terdapat tanda-

tanda radang akut, tapi pada aspirasi sendi ditemukan kristal

urat. Ini menunjukkan proses keradangan tetap berlanjut,

meski tanpa keluhan. Apabila tidak ada penanganan yang baik

dan pengaturan asam urat yang benar, dapat menimbulkan

serangan akut lebih sering yang dapat mengenai beberapa

sendi dan biasanya lebih berat. Manajemen yang tidak baik,

mengakibatkan keadaan interkritik berlanjut menjadi

stadium menahun dengan pembentukan tofi

3. Stadium Gout Artritis Menahun


Stadium ini terjadi pada pasien yang mengobati dirinya

sendiri, sehingga dalam kurun waktu yang lama tidak

melakukan pengobatan secara teratur pada dokter. Artritis

gout menahun biasanya disertai adanya tofi yang banyak.

Tofi ini sering pecah dan sulit disembuhkan dengan obat,

kadang timbul infeksi sekunder. Pada tofus yang besar dapat

dilakukan ekstirpasi, tapi hasilnya kurang memuaskan. Di

stadium ini kadang disertai batu saluran kemih sampai

penyakit ginjal menahun.

e. Komplikasi

• Pada ginjal berupa pielonefritis,batu asam urat dan gagal

ginjal kronis

• Pada kardiovaskuler berupa hipertensi dan sclerosis

f. Terapi (Penatalaksanaan)

• Kolkisin untuk gout akut dosis :

3-4 kali 0,5-0,6/ per hari oral dgn

dosis maximal 6 mg.

• OAINS à tergantung yang diberikan.


- Indometasin dosis 150-200 mh/hari selama 2-3 hari,

dilanjutkan 75-100 mg/ hari à nyeri dan radang hilang.

• Kortikosteroid à bisa parenteral atau oral.

• Hormon ACTH

• Pada stadium interkritik dan menahun.

– Menurunkan kadar asam urat.

à pemberian diet rendah purin

à pemakaian obat allupurinol.

– Mencegah kekambuhan.

www.medicastore.com

9. Membran sinovial terdiri dari apa saja?

10. Proses inflamasi?

11. Mediator inflamasi?

12. Metabolisme Purin............???????????

Anda mungkin juga menyukai