Agus Suyudi
Abstrak: Pembelajaran fisika secara umum cenderung menggunakan metode ceramah, diskusi dan
jarang melakukan eksperimen. Adapun tujuan dalam pembelajaran mengoptimalkankan kemampuan
berfikir dan keterampilan. Salah satunya keterampilan yang dioptimalkan adalah keterampilan bertin-
dak (hands-on activity) siswa. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan hands-on activity dapat
diterapkan pembelajaran latihan inkuiri (Inquiry Trainning). Keterampilan bertindak yang dioptimalkan
adalah aktivitas bertanya baik secara lisan maupun tertulis, kemampuan berhipotesis, kemampuan
bereksperimen dan menyajikan data dengan penjelasannya. Keterampilan bertindak sebagai modal un-
tuk memperoleh pengetahuan.
Keterampilan bertindak (hands-on activity) lukan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit serta
siswa yang meliputi kemampuan bertanya baik se- tenaga yang cukup banyak. Namun semua itu dapat
cara lisan maupun tertulis, kemampuan berhipote- dilakukan kalau guru mau melakukannya. Memang
sis, kemampuan bereksperimen dan menyajikan tidak mungkin semua topik dalam pembelajar
data sebagian besar siswa masih rendah. Hal ini ti- fisika digunakan untuk mengoptimalkan hands-on
dak mengherankan sebab secara umum pembela- activity. Namun guru dapat memilih topik pada
jaran yang dilakukan kurang berpusat pada siswa. matapelajaran fisika yang ada sarana dan prasarana
Cenderung pembelajaran berpusat pada guru dan disekolah atau yang dapat diadakan dengan mudah
siswa kurang terlibat. Hal ini ditandai dengan sua- dan murah.
sana pasif dari siswa. Tidak dipungkiri guru telah Model pembelajaran fisika yang dapat men-
mengajukan pertanyaan, memberi tugas siswa, goptimalkan hands-on activity siswa demontrasi
mengajak diskusi dan sering meminta siswa belajar yang dilakukan siswa, discovery, latihan inkuiri
mandiri, tetapi mengapa siswa sering kurang aktif (Trainning Inquiry). Pada kesempatan ini yang
bahkan dapat dikatakan seperti tidak ada aktivitas digunakan untuk mengoptimalkan hands-on activi-
dari siswa. ty digunakan latihan inkuiri. Pembelajaran ini
Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru mengajak siswa membangun konsep berdasarkan
mestinya mendorong siswa untuk bertanya baik se- permasalahan yang diajukan siswa dan dikem-
cara lisan maupun tertulis, berhipotesis, bereksperi- bangkan menjadi hipotesis selanjutnya dilakukan
men dan menyajikan data serta penjelasannya, eksperimen untuk mengumpulkan data guna men-
karena siswalah yang belajar. Masalahnya sekarang guji hipotesis sebagai jawaban permaslahan yang
pembelajaran yang bagaimana harus disajikan guru dikemukakan siswa. Dengan latihan inkuiri pembe-
yang dapat mendorong siswa untuk mengoptimal- lajaran akan berpusat pada siswa karena mereka ak-
kan Hands-on activity?. Memang untuk menyaji- tif mencari jawaban dari permasalahan yang diha-
kan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan dapi dan guru sebagai fasilitator dalam memahami
hands-on activity tidaklah mudah banyak alasan materi fisika.
yang dikemukakan oleh guru antara lain sekolah ti-
dak memiliki laboratorium yang lengkap, memer-
Proses pemecahan Ditentukan oleh guru atau Ditentukan oleh siswa Ditentukan oleh siswa
masalah berasal dari buku
Identifikasi solusi Dipecahkan oleh siswa Dipecahkan oleh siswa Dipecahkan oleh siswa
sementara dari
masalah
(Sumber: Callahan dan Kellough dalam Adnyana, 2004)
yang ingin dicapai, maka guru dapat sesuai dengan kebutuhan dari eksperimen yang
mengendalikan dengan mengajukan pertanyaan- mereka lakukan. (5) Penyajian data yang tepat akan
pertanyaan untuk mengarahkannya. (2) memudahkan menyusun penjelasasan dari data
Permasalahan yang telah dirumuskan perlu dicari yang diperoleh. Selanjutnya penjelasan telaah
jawabnya dengan cara mengumpulkan informasi disusun berdasarkan data dikonfrontasikan dengan
sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan yang konsep yang ingin konsep yang telah ada. Jika
permasalahan tersebut. Pengumpulan informasi ini terdapat perbedaan dapat dilakukan perbaikan
dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan dengan mengajukan pertanyaan yang lebih baik
siswa maupun dengan guru yang selanjutnya atau kembali melakukan proses inkuiri dengan
disusun hipotesis sebagai jawaban sementara dari melakukan perbaikan pada setiap tahapnya. Dalam
permasalahan. (3) Hipotesis yang telah disusun latihan inkuiri siswa dapat menggunakan sumber
harus diuji dengan melakukan eksperimen. Untuk materi, diskusi antar siswa, mengadakan
pelaksanaan eksperimen ini dapat dilakukan secara eksperimen dan diskusi dengan guru (Joyce dan
individu maupun kelompok. Eksperimen secara Weils, 1980).
individu yang jadi kendala terutama Dalam latihan inkuiri ini prinsip guru
pembimbingannya mulai dari perencanaan sampai berfungsi fasilitator baik pada perangkat kerasnya
dengan pelaksanaannya. Keunggulannya semua seperti peralatan maupun perangkat lunak seperti
siswa terlibat secara total baik fisik maupun LKS, konsep yang benar yang harus dimiliki siswa
intelektual. Tentang peralatannya tidak menjadi dengan kata yang sederhana guru mengendalikan
permasalahan karena untuk berinkuiri ini dapat dan mengadakan inkuiri.
dipilih topik fisika yang sarana dan prasaranya
mudah dan murah pengadaannya misalnya yang KESIMPULAN DAN SARAN
berkaitan dengan topik gerak jatuh bebas. Siswa
cukup diminta membawa benda yang berbentuk Pembahasan Inquiry Trainning dapat
kubus yang sama ukurannya dari bahan yang mengoptimalkan hands-on activity siswa apabila
berbeda, stop watch (arloji, hand phone) dan guru mau mengendalikan dan mengadakan inkuiri.
meteran rol. Bila dibuat kelompok sangat baik Dengan mengadakan inkuiri dalam pembelajaran
kalau kelompoknya kecil beranggotakan 2 atau 3 fisika siswa berlatih mengajukan permasalahan
orang sehingga semua siswa dapat terlibat yang dapat berupa pertanyaan baik secara lisan
seluruhnya. (4) Eksperimen yang dilakukan akan maupun tertulis. Siswa berlatih menjawab
diperoleh data. Data yang ada perlu diorganisasikan permasalahan yang ada dengan terlebih dahulu
dan dikelola dengan baik sesauai dengan tujuan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang
yang ingin dicapai. Guru dapat membantu siswa selanjutnya dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
mengarahkan bagaimana data itu harus sianalisis Juga berlatih menguji hipotesis dengan melakukan
dan disajikan. Untuk dapat menganalisis dan eksperimen yang teliti, dan ketepatan dalam
menyajikan data hasil eksperimen guru bersama menyajikan data serta berlatih member penjelasan
siswa dapat menyusun LKS (Lembar Kerja Siswa). berdasarkan data.
Penyusunan LKS oleh guru bersama siswa ini akan Pelaksanaan pembelajaran Inquiry Trainning
memberi pengalaman yang berharga baik bagi guru dapat dilakukan untuk beberapa topik yang ada
maupun siswa, karena siswa diajak oleh guru sarana dan prasarananya ada di sekolah atau yang
menyiapkan instrumen lain untuk merekam hasil mudah dan murah diadakan oleh siswa dan guru.
eksperimen. Tentunya LKS yang mereka susun
DAFTAR RUJUKAN
Adnyana, Putu Budi. 2004. Pembelajaran Berbasis Dahar. R. W.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
Inkuiri. Malang: Lemlit UM Erlangga.
BSNP.2006. Panduan Penyusunan kurikulum Tingkat Dahar, Ratna Wilis dan Liliasari.1986. Interaksi Belajar
Satuan Pendidikan jenjang Pendidikan Dasar dan Mengajar IPA modul 1-9. Jakarta : Universitas
Menengah. Jakarta: Depdiknas. Terbuka.
Dahlan.M.D 1984. Model-Model Mengajar. Bandung: Handayanto, Supriyono Koes (2003). Strategi
CV.Diponegoro. Pembelajaran Fisika, Malang, Universitas Negeri
Malang.
Abstrak: Pendidikan IPA pada Kurikulum Berbasis Kompetensi menekankan pada pemberian penga-
laman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Pendidikan IPA juga diarahkan untuk
”mencari tahu’ dan ”berbuat” sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar. Fakta yang terjadi saat ini adalah pembelajaran IPA di kelas masih
didominasi oleh metode ceramah. Salah satu faktor penyebabnya adalah guru kurang memahami cara
membelajarkan siswa dengan ”berbuat” atau menemukan konsep IPA melalui serangkaian kegiatan
praktikum. Seringkali terjadi, guru yang mengalami kesulitan membelajarkan IPA tidak berterus terang
tentang kesulitannya atau tidak ada teman yang bisa diajak sharing memecahkan kesulitannya. Forum
MGMPS dan MGMP kota selama ini belum dimanfaatkan secara optimal karena jumlah jam mengajar
masing-masing guru 24 jam dan adanya perbedaan waktu mengajar. Di sisi lain, tidak semua guru
punya semangat dan waktu untuk membelajarkan guru lain sebagai koleganya.
Berangkat dari kesulitan-kesulitan di atas, maka dibutuhkan suatu forum pelatihan yang dapat melatih
guru untuk dapat merefleksi dirinya sendiri, terbuka, punya semangat untuk saling belajar dan
membelajarkan dalam posisi yang setara. Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari workshop dan
pengalaman melakukan LS, maka pengurus MGMP memutuskan bahwa LS merupakan metode
pelatihan yang dapat dipakai untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Pelatihan LS di MGMP bertujuan antara lain untuk mensosialisasi LS, mengidentifikasi masalah-
masalah dalam pembelajaran IPA, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam proses
pembelajaran melalui LS, serta menyusun RPP dan LKS yang sesuai dengan kondisi sekolah masing-
masing. Pada akhirnya, setelah guru-guru peserta pelatihan dapat memahami filiosofi LS dan dapat
melaksanakan LS, diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran IPA di sekolah masing-masing.
Pelatihan LS MGMP IPA di kota Mojokerto dibagi menjadi 2 tahap, yaitu Sosialisasi LS dan Pelaksa-
naan LS. Materi pelatihan pada tahap Sosialisasi LS adalah Filosofi, Konsep, dan Prinsip LS; Langkah-
langkah Pelaksanaan LS; dan Reformasi Sekolah dan Learning Community. Materi pada tahap
Pelaksanaan LS meliputi Langkah Persiapan (plan), Praktik LS (do), Analisis Rekaman Pembelajaran
(see), dan Monitoringdan Evaluasi LS. Kegiatan real teaching yang merupakan perwujudan dari fase do
terlaksana dalam 4 pertemuan. Materi fisika dan biologi masing-masing ditampilkan dalam 2
pertemuan.
Hambatan pelaksanaan LS di MGMP IPA: Banyak guru yang mendapatkan tugas tambahan
memberikan bimbingan belajar pada jam ke 0 untuk siswa kelas 9 sebagai persiapan menghadapi
UNAS, Perbedaan jadwal mengajar yang menyulitkan pelaksanaan real teaching, Adanya aturan 6 hari
kerja (tidak ada hari khusus untuk kegiatan MGMP).
Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut: 1. Pertemuan dimulai agak
siang yaitu pukul 08.30 s.d 13.00, 2. Menyarankan kepada peserta yang mempunyai jadwal mengajar
hari sabtu untuk mengubah jam mengajar menjadi jam ke 1-2 supaya bisa mengikuti LS.
di SMP 5 Malang yaitu Ibu Dra. Eko Sri Sulasmi, SOSIALISASI LESSON STUDY DI MGMP IPA
M.Si dan Bapak Susetyoadi Setjo, M.Pd memberi- MOJOKERTO
kan tambahan pengetahuan tentang LS sekaligus
Sejak mengenal LS dan menyadari perannya
contoh bagaimana melakukan LS sesuai dengan
dalam meningkatkan mutu pembelajaran, menjadi
aturan.
tekad pengurus bahwa guru-guru IPA di kota
Hal yang dapat dirasakan ketika melakukan
Mojokerto harus kenal dan pernah melakukan LS.
LS adalah adanya semangat kebersamaan, berbagi
Langkah awal untuk mewujudkan tekad ini adalah
pengetahuan, dan tetap menghargai orang untuk
dengan melakukan sosialisasi LS kepada anggota
mencapai kemajuan bersama. LS yang
MGMP.
dilaksanakan bersamaan dengan PTK ketika PKM
Sosialisasi LS ini diawali dengan pembukaan
mempunyai beberapa keuntungan. Keuntungan
pelatihan yang diberi nama Lesson Study Suatu
yang penulis rasakan antara lain:
Upaya untuk Meningkatkan Optimalisasi Proses
Teman-teman observer dapat membantu
Pembelajaran. Pembukaan dilakukan oleh pembina
mengobservasi dan memberikan data tentang peri-
MGMP IPA Kota Mojokerto yang saat itu diwakili
laku siswa yang dibutuhkan untuk laporan PTK
oleh Ibu Indijah Trisiwi, S.Pd (Kepala SMP Negeri
Timbulnya rasa senasib sepenanggungan an-
7 Mojokerto). Kegiatan sosialisasi LS di MGMP
tara sesama mahasiswa PKM dan guru mitra dan
IPA dirancang menjadi tiga kali pertemuan, namun
ini dapat menumbuhkan solidaritas yang tinggi di
dapat terlaksana dalam 2 pertemuan yaitu pada 21
antara kami
Pebruari 2009 dan 28 Pebruari 2009. Seluruh
Penulis lebih dapat melihat kekurangan-keku-
kegiatan sosialisasi LS ini dilakukan di ruang multi
rangan, terutama dalam proses pembelajaran
media SMP Negeri 7 Mojokerto. Pada pertemuan
sehingga dapat menentukan langkah perbaikan
pertama, penulis sempat bertanya pada bapak/ibu
untuk pembelajaran berikutnya
guru IPA yang hadir seputar pengetahuan mereka
Meningkatkan sikap positif lebih menghargai
tentang LS. Ternyata anggota MGMP IPA tidak
perbedaan dan keberagaman individu
memiliki pengetahuan tentang LS, bahkan baru
Timbulnya semangat untuk terus belajar, ter-
pertama kali ini mereka mendengar. Terpikir oleh
utama dalam hal pembelajaran dan pengelolaan
penulis saat itu, betapa di era komunikasi yang
kelas untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih
sudah sedemikian maju ini ternyata inovasi di
baik
bidang peningkatan mutu pembelajaran terlambat
Menjadi lebih terbiasa diamati saat mengajar
diakses oleh para guru. Ketika di Malang dan
dan terpacu untuk membuat persiapan mengajar
Pasuruan para guru sudah hingar-bingar mengenal
lebih baik untuk menghindari perasaan ”malu sen-
dan melakukan LS, di Mojokerto para guru belum
diri” jika kurang siap tampil di kelas
mengenal LS. Tetapi satu hal yang tetap penulis
Penulis merasa jadi lebih pintar karena
syukuri adalah kami akhirnya mendapat bantuan
melalui diskusi dengan sesama guru PKM, guru
dana dari LPMP untuk melaksanakan LS. Sampai
mitra, dan dosen pembimbing, mendapatkan
saat ini kami merasa program yang kami pilih
banyak masukan tentang materi pembelajaran,
sangat tepat.
pengelolaan kelas, maupun model pembelajaran
Materi yang disampaikan pada Sosialisasi LS
yang cocok untuk menyajikan materi pelajaran
di MGMP IPA Kota Mojoketo dapat dilihat pada
tertentu.
tabel 1.
Setelah memahami dan pernah berperan da-
Setelah mendapatkan penjelasan ketiga materi
lam kegiatan LS, penulis dapat menarik
sosialisasi tersebut, nampaknya para guru sudah
kesimpulan bahwa LS merupakan salah satu
mulai paham dan sebagian mulai penasaran ba-
metode yang efektif digunakan untuk memperbaiki
gaimana pelaksanaan LS nantinya. Beberapa orang
mutu pembelajaran dan meningkatkan kompetensi
juga sempat khawatir mereka akan kelelahan kalau
guru. Sebagai metode pelatihan, LS lebih mengena
harus berdiri selama 2x 40 menit. P. Marta yang
pada sasaran karena baik pelatih maupun peserta
kebetulan sudah pernah ber-LS lalu menceritakan
terlibat secara bersama-sama dan intens dalam tiap
pengalaman beliau selama mengikuti LS. Menurut
fase kegiatan. Namun demikian, dalam pelaksana-
beliau, bapak ibu guru yang biasanya mengajar 6
annya dibutuhkan komitmen yang tinggi dari
atau bahkan 8 jam sehari sudah sangat terbiasa
pihak-pihak yang berperan, sikap terbuka dan se-
berdiri dan berdiri 2x 40 menit tidak akan
nantiasa mau belajar untuk kemajuan bersama.
menimbulkan rasa lelah yang luar biasa. Di akhir modelnya, tempat pelaksanaan tahap do dan materi
tahap sosialisasi, kami merencanakan bahwa LS yang akan diajarkan.
akan dilakukan 4 kali. Disepakati juga siapa guru
PELAKSANAAN LESSON STUDY DI MGMP IPA Hal-hal yang kami lakukan pada fase plan ini
MOJOKERTO adalah guru model menceritakan skenario pem-
belajarannya, semua peserta LS membaca RPP
Persiapan implementasi LS telah dirancang
yang sudah disusun olah guru model dan men-
pada akhir kegiatan sosialisasi LS. Beberapa ke-
diskusikan kemungkinan perbaikan RPP tersebut
sepakatan yang diambil pada persiapan implemen-
jika dipandang perlu. Semua guru tampak antusias
tasi LS ini antara lain:
pada fase plan. Sesuai dengan sub mata pelajaran
1. Kegiatan LS akan dilakukan 4 kali yaitu tang-
yang penulis ajarkan di sekolah, maka penulis
gal 14 Maret 2009 (2 penampilan), 28 Maret
mengikuti kegiatan plan di kelompok biologi.
2009, dan 4 April 2009. Disepakati juga dari 4
Beberapa masukan yang diberikan oleh peser-
kali LS tersebut, 2 kali yang tampil adalah guru
ta LS pada fase plan di kelompok biologi antara
model yang mengajarkan fisika dan 2 kali pe-
lain tentang:
nampilan guru model yang mengajarkan biolo-
1. Kelengkapan sintaks pembelajaran
gi. Pada kesempatan itu juga ditawarkan materi
Guru model memilih Cooperative Learning
kimia, namun para guru menolak dengan
sebagai model pembelajaran yang akan digunakan
alasan mereka tidak percaya diri mengajarkan
menyampaikan materi ”Kelestarian Makhluk
materi kimia.
Hidup” dan ”Rokok dan Kesehatan”. Dalam
2. Guru model yang tampil lebih dahulu adalah
RPPnya ternyata belum ada sintaks pemberian
pengurus MGMP
penghargaan kelompok yang merupakan ciri Co-
3. Materi pelajaran yang ditampilkan pada
operative Learning. Lalu disepakati bahwa sintak
kegiatan LS adalah materi pelajaran yang
pemberian penghargaan kelompok ini
sedang diajarkan di sekolah masing-masing
dimunculkan.
guru model
2. Media pembelajaran dan alat-alat praktikum.
4. Pada saat plan, guru model menunjukkan RPP
Peserta umumnya memberikan masukan
yang akan ditampilkan dan dimintakan
bahwa media yang digunakan oleh guru model
masukan dari peserta LS (RPP tidak dibuat
diupayakan inovatif dan menarik perhatian siswa.
pada saat plan).
Guru model yang akan menyajikan materi ”Rokok
Plan dan Kesehatan” mengeluh bahwa jumlah alat untuk
melaksanakan eksperimen kurang. Ada usulan
Mengingat terbatasnya waktu pertemuan, ma- bahwa kekurangan alat dapat diatasi dengan
ka pada fase plan ini efisiensi waktu sangat di per- meminjam pada peserta lain.
hatikan. Salah satu langkah yang ditempuh adalah 3. Alat evaluasi
pengurus membagi peserta pelatihan menjadi 2 Soal yang disusun guru model ternyata belum
kelompok sesuai dengan latar belakang sub mata cocok dengan indikator yang sudah ditetapkan.
pelajaran yang diajarkan di sekolah masing- Masukan yang diberikan peserta bahwa antara
masing, yaitu fisika dan biologi, sehingga untuk indikator, kegiatan pembelajaran, dan soal evaluasi
satu kali pertemuan fase plan dihasilkan 2 RPP harus koheren
yang siap ditampilkan pada fase do, yaitu RPP
biologi dan RPP fisika.
Do
See (Refleksi)
Proses pembelajaran pada fase do
berlangsung seperti yang direncanakan. Guru Fase refleksi dilakukan langsung setelah fase
model tampak siap secara fisik maupun mental. do dengan data yang bersumber dari catatan
Guru model tampil percaya diri dan tidak tampak observer. Walaupun baru pertama kali melakukan
grogi seperti yang sempat ditakutkan pada saat LS, nampaknya observer sudah paham aturan LS.
plan. Para siswa juga dapat belajar dengan serius Yang diobservasi benar-benar siswa yang sedang
tapi santai walaupun diobservasi oleh observer belajar.
yang jumlahnya lumayan banyak. Semua aktivitas Sesuai dengan aturan, guru model diberi
direkam dengan mengunakan video. kesempatan pertama untuk merefleksi
Beberapa kendala yang muncul pada fase do pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru model
pada pembelajaran biologi sebagai berikut: umumnya dapat menilai kekurangan pembelajaran
1. Ruangan tempat berlangsungnya fase do terlalu yang dilakukan dan menjelaskan mengapa
sempit sehingga observer kesulitan menempat- kekurangan itu sampai terjadi.
kan diri secara merata dan kurang dapat ber- Giliran selanjutnya yang menyampaikan
gerak dengan leluasa. refleksi adalah observer. Secara umum hal-hal yang
2. Beberapa siswa ternyata sulit melakukan prak- disampaikan oleh observer antara lain:
tikum dengan hanya membaca LKS, sehingga 1. Masih ada saja siswa yang bermain-main
masih memerlukan bimbingan guru (ketika sendiri ketika temannya sedang melakukan
fase plan hal ini kurang diperhitungkan) kerja kelompok
3. Guru tidak sempat mengadakan authentic as- 2. Beberapa siswa kurang memahami petunjuk
sessment seperti yang sudah ditulis dalam RPP praktikum sehingga masih memerlukan
4. Waktu pembelajaran tidak sesuai dengan RPP penjelasan guru
yang sudah direncanakan 3. Pembelajaran secara umum berlangsung
5. Pada fase do yang pertama, perbelajaran ber- menarik karena percobaan yang dilakukan
langsung 2 kali secara maraton (biologi dan relevan dengan pengetahuan dan kebutuhan
fisika) menyebabkan beberapa guru yang ber- siswa
tugas sebagai observer merasa kelelahan. Ringkasan materi yang disampaikan pada
Pembelajaran ”Rokok dan Kesehatan” dila- implementasi LS di MGMP IPA kota Mojokerto
kukan di ruang tertutup sehingga asap rokok yang terdapat pada tabel 2.
dihasilkan ketika percobaan tidak bisa langsung ke- Kegiatan real teaching yang merupakan fase
luar ruangan. Hal ini menyebabkan siswa mera-sa do dilaksanakan 4 kali pertemuan dengan perincian
tidak nyaman dan terganggu pernapasannya. termuat dalam tabel 3.
Tabel 3. Pelaksanaan Real Teaching (Fase Do) Kegiatan LS di MGMP IPA Kota Mojokerto
Tempat Pelak- Tanggal Pelak-
No Materi Guru Model
sanaan sanaan
1 Pemantulan Cahaya SMP Negeri 7 14 Maret 2009 Drs. Suwar
(fisika)
2 Kelestarian Makhluk SMP Negeri 7 14 Maret 2009 Dijah Swastika, S.Pd
Hidup (biologi)
3 Rokok dan Kese- SMP Negeri 2 28 Maret 2009 Arifan Husni,S.Pd
hatan(biologi)
4 Cermin Cekung(fisika) SMP Negeri 3 4 April 2009 Dra. Evi PH.,M.Pd
sabtu, sehingga tetap bisa mengikuti pertemuan dengan cara menukar jam mengajar pada kelas
MGMP Real teaching dilaksanakan pada hari sabtu yang digunakan untuk real teaching.
DAFTAR RUJUKAN
Hendayana, S. dkk. 2007. Lesson Study: Suatu Strategi Susilo, H. dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah.
untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik. Malang: Bayumedia Publishing
Bandung: UPI Publisher
MGMP IPA Kota Mojokerto. 2009. Laporan Kegiatan
MGMP: Lesson Study Suatu Upaya untuk Men-
ingkatkan Optimalisasi Proses Pembelajaran.
Mojokerto: Depdiknas Kota Mojokerto
Edi Supriana
Abstrak: Usaha yang dilakukan oleh pembina matakuliah Elektronika Dasar 2 selama ini ternyata ma-
sih belum dapat meningkatkan minat baca mahasiswa dan belum dapat memberikan hasil belajar dan
ketuntasan yang memuaskan. Hal tersebut kemungkinan karena minat baca mahasiswa yang rendah dan
model pembelajaran yang digunakan tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berlatih
berpikir memecahkan masalah, apalagi kerja sama untuk memahami suatu konsep. Untuk mengatasi hal
tersebut dilakukan kegiatan PTK dengan judul ” Penerapan Pembelajaran Think Pair Share Termodifi-
kasi (TPST) Dalam Upaya Meningkatkan Minat Baca Dan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Matakuliah
Elektronika Dasar 2”. Tujuannya adalah (1) Mengetahui pelaksanaan penerapan model pembelajaran
Think Pair Share Termodifikasi (TPST) pada matakuliah Elektronika Dasar 2. (2) Meningkatkan minat
baca mahasiswa dan (3) Meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar mahasiswa pada matakuliah
elektronika dasar 2 dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share Termodifikasi (TPST).
Hasilnya menunjukkan bahwa (1) Keterlaksanaan penerapan pembelajaran Think Pair Share Termodi-
fikasi (TPST) pada matakuliah Elektronika Dasar 2 dapat terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukan
mencapai 74% pada akhir siklus I dan mencapai 92 % pada akhir siklus II. (2) Dapat meningkatkan
minat baca mahasiswa. Diawal siklus I minat baca mahasiswa hanya 47 % pada akhir siklus I naik men-
jadi 72 % dan pada akhir siklus II menjadi 82 %. (3) Dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan
belajar mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa pada siklus I 62 dengan ketuntasan belajar 73, naik menjadi
72 dan ketuntasan belajar naik menjadi 91% pada siklus II. Jadi dengan Think Pair Share Termodifikasi
(TPST) tujuan yang diharapkan telah tercapai.
Kata kunci: Hasil Belajar, Minat Baca, Think Pair Share Termodifikasi (TPST)
Secara umum, dosen pembina matakuliah Dari hasil belajar tersebut mahasiswa semes-
mengharapkan agar mahasiswa yang dibimbing ter Genap 07/08 yang dapat nilai A (1%), A- (3%),
dapat menguasai konsep yang dipelajari dengan B+ (4%), B (5%), B- (7%), C+ (8%), C(43%), D
baik sesuai dengan tujuan matakuliah yang telah (25%), dan E (4%). Mahasiswa semester Genap
ditetapkan dan tuntas. Demikian juga bagi dosen 08/09 yang dapat nilai A (1%), A- (2%), B+ (6%),
pembimbing matakuliah Elektronika Dasar 2. Un- B (6%), B- (7%), C+ (9%), C(44%), D (21%), dan
tuk mengetahui apakah mahasiswa yang dibimbing E (4%). Ketuntasan semester Genap 07/08 (69%),
dapat menguasai konsep dengan baik, dapat dilihat semester Genap 08/09 (75%). Namun hasil belajar
berdasarkan hasil belajar rata-rata yang diperoleh dan ketuntasan tersebut masih belum sesuai dengan
dan ketuntasannya. yang diharapkan, berdasarkan kesepakatan di-
Sebagai contoh untuk hasil belajar rata-rata harapkan rata-rata hasil belajar 70 dengan ketunta-
mahasiswa peserta matakuliah Elektronika Dasar 2 san 90%.
dua semester terakhir secara murni ditunjukkan ta-
bel 1.
Tabel 1. Hasil Belajar Rata-Rata Dua Kelas Mahasiswa Peserta Matakuliah Elektronika Dasar 2
semester genap 07/08 dan 08/09
No Semester Pembelajaran UTS UAS Final
1 Genap Penjelasan secara langsung materi dari diktat 43 52 54
07/08 dikuti tanya jawab dan kerja kelompok
mengerjakan soal latihan.
2 Genap Penjelasan materi menggunakan powerpoint 45 55 55
08/09 (LCD), dikuti tanya jawab dan kerja kelom-
pok mengerjakan soal latihan dari diktat.
Dari pangamatan selama ini, pembelajaran model pembelajaran kooperatif yang mudah untuk
elektronika dasar 2 masih didominasi oleh dosen, diterapkan.
sedangkan penggunaan media LCD untuk menje- Berdasarkan model pembelajaran TPS bila
laskan materi yang sedang dipelajari, nampaknya diterapkan dalam pembelajaran elektronika dasar 2:
hanya membuat mahasiswa terkesima dengan po- mahasiswa akan lebih aktif karena diberi
werpoint yang ditampilkan. Mahasiswa pasif ku- kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja
rang atau tidak banyak action yang mereka laku- sama dengan orang lain, dapat meningkatkan
kan, tampak mahasiswa hanya melihat dan mende- kemampuan dalam mengingat suatu informasi dan
ngarkan serta mahasiswa tampak malas atau dapat meningkatkan pemahaman konsep yang
kurang tertarik membaca buku walaupun sudah sedang di pelajari, dengan demikian diharapkan
mempunyai buku referensi. Rupanya pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajarnya.
ini hanya memperkuat terbentuknya kebiasaan Menurut Ibrahim (2000) pada tahap
melihat dan mendengarkan yang umumnya di la- Thingking (berpikir) pembimbing mengajukan
kukan sejak dari SD sampai perguruan tinggi, se- pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
hingga mahasiswa tampak pasif seperti melihat pelajaran. Kemudian anak didik diminta untuk
acara televisi. Terbukti walaupun banyak diberi ke- membaca dan memikirkan pertanyaan atau isu
sempatan bertanya namun tidak dimanfaatkan den- tersebut secara mandiri, beberapa saat untuk
gan baik dan walaupun banyak soal latihan yang mencari alternatif jawabannya. Dengan demikian
diberikan namun tidak banyak yang dikerjakan apabila model TPS ini diterapkan dalam
dengan benar, hal ini terlihat saat ujian dengan soal pembelajaran elektronika dasar 2, mahasiswa diberi
yang mirip dengan soal latihan tidak dapat dikerja- kesempatan untuk membaca buku acuan yang
kan dengan baik atau nilai ujiannya jelek. digunakan dalam upaya menjawab pertanyaan
Menurut (Lie, 2004) bahwa model pembela- sehingga dapat mengubah kebiasaan mahasiswa
jaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu melihat dan mendengarkan menjadi kebiasaan
model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik membaca dan menulis, dengan demikian
ini memberi kesempatan pada anak didik/ diharapkan dapat meningkatkan minat baca
mahasiswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama mahasiswa.
dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah Mengingat jumlah mahasiswa yang
optimalisasi partisipasi anak didik/mahasiswa. memprogram mata kuliah Elektronika Dasar 2
Think Pair Share ini dapat digunakan untuk sangat besar jumlahnya 60 orang maka ini
berbagai tingkatan kemampuan berfikir. Menurut merupakan salah satu kelemahan bila TPS di
Gunter (dalam Rudianto, 2006) Think Pair Share terapkan karena membutuhkan waktu yang lama
(TPS) adalah teknik sederhana dengan keuntungan sehingga tidak efisien. Oleh karena itu TPS
yang besar yakni dapat meningkatkan kemampuan dimodifikasi dalam pelaksanaanya menjadi TPST
anak didik/mahasiswa dalam mengingat suatu (Think Pair Share Termodifikasi). Perbedaanya
informasi. Seorang anak didik/mahasiswa belajar pada saat tahap Thingking mahasiswa diminta
dari anak didik/mahasiswa lain dan saling memecahkan persoalan dalam bentuk kelompok
menyampaikan idenya untuk didiskusikan di depan (Group) demikian juga pada tahap Pairing yang
kelas. Selain itu, dapat memperbaiki rasa pecaya dipasangkan adalah antar kelompok (Group)
diri dan semua anak didik diberi kesempatan yang sehingga dalam tahap Sharing jumlah tampilan
sama untuk berpartisipasi dalam kelas. Lebih lanjut menjadi lebih sedikit tanpa menguarangi kelebihan
dijelaskan oleh Laura (dalam Rudianto, 2006) dalam TPS sehingga waktu dapat digunakan lebih
bahwa Think Pair Share merupakan satu diantara efisien.
Pengumpulan data yang dilakukan pada pene- yang diharapkan. (c) Ketuntasan belajar pada akhir
litian ini menggunakan teknik observasi, dan do- siklus II adalah 91% juga dapat dikatakan telah
kumentasi. mencapai target yang diharapkan
Observasi yang dilakukan adalah observasi
langsung yang berarti pengamatan langsung dila- Hasil Kegiatan Pembelajaran Model Think
kukan oleh peneliti dibantu teman sejawat dengan Pair Share Termodifikasi Siklus II
melihat dan mengamati sendiri, mencatat perilaku
mahasiswa dan kejadian di kelas dengan se- No Kegiatan Waktu Persen-
benarnya berkaitan dengan tindakan yang diberikan tase
dan minat baca mahasiswa selama pemberian tin- 1 Keterlaksanaan Pertemuan 1 78 %
dakan dilakukan dalam pembelajaran model Think Pembelajaran Pertemuan 2 92 %
Pair Share Termodifikasi. 2 Minat Baca Akhir Siklus II 82 %
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto 3 Hasil Belajar Siklus II 72
4 Ketuntasan Siklus II 91%
kegiatan belajar mahasiswa, skenario pembela-
jaran, dan hasil ujian mahasiswa. Dokumen ini ber-
guna sebagai bukti penelitian, untuk kemudahan PEMBAHASAN
pengambilan data, serta bahan analisis data.
1. Observasi Awal
PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN Usaha yang dilakukan dosen pembina mata-
kuliah elektronika dasar 2 sebelum penelitian ini di-
Hasil Kegiatan Pembelajaran Model Think lakukan ternyata masih belum dapat meningkatkan
Pair Share Termodifikasi Siklus I minat baca mahasiswa dan belum dapat memberi-
kan hasil belajar dan ketuntasan yang memuaskan.
No Kegiatan Waktu Per- Hal tersebut kemungkinan karena mahasiswa
sentase
hanya memiliki dan membaca diktat kuliah yang
1 Keterlaksanaan Pertemuan 1 60 %
Pembelajaran
diwajibkan saja, dan terpaku melihat powerpoint
Pertemuan 2 74 %
2 Minat Baca Sebelum Siklus I 47 % yang ditayangkan menggunakan media LCD dan
Akhir Siklus I 72 % mendengar penjelasan dosen sekali-kali mencatat
3 Hasil Belajar Siklus I 62 hal-hal yang di rasa penting. Metode pembelajaran
4 Ketuntasan Siklus I 73% yang sering digunakan di kelas masih didominasi
dengan menggunakan metode ceramah, pemberian
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I latihan soal dan tugas rumah. Terlihat pada saat
terkait dengan minat baca pada akhir siklus I adalah proses pembelajaran di kelas, mahasiswa
72 % jadi termasuk klasifikasi baik. Namun cenderung tidak aktif atau masih pasif. Mahasiswa
demikian pada akhir siklus I masih ada beberapa banyak melihat dan mendengarkan saja, sekeli kali
hal yang belum tercapai dengan baik antara lain: mencatat yang dirasa penting materi yang dijelas-
4. Masih ada mahasiswa yang tidak punya buku kan dosen. Mahasiswa pada umumnya hanya aktif
diktat elektronika dasar 2. pada saat mengerjakan secara individu tugas/soal
5. Umumnya mahasiswa tidak punya buku diktat yang ada pada diktat kuliah, tidak ada kerja sama
terbitan luar negeri. sehingga tidak terjadi kolaborasi akibatnya pema-
6. Masih ada mahasiswa membaca buku Eldas hamannya tidak mendalam. Partisipasi mahasiswa
saat tatap muka saja. dalam kegiatan pembelajaran masih kurang karena
7. Masih banyak mahasiswa yang enggan belajar pembelajaran masih terpusat pada dosen. Maha-
di perpustakaan. siswa hanya terpaku pada diktat kuliah saja, tidak
8. Masih banyak mahasiswa belum memahami memiliki banyak literatur sehingga minat baca
makna membaca buku Eldas. mahasiswa sangat rendah, hal tersebut memang
karena model pembelajaran yang diterapkan dosen
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus dalam kegiatan pembelajaran tidak menuntut
II (a) Minat baca mahasiswa mencapai 82 % dari mahasiswa harus sering membaca dan mencatat, ti-
target yang di harapkan sehingga termasuk dak menuntut harus mempunyai banyak literatur
klasifikasi sangat baik. (b) Hasil belajar pada akhir akibatnya waktu luangnya tidak banyak untuk bela-
siklus II adalah 72 sehingga dapat mencapai target jar namun digunakan untuk senda gurau. Dari sini
tampak suatu keadaan bahwa proses pembelajaran dikarenakan secara umum minat dapat diartikan
di kelas masih belum optimal. sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan
Dari uraian diatas, sebelum model seseorang berusaha untuk mencari ataupun men-
pembelajaran Think Pair Share Temodifikasi coba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Ada
diterapkan diperoleh hasil observasi awal yang juga yang mengartikan minat sebagai kecenderun-
merupakan data awal sebagai berikut. gan yang tetap untuk memperhatikan dan menik-
1. Pembelajaran Elektronika Dasar 2 masih mati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang.
belum optimal. Meichati (1972) mengartikan minat adalah per-
2. Minat baca mahasiswa rendah. hatian yang kuat, intensif dan menguasai individu
3. Belum mendapatkan hasil belajar yang di- secara mendalam untuk tekun melalukan suatu ak-
harapkan, yaitu rata-rata hasil belajar 70 den- tivitas dan dapat di tingkatkan melalui latihan. Juel
gan ketuntasan 90 %. (1988) mengartikan bahwa membaca adalah proses
Dalam penelitian penerapan model pembela- untuk mengenal kata dan memadukan arti kata
jaran Think Pair Share Termodifikasi (TPST) ini dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari
dosen yang mengajar Elektronika Dasar 2 melibat- proses membaca adalah seseorang mampu mem-
kan tiga mahasiswa (Nurlaili, Arif dan Rudi) untuk buat intisari dari bacaan. Secara operasional Lila-
mengamati keterlaksanaan penggunaan model wati (1988) mengartikan minat membaca anak
pembelajaran tersebut. Disamping sebagai observer adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam
diharapkan ketiga mahasiswa tersebut dapat me- disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan
manfaatkan kesempatan ini untuk mengambil data membaca sehingga mengarahkan anak untuk
untuk ranah aspek pembelajaran yang lain yang membaca dengan kemauannya sendiri dan rasa
kemudian dijadikan bahan skripsinya. senang dapat di tingkatkan melalui diskusi.
Model pembelajaran TPST merupakan model
Pembelajaran Elektronika Dasar 2 menerapkan membelajaran yang dapat mengaktifkan siswa hal
model Think Pair Share Termodifikasi (TPST) tersebut dapat dicermati pada langkah-langkah
Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pembelajarannya. Setelah apersepsi dan menyam-
di atas, maka diterapkan model pembelajaran Think paikan tujuan pembelajaran dosen membentuk
Pair Share Termodifikasi yang terdiri atas tiga kelompok dan memberikan LKM pada masing-
tahapan, yaitu: (1) tahap think (berpikir) individual, masing individu dalam kelompok. Setelah itu
(2) tahap think (berpikir) kelompok (3) tahap pair dosen meminta anak didik untuk mencari jawaban
(berpasangan) kelompok, (4) tahap share (berbagi). permasalahan dalam dalam LKM tersebut boleh
Dengan diterapkannya model pembelajaran Think secara individu maupun secara bersama dalam
Pair Share Termodifikasi (TPST) ini, diharapkan kelompok. Pada saat dosen meminta mahasiswa
minat baca mahasiswa meningkat dan kemampuan memecahkan masalah secara individu saat itu
memberikan hasil belajar dan ketuntasan belajar dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa
yang memuaskan. untuk latihan dalam rangka meningkatkan minat
Secara keseluruhan persentase keterlaksanaan membaca, demikian juga pada saat saat dosen
dari tahapan model pembelajaran Think Pair Share meminta mahasiswa memecahkan masalah secara
Termodifikasi (TPST) sudah baik pada siklus I kelompok mahasiswa melakukan diskusi berarti
bahkan sangat baik pada siklus II. Minat baca su- memberikan kesempatan juga kepada mahasiswa
dah menunjukan kenaikan dan termasuk klasifikasi dalam rangka meningkatkan minat membacanya.
baik pada akhir siklus I dan menjadi sangat baik Pada tahapan memecahkan masalah anak didik da-
pada siklus II. Hasil belajar pada akhir siklus II pat dipastikan membaca buku acuan yang diguna-
adalah 72 sehingga dapat mencapai target yang di- kan, anak didik akan memahami baris demi baris
harapkan dan ketuntasan belajar pada akhir siklus kalimat dalam buku acuan tersebut. Dengan
II adalah 91% juga dapat dikatakan telah mencapai demikian anak didik dipaksa secara aktif mema-
target yang diharapkan. hami konsep yang dipermasalahkan dengan mem-
Pada pembelajaran Elektronika Dasar 2 baca buku acuan. Demikian juga pada tahap diskusi
menggunakan model Think Pair Share Temodifi- anak didik dipaksa membaca buku terlebih dahulu
kasi (TPST) memungkinkan hal ini dapat terjadi agar dapat memberikan masukan pada saat diskusi
karena secara teoritis Think-Pair-Share-Termo- berlangsung. Dari uraian ini tampak jelas bahwa
difikasi (TPST) keunggulan yang amat besar dalam ada kaitan antara model pembelajaran Think-Pair-
meningkatkan minat baca mahasiswa. Hal tersebut Share-Termodifikasi (TPST) dengan minat baca,
diharapkan dengan model pembelajaran ini dapat dengan baik. Hal ini ditunjukan mencapai 74%
meningkatkan minat baca mahasiswa. pada akhir siklus I dan mencapai 92 % pada akhir
Leonhardt (1997), menyatakan ada sepuluh siklus II, setelah kekurangan pada siklus I
alasan mengapa harus menumbuhkan minat baca diperbaiki pada siklus II.
pada anak, yaitu: Penerapan Think Pair Share Termodifikasi
1. anak-anak harus gemar membaca agar dapat (TPST) pada matakuliah Elektronika Dasar 2 dapat
membaca dengan baik; meningkatkan minat baca mahasiswa. Diawal
2. anak yang gemar membaca akan mempunyai siklus I minat baca mahasiswa hanya 47 % pada
rasa kebahasaan yang lebih tinggi; akhir siklus I naik menjadi 72 % dan pada akhir
3. membaca akan memberikan wawasan yang siklus II menjadi 82 %.
lebih beragam sehingga belajar apa pun terasa Penerapan Think Pair Share Termodifikasi
lebih mudah; (TPST) pada matakuliah Elektronika Dasar 2 dapat
4. di tingkat SMU, hanya anak-anak yang gemar meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar
membaca yang unggul dalam berbagai mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa pada siklus I
pelajaran dan ujian; 62 dengan ketuntasan belajar 73%. setelah
5. kemampuan membaca dapat mengatasi rasa kekurangan pada siklus I diperbaiki Hasil belajar
tidak percaya diri anak terhadap kemampuan mahasiswa naik menjadi 72 dan ketuntasan belajar
akademiknya karena akan mampu naik menjadi 91% pada siklus II. Jadi dengan hasil
menyelesaikan tugas hanya dengan sedikit ini tujuan penelitian yang diharapkan telah tercapai.
waktu; Berdasarkan format keterlaksanaan
6. minat membaca akan memberikan beragam pembelajaran dan angket minat baca masih
perspektif pada anak melalui beragam mahasiswa masih ada beberapa hal yang perlu
pandangan dari para penulis sehingga anak dicermati dicari pemecahannya, antara lain:
terbiasa memandang suatu masalah dari Pelaksanaan pembelajaran TPST masih ada
berbagai sisi; mahasiswa belum dapat melaksanakan dengan baik
7. membaca membantu anak memiliki rasa kasih masih kelihatan semerawut sebaiknya model
sayang, karena anak akan menemukan pembelajaran ini diperkenalkan sejak awal.
beragam pola kehidupan dan cara Masih ada mahasiswa yang memecahkan
menyelesaikan masalah tersebut secara wajar; permasalahan secara individu dan tidak berinteraksi
8. anak yang gemar membaca dihadapkan pada dengan teman ataupun dengan dosen, sebaiknya
dunia yang penuh dengan kemungkinan dan terjadi interaksi timbal balik dalam pembelajaran
kesempatan; sehingga terjadi kolaborasi dalam memahami suatu
9. anak yang gemar membaca akan mampu konsep, dalam pembelajaran dengan model
mengembangkan pola berpikir kreatif dalam pembelajaran TPST ini perlu perhatian penuh oleh
diri mereka; dan dosen saat pelaksanaan serta memberi kesempatan
10. kecintaan membaca adalah salah satu mahasiswa untuk bertanya.
kebahagiaan utama dalam hidup, karena Memacu mahasiswa untuk membaca buku
membaca merupakan rekreasi jiwa. berbahasa inggris merupakan hal yang perlu
Dari uraian (3), (4), (5) dan (6) dapat mendapat perhatian karena umumnya mahasiswa
dikatakan dengan model pembelajaran Think Pair menyenangi buku-buku terbitan dalam negeri,
Share Termodifikasi (TPST) dapat meningkatkan padahal jumlah terbitan dalam negeri terbatas
minat baca mahasiswa dan dapat meningkatkan dalam jumlah dan kuitasnya.
hasil belajar mahasiswa, khususnya untuk Pada umumnya mahasiswa hanya membaca
matakuliah Elektronika Dasar 2. buku saat dan setelah tatap muka, sebaiknya belajar
perlu persiapan maka perlu tugas-tugas terstruktur
KESIMPULAN DAN SARAN agar mahasiswa minimal membaca buku sebelum
tatap muka baik membaca buku di perpustakaan
Berdasarkan paparan hasil penelitian dan atau di tempat lain.
pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya Mengingat model pembelajaran Think Pair
dapat disimpulkan sebagai berikut. Share Termodifikasi (TPST) ini dapat
Keterlaksanaan penerapan pembelajaran meningkatkan minat baca dan hasil belajar maka
Think Pair Share Termodifikasi (TPST) pada sebaiknya diterapkan untuk matakuliah lain yang
matakuliah Elektronika Dasar 2 dapat terlaksana mempunyai masalah yang identik.
DAFTAR RUJUKAN
Anita, Lie. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan dan Inteligensi dengan Minat Membaca Pada
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo. Anak Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi. Yogya-
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. karta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Surabaya: University Press. Mada.
Jones, Raymond. 2002. Strategis For Reading Compre- Meichati, S. 1978. Motivasi Pembaca. Yogyakarta:
hensin, TPS. http: curry. Universitas Gadjah Mada.
Juel, C. 1988. Learning to Read and Write: A Longitudi- Rudianto. 2006, Penerapan Pembelajaran Kooperatif
nal Study of 54 Children from First through Tipe TPS (Think Pair Share) Untuk
Fourth Grade. Journal of Educational Psychol- meningkatkan aktivitas dan Prestasi Belajar
ogy, 80 (4), 437 – 447. Fisika Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 19
Leonhardt, M. 1997. Cara Menjadikan Anak Anda Ker- Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
anjingan Membaca. Terjemahan Sari Meutia. Uneversitas Negeri Malang.
Bandung: Kaifa.
Lilawati. 1988. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan
Orang Tua, Stimulasi Membaca dari Orang Tua
En Alamin
Abstrak: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian tindakan kelas. Tindakan
yang diberikan berupa penerapan perangkat pembelajaran yang mengacu pada teori konstruktivisme
dan model siklus belajar yang terdiri dari tiga tahap yaitu: eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan
konsep. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari
rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Ketrampilan proses belajar siswa
direkam dalam lembar observasi, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar digunakan pre test,
pos test dan ulangan harian. Hasil analisis dan refleksi setelah tindakan pada siklus I dan siklus II
menunjukkan bahwa guru dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan mutu
pembelajaran yang dilaksanakan melalui lesson study oleh guru semakin meningkat. Hasil belajar siswa
dari siklus I ke siklus II meningkat dengan strategi POE.
Berdasarkan pengamatan ketika mengajar di alasan setiap siswa untuk membuat hal-hal tertentu
kelas dan data nilai tes ulangan harian maupun tentang suatu peristiwa yag spesifik. POE adalah
ulangan semester, pemahaman konsep fisika siswa sebuah strategi yang sering dipakai dalam Sains.
SMP Negeri 1 Tutur khususnya kelas VII masih Strategi ini paling bagus dilaksanakan dengan
belum memuaskan. Berdasarkan data nilai ulangan demonstrasi yang bisa langsung diobservasi dan
semester ganjil tahun ajaran 2008 / 2009 sesuai dengan konteks Sain. Strategi POE dapat
menunjukkan rata-rata 65,27% . Hal ini masih jauh digunakan untuk menemukan ide awal siswa,
dari batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) memberikan informasi pada guru tentang
yang dipatok sekolah sebesar 75%. Oleh karena itu, pemikiran siswa, menghasilkan diskusi, dan
melalui kegiatan lesson study dengan kolaborasi memotivasi siswa untuk mengeksplorasi konsep.
antara guru dan dosen pendamping mengadakan Landasan filosofis dari strategi POE adalah
penelitan. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut Teori Pembelajaran Konstruktivis. Dimana Teori
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain Pembelajaran Konstruktivis mempertimbangkan
banyak siswa yang beranggapan bahwa fisika itu bahwa pemahaman siswa saat harus
merupakan mata pelajaran yang sulit dan dipertimbangkan ketika mengembangkan program
membosankan. Oleh karena itu perlu diadakan belajar mengajar. Peristiwa yang mengejutkan
proses pembelajaran yang dapat menyenangkan menciptakan kondisi dimana siswa mungkin siap
bagi siswa dan siswa merasa membutuhkan untuk menguji ulang teori pribadi mereka.
pengetahuan tersebut. Penelitian dilakukan dengan Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian
menerapkan model pembelajaran berbasis siswa ini di beri judul: “Peningkatan Hasil Belajar Fisika
yaitu strategi POE (Predict-Observ-Explain) yaitu Siswa Kelas VII Kompetensi Dasar Kalor
Prediksi – Observasi – Jelaskan. Menggunakan Strategi POE di SMP Negeri 1
Strategi POE dikembangkan oleh White dan Tutur Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2008 /
Gunstone (1992) untuk mengetahui prediksi dan 2009”.
pembelajaran, 5) Lembar penilaian proses dan hasil Pemahaman Konsep Ditinjau dari Teori
belajar, dan 6) Lembar observasi. Konstruktivitis
Untuk menyesuaiakan strategi POE dapat soal-soal tes pemahaman konsep sebagai instrumen
dilakukan dengan cara: pre-test dan post-test. Setelah perencanaan dilaku-
Daripada guru melakukan demonstrasi kan, selanjutnya dilakukan pelaksanaan pembela-
didepan kelas, akan lebih baik bila masing-masing jaran (do) sekaligus observasi pembelajaran. Sete-
kelompok kecil melakukan demonstrasi sendiri. lah pembelajaran dilaksanakan, selanjutnya dilaku-
Hal ini memang akan menyulitkan guru dalam kan refleksi. Refleksi diarahkan untuk memberikan
mengawasi jalannya diskusi, tetapi hal ini bisa balikan terhadap pembelajaran, mengidentifikasi
membuat siswa mengamatinya lebih teliti. langkah-langkah perbaikan untuk siklus kedua. Re-
Bila siswa belum familier dengan konsep fleksi diupayakan dapat mengungkap kesulitan dan
dasar, atau bila siswa masih menganggap mudah, hambatan disertai dengan dugaan penyebabnya dan
sediakan beberapa pilihan yang dapat mereka dapat diberikan alternatif penyelesaiannya.
pilih.
Dalam IPA dan matematika, lebih baik siswa
melaksanakan investivigasi daripada sekedar PERENCANAAN (Plan)
mengamati. SIKLUS I
(pengembangan perangkat pembelajaran,
Untuk refleksi bagi guru, bahwa siswa
instrumen dan menentukan kriteria
dianggap sudah belajar IPA bila sudah melakukan: keberhasilan)
Observing: menggunakan semua indera untuk IMPLEMENTASI (do)
mengamati obyek yang digunakan dalam Observasi (see)
pembelajaran yang dilakukan. (penerapan dan observasi pembelajaran)
Sorting and Grouping: membandingkan, REFLEKSI
mengelompokkan, melihat pola (identifikaksi kelemahan dan alternatif peme-
persamaan/perbedaan konsep yang di pelajari. cahannya)
Raising questio: bertanya
Predicting/making hypothesi: membuat hi-
potesis.
Testing: eksplorasi, investivigasi dan mem-
PERENCANAAN (Plan)
beri perlakuan.
SIKLUS II
Recording: merekam, mengumpulkan data, (identifikasi masalah dan perbaikan
mengumpulkan informasi, memasukkan data pembelajaran)
dalam tabel atau gambar. IMPLEMENTASI (do)
Interpreting findings: membuat grafik pen- Observasi (See)
gamatan, menganalisa hasil. (penerapan dan observasi pembelajaran)
Communicating: melaporkan, mendiskusikan REFLEKSI
temuan dengan guru, mendiskusikan dengan te- (identifikaksi kelemahan dan alternatif
pemecahannya)
man, melaporkan hasil (mempresentasikan, me-
majang hasil temuan).
Gambar1. Diagram Penelitian Tindakan Kelas
METODE PENELITIAN
Dari hasil refleksi pada siklus I dilakukan
Metode pengembangan pembelajaran meng- perbaikan-perbaikan baik mengenai RPP atau ske-
gunakan model penelitian tindakan kelas (PTK). nario pembelajaran, LKS (Lembar Kegiatan Siswa)
PTK ini menggunakan dua siklus tindakan yaitu atau pada instrumen penilaian. Dapat juga dilaku-
siklus I dan siklus II sebagaimana ditunjukkan pada kan perbaikan strategi pembelajaran yang telah di-
Gambar 1. lakukan sehingga hasil yang diperoleh lebih opti-
Pada setiap siklus dilakukan tiga tahapan mal.
utama yaitu perencanaan, implementasi pembela-
jaran dan refleksi. Perencanaan dilakukan secara TEKNIK ANALISIS DATA
bersama-sama tim peneliti kolaborasi antara guru-
guru fisika dan dosen. Perencanaan dilaksanakan Data yang diperlukan dalam penelitian ini
dalam kegiatan plan pada lesson study. Kegiatan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data
plan bertujuan membuat rencana pelaksanaan pem- kualitatif adalah data yang terkait dengan catatan
belajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan lapangan yang diperoleh dari hasil observasi lesson
study, data refleksi digunakan untuk perbaikan Sedangkan pada mean nilai ulangan harian antara
pembelajaran. Data kuantitatif merupakan data ha- siklus I dan siklus II diperoleh 0,21 (kriteria
sil belajar fisika siswa yang merupakan sasaran rendah). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
dalam penelitian ini yang dilaksanakan pada siklus II yang merupakan
Instrumen yang dikembangkan dalam peneli- hasil perbaikan pada siklus I dapat meningkatkan
tian ini adalah: (1) Instrumen observasi pembela- hasil belajar fisika. Berdasarkan data tersebut dapat
jaran menggunakan format observasi lesson study. dikatakan bahwa dengan menggunakan
Format observasi berisi lima komponen yaitu in- pembelajaran strategi POE dapat meningkatkan
teraksi siswa-siswa, interaksi siswa-guru, interaksi pemahaman konsep fisika materi kalor siswa kelas
siswa-media/sumber belajar/LKS, siswa diam (ber- VII SMP Negeri 1 Tutur.
fikir, melamun, pasif dan lain-lain) atau beraktifitas
lain (memainkan pensil, arloji, penggaris dan ain-
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Pemahaman Konsep
lain) dan pelajaran berharga apa yang dipetik dari
Siklus I dan II
pengamatanyang dilakukan. (2) Instrumen untuk
mengukur hasil belajar untuk mengukur seberapa Nilai Rerata Siklus I Siklus II
jauh dampak pembelajaran fisika dikembangkan Pre-test 53,84 66,34
soal pre-test dan post-test serta ulangan harian yang Post-test 68,33 77,54
dapat diketahui dari indek peningkatan (gain) pre- Ulangan Harian 72,76 78,55
tets dan post-test dan ulangan harian pada siklus I
dan siklus II. Temuan-temuan penelitian setelah diberi tin-
Data yang terkait dengan dampak pembela- dakan I dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Siswa
jaran terhadap peningkatan hasil belajar fisika belum terbiasa belajar materi yang akan diajarkan,
siswa diambil dengan cara tes tulis (paper and pen- hal ini terlihat dari hasil pretest dengan rerata
cil test). Data yang terkumpul selanjutnya dilaku- 53,84. 2) Siswa sangat tertarik pada motivasi pem-
kan analisis. Data kualitatif dianalisis dengan tek- belajaran yang menggunakan contoh konkrit yang
nik pemaparan, sedangkan data kuantatif dianalisis dapat dilihat dan didemonstrasikan dalam kelom-
dengan teknik deskriptif yang meliputi mean (rata- pok mengenai pengaruh kalor terhadap suatu benda
rata). (memanaskan zat cair). 3) Pertanyaan yang diaju-
Besarnya indek peningkatan (gain score) di- kan oleh guru harus dapat membangkitkan rasa
simbulkan (g) menggunakan formulasi Hake. penasaran dari siswa sehingga sehingga siswa ter-
motivasi untuk melakukan percobaan. 4) Cara
x post x pre penggunaan alat peraga harus dikuasai betul oleh
100% x pre siswa, sehingga data yang diperoleh dalam perco-
(g) = (Hake, 1998) baan dapat membantu siswa untuk memahami kon-
sep yang dipelajari siswa. 5) Adanya penegasan
xpost = mean post-test atau mean formatif dari guru tentang cara melakukan percoban dan
penekanan pada materi kalor bahwa lamanya pe-
atau mean kinerja ilmiah siklus I, dan xpre =
manasan (waktu pemanasan) menunjukkan ban-
mean pre-test atau mean formatif atau mean kinerja
yaknya kalor yang diperlukan. 6) Siswa belum ter-
ilmiah pada siklus II. Kriteria g < 0,3 rendah, 0,3 <
biasa mengungkapkan pendapatnya, dengan POE
g < 0,7 medium dan g > 0,7 tinggi.
siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya mulai pada saat motivasi/memberi
HASIL IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN pertanyaan pada siswa dengan tidak memberitahu-
kan terlebih dahulu mana yang benar atau salah. 7)
Data pemahaman konsep fisika pada siklus I
Dari hasil percobaan siswa dapat menentukan fak-
dan Siklus II dapat dilihat pada tabel 1.
tor yang mempengaruhi banyaknya kalor yang
Data tersebut kemudian dianalisis dengan
digunakan dalam menaikkan suhu, tetapi saat
menggunakan formula Hake, indek peningkatan (g)
menerapkan rumusan tentang kalor yang digunakan
pada mean pre-test dan pos-test pada siklus I
menaikkan suhu siswa masih bingung. Mengetahui
diperoleh 0,31 (kriteria medium) dan pada siklus II
permasalahan tersebut guru pengajar sekaligus
diperoleh 0,33 (kriteria medium). Hal ini menun-
peneliti memberikan pembelajaran dengan metode
jukkan bahwa ada peningkatan pemahaman konsep
gasing, yaitu menekankan pemahaman tentang
siswa setelah dilakukan pembelajaran strategi POE
konsep kalor jenis, yaitu kalor yang dibutuhkan
dengan pelaksanaan MGMP-Lesson study.
oleh 1 kg zat untuk menaikkan suhu sebesar 1 dera- kelompok dalam melakukan praktikum dan mela-
jat celcius. Contohnya tentukan banyaknya kalor kukan diskusi kelompok/kelas. 3) Guru lebih me-
yang dibutuhkan oleh suatu benda yang massa 2 kg nekankan dan mengenalkan konsep penting pada
agar suhunya naik sebesar 10 derajat celcius? Jika rencana pembelajaraanaan dan saat pelaksanaan
kalor jenis benda 2000 J/kgC. Guru menjelaskan pembelajaran senantiasa memberikan pertanyaan
arti kalor jenis benda 2000 J/kgC adalah benda yang dapat membuat rasa penasaran siswa untuk
yang massanya 1 kg memerlukan kalor 2000J agar menjawab pertanyaan tersebut, mengobservasi
suhunya naik 1C. Jika massanya 2 kg dan suhunya jawaban yang diberikan oleh siswa yang dilakukan
naik 10C maka diperlukan kalor 40.000 J. 8) siswa sendiri dan selanjutnya siswa dapat mema-
Rerata hasil postest adalah 68,33, hal ini menun- parkan hasil observasinya dalam didkusi kelas. 4)
jukkan bahwa pemahaman konsep lebih meningkat Guru lebih banyak memberikan soal hitungan den-
dibandingkan sebelum proses pembelajaran. 9) gan pemberian tugas, (5) Merevisi LKS terutama
Rerata nilai ulangan harian formatif adalah 72,76, memberi pertanyaan untuk mengarahkan siswa
ini belum juga memenuhi KKM yang ditetapkan membuat kesimpulan.
sekolah yang besarnya 75,00. 14) Sikap guru yang Temuan-temuan penelitian setelah diberi tin-
telaten dan sabar untuk membimbing siswa yang dakan II adalah sebagai berikut: 1) siswa mulai ter-
mengalami kesulitan saat melakukan praktikum, biasa belajar materi yang akan diajarkan, hal ini ter-
menganalisa data, menyimpulkan hasil percobaan lihat dari hasil pre-test dengan rerata 66,34. 2)
dan memberi kesempatan untuk mengungkapkan Siswa mulai terbiasa mengungkapkan pendapatnya
pendapatnya. pada waktu penggalian pengetahuan awal dan
Berdasarkan temuan penelitian setelah diberi diskusi kelompok maupun kelas. Siswa dapat me-
tindakan I, didapat juga bahwa siswa dalam kelom- laporkan hasil percobaan dalam bentuk presentasi
pok masih ada yang menyerahkan pekerjaan dalam individual. 3) Rerata nilai post-test 77,54. 4) Rerata
LKS pada siswa yang dianggap mampu. Selain itu nilai ulangan harian pada siklus II adalah 78,40.
sebagian besar siswa SMP Negeri 1 Tutur kelas VII Ditinjau dari langkah-langkah yang terlaksana
tidak memiliki literature atau buku pegangan fisika pada siklus I maupun siklus II tampak bahwa per-
sehingga mereka belum terbiasa mempelajari kem- angkat pembelajaran yang disiapkan dapat dilak-
bali materi yang telah disampaikan dalam pembela- sanakan dengan baik oleh guru, walaupun masih
jaran, akibatnya nilai antara pre-test dan pos-test perlu perbaikan-perbaikan kecil dan dalam peren-
yang relatif rendah meskipun sudah kelihatan ada canaan pembelajaran mungkin perlu diberikan al-
peningkatan karena belum memenuhi Kriteria ternatif penyajian sehingga guru lebih leluasa dan
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75,00. Dengan dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kondisi
demikian dapat disimpulkan bahwa ada peningka- sekolah. Kerjasama antar guru dan dosen pendamp-
tan hasil belajar siswa setelah diberikan pembela- ing membuat langkah-langkah pembelajaran yang
jaran. Pada siswa yang kurang aktif mengikuti pe- dilakukan guru berangsur baik dan lebih mantab.
lajaran pada umumnya mereka melakukan kegiatan Kreativitas guru bertambah untuk memperbaiki
diluar pembelajaran seperti mengobrol, bermain proses pembelajaran meningkat dengan sikap
dengan alat praktikum dan membuka buku pela- keterbukaan seorang guru untuk menerima kritik
jaran lain. Siswa masih mengalami kesulitan mela- dan saran memudahkan guru untuk saling mengko-
kukan praktikum, karena petunjuk langkah kerja reksi dan tukar pengalaman bagaimana sebaiknya
pada LKS kurang jelas. pembelajaran berikutnya ditampilkan agar hasilnya
Berdasarkan uraian di atas kiranya terdapat optimal.
hal-hal yang perlu dipertahankan atau ditingkatkan
namun ada juga yang perlu diperbaiki pada pelak- PENUTUP
sanaan siklus II. Hal-hal yang perlu dipertahankan
adalah ketelatenan dan kesabaran guru dalam me- Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dapat
lakukan bimbingan pada siswa yang mengalami disimpulkan bahwa: 1) Pembelajaran mengguna-
kesulitan. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain: kan strategi POE dapat meningkatkan pemahaman
1) Sikap siswa yang tidak terbiasa untuk mempela- konsep kalor siswa SMP Negeri 1 Tutur. 2) Hasil
jari materi yang belum diajarkan dan mempelajari belajar siswa pada konsep kalor dapat meningkat
kembali materi pelajaran yang telah diajarkan den- meningkat karena dilakukan pembelajaran setelah
gan memberi pre-test dan pos-test setiap pembela- ada perbaikan-perbaikan dari hasil analisis data ob-
jaran selesai dilakukan. 2) Kerjasama antar anggota servasi dalam refleksi sehingga dapat memperbaiki
pembelajaran berikutnya. 3) Beberapa kendala strategi POE terutama untuk mengatasi rendahnya
yang dihadapi guru antara lain: pengelolaan kelas, pemahaman konsep kalor. Disarankan kepada
pengaturan waktu dan ketuntasan belajar, bagai- peniliti lain, untuk mengembangkan penelitian ini
mana menumbuhkan rasa keingintahuan siswa agar pada materi yang lain dan pada tingkat kelas yang
suasana diskusi lebih hidup dan dapat menangkap lain pula. Dampak pembelajaran dengan strategi
konsep serta menyimpulkan hasil pembelajarannya. POE misalnya terhadap kemampuan bertanya,
Disarankan kepada para guru sains (fisika) minat belajar fisika siswa patut diteliti lebih lanjut.
SMP untuk menerapkan pembelajaran dengan
DAFTAR RUJUKAN
Masykur, K. & Sutarman. 1994. Kesalahan Konsep Purwaningsih, E. 2005. Pengembangan Perangkat
dalam Belajar Fisika Bagi Siswa SMAN di Jawa Pembelajaran Materi Optika Untuk
Timur Ditinjau dari Beberapa Faktor Internal dan Meningkatkan Motivasi dan Ketrampilan Proses
Eksternal yang Mempengaruhinya, Lemlit IKIP Siswa SMP Laboratorium Universitas Negeri
Malang. Malang. Makalah disajikan dalam Seminar
Handayanto, S.K. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika, Nasioal MIPA dan Pembelajarannya &
Malang IMSTEP JICA FMIPA UM. Exchange Experience of IMSTEP – JICA, 5-6
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan September 2005.
Penerapannya dalam KBK, Universitas Negeri Sumar dkk. 2007. Lesson study Suatu Strategi Untuk
Malang Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik.
Sukirman. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bandung: UPI Press.
MIPA di Sekolah Melalui Kegiatan Lesson study. Indrawati dkk. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Makalah disajikan dalam Seminar Nasioal MIPA Efektif dan menyenangkan. P4TK IPA. Jakarta.
dan Pembelajarannya & Exchange Experience of
IMSTEP – JICA, 5-6 September 2005.
Hariono
SMA N 3 Pasuruan
Abstrak: Lesson study yang merupakan model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasakan prinsip prinsip kolegalitas
dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Agar mendapatkan manfaat dan pengalaman
berharga dari mengikuti, menerapkan dan mengembangkan Lesson study, semua tahapan dan prinsip-
prinsip yang telah dikembangkan menuntut kesadaran dan komitmen yang tinggi dari setiap individu
komunitas belajar untuk melaksanakan secara cerdas dan cermat serta bersungguh-sungguh dalam
implementasinya. Dalam rangka menciptakan dan membangun komunitas belajar di sekolah yang
efektif efisien. Ketika pengalaman dan manfaat dari mengikuti kegiatan Lesson study dapat
dikembangkan secara ideal di sekolah, logikanya mutu dan kualitas pembelajaran juga akan meningkat
yang tentunya akan bermuara pada pencapaian prestasi belajar siswa juga meningkat. Untuk menjamin
keberlanjutan implamenfasi lasson study di sekolah, menuntut kesadaran dan komitmen yang tinggi
dari setiap individu komunitas belajar dalam mengimplementasikan semua tahapan dan prinsip-prinsip
Lesson study yang dikembangkan. Jika kondisi ini sudah terbagun logikanya setiap individu dari
komunitas belajar tersebut, dengan penuh kesadaran sendiri akan menerapkan prinsip-prinsip Lesson
study secara cermat, cerdas dan bersungguh-sungguh, karena memang tidak ada pembelajaran yang
sempurna.
Kegiatan Lesson study adalah kegiatan mem- Rekomendasi dari pelaksanaan diskusi
buka kelas (open lesson) untuk diamati/diobservasi refleksi seharusnya ditindak-lanjuti untuk
oleh guru lain atau stake holder pendidikan lainnya digunakan merevisi kekurangan-kekurangan pada
seperti orang tua/wali murid, pengawas serta pihak- rencana pembelajaran guna diterapkan di kelas lain.
pihak yang berkepentingan dengan dunia Jadi Lesson study merupakan suatu kegiatan yang
pendidikan. besiklus dimulai dari perncanaan, pelaksanaan,
Membuka kelas tidak bermaksud “unjuk refleksi, dan revisi pembelajaran.
pembelajaran yang sempurna”, tetapi lebih Permasalahan bagaimana dan upaya apa yang
dimaksudkan untuk mencermati dan kemudian harus dilakukan agar mendapatkan manfaat dari
menganalisis kegiatan belajar siswa, yang pada kegiatan perencanaan pembelajaran (plan),
akhirnya dapat diambil manfaat dan memberikan bagaimana dan upaya apa agar mendapatkan
pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi manfaat dari pelaksanaan pembelajaran (do),
semua pihak yang terkait. bagaimana dan upaya apa agar mendapatkan
Study Lesson merupakan study pembelajaran manfaat dari kegiatan diskusi refleksi hasil
yang penekananya pada penelitian tentang proses pembelajaran (see), serta bagaimana dan upaya apa
pembelajaran di kelas nyata, yang dilakukan oleh yang harus dilakukan untuk menjamin
sekelompok guru dalam rangka meningkatkan keberlanjutan implementasi Lesson study di
keprofesionalan para guru itu sendiri, dan sekolah secara terus-menerus agar terbangun
dilakukan secara kolaboratif dimulai dari komunitas belajar?
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran di kelas riil yang diobservasi, PERMASALAHAN
kemudian dilakukan refleksi.
Diskusi akhir pada tahap perencanaan ini Tugas pengamat hanya mengobservasi,
adalah menunjuk dan menetapkan seorang guru dengan fokus pengamatan bukan pada guru model
model yang akan melaksanakan pembelajaran di mengajar, tetapi pada kegiatan siswa belajar yang
kelas nyata sampai dengan konfirmasi jadwal meliputi: interaksi siswa dengan siswa, siswa
mengajar dan di kelas berapa. dengan guru, siswa dengan media, siswa dengan
sumber belajar termasuk bahasa tubuh siswa.
Pelaksanaan pembelajaran (Do) Posisi pengamat tidak boleh mengganggu
Sesuai jadwal dan kelas yang telah disepakati pandangan dan konsentrasi siswa,maka disarankan
pada tahap perencanaan, pada tahap pelaksanaan pada saat melakukan pengamatan mengambil
(Do) guru model yang ditunjuk melaksanakan posisi disisi kiri, kanan atau didepan siswa,
pembelajaran, sementara guru-guru dan tujuanya agar dapat temuan dan data pengamatan
stakeholder lainnya sebagai pengamat, jadi guru yang cermat sesuai dengan fakta bagaimana siswa
model hanyalah sebagai pelaksana pembelajaran. belajar mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir
Dalam melaksanakan pembelajaran guru pembelajaran.
model harus senantiasa beracuan kepada RPP, LKS Obyek pengamatan disarankan terfokus pada
dan instrumen penilaian yang disepakati bersama satu kelompok belajar siswa bagi pengamat yang
pada tahap perencanaan (Plan), tetapi karena situasi belum biasa, tetapi bagi pengamat yang sudah
dan kondisi kurang mendukung dan tidak terbiasa, pengamat boleh melakukan pengamatan
memungkinkan untuk mengacu pada RPP, LKS pada lebih dari satu kelompok belajar siswa.
dan instrumen penilaian yang dihasilkan, guru Diskusi-Refleksi Pembelajaran (See)
model boleh segera mengubah dengan model,
metode dan strategi lain yang memungkinkan Dari sisi waktu idealnya refleksi pembelajaran
dalam pembelajaran siswa aktif dan kreatif. harus segera dilaksanakan sesaat setelah guru
Singkatnya model, metode dan strategi yang model melaksanakan pembelajaran, tujuannya
diterapkan berpegang pada prisip bagaimana untuk menghindari faktor lupa dan obyektifitas
membelajarkan siswa. data dan fakta hasil pengamatan selama proses
Bagaimana siswa belajar dan kreatif, situasi pembelajaran.
dan kondisi pembelajaran harus diupayakan setiap Secara teknis refleksi pembelajaran dipimpin
siswa berani mengungkapkan pendapat, berkarya, oleh seorang moderator yang memandu dan
serta memiliki hasil kerja yang berbeda dengan mengendalikan jalanya diskusi refleksi
siswa lain. Sehingga peran guru model dalam pembelajaran, dan didampingi oleh seorang notulen
melaksanakan pembelajaran adalah sebagai yang bertugas mencatat semua fakta, ungkapan
fasilitator. Pembelajaran memang tidak ada yang pendapat yang muncul selama diskusi refleksi
sempurna, namun jika pada tahap perencanaan berlangsung.
didiskusikan dengan matang, maka hal hal yang Tahapan kegiatan pada pelaksanaan refleksi
dapat mengganggu konsentrasi siswa belajar sedini dimulai pembukaan oleh moderator dan dilanjutkan
mungkin sudah dapat diantispasi dan diminimalisir memperkenalkan guru model, notulen kemudian
dan pada akhirnya pembelajaran berlangsung memberikan aplaous tepuk tangan kepada guru
secara efektif dan efesien. model yang telah melaksanakan pembelajaran pada
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran (Do) kelas nyata.
guru dan stakeholder lain berperan sebagai Kegiatan berikutnya moderator memberikan
pengamat (observer). Pada saat mencermati kesempatan pertama kepada guru model untuk
pembelajaran yang sedang berlangsung mulai dari menyampaikan kesan dan pesan refleksi diri,
kegiatan awal hingga kegiatan akhir pembelajaran, mengapa memilih pendekatan, metode dan media
pengamat harus berpedoman pada rambu-rambu pembelajaran yang digunakan seperti yang
dan tata tertib pengamat/observer sebagai berikut: dituangkan dalam RPP, bagaimana keterlaksanaan
Tidak mengganggu proses pembelajaran, skenario pembelajaran dalam RPP termasuk
tidak boleh membantu siswa, tidak berbicara mungkin guru model harus mengungkapkan alasan
sesama pengamat, tidak boleh keluar masuk alasan pada pembelajaran tadi mengapa hal itu
ruangan, tidak memberi isyarat atau komentar dilakukan atau tidak dilakukan, apakah tujuan
apapun dalam pembelajaran. proses pembelajaran telah tercapai atau belum dan
mengapa hal itu terjadi.
Kegiatan berikutnya, berdasarkan data dan Masih ada beberapa dalam kegiatan
fakta yang nyata moderator meminta secara perencanaan pembelajaran dilaksanakan hanya
bergiliran semua guru pengamat menyampaikan sekedar menyepakati topik pembelajaran apa, siapa
hasil temuan dalam pengamatanya, dengan selalu guru modelnya, bagaimana rpp-nya, kapan
mengingat bahwa refleksi yang diungkapkan dilaksanakan dan di kelas berapa, siapa moderator
adalah refleksinya siswa belajar, bukan guru model dan notulenya. Sehingga dari sisi waktu kegiatan
mengajar dan lebih penting lagi bahwa apa yang plan hanya sebentar sekedar kumpul membuat
telah diungkap oleh guru lain tidak harus diulang kesepakatan. Ketika plan berjalan seperti itu sudah
kembali. dapat dipastikan tidak akan mendapat manfaat apa-
Inti dari kegiatan refleksi adalah apa dari kegiatan plan.
pengungkapan data dan fakta pembelajaran siswa Produk sebuah rpp dari hasil perencanaan
yang sebenarnya hasil temuan guru guru pengamat, pembelajaran secara umum sudah sangat bagus
yang meliputi kapan itu berlangsung, siapa nama sesuai standart PP Nomor 41 Tahun 2007 tetapi
siswa tersebut, sedang melakukan apa saja, juga masih sering dijumpai lemah dalam analisis
konsentrasi atau tidak, bagaimana kerjasama kurikulumnya termasuk menuangkan sintak
dengan siswa lain, bagaimana interaksi siswa metode pembelajaran yang dipilih dalam rpp, apa
dengan guru model, media dan sumber belajar yang harus dilakukan siswa, kapan dilakukan dan
yang digunakan. Selanjutnya observer tidak hanya guru harus berbuat apa masih sering dijumpai
mengungkapkan data dan fakta siswa dalam belum sistematis sesuai sistematika pada metode
pembelajaran, tetapi lebih penting lagi adalah juga yang dipilih
menyampaikan alternatif pemecahanya untuk Juga masih sering dijumpai, produk rpp dari
direkomendasikan sebagai revisi pada perencanaan pembelajaran dalam analisis
pembelajaran berikutnya di kelas nyata yang lain, kurikulumnya antara standart kompetensi (SK),
sehingga hasil kajian dalam kegiatan refleksi itu kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan
benar-benar riil, bermakna untuk peningkatan mutu pembelajaran dan instrument penilaianya kurang
dan kualitas pembelajaran berikutnya yang pada met atau bahkan tidak met sama sekali karena rpp-
akhirnya pencapaian prestasi belajar siswa akan nya hasil copy paste, tidak melalui proses kajian
terwujud. dan analisis yang mendalam sesuai dengan
Akhir dari kegiatan refleksi moderator harus karakteristik topik/materi pembelajaran yang
meminta refleksi dari narasumber (pakar, dosen disajikan.
pembimbing, pengawas, kepala sekolah) tujuanya
adalah untuk mempertajam dan memperdalam Pelaksanaan pembelajaran (do)
hasil refleksi dari observer dalam hal peningkatan Hampir delapan puluh prosen pelaksanaan
wawasan kebutuhan pembelajaran secara nyata. pembelajaran sangat bergantung dari perencanaan
pembelajaran yang dilakukan, ketika pada tahap
URAIAN FAKTA plan amburadul sudah dipastikan pelaksanaan
pembelajaranya tidak akan efektif dan efisien.
Secara umum fakta di lapangan belum semua Setting kelas kadang masih kurang sesuai
guru menerapkan prinsip-prinsip Lesson study dengan metode yang diterapkan, berakibat
secara benar dan bersungguh-sungguh, sehingga mengganggu mobilisasi siswa dan pengamat.
secara psikologis akan nampak motivasi untuk Selain itu masih sering dijumpai peran dan fungsi
mengimplementasikan Lesson study juga ala pengamat dalam pelaksanaan pembelajaran belum
kadarnya sekedar mengugurkan kewajiban dilakukan secara maksimal oleh sebagian teman
melaksanakan program Lesson study, bisa sejawat, sesuai rambu-rambu bagaimana
dipastikan yang kategori ini tidak akan seharusnya peran dan fungsi sebagai observer
memperoleh manfaat apa-apa dari kegiatan Lesson pembelajaran.
study. Alur/Skenario pembelajaran pada langkah-
Secara khusus belum semua tahapan dalam langkah pembelajaran cenderung diterapkan secara
Lesson study dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip kaku terutama terhadap waktu, sehingga kurang
yang telah dikembangkan, yakni pada kegiatan: memberi keleluasaan siswa untuk meng-explorasi
Perencanaan pembelajaran (Plan) secara maksimal substansi pembelajaran yang
dipelajari.
Tuntutan media harus berbasis ICT sering kali semua jajaran terkait, secara kontinyu dan
menjadi beban psikologis tersendiri bagi beberapa berkelanjutan (sustainability). Untuk menjamin
teman sejawat yang memang belum sempat belajar keberlanjutan implementasi Lesson study berbasis
lebih lanjut. sekolah (LSBS) diperlukan keterlibatan kepala
sekolah, pengawas, dinas pendidikan dan komite
Diskusi refleksi pembelajaran (see) sekolah (stakeholder) demi terciptanya komunitas
Yang sering terjadi dan muncul dalam refleksi belajar pada sekolah tersebut.
pembelajaran pengamat belum mengungkap data Merujuk pada konsep dasar Lesson study
dan fakta bagaimana siswa belajar, kapan siswa yang merupakan model pembinaan (pelatihan)
mulai belajar, kenapa siswa tidak belajar yang profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
sebenarnya, faktanya mempunyai kecenderungan secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasakan
lebih mengarah bagaimana guru model mengajar. prinsip prinsip kolegalitas dan mutual learning
Masih ada sebagian kecil teman sejawat yang untuk membangun komunitas belajar.
cenderung mengungkap opini, bukan data fakta Maka pendampingan dari narasumber, pakar,
pembelajaran yang sebenarnya. dosen pembimbing menjadi sangat dibutuhkan
Walaupun sering kali diinformasikan teknik- keberadaanya, karena mempunyai peran yan sangat
teknik moderasi, seringkali dalam diskusi refleksi strategis untuk memfasilitasi para guru guru di
moderator terjebak pada komunikasi dua arah lapangan agar terjadi sharing pendapat dan
sehingga diskusi terkesan monoton dan tidak hidup. pengalaman diantara para guru, sehingga komuitas
Puluhan kali melakukan diskusi refleksi, belajar terbangun sebagai forum pengembangan
masih ditemukan sebagian kecil teman sejawat diri.
cenderung pasif, ketika tiba giliranya Pada tataran proses, implementasi Lesson
menyampaikan data fakta hasil pengamatanya yang study berbasis sekolah (LSBS) guru guru di sekolah
disampaikan hanya sedikit itupun kadang piloting masih sangat membutuhkan petunjuk
menyimpang dari substansi topik diskusi dan teknis, brosur, buku pedoman, newsletter dan lain
membuat ketertawaan peserta diskusi. lain, yang menguraikan apa, mengapa dan
Juga masih sering dijumpai dalam diskusi bagaimana Lesson study serta pedoman bacaan
refleksi, alternatif pemecahan masalah yang lebih rinci yang mengupas, mekanisme teknis
pembelajaran yang terjadi, solusinya diulang-ulang bagaimana merencanakan pembelajaran untuk
pada cara yang sama bukan menunjukkan beberapa membuka kelas nyata (Plan), bagaimana
alternatif solusi yang lain termasuk kemungkinan melaksanakan pembelajaran yang ideal (Do),
merubah metode dan media yang digunakan. bagaimana melaksanakan refleksi pembelajaran
Belum semua peserta diskusi-refleksi (See) dan bagaimana teknis moderasi pada refleksi
mencatat hal-hal penting yang berkembang dalam pembelajaran yang ideal serta bagaimana tindak
diskusi sebagai pedoman dan koreksi diri terhadap lanjut dari hasil refleksi pembelajaran yang telah
proses pembelajaran yang telah dan akan dilaksanakan.
dilaksanakan pada kelas riilnya. Untuk menjawab pertanyaan pertanyaan
tersebut kususnya yang menyangkut plan, do dan
Tindak lanjut refleksi pembelajaran see, setidaknya pembaca bisa mencermati dan
mempedomani paparan pada uraian teori yang telah
Rekomendasi hasil diskusi refleksi disebutkan sebelumnya.
pembelajaran sering terjadi, belum bahkan tidak Agar mendapatkan manfaat dari semua
ditindaklanjuti untuk revisi dan perbaikan proses tahapan dan prinsip-prinsip Lesson study yang telah
pembelajaran selanjutnya. dikembangkan, berdasar pada catatan
pendampingan sebagai fasilitator dan satgas lsbs,
PEMBAHASAN serta pengalaman langsung penulis, detailnya dapat
diuraikan sebagai berikut.
Dalam upaya meningkatkan mutu dan
kualitas pembelajaran yang bertujuan pencapaian Pada tahap perencanaan pembelajaran (plan)
prestasi belajar siswa, implementasi Lesson study
berbasis sekolah perlu kiranya di upayakan Untuk mengimplementasikan Lesson study,
pembinaan, pelatihan dan dukungan teknis dari kata kuncinya terletak kepada kesadaran untuk
saling membelajarkan dan komitmen yang tinggi
Agar interaksi dalam diskusi-refleksi menjadi Arahkan dengan bahasa yang santun,
hidup dan seorang moderator tidak terjebak pada tanggapan atau komentar dari pengamat lain tidak
komunikasi dua arah, selain harus memperhatikan hanya mengomentari data dan fakta yang muncul
suasana dan kondisi para audien, uraian berikut tetapi juga harus menyampaikan alternatif
dapat digunakan sebagai pedoman oleh seorang pemecahanya berdasarkan rujukan teori atau
moderator dalam memimpin diskusi-refleksi pengalaman praktis di lapangan.
pembelajaran. Moderator harus selalu konsentrasi dan
Seorang moderator adalah kunci pengendali tanggap bagaimana menjadikan suasana diskusi
dalam diskusi refleksi, bukan hanya pandai bicara refleksi menjadi lebih hidup, lebih menarik dan
tetapi juga harus memahami substansi yang tidak membosankan misalnya dengan joke-joke
didiskusikan, maka mutlak moderator wajib gurauan yang ilmiah.
hukumnya mengikuti dan mencermati setiap Batasi jika pada diskusi refleksi dalam satu
kejadian pada pelaksanaan pembelajaran, dan harus termin tersebut dianggap sudah cukup dalam arti
mampu menyegarkan dan mengairahkan suasana sudah teridentifikasi penyebab sumber masalah dan
diskusi refleksi. alternatif solusinya, moderator harus mengalihkan
Ketika mengawali dan membuka diskusi ke termin berikutnya dengan tema dan substansi
refleksi jangan lupa ucapan terima kasih dan yang berbeda, yang terjadi dan berkembang selama
penghargaan kepada guru model atas sajian proses pembelajaran berlangsung.
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sampai pada akhir termin dan pengamat
Beri kesempatan pertama guru model untuk sudah menyampaikan temuan hasil pengamatan
merefleksi diri dan moderator harus memberikan dan mengomentari penyebab dan alternatif
rambu rambu apa yang harus diungkapkan oleh pemecahan masalah yang terjadi secara adil dan
guru model, tidak hanya perasaan nervous, senang berimbang, moderator memberi kesempatan
tercapai dan tidak tercapainya keterlaksanaan kepada guru model untuk menaggapi semua
skenario pembelajaran yang dituangkan dalam kejadian dan masalah yang muncul selama
RPP, lebih dari itu guru model juga harus pembelajaran berlangsung yang telah diungkapkan
mengungkapkan hal hal ekstrim/kasus yang oleh seluruh pengamat.
menarik dan terjadi selama proses pembelajaran Pada sesi akhir dari diskusi refleksi
berlangsung. moderator harus memberikan kesempatan kepada
Tugas utama moderator adalah nara sumber (pakar, dosen pendamping, pengawas,
mengendalikan jalanya diskusi refleksi, agar kepala sekolah) untuk menyampaikan komentar,
diskusi berjalan terarah peran moderator adalah tangggapan dan ulasan singkat yang dapat diambil
memfokuskan diskusi dengan membagi termin per dari pelaksanaan diskusi refleksi dari pembelajaran
termin dalam diskusi refleksi, sesuai data dan fakta yang telah berlangsung, untuk dicatat dan
yang muncul selama pembelajaran berlangsung, digunakan sebagai pengalaman seluruh peserta
misalnya interaksi siswa dengan guru, media, diskusi refleksi.
sumber belajar, keterlaksanaan RPP dan lain lain Sebelum menutup jalannya diskusi refleksi
termasuk pengalaman berharga pada pembelajaran moderator harus menyampaikan ringkasan dan
terbuka di kelas nyata tadi. penegasan hal-hal prinsip yang telah didiskusikan,
Berikan kesempatan secara adil dan termasuk merekomendasikan kepada guru model
berimbang kepada peserta diskusi refleksi untuk atau guru-guru rumpun mata pelajaran untuk
mengungkapkan temuan hasil pengamatanya melakukan revisi RPP jika dianggap belum bisa
berdasarkan data dan fakta, dengan bahasa yang diterapkan pada pembelajaran tadi.
sopan dan halus ingatkan observer agar dalam Pada saat menutup diskusi refleksi, hal yang
penyampaian hasil pengamatanya tidak berbeli- tidak boleh dilupakan oleh seorang moderator
belit. adalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Arahkan dengan bahasa yang santun, semua pihak yang telah berperan serta aktif pada
komentar atau klarifikasi dari pengamat lain agar diskusi refleksi pembelajaran kelas nyata hari itu.
tidak keluar dari tema dan substansi diskusi refleksi Seorang moderator harus berani dan tegas
dan moderator harus menangkap esensi dan merekomendasikan bila perlu merombak rpp dan
kejadian menarik dalam pembelajaran yang merubah metode yang diterapkan dan media yang
mebutuhkan kajian dan pembahasan lebih jauh. digunakan jika ternyata sajian pembelajaran yang
telah dilaksanakan, banyak masalah yang timbul, Lesson study yang merupakan model
terlebih lagi tujuan pembelajaran sesuai standart pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui
kompetensi, kompetensi dasar dan indikatornya pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
benar-benar belum tercapai. berkelanjutan berdasakan prinsip prinsip
Dianjurkan setiap komunitas belajar yang kolegalitas dan mutual learning untuk membangun
menerapkan dan mengembangkan Lesson study komunitas belajar.
mempunyai buku catatan khusus, sebagai catatan Agar mendapatkan manfaat dan pengalaman
prinsip-prinsip penting yang berkaitan dengan berharga dari mengikuti, menerapkan dan
Lesson study, untuk selanjutnya dapat digunakan mengembangkan Lesson study, semua tahapan dan
sebagai bacaan dan inspirasi dalam prinsip-prinsip yang telah dikembangkan menuntut
mengembangkan Lesson study. kesadaran dan komitmen yang tinggi dari setiap
Rujukan tersebut diatas paling tidak dapat individu komunitas belajar untuk melaksanakan
digunakan untuk membelajarkan diri sehingga akan secara cerdas dan cermat serta bersungguh-
mendapatkan manfaat dan pengalaman bermakna sungguh dalam implementasinya. Dalam rangka
dalam mengikuti kegiatan dan mengembangkan menciptakan dan membangun komunitas belajar
prinsip-prinsip Lesson study, karena minimal disekolah yang efektif efisien.
sampai dengan saat ini prinsip-prinsip yang Ketika pengalaman dan manfaat dari
dikembangkan dalam Lesson study merupakan mengikuti kegiatan Lesson study dapat
hakekat dari tugas utama seorang guru, yaitu dikembangkan secara ideal di sekolah, logikanya
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi mutu dan kualitas pembelajaran juga akan
pembelajaran. meningkat yang tentunya akan bermuara pada
pencapaian prestasi belajar siswa juga meningkat.
Tindak lanjut/rekomendasi hasil diskusi Untuk menjamin keberlanjutan implamenfasi
refleksi pembelajaran lasson study di sekolah, menuntut kesadaran dan
Sudah sangat disadari, bahwa tidak ada komitmen yang tinggi dari setiap individu
pembelajaran yang sempurna, dalam setiap kita komunitas belajar dalam mengimplementasikan
melaksanakan pembelajaran sudah dapat dipastikan semua tahapan dan prinsip-prinsip Lesson study
masih ada saja kekuranganya, namun jika setiap yang dikembangkan. Jika kondisi ini sudah
rekomendasi yang dihasilkan dari diskusi-refleksi terbagun logikanya setiap individu dari komunitas
pembelajaran ditindak lanjuti dengan melakukan belajar tersebut, dengan penuh kesadaran sendiri
perubahan dan perbaikan yang dianggap perlu, akan menerapkan prinsip-prinsip Lesson study
minimal akan menjadi dokumen yang berharga. secara cermat, cerdas dan bersungguh-sungguh,
Terlebih dengan menindak-lanjuti karena memang tidak ada pembelajaran yang
rekomendasi hasil diskusi refleksi adalah sempurna.
merupakan inti untuk memperoleh manfaat dan
pengalaman berharga dari mengikuti kegiatan
diskusi-refleksi pembelajaran.
KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Hartatiek
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan paket tutorial termodinamika
yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya (2008), sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan problem-solving mahasiswa. Paket tutorial digunakan sebagai bahan pendamping responsi,
dan diharapkan dapat dipelajari oleh mahasiswa secara mandiri. Paket tutorial termodinamika memuat:
tujuan pembelajaran, uraian materi singkat, ringkasan, contoh-contoh soal berbasis penyelesaian
ekspisit, dan soal-soal latihan/tugas. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan pretest-posttest control
group design. Kelompok eksperimen sebanyak 42 mahasiswa sedangkan kelompok kontrol sebanyak
24 mahasiswa. Hasil pretest kelompok eksperimen memperoleh skor rata-rata 37.5 sedangkan
kelompok kontrol 42,5. Hasil uji-t rata-rata pretest (α=0,05; db=64; t0 ≤1,998 sedang th= -1,55)
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan artinya kemampuan awal kedua kelompok sama.
Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pemberian paket tutorial, sedangkan
kelompok kontrol dengan tutorial biasa. Hasil posttest kelompok eksperimen memperoleh skor rata-rata
79,6 sedangkan kelompok kontrol 55,5. Hasil uji-t rata-rata posttest (α=0,05; db=64; t0 ≤1,998; sedang
th=5,71) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan artinya setelah perlakuan kemampuan problem-
solving kedua kelompok berbeda. Kelompok eksperimen memperoleh peningkatan 42,1% atau gain
ternomalisasi rata-rata 0,7 artinya mengalami peningkatan dalam klasifikasi medium. Kelompok
kontrol mengalami peningkatan 13% atau gain ternomalisasi rata-rata 0,23 artinya mengalami
peningkatan dalam klasifikasi rendah. Peningkatan yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen
disebabkan mahasiswa telah berlatih untuk menyelesaikan soal-soal pada paket tutorial serta memahami
contoh-contoh soal berbasis penyelesaian eksplisit yang ada pada paket tutorial tersebut. Hasil
penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penerapan paket tutorial termodinamika berdampak
positif terhadap peningkatan kemampuan problem-solving mahasiswa. Selain itu respon mahasiswa
terhadap pemberian paket tutorial termodinamika menunjukkan bahwa paket tutorial memotivasi
mahasiswa untuk mengerjakan soal-soal termodinamika dengan dukungan 20,8% sangat setuju; 45,8%
setuju; 33,4% cukup; dan 0% tidak setuju. Paket tutorial dapat melatih kemampuan problem-solving
dengan dukungan 20,8% sangat setuju; 70,8% setuju; 8,4% cukup; dan 0% tidak setuju.
(Zemansky dan Dittman, 1982) , yaitu Konsep tersebut bisa diikuti oleh semua mahasiswa juga
Dasar Temodinamika; Pesamaan Keadaan; Kerja, mengalami kesulitan sehingga responsi tidak dapat
Kalor dan Hukum I Termodinamika; Hukum I berjalan optimal (biasanya hanya 2x dalam satu
Termo-dinamika dan Aplikasinya, Hukum II semester menjelang tes).
Termodinamika dan Entropi; Gabungan Hukum I Kami menyadari, untuk memahami materi
dan II; Potensial termodinamik; Campuran Gas termodinamika secara utuh dan menyeluruh, ma-
takbereaksi; Terapan Termodinamika pada Reaksi hasiswa tidak hanya membutuhkan pengetahuan,
Kimia. tetapi juga keamampuan menyelesaikan masalah.
Tabel 1 menyajikan hasil belajar mahasiswa Kemampuan problem-solving hanya dapat dikem-
pada matakuliah Termodinamika dua tahun bangkan dengan berlatih menyelesaikan
terakhir, yang menunjukkan bahwa prestasi permasalahan secara memadai.
belajarnya cenderung rendah (kurang optimal). Penelitian yang telah dilakukan oleh Hartatiek
Oleh karena itu perlu adanya usaha perbaikkan dan Chusnana I.Y. (2008) dalam mengembangkam
untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. paket tutorial termodinamika menunjukkan hasil
Dalam interaksi perkuliahan ditemukan yang signifikan artinya bahwa paket tutorial yang
bahwa pada umumnya (80%) mahasiswa kesulitan dikembangkan layak digunakan.
dalam pengaplikasikan konsep, kaidah-kaidah dan Berdasarkan temuan-temuan ini, muncullah
hukum-hukum termodina-mika untuk pemikiran untuk mengapli-kasikan paket tutorial
menyelesaikan persoalan-persoalan yang terkait. berbasis penyelesaian masalah eksplisit dalam
Hal ini terlihat pada saat menyelesaikan persoalan perkuliahan termodinamika sebagai upaya untuk
yang berkaitan dengan materi Hukum I mengatasi masalah rendahnya kemampuan
Termodinamika dan aplikasinya. Padahal materi problem solving dan hasil belajar mahasiswa. Paket
tersebut mendasari untuk mempelajari materi yang tutorial ini meliputi pengajaran pasif yang memuat
lebih kompleks lagi yaitu entropi, gabungan uraian materi singkat, ringkasan, contoh soal dan
Hukum I dan II Termodinamika, persamaan TdS, penyelesaiannya dari yang sederhana sampai
dan lainnya. komplek, soal-soal latihan yang disusun secara
Selain itu fakta di perkuliahan juga sistematis untuk membimbing mahasiswa memiliki
menunjukkan bahwa pada umumnya mahasiswa pengetahuan dan kemampuan problem-solving
dapat menyelesaikan persoalan apabila sebelumnya dalam menyelesaikan persoalan termodinamika.
diberi contoh soal yang penyelesaiannya mirip Metode penyelesaian masalah ini apabila
dengan persoalan tersebut. Ketika persoalan yang secara terus menerus dilakukan oleh mahasiswa,
diberikan agak berbeda sedikit dari contoh yang memberikan dampak selain mahasiswa terampil
diberikan, pada umumnya mereka mengalami dalam problem-solving juga memiliki cara kerja
kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut diduga dan cara berpikir yang sistematis dan terarah (soft
disebabkan oleh dua hal yakni: (1) kurangnya porsi skills) sehingga membantu dalam kehidupannya
latihan soal-soal untuk mengaplikasikan konsep kelak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
karena terbatasnya waktu perkuliahan dan (2) pembelajaran problem-solving dapat meningkatkan
kurangnya kesadaran mahasiswa untuk melatih diri sikap kritis dan pemahaman matematika (Sa’dijah,
menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. 2000); dapat meningkatkan aktivitas berfikir
Kesulitan-kesulitan tersebut dicoba diatasi mahasiswa (Hartatiek, 2003); dapat meningkatkan
dengan memberikan responsi di luar waktu keterampilan berpikir kritis, berpikir induktif dan
perkuliahan dengan tujuan agar mahasiswa lebih keterampilan proses sains siswa (Hidayat, 2005).
banyak berlatih menyelesaikan persoalan
termodinamika, tetapi kendalanya untuk
menetapkan waktu yang tepat agar responsi
Tujuan penelitian ini ingin mengungkap se- pertanyaan sederhana tentang apa yang ingin diten-
berapa besar dampak penerapan paket tutorial tukan, dan pendekatan umum yang dapat diguna-
Termodinamika berbasis penyelesaian masalah ek- kan.
splisit terhadap peningkatan kemampuan problem- Langkah kedua penggambaran keadaan fisis.
solving mahasiswa. Pada langkah ini sket gambar pada langkah
pertama diterjemahkan ke dalam penggambaran
PAKET TUTORIAL BERBASIS PENYELESAIAN fisis yang meliputi: suatu diagram fisis,
MASALAH EKSPLISIT pendefinisian variabel-variabel target, pemilihan
hubungan kuantitatif. Diagram fisis ini
Tutorial merupakan salah satu cara untuk disederhanakan dalam bentuk sumbu koordinat dan
meningkatkan keterampilan menyelesaikan ma- variabel-variabel penting yang diketahui dan
salah (Pride dkk., 1998). Paket Tutorial berbasis dibubuhkan untuk memperjelas masalah.
penyelesaian masalah eksplisit menekankan pada Selanjutnya prinsip fisika atau hubungan
cara menyelesaiakan persoalan dengan langkah- matematik yang digunakan untuk menyelesaikan
langkah yang sistematis. Pemecahan masalah se- masalah dipilih (dituliskan).
cara eksplisit merupakan bentuk penyelesaian per- Langkah ketiga merencanakan penyelesaian.
soalan yang tidak hanya memuat apa yang diketa- Pada langkah ini penggambaran fisis diterjemahkan
hui dan apa yang ditanyakan seperti penyelesaian ke dalam persamaan matematik tertentu yang
yang ada pada umumnya, tetapi memiliki lima digunakan untuk menyelesaikan masalah.
langkah seperti diuraikan oleh Heller et.all (Huff- Persamaan matematik dipilih yang mengandung
man, 1997) yang meliputi: (1) memfokuskan ma- variabel target, dengan mengkombinasikan
salah, (2) menggambarkan keadaan fisis, (3) mer- persamaan dan menghubungkan antara variabel
encanakan penyelesaian, (4) mengerjakan menurut yang tidak diketahui dengan variabel yang
rencana dan (5) mengevaluasi hasil (jawaban). diketahui.
Agar mahasiswa mampu memahami konsep- Langkah keempat mengerjakan penyelesaian
konsep termodinamika dan menganalisis masalah- menurut rencana. Pada langkah ini penyelesaian
masalah yang berkait, diperlukan latihan-latihan secara matematik dilakukan. Setelah semua
pemecahan masalah yang dilakukan secara ter- variabel target dan variabel yang tidak diketahui
struktur. Kegiatan terstruktur tersebut selain dila- terhubung dengan suatu persamaan matematik.
kukan dalam perkuliahan (tatap muka), dapat juga Langkah kelima mengevaluasi penyelesaian
dilakukan di luar perkuliahan melalui pemberian (jawaban). Pada langkah ini penyelesaian dicek
tugas dalam tutorial. kembali untuk menyakinkan bahwa jawaban telah
Berdasarkan hasil belajar dan proses belajar sebagaimana mestinya, layak dan lengkap. Satuan
yang dilalui, Van Parreren (Winkel, 1987) meng- yang digunakan sesuai, jawaban dicek untuk
klasifikasikan belajar pemecahan masalah kedalam mengkonfirmasi bahwa pertanyaan awal telah
bentuk belajar berpikir. Dalam belajar ini, seseo- terjawab.
rang selalu dihadapkan pada suatu masalah yang Tampak bahwa strategi pemecahan masalah
harus dipecahkan. Masalah harus dipecahkan me- eksplisit ini memberikan langkah instruksional
lalui operasi mental, dengan menggunakan konsep, yang lebih detail dan sistematis, sehingga
kaidah serta metode-metode kerja tertentu. diharapkan mahasiswa memiliki cara-cara kerja
Untuk dapat menemukan prinsip pemecahan dan ketrampilan menyelesaikan permasalahan
masalah, seseorang dituntut telah menguasai be- secara sistematis.
berapa kaidah, kaidah baru dapat dikuasai setelah Paket tutorial berbasis pemecahan masalah
konsep-konsep tertentu telah dikuasai, demikian se- eksplisit menyediakan pembimbingan dengan
terusnya. Metode-metode kerja tertentu ini selan- berbagai soal yang disusun secara sistematis dalam
jutnya oleh Heller (Huffman, 1997) disebut strategi suatu paket. Isi paket tutorial meliputi: (1) tujuan
pemecahan masalah secara eksplisit yang terdiri pembelajaran (2) uraian materi pokok yang
dari lima langkah. disajikan secara singkat, (3) ringkasan, (4) contoh-
Langkah pertama memfokuskan masalah, contoh soal beserta penyelesaiannya berbasis
pada langkah ini dilakukan penerje-mahan kata- penyelesaian eksplisit, (5) soal-soal latihan/tugas
kata verbal ke dalam deskripsi visual. Deskripsi ini yang wajib dikerjakan menggunakan penyelesaian
meliputi: sket gambar, informasi yang diberikan,
berbasis eksplisit dikumpulkan, dinilai untuk Data pretest dan postest selanjutnya dianalisis
memberikan umpan balik pada mahasiswa. untuk mengetahui nilai rata-rata, skor minimal,
Setiap paket diberikan setelah selesai satu skor maksimal dan variansnya.
subpokok bahasan (sedikit demi sedikit), dengan Untuk mengetahui dampak penerapan paket
harapan untuk mempermudah mahasiswa dalam tutorial termodinamika terhadap peningkatan
mempelajari dan melatih keterampilannya dengan kemampuan problem-solving mahasiswa dilakukan
lebih intensif. Dengan cara ini diharapkan uji perbedaan rata-rata posttest kedua kelompok
kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan menggunakan uji-t.
masalah akan semakin baik dan berdampak pada Untuk mengetahui seberapa besar
prestasi belajarnya. peningkatan kemampuan problem-solving
mahasiswa tersebut menggunakan gain
METODE PENELITIAN ternormalisasi rata-rata, yaitu gain rata-rata aktual
dibagi dengan gain rata-rata maksimum yang
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan mungkin dengan rumus (Hake, R. 1988):
Pretest-Posttest Control Group (Sukmadinata,
2005). Subjek penelitian adalah mahasiswa yang
menempuh matakuliah termodinamika pada
semester Ganjil 2009/2010 yang terdiri dari 2
offering sebanyak 66 mahasiswa. Offering A
sebanyak 42 mahasiswa ditetapkan sebagai
kelompok eksperimen dan offering B sebanyak 24
mahasiswa sebagai kelompok kontrol. Klasifikasi peningkatan hasil belajar ditandai
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
berupa perangkat tes tertulis dan angket respon oleh besarnya < , yakni
penerapan paket tutorial terodinamika. Untuk
tinggi jika terdapat lebih
pretest digunakan tes tertulis dalam bentuk soal
besar daripada 0,7
pilihan ganda sebanyak 15 soal, sedangkan untuk
postest digunakan tes tertulis dalam bentuk soal medium jika terdapat antara
essay sebanyak 5 soal. 0,3 sampai dengan 0,7
Sebelum paket tutorial ini diterapkan, kedua
kelompok diberi pretest untuk mengetahui rendah jika terdapat lebih
kemampuan awal mahasiswa pada materi kecil daripada 0,3
termodinamika yang telah mereka peroleh pada
perkuliahan Fisika Dasar II, sebagai acuan awal
HASIL DAN PEMBAHASAN
memberi perlakuan. Selanjutnya kelompok
eksperimen diberi paket tutorial sebagai pelengkap Hasil analisis data pretest dan postest
responsi sedangkan pada kelompok kontrol tidak disajikan pada Tabel 2.
diberikan paket tutorial (hanya responsi biasa).
Pada akhir perlakuan kedua kelompok diberikan
posttest untuk mengetahui dampak perlakuan.
Tabel 3. Hasil Uji-t Pretest dan Posttest antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Nilai- t Kriteria Pengujian Ket
α=0,05; db=64
Pretest Eksp.-Kontrol -0,155 t ≤ 1,998 H0 diterima
Posttest Eksp.-Kontrol 5,71 t ≤ 1,998 H0 ditolak
Berdasarkan data pada Tabel 2, dilakukan uji- dan 0% tidak setuju. Selain iu juga menunjukkan
t rata-rata pretest untuk mengetahui signifikansi bahwa paket tutorial dapat melatih kemampuan
perbedaan kemampuan awal kedua kelompok. Uji-t problem-solving mahasiswa sebanyak 20,8% san-
rata-rata postest, dilakukan untuk mengetahui signi- gat setuju; 70,8% setuju; 8,4% cukup setuju; dan
fikansi perbedaan kemampuan problem-solving 0% tidak setuju.
kedua kelompok setelah perlakuan. Hasil uji-t rata- Pemberian paket tutorial termodinamika me-
rata pretest dan posttest antara kedua kelompok mungkinkan mahasiswa untuk belajar secara
disajikan pada Tabel 3. mandiri. Dengan mempelajari contoh-contoh soal
Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa kelom- berbasis penyelesaian eksplisit, mahasiswa dapat
pok eksperimen mengalami peningkatan kemam- memahami langkah-langkah penyelesaian masalah
puan problem-solving sebesar 42,1% atau gain ter- yang terarah dan sistematis. Melalui penyelesaian
nomalisasi rata-rata mencapai 0,7 artinya kelompok masalah secara eksplisit, mahasiswa dapat melatih
eksperimen mencapai peningkatan pada klasifikasi kemampuan problem-solving secara mandiri. Apa-
medium. Kelompok kontrol mengalami peningka- bila cara ini terus dilatih maka akan berdampak
tan kemampuan problem-solving sebesar 13% atau pada peningkatan kemampuan problem-solving
gain ternomalisasi rata-rata 0,23 artinya kelompok (hasil belajar).
kontrol mengalami peningkatan pada klasifikasi
rendah. KESIMPULAN
Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa hasil uji-t
rata-rata pretest antara kelompok eksperimen dan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perbe- disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
daan yang signifikan, artinya kemampuan awal Penerapan paket tutorial termodinamika
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdampak positif terhadap peningkatan
sebelum diberi perlakuan adalah sama. Hasil uji-t kemampuan probem-solving mahasiswa.
rata-rata posttest antara kelompok eksperimen dan Kemampuan problem-solving mahasiswa
kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan mengalami peningkatan sebesar 42,1% atau gain
yang signifikan artinya kemampuan problem- rata-rata 0,7 artinya terjadi peningkatan pada
solving mahasiswa setelah perlakuan menunjukkan klasifikasi medium.
adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini berarti Paket tutorial dapat memotivasi mahasiswa
bahwa pemberian paket totorial dapat meningkat- untuk mengerjakan soal-soal termodinamika,
kan kemampuan problem-solving mahasiswa. dengan dukungan sebanyak 20,8% sangat setuju;
Kelompok eksperimen mengalami peningka- 45,8% setuju dan 33,4% cukup. Selain itu paket
tan yang lebih tinggi sebesar 42,1% sedangkan tutorial dapat melatih kemampuan problem-
kelompok kontrol sebesar 13%. Hal ini disebabkan solving, dengan dukungan sebanyak 20,8% sangat
kelompok eksperimen mendapatkaarn contoh- setuju; 70,8% setuju dan 8,4% cukup.
contoh soal dan latihan-latihan soal melalui paket
tutorial.
Berdasarkan angket respon mahasiswa terha-
dap penggunaan paket tutorial menunjukkan bahwa
paket tutorial memberi motivasi mahasiswa untuk
mengerjakan soal-soal termodinamika sebanyak
20,8% sangat setuju; 45,8% setuju; 33,4% cukup;
DAFTAR RUJUKAN
Huffman, D. 1997. Effect of Explicit Problem Solving Pride, T.O., Vokos, S., and McDermott, L.C. 1998. The
Instruction on High School Student’Problem challenge of matching learning assessments to
Solving Performance and Concepual Understand- teaching goals: An example from the work-
ing of Physics. Journal of Research in Science energy and impulse-momentum theorems.
Teaching, 6:551-570. American Journal of Physics, 2:147-157.
Hartatiek & Chusnana, I. Y., 2008. Pengembangan Paket Sa’dijah, C. 2007. Sikap Kritis dan Kemampuan Peme-
Tutorial Berbasis Penyelesaian Masalah Eksplisit cahan Masalah Siswa Perempuan dengan Meng-
untuk Mahasiswa Prodi Fisika FMIPA UM. Ma- gunakan Pembelajaran Matematika Beracuan
lang. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Konstruktivisme. Jurnal MIPA dan Pembela-
Hake, R. 1988. Interactif-engagement vs tradisional jaranya, 2:159-174.
methods: a six-thousand student survey of me- Sukmadinata, N.S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan.
chanics tes data for introductory physics courses. Program. Pascasarjana Universitas Pendidikan
American Journal Physics, 2:64-74. Indonesia.
Laura, N.W., Robert, G.H., and Brian, B. 2007. Phe- Zemansky, M.W. and Dittman, R.H. 1982. Heat and-
nomegraphik study of students problem solving Thermodynamics. New York: McGraw-Hill.
approaches in physics. The American physical
Society. Physics Educational Research, 3:1554-
9178.
Mardiyanta
Abstrak: Salah satu kegiatan terkini yang menawarkan peningkatan kualitas pendidikan dengan cara
meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dengan kegiatan Lesson Study yakni suatu model
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Sebagai suatu program pelaksanaan lesson study di Kabupaten Bodowoso terdapat faktor penghambat
dan pendukung. Pendukung (1) intern MGMP itu sendiri yakni: (a) antusiasme tinggi dari anggota
untuk belajar tentang Lesson study melalui pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar yang
diselenggarakan untuk maksud tersebut. (b) Anggota yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman
tersebut mau menindak lanjuti dengan sosialisasi pada anggota yang lain melalui forum resmi MGMP.
(2) kedua (berasal dari faktor ekstern (a) MGMP mendapat bantuan dana Block Grant melalui LPMP.
(b) Dari hasil sosialisasi tersebut dilanjutkan dengan praktik pelaksanaan Lesson study berbasis
MGMP. Kendala (1) menentukan Guru Model adalah kendala utama yang masih menghambat
kelancaran pelaksanaan Lesson Study di Bondowoso. (2) Kendala kedua, diawal-awal merintis
pelaksanaan lesson study yang melibatkan Matapelajaran lain masih ada Kepala Sekolah yang tidak
mengijinkan Gurunya untuk mengikuti kegiatan Lesson Study dengan alasan pendanaan yang besar jika
harus mengirimkan sejumlah guru mata pelajaran sekaligus.
Upaya peningkatan mutu pendidikan antara dan evaluasi terhadap kinerja guru dalam
lain melalui peningkatan proses belajar mengajar di melaksanakan pembelajaran dan pendidikan di
sekolah. Posisi guru sebagai ujung tombak pening- sekolah. Adapun salah satu bentuk nyata pembina-
katan proses belajar mengajar memegang peranan an itu melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran
penting yang bermuara pada pencapaian standar (MGMP). Demikian pula untuk pembinaan guru-
keberhasilan belajar peserta didik. Oleh karena itu, guru fisika SMA/MA se-Kabupaten Seruyan,
guru dituntut untuk memiliki profesionalisme da- membentuk MGMP yang diberi nama
lam melaksanakan tugasnya. Tuntutan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Fisika Tingkat
profesionalisme guru sesuai dengan Undang- SMA/MA Kabupaten Seruyan. MGMP ini
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 diharapkan akan menjadi wadah yang efektif bagi
tentang Guru Dan Dosen, dinyatakan bahwa “guru guru yang mempunyai gaya mengajar beda dan
mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional menghadapi siswa yang berbeda akan dapat
pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan berdiskusi, berbagi pengalaman dan mencari solusi
menengah, dan pendidikan anak usia dini …” (UU pengatasi permasalahan yang dihadapinya di kelas.
No 14/2005, Passl 2: 7). Di dalam wadah MGMP sering terungkap
Tuntutan profesionalisme guru sangatlah dite- permasalahan di dalam perencanaan dan proses
kankan sehingga diperlukan adanya pembinaan pembelajaran, hal ini ditandai dengan:
yang bermakna pengendalian mutu, kontrol proses
dalam pengembangan perencaaan pelaksanaan dan mendapat tugas sebagai nara sumber kegiatan
pembelajaran (RPP) guru mengalami kesulitan lesson study tertarik untuk meneliti dampak lesson
dalam menyusun RPP ada kecenderungan study bagi guru-guru fisika SMA/MA kabupaten
mengadopsi karya orang lain, Seruyan dalam mengembangkan RPP dan melak-
guru belum secara optimal membangkitkan sanakan pembelajaran.
minat siswa Berdasar latar belakang masalah, maka per-
guru jarang mengubah posisi tempat duduk masalahan dalam makalah sebagai berikut: Apa-
siswa kah pelaksanaan lesson study berdampak bagi gu-
pemilihan metode kurang relevan dengan tu- ru-guru fisika SMA/MA Kabupaten Seruyan dalam
juan dan materi pembelajaran. Pemilihan me- mengembangkan RPP dan pengelolaan kelas pada
tode cenderung monoton, yaitu menggunakan proses pembelajaran.
metode ceramah sehingga kurang menarik, Tujuan dalam makalah ini adalah untuk
guru belum memberikan perhatian yang sama mengungkap dampak lesson study bagi guru-guru
bagi semua siswa, guru cenderung memper- fisika SMA/MA Kabupaten Seruyan dalam me-
hatikan siswa level menengah dan level atas, ngembangkan RPP dan pengelolaan pembelajaran.
langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan Manfaat penelitian ini bagi guru:
inti belum sepenuhnya menggunakan tahapan Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi guru dalam merencanakan, melaksanakan dan
guru tidak mampu mendeteksi kesulitan siswa membuat alat evaluasi dalam rangka
didalam memahami materi pelajaran. meningkatkan keyakinan diri sebagai guru
profesional.
guru kesulitan menyusun lembar kerja (LKS),
sehingga dalam peruses pembelajaran jarang Meningkatkan kemampuan dan kemahiran
menggunakan LKS guru dalam melaksanakan pembelajaran Fisika
di kelas.
Dari permasalahan tersebut MGMP Fisika Meningkatkan keyakinan diri sebagai guru
SMA/MA Kabupaten Seruyan melakukan kegiatan profesional.
peningkatan kompetensi guru mata pelajaran Fisika Meningkatkan kemampuan dan kemahiran
dengan harapan adanya perubahan yang signifikan guru dalam melaksanakan pembelajaran Fisika
dalam kompetensi/kinerja guru mata pelajaran di kelas.
fisika dalam mempersiapkan perencanaan pembe-
lajaran yang sesuai dengan kurikulum tingkat satu- DESKRIPSI GAGASAN DAN PEMBAHASAN
an pendidikan (KTSP) seperti menentukan SKBM,
pembuatan program tahunan dan semester, penyu- Deskripsi Gagasan
sunan silabus dan rencana pelaksanaan pembela-
Lesson study
jaran (RPP), Pengembangan LKS dan Bahan Ajar,
pengembangan proses pembelajaran di kelas me- Lesson study adalah suatu bentuk utama pe-
lalui lesson study. ningkatkan kualitas pembelajaran dan pembelajar-
Pemahaman guru tentang lesson study dimu- an professional guru yang di pilih guru-guru Jepang
lai dengan program MGMP mengadakan inservice (Herawati, 2009). Lesson study merupakan suatu
traning pada tanggal 26-27 November 2009 den- model pembinaan profesi pendidik melalui
gan menggunkan dana blockgrand dari LPMP Ka- pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
limanatan Tengah tahun 2009. Kemudian lesson berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip
study diimplementasikan dalam kegiatan on service kolegalitas dan mutual learning untuk membangun
traning. Sampai bulan April 2010 implementasi learning community. Lesson study bukan suatu
lesson study di SMA/MA kabupaten Seruyan telah metode pembelajaran atau suatu strategi
dilaksanakan empat kali. pembelajaran tetapi dalam kegiatan lesson study
Mencermati permasalahan diatas, maka study dapat memilih dan menerapkan berbagai
dampak lesson study bagi guru-guru fisika metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan
SMA/MA kabupaten Seruyan menjadi penting. situasi, kondisi dan permasalahan yang dihadapi
Oleh karena itu pemakalah sebagai widyaiswara pendidikan. Menurut (panduan untuk lesson study
mata pelajaran fisika LPMP Kalimantan Tengah MGMP, 2009) berbasis MGMP “lesson study
adalah suatu metode analisis kasus pada praktik karena terbatasnya jumlah tenaga pengajar di
pembelajaran, ditujukan untuk membantu sekolah.Dalam kasus semacam itu, para guru pasti
professional para guru dan membuka kesempatan tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam
bagi mereka untuk saling belajar berdasar praktik- kelas dan mereka perlu mendapatkan peluang guna
praktik nyata di tingkat kelas. lesson study dibagi memperkuat kappasitas mereka. Lesson Study
menjadi tiga bagian: plan (merencanakan), do berbasis MGMP harus dimanfaatkan semaksimal
(pelaksanaan dan observasi), dan see (refleksi)”. mungkin guna memberi dukungan bagi guru-guru.
Lesson study adalah suatu proses yang kompleks, Langkah-langkah dalam pelaksanaan Lesson
didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, Study:
percermatan dalam pengumpulan data tentang Perencanaan (Plan)
belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi Bagian ini menjelaskan tiga siklus konkrit
peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang dari Lesson Study, “Plan”,“Do”dan “See”. Bebera-
sulit. LS pada hakikatnya merupakan aktivitas pa hal sebagai tahapan pertama dari Lesson Study:
siklikal berkesinambungan. Lesson Study dibagi apa yang direncanakan;bagaimana merencanakan;
menjadi tiga bagian: Plan (perencanaan), Do siapa yang merencanakan; pemilihan guru buka-
(pelaksanaan dan observasi) dan See (refleksi). kelas; persiapan untuk Open Lesson; dan
Pada bagian perencanaan, baik seorang atau kebutuhan akan dukungan teknis.
sekelompok guru membuat rencana pembelajaran Dalam perencanaan, biasanya lebih mene-
satu orang guru melaksanakan pembelajaran kankan pada persiapan Rencana Pelaksanaan
berdasarkan rencana yang telah dibuat dan teman Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa
sejawatnya mengamati pembelajaran tersebut dan (LKS). Dengan kata lain, kita menganggap
mereka merefleksikan pembelajaran yang diamati bahwa begitu sewaktu menyusun informasi ke
bersama-sama. dalam format tersebut, kita telah merencanakan
Lesson Study berbasis MGMP memiliki dua suatu pembelajaran. Akan tetapi agar para siswa
tujuan. Tujuan yang pertama adalah agar para guru belajar secara mendalam dan penuh makna,
bisa saling belajar dari realita-realita pembelajaran ada tiga aspek yang harus dapat dipenuhi.
siswa dalam kelas yang nyata: mengapa mereka Pertama, guru harus memiliki pemahaman yang
bisa atau tidak bisa belajar dengan baik dalam mendalam mengenai materi yang diajarkan.
situasi-situasi tertentu pada pembelajaran yang Kedua, mereka harus memiliki kemampuan
diamati dan bagaimana sebaiknya guru-guru untuk menduga situasi pembelajaran yang
menanggapi situasi-situasi semacam itu. Kedua, riil. Dan yang ketiga adalah kemampuan untuk
oleh karena MGMP adalah perkumpulan guru-guru memperkirakan situasi pembelajaran yang riil
bidang studi yang sama, tujuan penting lainnya merupakan konsep yang sangat penting. Dalam
adalah memperkuat latar belakang mereka tentang kaitannya dengan pengetahuan isi materi, para
materi pelajaran. Kelebihan dan keistimewaan guru harus memikirkan tentang “tugas-tugas
Lesson Study berbasis MGMP adalah mampu apa yang akan diberikan” atau “pertanyaan-
mempererat pertalian antar guru-guru di sekolah- pertanyaan apa yang akan diberikan pada
sekolah yang saling berdekatan. Jika para guru para siswa”. Kemudian, mereka juga harus
hanya mau bekerja sama dengan teman-teman memikirkan tentang “bagian-bagian mana yang
sejawatnya di sekolah yang sama, maka mereka bisa dengan mudah dipahami oleh para siswa”
akan kesulitan untuk memperluas pengetahuan dan atau “sebaliknya, bagian-bagian mana yang
wawasan. Di sekolah lain, mungkin saja ada guru mungkin sulit untuk mereka pahami”. (Menurut
yang memiliki latar belakang lebih kuat atas satu buku Panduan untuk meningkatkan proses
mata pelajaran atau aspek-aspek pedagogis belajar dan mengajar, 2009) tahapan plan men-
tertentu. Jadi, interaksi dengan guru dari sekolah cakup empat langkah: (1) menganalisis topik,
lain sangat bermanfaat terutama bagi guru yang (2) menganalisis realita siswa, dan (3) membuat
latar belakang pendidikannya “tidak sesuai”, atau rencana pembelajaran, dan memeriksa rencana
yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai pembelajaran. Jadi perencanaan dimulai dengan
dengan latar belakang pendidikan mereka. Di tahap pendefenisian yaitu:
Indonesia, banyak guru yang ditugaskan untuk 1. Tahap Pendefenisian
mengajar berbagai mata pelajaran yang tidak sesuai Tahap pendefenisian adalah menetapkan dan
dengan latar belakang pendidikan asli mereka, mendefenisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap
Maksud kami di sini adalah bahwa pengajaran guru Interaksi antara siswa dengan materi
harus selalu dianalisis berdasarkan realita belajar. Interaksi antara siswa dengan sumber belajar
Kalau tidak, Lesson Study akan menjadi hal yang Interaksi antara siswa dengan lingkungan
sia-sia untuk dilakukan. Para peserta cenderung se- Siswa yang kurang aktif
lesai hanya dengan membicarakan tentang “metode Dimensi berlapis untuk memahami interaksi
mengajar” mereka saja. Ini sama sekali tidak ber- Menciptakan pengamatan yang bersifat tematik
manfaat. Karenanya, para pengamat harus secara Sudut pandang pengamatan menjadi terbatas
cermat memutuskan di mana mereka harus berdiri
Lemahnya sudut pandang pada kualitas pem-
di dalam suatu kelas yang dibuka untuk melakukan
belajaran
pengamatan. Posisi tempat berdiri yang paling tepat
bagi para pengamat adalah pojok depan kelas kiri
Dalam kelas yang dibuka, ada dua hal utama
atau kanan.Pada kedua titik ini, para pengamat bisa
yang perlu diamati:
dengan jelas melihat semua siswa dari depan. Jadi
Apakah setiap siswa benar-benar mengikuti
dalam mengamati kelas yang dibuka, pengamat se-
pembelajaran?
baiknya memilih posisi berdiri dengan cermat.
Pada posisi di depan, para pengamat dapat dengan Kualitas pembelajaran siswa.
jelas mengamati seluruh siswa dari depan. Akan
tetapi, tentu saja tidak semua observer dapat berdiri Pada saat mengamati suatu pelajaran, per-
di posisi ini. Oleh sebab itu, observer yang lain tama, pengamat harus memperhatikan apakah ada
harus dapat mengamati pembelajaran setidaknya siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti
dari sisi-sisi kelas. Namun pada suatu saat, pembelajaran, dan mengapa dia seperti itu.
misalnya ketika siswa sedang kerja kelompok, para Informasi yang berkenaan dengan hal ini harus
observer berpindah posisi dan mendekat siswa di dicatat dalam lembar pengamatan seperti yang
kelompok-kelompok. telah ditunjukkan di atas.
Sebaiknya antara tempat duduk siswa dengan Bila ada para siswa tidak dapat belajar.
dinding sisi kanan dan kiri kelas diberi jarak yang Faktor apa sajakah yang ada dibalik kesulitan siswa
cukup luas demi kenyamanan para pengamat. Guru Apakah para siswa tersebut kesulitan dalam
buka-kelas atau teman sejawat menyiapkan lembar memahami materi, atau apakah mereka telah
denah tempat duduk yang mencatumkan nama para selesai mengerjakan tugas? Apa yang dilakukan
siswa bagi para pengamat. para siswa lain? Apa mereka kesulitan untuk
Para guru diharapkan untuk membuat catatan berkomunikasi dengan teman? Bagaimana
ketika mengamati kelas yang dibuka. Pada tahap hubungan mereka dengan siswa lain di luar
awal Lesson Study, sebaiknya seluruh pengamat kelompok ini? Apa yang dilakukan guru pada saat
menggunakan lembar pengamatan yang sama un- itu? Semua permasalahan itu dicatat dan pada
tuk mencatat temuan-temuan. Hal ini akan sangat waktu refleksi dipaparkan untuk dicari solusinya.
berguna ketika melakukan pengamatan serta re-
Refleksi (See)
fleksi karena akan menarik perhatian mereka pada
Tujuan refleksi adalah untuk menemukan
hal-hal yang penting, yaitu :
kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembe-
Kapan siswa mulai berkonsentrasi dalam
lajaran. Kegiatan diawali dengan penyampaian
pembelajaran
kesan dari pembelajar dan selanjutnya diberikan
Kapan siswa berhenti berkonsentrasi dalam kepada pengamat. Kritik dan saran diarahkan
pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran
Pelajaran yang dipetik para pengamat dari dan disampaikan secara bijak tanpa merendahkan
kelas yang dibuka atau menyakiti hati guru yang membelajarkan.
Sebagai latihan yang paling sesuai dalam Masukan yang positif dapat digunakan untuk
mengamati siswa merancang kembali pembelajaran yang lebih baik.
Adanya kecenderungan untuk menjawab per- Untuk itu, refleksi harus dimulai dengan
tanyaan tersebut secara dangkal mengacu pada kenyataan atau bukti-bukti yang
Sulit untuk memperdalam diskusi ditemukan oleh pengamat dalam pengamatan.
Interaksi antara siswa dengan siswa Kenyataan serta bukti adalah fakta-fakta yang
Interaksi antara siswa dengan guru disadari oleh pengamat ketika kelas dibuka. Dalam
menyampaikan komentar, sebaiknya mereka belajar banyak dari temannya. Para fasilitator
memulainya dengan menggambarkan kenyataan MGMP adalah ujung tombak kegiatan saling
dari pembelajaran serta permasalahan siswa. belajar dalam sesi perencanaan dan refleksi.
Setelah itu, mereka bisa mulai menganalisis dan Namun bimbingan teknis dari para pakar bisa
menunjukkan sebab-sebab apa saja yang telah menjadi sangat berguna apalagi dalam sesi refleksi.
mereka perkirakan. Komentar mereka dalam refleksi dapat menjadi
Fasilitator harus menjadi moderator dalam contoh yang tepat tentang apa yang perlu diamati
refleksi, kecuali ia sendiri saat itu berperan sebagai ketika kelas dibuka, apa yang perlu disampaikan
guru buka-kelas. Tugas terpenting seorang saat refleksi, bagaimana mengungkapkan
moderator adalah menghidupkan diskusi antar pemikiran mereka serta bagaimana bisa memberi
peserta. sumbangsih ketika mengikuti refleksi. Para peserta
Moderator harus selalu menyadari apakah lain bisa mempelajari dasar-dasar tersebut dari
para peserta saling mendengar atau tidak. Setinggi- komentar pakar yang memenuhi syarat.
apapun kualitas komentar yang disampaikan oleh Sebenarnya, ini merupakan satu-satunya jalan bagi
tiap peserta, tidak akan bermakna bila tidak ada guru peserta untuk belajar dan meningkatkan
seorangpun yang mendengarkan. Bila peserta kemampuan yang dibutuhkan dalam melaksanakan
mulai ‘hanya melaporkan’ atau ‘hanya mempre- Lesson Study yang pada akhirnya, meningkatkan
sentasikan’ tentang catatan mereka dari lembar pelajaran di kelas masing-masing.
pengamatan, moderator harus mulai ‘menjem-
batani’ atau ‘menghubungkan’ satu komentar PEMBAHASAN
dengan komentar lain. Dengan begitu,mereka akan
mulai ‘saling mendengar’ secara alamiah. MGMP Fisika SMA/MA tingkat Kabupaten
Moderator harus melihat apakah setelah pe- Seruyan pada tanggal 26 sd 28 November 2009
serta memberi ‘bukti-bukti’, mereka melanjutkan- telah melakukan pelatihan peningkatan kompetensi
nya dengan analisis. Bila tidak, moderator harus guru fisika. Materi pelatihan antara lain: lesson
mengajukan beberapa pertanyaan lanjutan seperti, study, pengembangan silabus, pengembangan
“Mengapa?” atau “Ada contoh kasus?” Misalnya, RPP, penyusunan LKS. Sebagai nara sumber
bila seorang peserta memberi komentar, “Saya rasa dalam kegitan pelatihan ini adalah pemakalah.
Anda harus mengajar dengan lebih baik. Anda Sebagai nara sumber, pemakalah telah
harus melakukan ini, ini dan itu, … kemudian mendapatkan TOT lesson study yang diselengga-
moderator bisa menginterupsi dengan menanyakan, rakan pada tanggal 20 Juli -5 Agustus 2009 di
“Mengapa Anda berpikir demikian? Saya rasa pasti Yogyakarta oleh JICA.
Anda pernah mengalami situasi dengan siswa yang Dalam kegiatan pelatihan peningkatan kom-
serupa sehingga mengakibatkan Anda berpikir petensi guru fisika telah disampaikan materi
demikian. Bisakah Anda memulainya dengan tentang lesson study yang meliputi apa masalah
menyampaikan fakta-fakta yang telah anda yang dihadapi sekolah kita, mengubah sekolah
ketemukan? Dapatkah Anda memberi beberapa meningkatkan pembelajaran, apa itu lesson study,
contoh kejadian yang Anda lihat pada siswa? perencanaan (plan), pelaksanaan buka kelas (do),
Moderator harus memperhatikan apakah refleksi (see), teknik dasar mengajar dan
sebagian besar peserta telah menyampaikan meningkatkan proses belajar dan mengajar.
pemikiran masing-masing tiap orang memiliki hak Pemahaman lesson study oleh guru-guru
yang sama untuk menyampaikan sesuatu, dan anggota MGMP SMA/MA kemudian diimple-
terkadang, guru yang pendiam mungkin memiliki mentasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
ide atau pendapat yang sangat bermakna. Peran untuk mengimplementasikan lesson study pengurus
moderator adalah memberi kesempatan bagi guru MGMP dan anggota menyusun jadwal pelaksanaan
semacam ini untuk mengungkapkan pemikirannya. lesson study dan menetapkan: guru buka kelas, mo-
Dalam penyampaian pendapat, jangan sampai derator, observer, materi pembelajaran/kompetensi
terjadi diskiriminasi antar guru yang disebabkan dasar, waktu pelaksanaan (plan, do, see), tempat
oleh faktor pengalaman, usia, jenis kelamin, pelaksanaan.
maupun status.
Lesson Study merupakan kegiatan yang Kegiatan Lesson Study 1
dilakukan oleh para guru sendiri. Guru dapat
Plan (perencanaan)
Pada hari sabtu tanggal 6 Pebruari 2010 dilak- (b) menentukan pembagian kelompok, (c) skema
sanakan MGMP Fisika yang dihadiri 6 orang guru pengaturan tempat duduk. Dengan pengecekan
Fisika dari 2 SMA yang ada di kecamatan Seruyan akhir ini proses pembelajaran akan berjalan sesuai
Hilir, yaitu SMA negeri 1 Kuala Pembuang dan alur yang direncanakan.
SMA negeri 2 Kuala Pembuang yang seharusnya Setelah selesai kegiatan plan ditunjuk Tuti
dihadiri dari semua kecamatan namun karena biaya Sundari, S.Pd sebagai guru buka kelas. Dengan
dan medan yang sulit serta jauh guru fisika dari ke- kegiatan plan yang dilakukan secara bersama
camatan yang lain tidak bisa hadir. maka diharapkan mampu meningkatkan kompe-
Dalam pertemuan MGMP kali ini Tuti tensi guru dalam mengembangkan RPP.
Sundari, S.Pd ditunjuk untuk memimpin penyusun
perangkatan pembelajaran yang terdiri dari RPP Do (Pelaksanaan Kegiatan dan
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKS (lem- Pengamatan)
bar Kerja Siswa), penentuan bahan ajar, bahan Pada hari Senin tanggal 15 Pebruari 2010
Penilaian. Selanjutnya pimpinan menyusun RPP pada jam pelajaran ke-2 (08.10 – 09.40)
memaparkan analisis yang meliputi: (a) memahmi dilaksanakan open class sebagai guru buka kelas
seluruh gambaran dari suatu topik, (b) menganali Tuti Sundari, S.Pd.. Pada kegiatan ini guru buka
rangkaian pelajaran. Analisis realitas siswa meli- menyampaikan materi Fluida berdasarkan Rencana
puti: (a) tingkat pemahaman siswa, (b) minat siswa, Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun
(c) kondisi pembelajaran siswa, (d) mengklasifikasi bersama. (RPP terlampir). Metode pembelajaran
siswa yang paham dengan cepat dan yang lamban. lebih menekankan pada praktikum /eksperimen dan
analisis tugas dan analisis konsep sebagai gam- kooperatif agar tercipta adanya aktifitas dan
baran para guru yang tergabung dalam MGMP interaksi. Pakar pendidikan J. Dewey (dalam
Fisika membahas bersama perangkat yang akan di- Sardiman, 2005) menegaskan bahwa sekolah harus
pergunakan oleh guru buka dalam melaksanakan dijadikan tempat kerja, dimana anak didik lebih
pembelajarannya. dominan melakukan aktivitas. Sehubungan dengan
itu ia menganjurkan pengembangan metode
proyek, problem solving, yang merangsang anak
didik melakukan kegiatan. Semboyan yang dia
populerkan adalah learning by doing. Jadi dengan
metode praktikum/ eksperimen peserta didik
melakukan kerja mandiri untuk memahami suatu
permasalahan. Dalam hal ini guru buka bertindak
selaku fasilitator untuk mencapai tujuan belajar.
Observer yang hadir pada kegiatan terdiri dari
8 orang, 2 orang Wakil Kepala Sekolah SMA
Negeri 1 Kuala Pembuang, 4 orang guru Fisika dari
SMA Negeri 1 Kuala Pembuang, 2 orang guru
Gambar 1. Pembahasan planing kegiatan Fisika dari SMA Negeri 2 Kuala Pembuang.
Para observer mulai melakukan pengamatan,
Pelaksanaan pengembangan perencanaan yang tersusun secara umum berdasarkan 10 item.
pembelajaran dimulai dari mengetahui karakteristik Pembelajaran adalah satu bentuk perilaku dan
peserta didik, pemahaman seluruh gambaran dari komunikasi manusia. Guna belajar dari perilaku
suatu topik/konsep, kemudian memilih pendekatan dan komunikasi manusia, yang dibutuhkan adalah
dan metode yang dipergunakan serta menentukan pengamatan yang cermat. Menurut sebuah
alur pembelajaran. sesuai dengan program semester penelitian, komunikasi non-verbal menyusun
dan batas akhir pembelajaran maka disepakati topik sampai 60% dari semua komunikasi manusia
pembelajaran adalah materi Fluida. Selanjutnya (Birdwistel, 1970). Komunikasi non-verbal yang
forum MGMP membahas LKS, Bahan Ajar dan umum adalah ekspresi wajah dan gerak tubuh. Jadi
Bahan Penilaian yang sesuai. Sebelum dilakukan para observer mengamati dengan cermat ekspresi
pembelajaran, terlebih dulu dilakukan pemeriksaan dan gerak tubuh para peserta didik untuk
rencana pembelajaran yang meliputi: (a) mengetahui dan menjelaskan ke 10 item observasi.
memeriksa rencana pembelajaran secara seksama,
itu observer yang lain tidak ada pernyataan dan yang lain mengatakan belum disimpulkan hasil
tanggapan. diskusi pada akhir pelajaran. Disini guru buka
Untuk item 10, seorang observer menyatakan mengakui belum adanya kesimpulan menyeluruh
peserta didik no 4 dan 17 belum beraktifitas dengan dari hasil diskusi karena waktu pelajaran sudah
alasan ketidak pahaman siswa tersebut dengan selesai, dan hanya memberikan kesimpulan materi
materi yang dijelaskan. Secara umum siswa sudah pelajaran tentang azas Bernoulli. Kesimpulan
terlihat aktif semua. Kemudian 1 orang observer diskusi ditugaskan pada masing-masing kelompok
menambahkan siswa yang belum beraktifitas no untuk membuat resume materi yang telah
20,22, 27, 10 alasan yang diberikan observer didiskusikan.
tersebut karena kesempatan diskusi yang terbatas. Pada kegiatan akhir semua observer ver-
kesimpulan proses pembelajaran secara umum
Refleksi sudah menunjukan aktifitas yang baik serta suasana
Pada waktu kegiatan refleksi observer meng- belajar yang menyenangkan, terlihat dari ekspresi
ungkapkan hasil pengamatan dan tanggapan. Pada dan minat peserta didik dalam verdiskusi yang
reflesi siklus 2 ini, yang menjadi moderator adalah begitu antusias. Sehingga masih banyak peserta
Bapak Andy Martasandy, S.Pd, Sebagai guru didik yang ingin mendiskusikan masalah aplikasi
senior dan menjabat Kepala laboratorium Biologi. hukum bernoulli dalam peralatan yang digunakan
Secara bergiliran mengungkapkan hasil pe- sehari-hari yang ditemukan namun belum sempat
nagamatan dan memberikan tanggapan maupun terbahas dalam diskusi karena keterbatasan waktu.
saran solusi tentang proses pembelajaran yang telah
disaksikan. Semua observer menyatakan proses KESIMPULAN
pembelajaran sudah baik, terlihat adanya interaksi
antara peserta didik dengan peserta didik, antara Berdasarkan diskripsi gagasan dan pembahas-
guru dan peserta didik dan antara peserta didik dan an, dapat disimpulkan sebagai berikut.
materi serta media belajar, peserta didik sudah Dengan pelaksanaan plan (perencanaan) di-
memahami materi pelajaran dengan baik, dan lakukan secara bersama maka kemampuan guru-
beraktifitas dengan baik. Seorang observer guru fisika SMA kecamatan Seruyan Hilir dalam
menyatakan dengan ”metode pembelajaran menganalisis topik, menganalisis realitas siswa,
kooveratif ini telah memberi kejutan pada saya, menganalisis tugas, menentukan pembagian kelom-
bahkan apa yang tidak terlintas dalam pemikiran pok, dan pengaturan tempat duduk akan semakin
saya peserta didik mampu mengungkapkan baik sehingga akan meningkatkan kualitas RPP
masalah dan mencari solusinya, jadi dengan yang tersusun.
berdiskusi peserta didik benar- benar telah Dari pelaksanaan open class dan refleksi
mengeksploitasi diri menunjukan kemampuan dan maka kemampuan guru-guru fisika SMA kecamat-
pemahamannya serta minat akan materi yang an Seruyan Hilir membangkitkan minat siswa,
didiskusikan”. (Kardi, S.Pd. SMA 2 Kuala menjelaskan dengan tepat, menggunakan papan
Pembuang). tulis, membantu siswa yang mengalami kesulitan
Namun ada beberapa peserta didik yang belajar, menciptakan dialog, mengelola kerja ke-
belum maksimal beraktifitas hendaknya diberi lompok, menyimpulkan pelajaran berdasar pema-
waktu dan kesempatan yang lebih seperti yang haman siswa akan meningkat sehingga akan me-
diungkapkan salah seorang observer. Observer ningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Herawati. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Pelita. 2009. Panduan untuk Lesson Study Berbasis
Penerbit Bayumedia Publishing MGMP dan Berbasis Sekolah
Pelita. 2009. Panduan untuk Meningkatkan Proses Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
Belajar dan Mengajar, 2005 tentang Guru Dan Dosen.
Parno
Abstrak: Implementasi Lesson Study (LS), yang merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning community, di Indonesia masih sangat
baru, yaitu mulai tahun 2005 di tiga universitas (UPI, UNJ dan UM) melalui Program IMSTEP JICA.
Sejak tahun 2006, Lesson Studi (LS) dilaksanakan oleh guru MIPA SMPN/S dan MTs kabupaten
Pasuruan, yang bernaung di bawah MGMP yang terbagi ke dalam 8 wilayah, yang salah satunya adalah
Beji. FMIPA UM melaksanakan PPL mahasiswa berbasis LS pertama kali pada semester II 2008/2009.
LS memiliki tiga kegiatan utama, yaitu Plan, Do, dan See. Jenis penelitian ini adalah deskriptif model
survei. Data pelaksanaan LS oleh guru di Beji dan mahasiswa PPL didapatkan melalui angket, yang
dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemajuan
guru Beji dalam melaksanakan LS berbasis MGMP secara keseluruhan (Plan, Do, dan See) selama 7
semester berkategori sangat baik, sedangkan mahasiswa melaksanakan PPL berbasis LS secara keselu-
ruhan berkategori baik; (2) kemajuan guru dalam pembelajaran di sekolah terinci mempersiapkan ber-
kategori sangat baik, melaksanakan berkategori baik, menggunakan pendekatan konsep, model koope-
ratif, metode diskusi, melatihkan keterampilan berpikir kritis (menarik kesimpulan), melatihkan meta-
kognisi (mengidentifikasi apa yang SUDAH diketahui dari topik yang sedang dipelajari), mengevaluasi
berkategori baik, menggunakan tes objektif jawaban singkat, tes subjektif jelaskan, dan assesmen alter-
natif tes kinerja; dan (3) mahasiswa memperoleh dukungan dan bimbingan berkategori baik selama
PPL berbasis LS di sekolah, meskipun masih terdapat 18,92% mahasiswa yang belum melaksanakan
PPL berbasis LS, dan pendampingan oleh dosen masih berkategori kurang baik.
Peran ganda dalam pendidikan dimiliki oleh Berdasarkan tugas dan peran guru di atas,
guru. Disamping sebagai pendidik dan pembim- maka guru merupakan pekerjaan profesi. Guru
bing, guru berperan sebagai pengajar (Natawidjaya, adalah pendidik profesional dengan tugas utama
2002). Tugas dan peran guru tersebut sangat berat. mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
Tugas guru sebagai pengajar adalah membantu melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
masalah, latihan dan ketrampilan. Menurut menengah (Undang-undang 14/2005). Pekerjaan
McKeachie (1986) salah satu peran guru adalah profesional memerlukan keahlian, kemahiran, atau
guru sebagai expert (Yuluati, 2005). Guru sebagai kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
expert bertujuan menyampaikan informasi, konsep norma tertentu serta memerlukan pendidikan
dan perspektif bidang studi yang diajarkannya. profesi. Dalam melaksanakan tugas
Guru hendaknya memiliki penguasaan konsep keprofesionalannya tersebut, guru harus memiliki
yang mendalam dari bidang studi yang sejumlah kompetensi, yakni seperangkat
diajarkannya, mampu menyajikan bahan ajar dan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
mampu mengorganisasi kelas. harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
huluan, inti, dan penutup), penilaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, memanfaatkan media, dan
dan sumber belajar. Dalam kegiatan inti, metode membuat siswa kreatif. Sebelum pembelajaran,
hendaknya disesuaikan dengan karakteristik peserta guru model hendaknya menyiapkan lembar
didik dan matapelajaran, yang dapat meliputi observasi, RPP, LKS, denah duduk dan nomor
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa sekaligus membagikannya kepada seluruh
(BSNP, 2007). Secara keseluruhan RPP harus observer. Disamping itu, guru model hendaknya
memenuhi kriteria (a) kejelasan perumusan tujuan melakukan hal-hal antara lain (1) tidak berbicara
pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ataupun meminta bantuan kepada para pengamat
ganda dan mengandung perilaku hasil belajar); (b) dalam bentuk apapun; (2) me-redesain proses
pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan pembelajaran berdasar kondisi siswa selama proses
karakteristik anak didik); (c) pengorganisasian pembelajaran; (3) membentuk kelompok belajar
materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan secara heterogen dan pembelajaran kolaboratif
kesesuaian dengan alokasi waktu); (d) pemilihan (siswa yang kurang pandai akan bertanya kepada
sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, siswa yang lebih pandai, dan sebaliknya); (4)
materi, dan karakteristik peserta didik); (e) mengambil tempat di pojok atau tempat yang dapat
kejelasan kegiatan pembelajaran: kegiatan awal, mengamati seluruh ruang; (5) mendatangi
inti, penutup; (f) kerincian langkah-langkah pada kelompok yang sekiranya perlu pertolongan; (6)
kegiatan pembelajaran (setiap langkah tercermin mengusahakan agar makin banyak siswa yang
strategi/metode dan alokasi waktu setiap tahap); (g) mengalami ”jump” (paham secara mendalam
kesesuaian teknik evaluasi dengan tujuan terhadap materi ajar, merasakan pencapaian
pembelajaran; dan (h) kelengkapan instrument keberhasilan, kepuasan atas pemahaman yang
evaluasi (soal, kunci, pedoman penskoran) (Panitia dicapai); (7) mengusahakan agar kegiatan
PSG, 2009). kelompok cenderung tidak bertele-tele dan
Implementasi rancangan pembelajaran waktunya tidak terlalu panjang; (8) berusaha tidak
dilakukan pada tahap Do. Rambu-rambu harus seluruh kelompok melaporkan hasil diskusi
pendampingan oleh dosen pendamping terhadap kelompoknya jika memang bahan yang
LS berbasis MGMP pada tahap Do antara lain didiskusikan adalah sama; dan (9) menghentikan
sebagai berikut (LC, 2008; Syamsuri & Ibrohim, kegiatan kelompok dan mengubahnya menjadi
2008). (1) Memberikan motivasi kepada guru klasikal ketika didapati sebagian besar kelompok
model dalam mempersiapkan pelaksanaan open mengalami hambatan atau sudah tidak dapat lagi
class (OC). (2) Memberi contoh guru dalam belajar (Saito, 2005).
melaksanakan observasi (sebagai observer) yang Tahap See merupakan diskusi yang mengkaji
baik dan benar, mulai dari posisi observer sampai data temuan selama observasi, kemudian
cara mengobservasi. menganalisis mengapa hal itu terjadi dan akhirnya
Tahap Do melibatkan guru-guru sebagai dicarikan jalan pemecahannya. Dari tahap See
observer dan guru model. Rambu-rambu guru setiap peserta akan memperoleh sesuatu yang
sebagai observer antara lain (1) hendaknya datang berharga untuk peningkatan pembelajarannya
paling lambat 5 menit sebelum pembelajaran masing-masing. Rambu-rambu pendampingan oleh
dimulai; (2) tidak melakukan hal-hal seperti dosen pendamping terhadap LS berbasis MGMP
mengaktifkan HP, makan, minum, buang hajat, pada tahap See antara lain sebagai berikut (LC,
keluar masuk ruang kelas, membantu guru model, 2008; Syamsuri & Ibrohim, 2008). (1) Memberikan
mengganggu pandangan siswa/guru model, contoh dan arahan tentang pelaksanaan diskusi
berbicara dengan observer lain, dan menyalakan refleksi yang baik. (2) Menyampaikan komentar
lampu kamera; (3) mengamati satu kelompok, tentang pelaksanaan tahapan LS, mulai dari Plan,
tetapi berusaha mengamati beberapa kelompok lain Do, dan See. (3) Memberikan komentar aktivitas
sehingga dapat mengetahui atmosfer kelas secara siswa berdasarkan hasil observasinya. (3)
keseluruhan; (4) mengambil posisi yang tepat Memberikan analisis tajam berdasar teori-teori
sehinga dapat mengamati gerak-gerik siswa; (5) belajar terhadap fenomena belajar siswa. (4)
menuliskan fakta tentang belajar siswa, sekaligus Membantu moderator agar diskusi-refleksi berjalan
sebab-sebab mengapa dan solusi-solusinya; dan (6) interaktif. (5) Memberikan penguatan, justifikasi
memperhatikan bagaimana guru model dalam dan rokumendasi tentang hal-hal yang berkaitan
mengelola kelas, mengefektifkan pencapaian dengan pembelajaran.
Tahap See melibatkan guru-guru sebagai bersama-sama dengan guru lain yang sebidang. (2)
observer, guru model, dan moderator. Dalam tahap Dalam pembelajaran, guru membentuk kelompok-
See, guru model hendaknya mengungkapkan antara kelompok diskusi, menggunakan media
lain perasaannya, menyampaikan hal-hal yang kontekstual dan metode inkuiri seperti demonstrasi
terkait dengan keterlaksanaan pembelajarannya, atau eksperimen, serta tidak hanya berpikir apa
dan perkiraan persentase ketercapaian skenario materi yang disampaikan dalam pembelajaran,
pembelajarannya. Disamping itu, guru model tetapi yang lebih penting adalah bagaimana cara
hendaknya tidak terkesan ”terlalu membela diri” membelajarkan materi ajar tersebut kepada siswa.
atau mencari pembenaran atas kejadian atau (3) Mendorong siswa untuk mendengarkan
kekurangan yang ada saat memberikan tanggapan, gagasan dan pikiran siswa lain. (4) Guru tertarik
merasa bahwa LS adalah sarana untuk ”mengkritik pada proses dan kemajuan belajar masing-masing
diri sendiri”, merasa bahwa LS ini adalah sarana siswa, dan bagaimana masing-masing siswa
untuk membuka diri terhadap masukan yang bekerja sama dalam pembelajaran. (5) Hasil belajar
diberikan oleh orang lain sekaligus sarana untuk siswa yang mana mayoritas siswa dapat
mau menggunakan ide orang lain. Observer memahami, senang, lebih aktif dan tertarik dalam
hendaknya antara lain memuji guru model, mengikuti materi pelajaran di kelas. (6)
menyampaikan komentar yang terfokus pada Mengembangkan pembelajaran sebagai ajang
masalah belajar siswa disertai mengapa dan berlatih untuk melakukan penelitian tindakan kelas,
solusinya, dan menyampaikan pelajaran berharga dan menuliskannya dalam karya ilmiah untuk
yang didapatkan dari pembelajaran ini. Moderator dipublikasikan dalam forum maupun jurnal ilmiah.
hendaknya antara lain menyampaikan sanjungan Dengan demikian desain LS yang baik
kepada guru model, memberikan kesempatan menghasilkan guru yang professional dan inovatif
berbicara pertama kepada guru model, sehingga kualitas mengajar guru dan aktivitas
mempersilahkan observer menyampaikan belajar siswa meningkat.
komentarnya berdasarkan fakta konkrit, membahas Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
satu masalah jika muncul sampai tuntas tentang didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
mengapa dan solusinya, mempersilahkan dosen lingkungan belajar, sehingga perlu direncanakan,
pendamping menyampaikan komentarnya, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana
menyampaikan ringkasan refleksi dan secara efektif dan efisien (BSNP, 2007). Tahap
menyarankan perbaikan/revisi RPP agar dapat perencanaan memerlukan Rencana Pelaksanaan
digunakan di saat mendatang. Pembelajaran (RPP). Pokok penting dalam
Revisi RPP dilakukan berdasarkan masukan menyusun RPP antara lain hendaknya mengandung
dari diskusi refleksi untuk mendapatkan indikator hasil belajar untuk kebutuhan evaluasi,
pembelajaran berikutnya yang lebih baik, yang dilengkapi dengan media atau LKS, jadwal rencana
dapat dipraktikkan oleh guru model sendiri maupun pembelajaran remedial, dan sumber belajar yang
seluruh pengamat. Serangkaian kegiatan mulai dirasakan mendukung pembelajaran. Tahap proses
tahap Plan sampai See dilakukan secara kolabratif. pembelajaran mengandung kegiatan pendahuluan,
Hal ini secara nyata menghasilkan dampak inti dan penutup. Pokok penting dalam proses
sosiologis yang sangat positip, yaitu kolegalitas pelaksanaan pembelajaran antara lain membuka
antarguru yang saling berbagi pengalaman dan pembelajaran dengan sedapat mungkin
saling belajar. Dengan demikian akan tercipta menunjukkan sesuatu yang TIDAK HANYA
atmosfer akademik yang kondusif sehingga VERBAL, yang mengkaitkan apa yang akan
terciptalah mutual learning. Disamping itu, setiap dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa;
guru yang terlibat dalam LS hendaknya dapat menyampaikan tujuan pembelajaran; menggunakan
mengambil lesson learned (pelajaran berharga) pendekatan, model dan teknik yang dapat
sehingga terbangunlah learning community mengembangkan siswa aktif dan kreatif, berpikir
(Ibrohim, 2008). Dengan demikian guru-guru yang kritis, dan berlatih metakognitif. Penilaian
terlibat dalam LS berbasis MGMP diharapkan pembelajaran antara lain mencakup penentuan
dapat mengalami kemajuan perkembangan ranah kemampuan, bentuk tes, dan asesmen
pembelajarannya di masing-masing sekolahnya alternatif.
dalam hal berikut (Saito, 2005; Dirjen PMPTK, LS berbasis MGMP di kabupaten Pasuruan
2007). (1) Penyiapan dan revisi RPP dilakukan didahului dengan Pelatihan Fasilitator MGMP
selama 2 hari dan diarahkan untuk membangun Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kemampuan para guru-guru kunci yang akan model survei, yang dimaksudkan untuk menggam-
bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan- barkan atau menerangkan gejala dengan cara men-
kegiatan MGMP di wilayah home basenya masing- gumpulkan informasi mengenai status gejala yang
masing. Selanjutnya, pendampingan oleh dosen ada (Arikunto, 2005). Gejala yang dimaksud adalah
UM dilakukan pada pelaksanaan LS di masing- pelaksanaan LS berbasis MGMP oleh guru dan
masing home base. Pendampingan tersebut secara PPL berbasis LS oleh mahasiswa, yang digambar-
garis besar meliputi kegiatan Plan dan open class kan menurut apa adanya pada saat penelitian dila-
(OC). Pada semester II 2009/2010 penulis kukan. Subyek penelitian adalah 19 guru-guru IPA
melakukan pendampingan di home base Beji. SMP/MTs peserta Lesson Study berbasis MGMP
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semester II 2009/2010 di home base Beji kabu-
matakuliah berborot 4 sks yang wajib diikuti oleh paten Pasuruan, dan 37 mahasiswa prodi Pendidi-
setiap mahasiswa program studi kependidikan kan Fisika FMIPA UM peserta Praktik Pengalaman
calon guru untuk mengintegrasikan pengalaman Lapangan semester II 2008/2009.
belajar yang diperoleh di kampus dengan Kegiatan LS berbasis MGMP semester II
pengalaman belajar praktis di lapangan (UPT PPL 2009/2010 di tingkat wilayah home base Beji di-
UM, 2007). PPL dilakukan agar mahasiswa siap laksanakan sebanyak 8 kali pertemuan, yang terdiri
menjadi tenaga pendidikan yang profesional. Saat dari 1 kali tahap Plan, dan 6 kali OC. Pertemuan
melaksanakan praktik mengajar riil di sekolah, pertama tahap Plan mempersiapkan OC pertama,
mahasiswa menyusun perangkat pembelajaran, ketiga, dan kelima, masing-masing untuk bidang
melaksanakan kegiatan praktik mengajar di kelas, studi Fisika, Kimia atau Biologi. Pada tahap Plan
dan melaksanakan penilaian. PPL dilaksanakan ini ketiga dosen pendamping, yaitu Fisika, Kimia,
secara bertahap, yaitu PPL I di kampus dan PPL II dan Biologi hadir semua dan mendampingi persia-
di sekolah. pan masing-masing bidang studi. Tetapi, pada saat
Untuk pertama kalinya pada semester II OC hanya dosen pendamping yang sesuai bidang
2008/2009, FMIPA UM melaksanakan PPL studi saja yang mendampingi tahap Do dan See.
mahasiswa berbasis LS. Pada awal kegiatan PPL I, OC kedua, keempat dan keenam merupakan
dilaksakanlah Workshop Pembimbingan PPL kegiatan tampilan mandiri sebagai lanjutan dari OC
Berbasis LS bagi Mahasiswa FMIPA UM. Selain sebelumnya dengan guru model yang sama dan
itu, microteaching dilakukan secara LS di bawah RPP hasil revisi, dan diterapkan di kelas lain.
pendampingan dosen pembimbing. Setelah selesai Instrumen penelitian ini berupa angket dan
PPL II, mahasiswa diwajibkan menyerahkan lapo- skala (Arikunto, 2005). Angket berupa angket
ran “lesson learn” tentang PPL berbasis LS yang tertutup dan skala berupa skala Likert dengan lima
telah dilakukannya. PPL berbasis LS ini perlu alternatif jawaban tidak pernah, jarang, kadang-
mendapat dukungan dan bimbingan, baik dari pi- kadang, sering, dan selalu, yang mana masing-
hak FMIPA UM maupun sekolah tempat praktik masing berurut-turut memiliki skor 1, 2, 3, 4, dan 5.
mengajar mahasiswa. Butir-butir pernyataan instumen ini disusun
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan berdasarkan kajian pustaka atau rambu-rambu
penelitian ini adalah mendeskripsikan kemajuan tentang apa yang harus atau bisa dilakukan oleh
yang telah dicapai oleh guru IPA SMP/MTs di Beji guru atau mahasiswa selama mengikuti LS.
Pasuruan selama 7 semester dalam melakukan les- Instrumen untuk guru berupa skala kemajuan
son study (LS) berbasis MGMP, dan kemajuan guru dalam hal (1) umum di sekolah 23 butir, (2)
mahasiswa prodi pendidikan Fisika FMIPA UM mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi
dalam melakukan PPL berbasis LS pada semester pembelajaran di sekolah 19 butir, (3) menyusun
II 2008/2009. Hasil penelitian ini dapat dimanfaat- RPP tahap Plan 19 butir, (4) sebagai observer tahap
kan oleh beberapa pihak, antara lain guru-guru pe- Do 22 butir, (5) sebagai guru model tahap Do 16
serta LS berbasis MGMP dan LC JICA UM; dan butir, (6) sebagai observer tahap See 10 butir, (7)
mahasiswa prodi pendidikan Fisika dan sekolah sebagai guru model tahap See 10 butir, dan (8)
tempat praktiknya serta FMIPA UM. sebagai moderator tahap See 18 butir. Kedelapan
instrumen ini diberikan kepada guru saat
METODE PENELITIAN pertemuan pertama, yaitu tahap Plan. Dengan
demikian instrumen ini menjaring data kemajuan
yang dicapai oleh guru-guru selama mengikuti dilaksanakan saat PPL I di kampus. Workshop
keseluruhan program LS berbasis MGMP pada Pembimbingan PPL Berbasis LS bagi Mahasiswa
semester-semester sebelumnya. FMIPA UM diikuti oleh mahasiswa peserta PPL,
Instrumen untuk mahasiswa ada yang sama guru pamong dan dosen pembimbing.
dan tidak dengan instrumen untuk guru. Instrumen Microteaching dilakukan secara LS di bawah
tersebut berupa skala kemajuan mahasiswa dalam pendampingan dosen pembimbing. Selama PPL II
hal (1) umum di sekolah 23 butir, (2) menyusun di sekolah, mahasiswa melaksanakan LS di bawah
RPP tahap Plan 19 butir, (3) kiat menyusun RPP arahan guru pamong dan pendampingan dosen
dan LKS ideal 6 butir, (4) sebagai observer tahap pembimbing. Pada akhir PPL II, mahasiswa
Do 22 butir, (5) sebagai guru model tahap Do 16 diwajibkan menyerahkan laporan “lesson learn”
butir, (6) sebagai observer tahap See 10 butir, (7) tentang PPL berbasis LS yang telah dilakukannya.
sebagai guru model tahap See 10 butir, (8) sebagai Kemajuan guru dan mahasiswa secara umum
moderator tahap See 18 butir, dan berupa angket di sekolah disajikan dalam tabel 1.
tertutup dalam hal (9) dukungan dan bimbingan Tampak bahwa guru telah memperhatikan
PPL berbasis LS di sekolah. Kesembilan instrumen belajar setiap siswa, yang bisa dilakukan dengan
ini diberikan kepada mahasiswa saat PPL telah belajar bersama. Mahasiswa masih menekankan
selesai. Dengan demikian instrumen ini menjaring pada membelajarkan materi pada siswa. Tetapi,
data kemajuan yang dicapai oleh mahasiswa mahasiswa lebih tertarik untuk melakukan PTK
selama memprogram PPL berbasis LS pada yang kemudian diartikelkan untuk disajikan di
semester yang bersangkutan. forum ilmiah. Hal ini penting mengingat
Teknik analisis terhadap data angket maupun mahasiswa sebagai calon guru sudah menaruh
skala menggunakan analisis deskriptif kuantitatif perhatian besar pada kegiatan PTK. Berbeda
dan kualitatif (Arikunto, 2005). Pelaksanaan LS dengan keadaan di lapangan, yang mana hanya
berbasis MGMP guru-guru di home base Beji 34% guru yang mampu menemukan permasalahan
kabupaten Pasuruan maupun PPL berbasis LS dalam proses PBM dan menindaklanjutinya dengan
mahasiswa prodi Pendidikan Fisika UM semester PTK (Daheri, 2009). Tampaknya, team teaching
II 2008/2009 dideskripsikan dengan menggunakan belum menjadi alternatif pilihan bagi guru dan
jumlah data atau persentase. Pendeskripsian skala mahasiswa. Padahal, gabungan antara team
Likert menggunakan lima tingkatan kategori, yaitu teaching, Lesson Study dan PTK dapat dijadikan
sangat baik (skala 4 – 5), baik (skala 3 – 4), kurang sebagai wahana peningkatan kinerja guru dan
baik (skala 2 – 3), dan sangat kurang baik (skala 1 aktivitas belajar siswa (Parno, 2010).
– 2). Jika terdapat beberapa alternatif dalam suatu Kemajuan guru dalam mempersiapkan,
pernyataan, maka diambil alternatif dengan rerata melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran di
terbesar. Selain itu dikemukakan juga tentang hal sekolah disajikan dalam tabel 2.
yang paling optimal dan yang paling harus Tampak bahwa persiapan, pelaksanaan, dan
mendapatkan perhatian dari keseluruhan evaluasi yang dilakukan oleh guru di sekolah sudah
pelaksanaan LS. berkateori sangat baik atau baik. Disamping itu,
guru sudah tidak menggunakan metode ceramah
HASIL DAN PEMBAHASAN lagi, melainkan pendekatan, model ataupun metode
yang sudah memberi peluang siswa untuk aktif dan
Pelaksanaan LS berbasis MGMP untuk guru kreatif dalam pembelajaran. Evaluasinyapun sudah
IPA SMP/MTs di kabupaten Pasuruan, termasuk tidak hanya paper and pencil saja.
home base Beji, telah berlangsung sejak semester I Kemajuan guru dan mahasiswa dalam me-
2006/2007. Dengan demikian saat diambil data nyusun RPP pada tahap Plan disajikan dalam tabel
penelitian ini, yaitu pada awal semester II 3.
2009/2010, mereka telah melaksakan LS selama 7 Tampak bahwa guru lebih tertarik pada materi
semester. Anggota mereka relatif tetap, meskipun dan bagaimana mengemasnya dalam skenario
kadang sedikit terjadi penambahan atau pembelajaran. Sebaliknya, mahasiswa masih mene-
pengurangan dari beberapa sekolah swasta. kankan pada jabaran indikator ke tujuan pembe-
PPL berbasis LS bagi mahasiswa baru lajaran, dan belum merasa ”memiliki” RPP yang
pertama dilaksanakan pada semester II 2008/2009. dibuat secara bersama-sama. Hal ini terjadi karena
Workshop dan microteaching berbasis LS
Tabel 3. Perbandingan kemajuan guru dan mahasiswa dalam menyusun RPP tahap Plan
Menyusun RPP
No Guru Mahasiswa
tahap Plan
1 Rerata 4,08 (sangat baik) 4,08 (sangat baik)
2 Paling optimal Materi ajar dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran
atau kompetensi yang akan dicapai dijabarkan dari kompe-
Skenario/kegiatan pembelajaran memuat secara ek- tensi dasar atau indika-
splisit langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang tor pencapaian kompe-
terdiri dari tiga tahap (kegiatan awal/pendahuluan, tensi
inti, dan penutup)
3 Paling memerlu- Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembe- Merasa bahwa RPP
kan perhatian lajaran [misal: tes tulis untuk mengukur penguasaan yang dibuat secara
pengetahuan (kognitif), tes kinerja untuk mengukur kolaboratif juga “milik”
penampilan (psikomotor), dan skala sikap untuk saya
mengukur sikap (afektif)]
Dicantumkan instrumen yang digunakan beserta
kelengkapannya (soal, kunci jawaban, dan ru-
brik/pedoman penskoran)
Kemajuan mahasiswa dalam hal memiliki umumnya berakibat pada ketidaktajamannya dalam
kiat menyusun RPP dan LKS ideal pada tahap mengamati perilaku belajar siswa.
Plan, masing-masing berskala 3,95 (baik) dan 3,28 Kemajuan guru dan mahasiswa sebagai guru
(baik). Hal ini merupakan bekal yang baik bagi model tahap Do disajikan dalam tabel 5.
mahasiswa dalam mempersiapkan dirinya menjadi Tampak bahwa guru sudah menyiapkan LS
tenaga pendidikan yang profesional, terutama secara matang, yaitu tidak lupa untuk membagikan
dalam hal mempersiapkan pembelajaran. LEMBAR OBSERVASI, RPP, LKS atau
Kemajuan guru dan mahasiswa sebagai perangkat pembelajaran lainnya kepada seluruh
observer tahap Do disajikan dalam tabel 4. para pengamat. Tetapi, guru tampaknya masih
Tampak bahwa guru sudah menekankan pada berpegang pada RPP yang telah dirancang, tanpa
bagaimana siswa kreatif dalam pembelajaran. memperhatikan kondisi riil siswa di kelas.
Sedangkan mahasiswa masih mementingkan teknis Kemajuan guru dan mahasiswa sebagai
LS yang efektif, yaitu mematikan HP. Tetapi, guru observer tahap See disajikan dalam tabel 6.
masih belum bisa menghindari untuk tidak
berbicara dengan pengamat yang lain. Hal ini
Tabel 5. Perbandingan kemajuan guru dan mahasiswa sebagai guru model tahap Do
No Guru model tahap Do Guru Mahasiswa
1 Rerata 3,98 (baik) 3,56 (baik)
2 Paling optimal Membagikan LEMBAR OBSER- Mendatangi kelompok yang sekiranya
VASI, RPP, LKS atau perangkat perlu pertolongan
pembelajaran lainnya kepada seluruh
para pengamat
3 Paling memerlukan Mengubah sebagian isi RPP yang Membagikan lembar DENAH TEM-
perhatian disesuaikan dengan kondisi riil PAT DUDUK, NAMA KELOMPOK,
siswa, meskipun RPP tersebut telah NOMOR URUT DAN NAMA
dibuat secara bersama-sama dalam SISWA kepada seluruh pengamat
kegiatan plan
Tabel 6. Perbandingan kemajuan guru dan mahasiswa sebagai observer tahap See
No Observer tahap See Guru Mahasiswa
1 Rerata 4,19 (sangat baik) 3,80 (baik)
2 Paling optimal Menyampaikan pelajaran berharga Menyampaikan komentar berdasarkan
apa yang bisa dipetik dari permasala- data (bukti-bukti konkret dan spesifik)
han-permasalahan yang muncul pada pengamatan saat observasi
lesson study kali ini
3 Paling memerlukan Bukannya menyampaikan seluruh Menggunakan kata ”pembelajaran
perhatian hasil observasinya, melainkan memi- kita” saat memberikan komentar atau
lih catatan yang hanya terkait dengan mengomentari proses pembelajaran,
permasalahan/tema yang sedang dan bukannya menggunakan kata
Tabel 7. Perbandingan kemajuan guru dan mahasiswa sebagai guru model tahap See
No Guru model tahap See Guru Mahasiswa
1 Rerata 4,03 (sangat baik) 3,89 (baik)
2 Paling optimal Merasa bahwa LS ini adalah Merasa bahwa LS ini adalah sarana
sarana untuk membuka diri terha- untuk mau saling memberi masukan
dap masukan yang diberikan oleh yang jujur dan penuh respek
orang lain
3 Paling memerlukan Tidak terkesan ”terlalu membela Menyebutkan kira-kira persentase
perhatian diri” atau mencari pembenaran ketercapaian skenario pembelajaran
atas kejadian atau kekurangan yang telah dibuat
yang ada saat memberikan tang-
gapan
Tabel 8. Perbandingan kemajuan guru dan mahasiswa sebagai moderator tahap See
No Moderator tahap See Guru Mahasiswa
1 Rerata 4,12 (sangat baik) 3,86 (baik)
2 Paling optimal Mengikuti proses pembelajaran Mengikuti proses pembelajaran secara
secara keseluruhan keseluruhan
3 Paling memerlukan Membacakan tata tertib sidang re- Membacakan tata tertib sidang refleksi
perhatian fleksi
Tampak bahwa guru sudah bisa mengambil adalah milik bersama dan untuk meningkatkan pro-
manfaat dari pelaksanaan LS. Hal ini sesuai dengan fesionalisme seluruh pesertanya.
penemuan Arditigo (2009) bahwa keberhasilan LS Kemajuan guru dan mahasiswa sebagai guru
bukan hanya terletak pada baik tidaknya pembela- model tahap See disajikan dalam tabel 7.
jaran yang dilaksanakan oleh guru model (karena Guru dan mahasiswa sudah merasa bahwa LS
tidak ada proses pembelajaran yang sempurna) merupakan wahana yang tepat untuk meningkatkan
tetapi justru pada pelajaran berharga yang didapat- keterbukaan antar teman. Hal ini merupakan hal
kan dari open lesson dengan observasinya dan ba- positif dalam rangka untuk meningkatkan
gaimana tindak lanjutnya. Lebih lanjut Arditigo profesional guru. Tetapi, terjadi sebaliknya guru
(2009) menegaskan bahwa refleksi memberikan masih terkesan ”membela diri” mencari
kita pelajaran bagaimana menemukan teknik- pembenaran atas idenya.
teknik yang pas dalam mengajar, sehingga pembe- Kemajuan guru dan mahasiswa sebagai
lajaran berikutnya menjadi lebih baik. Sedangkan moderator tahap See disajikan dalam tabel 8.
mahasiswa belum bisa menggangap bahwa LS ini Pada tahap See ini, guru dan mahasiswa
sebagai moderator memiliki keunggulan dan
kelemahan yang sama. Berarti, keduanya memiliki Perbedaan ini terjadi karena guru telah 7 semester
pengetahuan dan pengalaman yang sama dalam hal berkecimpung dalam kegiatan LS, sedangkan
ini. mahasiswa baru 1 semester saja. Tetapi, perbedaan
Berdasarkan Tabel 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 tersebut tipis sekali. Hal ini merupakan pertanda
kemajuan guru dan mahasiswa secara rerata bagus bagi mahasiswa dalam mempersiapkan
keseluruhan disajikan dalam tabel 9. dirinya sebagai calon guru yang profesional.
Secara total terlihat bahwa guru memiliki Dukungan dan bimbingan terhadap
kemajuan LS berbasis MGMP yang berategori mahasiswa selama melaksanakan PPL berbasis LS
sangat baik, sedangkan mahasiswa memiliki di sekolah disajikan dalam tabel 10.
kemajuan PPL berbasis LS berkategori baik.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh datang. Mahasiswa dapat memanfaatkannya
beberapa pihak, antara lain guru-guru peserta LS sebagai wahana belajar awal dalam menyiapkan iri
berbasis MGMP dan LC JICA UM; dan menjadi calon guru yang profesional. Sekolah
mahasiswa prodi pendidikan Fisika dan sekolah tempat praktik mahasiswa dapat menjadikan PPL
tempat praktiknya serta FMIPA UM. Guru-guru berbasis LS ini sebagai model pembinaan guru di
dan sekolahnya dapat menggunakannya sebagai lingkungannya agar lebih profesional di bidangnya.
rujukan oleh dalam upaya lebih menggiatkan FMIPA UM dapat mempelajari pola PPL berbasis
kegiatan LS dan LC JICA dalam upaya LS ini sebagai rujukan untuk perbaikan program
memperbaiki program pendampingan yang akan yang akan datang.
DAFTAR RUJUKAN
Arditigo, A. 2009. Refleksi Pelajaran Berharga dari Pasuruan (2009-2012) Edisi Semester II
Pengalaman Pelaksanaan Lesson Study Di 2008/2009. Local Coordinator JICA UM
MGMP Biologi SMA Kota Pasuruan. Makalah Natawidjaya, R. 2002. Standar Profesi Guru. Bandung:
disampaikan dalam Seminar Nasional ke 2 Universitas Pendidikan Indonesia
Lesson Study: Perkembangan Innovási Parno. 2010. Team Teaching, Lesson Study dan PTK
Pembelajaran melalui Lesson Study dan Dalam Pembelajaran IPA Terpadu: Suatu
Dampaknya terhadap Peningkatan Mutu Gagasan Peningkatan Kinerja Guru dan Aktivitas
Pendidikan di Indonesia di FMIPA UM. 17 Belajar Siswa. Makalah disampaikan pada
Oktober 2009 Seminar Nasional Pendidikan Sains 2010:
Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Pengembangan Sains Berwawasan Lingkungan
Penerbit Rineka Cipta dalam Upaya Mewujudkan Generasi Berkarakter
BSNP. 2007. STANDAR PROSES untuk Satuan melalui Pembelajaran IPA Terpadu oleh Prodi S-
Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas 1 Pendidikan Sains FMIPA UNESA pada 24
No. 41 Tahun 2007. April 2010
Daheri, A, Sigit, D. 2009. Pelaksanaan Lesson Study di Panitia PSG. 2009. Pedoman Teknis Asesor Penilaian
Mata Guru MIPA SMPN/S dan MTsN/S Peserta Portofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun
MGMP MIPA Berbasis Lesson Study di Home 2009. Depdiknas UM
Base Bangil Kabupaten Pasuruan. Makalah Saito, E, Imansyah, H, Ibrohim. 2005. Penerapan Studi
disampaikan dalam Seminar Nasional ke 2 pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari
Lesson Study: Perkembangan Innovási IMSTEP. Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidi-
Pembelajaran melalui Lesson Study dan kan”, No. 3 Th XXIV:24-32
Dampaknya terhadap Peningkatan Mutu Syamsuri, I., Ibrohim. 2008. LESSON STUDY (Studi
Pendidikan di Indonesia di FMIPA UM. 17 Pembelajaran). Malang: FMIPA UM
Oktober 2009
Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun
Dirjen PMPTK. 2007. Laporan Survei Baseline untuk 2005 tentang Guru dan Dosen
Program bagi Penguatan Pelatihan Guru dalam
UPT PPL UM. 2007. Buku Petunjuk Pelaksanaan Prak-
Jabatan untuk Pendidikan Matematika dan Sains
tik Pengalaman Lapangan (PPL) Keguruan Uni-
di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
versitas Negeri Malang
(SISTTEMS). JICA: International Development
Center of Japan Yuliati, L. 2005. Pengembangan Program Pembelajaran
untuk Meningkatkan Kemampuan Awal Menga-
Ibrohim. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan
jar Calon Guru Fisika. Disertasi Doktor Kepen-
Efektivitas PPL bagi Mahasiswa Calon Guru.
didikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indo-
Makalah disampaikan pada Semlok
nesia. Tidak Diterbitkan
Pembimbingan dan Penilaian PKM Program
Sertifikasi Guru Jalur Pendidikan oleh UPT PPL
Universitas Negeri Malang pada 4 Juli 2008
LC. 2008. Rambu-rambu Pendampingan Kegiatan
Lesson Study: Tindak Lanjut Program kerjasama
Teknis SISTTEMS JICA “Program for
Enhancing Quality of Junior Secondary
Education” Dinas Pendidikan Kabupaten
Purbo Suwasono
Abstrak: Salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa adalah dengan mengguna-
kan metode pemberian tugas. Dengan pemberian tugas tersebut mahasiswa dituntut untuk belajar man-
diri. Pemberian tugas dapat diberikan sebelum materi diajarkan atau sesudah materi diajarkan. Peneli-
tian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah terdapat perbedaan prestasi belajar fisika maha-
siswa antara yang diberi tugas sebelum materi diajarkan dengan mahasiswa yang diberi tugas setelah
materi diajarkan, serta mahasiswa yang tidak diberi tugas. Prestasi belajar fisika yang dimaksud adalah
nilai yang diperoleh mahasiswa pada postes pokok bahasan fluida tak bergerak. Dari hasil analisis data
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) thitung = 2,729 > ttabel = 1,991 pada taraf signifikan 5%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar fisika yang signifikan antara kelom-
pok mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi dijarkan dengan mahasiswa yang tanpa pemberian tu-
gas. (2) Nilai rata-rata kelompok E1 = 85,156 > K = 69,111, hal ini berarti bahwa mahasiswa yang di-
beri tugas sebelum materi diajarkan prestasi belajar fisikanya lebih tinggi dibanding dengan pengajaran
tanpa pemberian tugas. (3) thitung = 2,729 > ttabel = 1,991 pada taraf signifikan 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar fisika yang signifikan antara kelompok mahasiswa
yang diberi tugas sesudah materi dijarkan dengan mahasiswa yang tanpa pemberian tugas. (4) Nilai
rata-rata kelompok E2 = 81,356> K = 69,111, hal ini berarti bahwa mahasiswa yang diberi tugas sesu-
dah materi diajarkan prestasi belajar fisikanya lebih tinggi dibanding dengan pengajaran tanpa pembe-
rian tugas. (5) thitung = 3,416 > ttabel = 1,991 pada taraf signifikan 5%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan prestasi belajar fisika yang signifikan antara kelompok mahasiswa yang diberi tu-
gas sebelum materi dijarkan dengan mahasiswa yang diberi tugas sesudah materi diajarkan. (6) Nilai
rata-rata kelompok E1 = 85,156 > E2 = 81, 356, hal ini berarti bahwa mahasiswa yang diberi tugas se-
belum materi diajarkan prestasi belajar fisikanya lebih tinggi dibanding dengan mahasiswa yang diberi
tugas sebelum materi diajarkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberian tugas sebelum
materi diajarkan lebih baik daripada pemberian tugas sesuah materi diajarkan dan tanpa pemberian tu-
gas.
Kata kunci: Tugas sebelum materi diajarkan, tugas sesudah materi diajarkan, prestasi belajar
Berdasarkan nilai dokumen, bahwa rerata ni- pembelajaran yang diinginkan, tingkat kematangan
lai fisika angkatan tahun 2008/2009 adalah 6,2. mahasiswa, situasi di sekeliling tempat belajar,
Maka dengan adanya nilai yang rendah, perlu ada fasilitas yang tersedia serta kemampuan
peningkatan dari kualitas komponen-komponen profesionalisme dosen yang berbeda-beda.Salah
pendidikan. satu metode yang sering digunakan oleh dosen
Salah satu upaya dalam meningkatkan adalah pemberian tugas. Pemberian tugas dapat
prestasi belajar mahasiswa adalah penggunaan diberikan sebelum materi diajarkan atau sesudah
metode mengajar yang tepat oleh dosen. Metode materi diajarkan. Dengan pemberian tugas tersebut
mengajar memiliki beragam jenis, karena mahasiswa dilatih untuk belajar mandiri, sehingga
keberadaannya disesuaikan dengan tujuan dalam proses pembelajaran mahasiswa lebih
berperan aktif. Pada umumnya pemberian tugas ubahan pada tingkah laku murid (Murtiningsih,
pelajaran diberikan oleh dosen sesudah materi 2008:6).
diajarkan, karena dengan tugas ini dianggap dapat Pembelajaran pada dasarnya adalah memban-
meningkatkan semangat belajar mahasiswa, tu mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan,
sehingga prestasi belajar fisika mahasiswa lebih keterampilan, sikap ide dan aspirasi yang mengarah
baik. Sedangkan pemberian tugas sebelum materi pada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan
diajarkan jarang dilakukan dosen dalam proses mahasiswa (Subiyanto, 2000:32-33). Sedangkan
pembelajaran. Menurut Roestiyah (dalam Sadullah, menurut Sudirman dkk. (2001:1), pembelajaran
2004:27) menyatakan bahwa pemberian tugas merupakan kegiatan belajar mengajar dimana
sebelum materi diajarkan, dapat mengaktifkan mahasiswa dapat berinteraksi dengan dosen dan
mahasiswa untuk mempelajari sendiri dan materi pelajaran yang telah diatur dalam rangka
menemukan konsep sendiri. Hal ini berarti apabila mencapai tujuan. Dengan demikian pembelajaran
tugas diberikan sebelum materi diajarkan, fisika adalah kegiatan belajar mengajar fisika
mahasiswa pasti sudah mempelajari materi yang antara dosen dan mahasiswa sebagai akibat
akan disajikan, sehingga mahasiswa akan berperan perubahan tingkah laku karena pengalaman
aktif dalam proses pembelajaran, dan akhirnya belajarnya untuk mencapai tujuan pembelajaran
prestasi belajarnya akan menjadi lebih baik. fisika. Kegiatan belajar mengajar fisika merupakan
Sedangkan pemberian tugas sesudah materi proses dan produk. Fisika sebagai produk me-
diajarkan bertujuan untuk merangsang kemampuan rupakan sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari
mengingat-ingat materi yang sudah diajarkan oleh fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip. Fisika
dosen, pada saat proses pembelajaran. Namun sebagai proses meliputi keterampilan dan sikap
sejauh manakah pemberian tugas sebelum materi yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk mencapai
diajarkan ini, dapat meningkatkan prestasi belajar produk fisika (Lilisari dan Ratna, 2006:1).
fisika dibandingkan dengan pemberian tugas Belajar fisika tidak hanya sekedar hafalan
setelah materi diajarkan? Karenanya perlu tetapi lebih ditekankan pada pengertian dan
dilakukan penelitian ini dengan judul “Perbedaan pemahaman konsep yang dititikberatkan pada
Prestasi Belajar Fisika Mahasiswa yang Diberi proses terbentuknya pengetahuan. Jadi secara
Tugas Sebelum Materi Diajarkan dengan umum pembelajaran fisika bertujuan untuk mengu-
Mahasiswa yang Diberi Tugas Sesudah Materi asai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya
Diajarkan pada Mahasiswa Angkatan 2009/2010”. serta mampu menggunakan metode (proses) sains
yang dilandasi oleh sikap keilmuan untuk
KAJIAN PUSTAKA memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya
(Sumaji, 2008:165).
Mustiningsih (2008:2) menyimpulkan bebera- Roestiyah (2001:133) berpendapat bahwa
pa definisi belajar, antara lain: proses perubahan pemberian tugas menjadikan mahasiswa aktif dan
tingkah laku atau kecakapan manusia, perubahan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar
tingkah laku bukan disebabkan oleh proses pertum- yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani ber-
buhan yang bersifat fisiologis atau proses tanggung jawab sendiri. Selanjutnya Roestiyah
kematangan, perubahan dapat berupa kebiasaan, (2001:135) mengemukakan kebaikan-kebaikan
kecakapan atau tiga aspek yakni pengetahuan tekhnik pemberian tugas sebagai berikut.
(kognitif), sikap (affektif), keterampilan “Teknik resitasi (tugas) ini memiliki kebaikan
(psikomotor). sebagai teknik penyajian ialah karena mahasiswa
Beberapa ahli lain mengemukakan konsep mendalami dan mengalami sendiri pengetahuan
mengajar, antara lain. Waini Rasyidin bahwa yang dicarinya, maka pengetahan itu akan tinggal
mengajar merupakan upaya guru menciptakan kon- lebih lama di dalam jiwanya. Apalagi dalam
disi-kondisi yang memungkinkan terjadinya melaksanakan tugas ini ditunjang dengan minat dan
interaksi edukatif, Soelaiman bahwa mengajar perhatian mahasiswa serta kejelasan tujuan mereka
adalah kegiatan dosen membimbing dan bekerja. Pada kesempatan ini mahasiswa juga dapat
mendorong murid memperoleh pengalaman yang mengembangkan daya berpikirnya sendiri, daya
berguna bagi semua pengembangan potensinya, inisiatif, daya kreatif, tanggung jawab, dan melatih
dan Clarke bahwa mengajar yaitu kegiatan yang di- berdiri sendiri“.
rancang dan dilaksanakan untuk menghasilkan per- Robinson (dalam Maksum, 2004:26)
mengatakan bahwa untuk menciptakan situasi yang
menggairahkan dan membuat mahasiswa cederung Prestasi belajar mahasiswa yang dicapai dapat
untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar dilihat dari hasil evaluasi (tes). Nilai ini dapat
mengajar adalah dengan menyediakan pekerjaan dipakai sebagai pembanding dari prestasi belajar
rumah. Salah satu teknik pemberian tugas yang yang dicapai mahasiswa dan yang lainnya. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan aktifitas belajar sesuai dengan pendapat Dakir (2006:222), yang
mahasiswa adalah pemberian tugas sebelum materi menyatakan untuk membandingkan hasil yang satu
yang berhubungan dengan tugas-tugas tersebut lebih baik dari yang lain, maka orang melakukan
diajarkan. penelitian setiap hasil perbuatan yang kemudian
Rooijakers (dalam Purwanto, 2004:23) me- dapat dengan mudah diketahui secara nyata.
nyatakan bahwa dosen dapat pula memberikan
tugas tentang hal yang belum pernah diajarkan. Tu- METODE PENELITIAN
gas ini dapat diberikan sebelum dosen menyam-
paikan ceramahnya. Dengan cara ini mahasiswa Rancangan Penelitian
diberi kesempatan untuk menemukan sendiri
jawaban dari suatu persoalan, mampu berpikir dan Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kreatif dalam menggunakan sumber-sumber belajar eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah melihat
mereka. adanya perbedaan prestasi belajar fisika antara dua
Tugas-tugas yang diberikan dapat berupa kelompok mahasiswa yang diberi perlakuan
tugas yang insidental, dapat pula tugas-tugas yang berbeda. Dalam desain penelitian ini menggunakan
dirancang secara teratur. Tugas yang insidental, dua kelompok eksperimental dan satu kelompok
misalnya memberikan soal-soal setelah ceramah. kontrol. Kerangka rancangan penelitian di-
Tugas-tugas yang dirancang secara teratur, tunjukkan oleh tabel 1.
misalnya tugas kokurikuler yang diberikan setelah
kegiatan belajar mengajar (Roestiyah dan Yumiati, Tabel 1. Rancangan Penelitian Tiga Kelompok
2001). Prates Postes
Menurut Buchori (2008:34), yang dimaksud
prestasi adalah hasil karya yang dicapai atau hasil Kelompok Perlakuan Postes
yang sebenarnya tercapai. Sedangkan Winkel da- Eksperimen 1 (E1) X1 T1
Eksperimen 2 (E2) X2 T1
lam Hendrajaya (2003:62), menyatakan bahwa Kontrol (K) _ T2
prestasi adalah bukti dan usaha yang dapat dicapai, Catatan:
sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah X1 = Pembelajaran fisika dengan pemberian tugas sebelum
hasil yang dicapai sebagai bukti atas usaha yang materi diajarkan
X2 = Pembelajaran fisika dengan pemberian tugas sesudah
dikerjakan.
materi diajarkan
Pengertian belajar menurut Hamalik T1 = Tes prestasi belajar mahasiswa kelompok eksperimen
(2008:85), adalah bentuk perubahan dalam diri 1 (E1) dan eksperimen 2 (E2)
seseorang yang dinyatakan dalam perubahan T2 = Tes prestasi belajar mahasiswa kelompok kontrol
tingkah laku yang baru, berkat adanya pengalaman
atau latihan. Menurut Roestiyah (2001:149), me- Dengan rancangan penelitian seperti pada ba-
nyatakan belajar adalah proses dimana dosen han di atas, langkah-langkah pelaksanaan peneli-
terutama melihat apa yang terjadi selama murid tian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
menjalani pengalamanedukatif untuk mencapai Pemberian perlakuan kepada kelompok eks-
sesuatu tujuan. Sedangkan menurut Slameto perimen 1 dan eksperimen 2 berupa pemberian tu-
(1995:2), mengatakan belajar adalah suatu proses gas sebelum dan sesudah materi fisika diajarkan di
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh tiap-tiap pertemuan. Sedangkan untuk kelompok
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara kontrol tidak diberikan tugas sebelum dan sesudah
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu materi diajarkan. Dalam proses pembelajaran
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. ketiga kelompok mendapat materi pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mujiono (1994:163), yang sama, waktu pembelajaran dengan jumlah
ranah kognitif adalah ranah keberhasilan peserta yang sama, dan dosen yang menyajikan materi
didik yang berkaitan langsung dengan pengetahuan pembelajaran juga sama.
yaitu kemampuan mahasiswa dalam menguasai Pada akhir penelitian kepada ketiga kelompok
pengetahuan yang ditransfer melalui proses diberikan postes untuk mengukur penguasaan akhir
pembelajaran. untuk menentukan prestasi belajar fisika maha-
Jk1: jumlah kuadrat nilai prestasi belajar fisika X 66,222 80,444 78,889
mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi SD 9,026 7,479 7,027
diajarkan Keterangan:
Jk2: jumlah kuadrat nilai prestasi belajar fisika X = Nilai rata-rata kemampuan awal mahasiswa
mahasiswa yang diberi tugas sesudah materi SD = Standart Deviasi
diajarkan N = Jumlah mahasiswa
N1: banyaknya data prestasi belajar fisika
Prestasi Belajar Fisika
mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi
diajarkan Data prestasi belajar fisika mahasiswa
N2: banyaknya data prestasi belajar fisika angkatan 2009/2010 pada penelitian ini didasarkan
mahasiswa yang diberi tugas sesudah materi pada nilai hasil tes pada akhir pokok bahasan fluida
diajarkan tak bergerak.Prestasi belajar fisika kelompok
( X 2 ) mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi
Jk= X 2- N diajarkan yaitu kelompok E1 berkisar antara 75
Hipotesis gagal ditolak bila thitung ttabel sampai 100, dengan rata-rata 85,156 dan Standart
Hipotesis ditolak bila thitung < ttabel Deviasi (SD) 6,373. Sedangkan prestasi belajar
Setelah diketahui bahwa prestasi belajar fisika fisika kelompok mahasiswa yang diberi tugas
mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi sesudah materi diajarkan yaitu kelompok E2
diajarkan dan prestasi belajar fisika mahasiswa berkisar antara 65 sampai 100, dengan rata-rata
yang diberi tugas sesudah materi diajarkan berbeda 81,356 dan Standart Deviasi (SD) 7,082. Dan
secara signifikan, maka langkah selanjutnya sebaran preatasi belajar fisika mahasiswa tanpa
memandingkan rata-rata hitung data prestasi belajar pemberian tugas yaitu kelompok K berkisar antara
fisika ketiga kelompok. Hal ini untuk mengetahui 65 sampai 90, dengan rata-rata 69,111 dan Standart
prestasi mana yang lebih tinggi. Deviasi (SD) 7,253. Nilai prestasi belajar fisika
mahasiswa dapat dilihat pada tabel 3.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
Kemampuan Awal Mahasiswa Tabel 3. Data Statistik Prestasi Belajar Fisika
Mahasiswa
Kemampuan awal mahasiswa angkatan
2008/2009 pada penelitian ini didasarkan pada nilai Sta- Kelompok Kelompok Kelompok Total
tistik K E1 E2
semester I tahun 2008. Sebaran kemampuan awal
N 45 45 45 135
mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi
X 69,111 85,156 81,356
diajarkan yaitu kelompok E1 berkisar antara 63
SD 7,253 6,373 7,082
sampai 100, dengan rata-rata 80,444 dan Standart Keterangan:
Deviasi (SD) 7,479. Sedangkan sebaran X = Nilai rata-rata kemampuan awal mahasiswa
kemampuan awal kelompok mahasiswa yang SD = Standart Deviasi
diberi tugas sesudah materi diajarkan yaitu N = Jumlah mahasiswa
kelompok E2 berkisar antara 60 sampai 96, dengan
rata-rata 78,889 dan Standart Deviasi (SD) 7,027. Pengujian Prasyarat Analisis
Dan sebaran kemampuan awal mahasiswa tanpa Uji Normalitas
pemberian tugas yaitu kelompok K berkisar antara
50 sampai 90, dengan rata-rata 66,222 dan Standart Kemampuan Awal mahasiswa
Deviasi (SD) 9,026. Nilai kemampuan awal
mahasiswa dapat dilihat pada tabel 2. Dari hasil uji normalitas data kemampuan
awal mahasiswa diperoleh ringkasan data statistik
Tabel 2. Data Statistik Nilai Kemampuan Awal ditunjukkan oleh tabel 4.
Mahasiswa
Sta- Kelompok Kelompok Kelompok Total Prestasi Belajar Mahasiswa
tistik K E1 E2
N 45 45 45 135
Dari hasil uji normalitas prestasi belajar mahasiswa Dari hasil uji homogenitas varians data
diperoleh ringkasan data statistik ditunjukkan oleh terhadap kemampuan awal mahasiswa kelompok
tabel 5. E1, E2, dan K diperoleh ringkasan data statistik
seperti ditunjukkan oleh tabel 7.
Uji Homogenitas
Uji Kesamaan Rata-rata Kemampuan Awal
Kemampuan Awal Mahasiswa
Hasil ringkasan data statistik dapat dilihat
Dari hasil uji homogenitas varians data terhadap pada tabel 8.
kemampuan awal mahasiswa kelompok E1, E2,
dan K diperoleh ringkasan data statistik seperti
ditunjukkan oleh tabel 6.
Tabel 6. Ringkasan Data Uji Homogenitas Varians Kemampuan Awal Mahasiswa Kelompok E1,
E2, dan K
Kelompok Fhitung Ftabel dk Kesimpulan
mahasiswa
(E1):K 1,457 1,668 (44,43) Homogen
(E2):K 1,650 1,668 (44,43) Homogen
(E1):(E2) 1,133 1,668 (44,43) Homogen
Tabel 7. Ringkasan Data Uji Homogenitas Varians Prestasi Belajar Mahasiswa Kelompok E1, E2,
dan K
Kelompok Fhitung Ftabel dk Kesimpulan
mahasiswa
(E1):K 1,295 1,668 (44,43) Homogen
(E2):K 1,049 1,668 (44,43) Homogen
(E1):(E2) 1,235 1,668 (44,43) Homogen
Karena thitung < ttabel, maka hipotesis nol tugas sebelum materi diajarkan (E1) dengan
(Ho) gagal ditolak. Dengan demikian dapat diambil kelompok mahasiswa yang tanpa pemberian tugas
kesimpulan bahwa rata-rata hitung kemampuan (K)".
awal mahasiswa tidak berbeda secara signifikan, Rumusan permasalahan kedua adalah: "apa-
sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan awal kah prestasi belajar fisika mahasiswa yang diberi
mahasiswa ketiga kelompok sama. tugas sebelum materi diajarkan lebih tinggi
daripada mahasiswa yang tanpa pemberian tugas?".
Pengujian Hipotesis Penelitian Rumusan permasalahan kedua ini menghasilakan
Hasil ringkasan data statistik dapat ditunjuk- hipotesis penelitian kedua, "bahwa prestasi belajar
kan oleh tabel 9. fisika mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa diajarkan (E1) lebih tinggi daripada mahasiswa
thitung > ttabel. Dengan demikian hipotesis nol yang tanpa pembeian tugas (K)". Berdasarkan data
(Ho) gagal ditolak, sehingga dapat diambil hasil prestasi belajar fisika diperoleh nilai rata-rata
kesimpulan bahwa prestasi belajar fisika kelompok kelompok E1 = 85,156 dan nilai rata-rata kelompok
E1, kelompok E2 dan kelompok K berbeda secara K = 69,111. Hal ini berarti bahwa pengajaran fisika
signifikan pada taraf signifikan 5%. Adanya perbe- yang diiringi dengan pemberian tugas sebelum
daan ini disebabkan oleh perlakuan pemberian materi diajarkan memberikan prestasi belajar fisika
tugas sebelum dan sesudah materi diajarkan. lebih tinggi dibanding dengan pengajaran tanpa
Untuk mengetahui kelompok mahasiswa pemberian tugas.
mana yang prestasi belajarnya lebih tinggi, Rumusan permasalahan ketiga yang akan
dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata dicari pemecahannya adalah: "apakah terdapat
prestasi belajar antara ketiga kelompok. perbedaan prestasi belajar fisika antara kelompok
Berdasarkan data prestasi belajar fisika diperoleh mahasiswa yang diberi tugas sesudah materi
nilai rata-rata kelompok E1 = 85,156, nilai rata-rata diajarkan dengan kelompok mahasiswa yang tanpa
kelompok E2 = 81,356 dan nilai rata-rata kelompok pemberian tugas?". Rumusan permasalahan ketiga
K = 69,111. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar ini menghasilkan hipotesis penelitian ketiga,
fisika mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi "bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar fisika
diajarkan lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa antara mahasiswa yang diberi tugas sesudah materi
pemberian tugas, prestasi belajar fisika yang diberi diajarkan (E2) dengan kelompok mahasiswa yang
tugas sesudah materi diajarkan lebih tinggi tanpa pemberian tugas (K)".
dibandingkan dengan tanpa pemberian tugas dan Rumusan permasalahan keempat adalah:
prestasi belajar fisika mahasiswa yang diberi tugas "apakah prestasi belajar fisika mahasiswa yang
sebelum materi diajarkan lebih tinggi dibandingkan diberi tugas sesudah materi diajarkan lebih tinggi
yang diberi tugas sesudah materi diajarkan. daripada mahasiswa yang tanpa pemberian tugas?".
Rumusan permasalahan keempat ini menghasilkan
hipotesis penelitian keempat, "bahwa prestasi
PEMBAHASAN belajar fisika mahasiswa yang diberi tugas sesudah
Pada penelitian ini terdapat beberapa materi diajarkan (E2) lebih tinggi daripada
permasalahan. Rumusan permasalahan pertama mahasiswa yang tanpa pembeian tugas(K)".
yang akan dicari pemecahannya adalah: " apakah Berdasarkan data hasil prestasi belajar fisika
terdapat perbedaan prestasi belajar fisika antara diperoleh nilai rata-rata kelompok E2 = 81,356 dan
kelompok mahasiswa yang diberi tugas sebelum nilai rata-rata kelompok K = 69,111. Hal ini berarti
materi diajarkan dengan kelompok mahasiswa bahwa pengajaran fisika yang diiringi dengan
yang tanpa pemberian tugas?". Rumusan pemberian tugas sesudah materi diajarkan
permasalahan pertama ini menghasilkan hipotesis memberikan prestasi belajar fisika lebih tinggi
penelitian pertama, "bahwa terdapat perbedaan dibanding dengan pengajaran tanpa pemberian
prestasi belajar fisika antara mahasiswa yang diberi tugas.
Rumusan permasalahan kelima yang akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharto
dicari pemecahannya adalah: "apakah terdapat (dalam Sutejo, 2005:60) yang mengatakan bahwa
perbedaan prestasi belajar fisika antara kelompok pemberian tugas sebelum materi diajarkan
mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi dimaksudkan untuik menciptakan kaitan yang kuat
diajarkan dengan kelompok mahasiswa yang diberi antara rangsangan yang berupa materi
tugas sesudah materi diajarkan?. Rumusan pembelajaran dengna respon yang berupa kesiapan
permasalahan kelima ini menghasilkan hipotesis belajar.
penelitian kelima, "bahwa terdapat perbedaan Pada kelompok mahasiswa yang diberi tugas
prestasi belajar fisika antara mahasiswa yang diberi sesudah materi diajarkan secara teoritis juga dapat
tugas sebelum materi diajarkan (E1) dengan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa, namun
kelompok mahasiswa yang diberi tugas sesudah dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang
materi diajarkan (E2)". diberi tugas sebelum materi diajarkan, prestasi in
Rumusan permasalahan keenam adalah: kalah tinggi. Hal ini disebabkan karena mahasiswa
"apakah prestasi belajar fisika mahasiswa yang yang diberi tugas sesudah materi diajarkan, akan
diberi tugas sebelum materi diajarkan lebih tinggi menjawab tugas-tugas dengna hanya melihat buku
daripada mahasiswa yang diberi tugas sesudah catatan dan dari keterangan dosen pada pertemuan
materi diajarkan?". Rumusan permasalahan sebelumnya, tugas-tugas sesudah materi diajarkan
keenam ini menghasilkan hipotesis penelitian haya mencakup materi yang diajarkan pada
keenam, "bahwa prestasi belajar fisika mahasiswa pertemuan saat itu. Dengan tugas-tugas ini
yang diberi tugas sebelum materi diajarkan (E1) mahasiswa diharuskan mempelajari kembali apa
lebih tinggi daripada mahasiswa yang diberi tugas yang diterangkan oleh dosen untuk bisa menjawab
sesudah materi diajarkan (E2)". Berdasarkan data tugas-tugas tersebut. Pada proses mempelajari
hasil prestasi belajar fisika diperoleh nilai rata-rata kembali (pengulangan) tentang hal-hal yang pernah
kelompok E1 = 85,156 dan nilai rata-rata kelompok dipelajari, materi-materi yang dipelajari akan lebih
E2 = 81,356. Hal ini berarti bahwa pengajaran mudah dikuasai, sebab materi fisika umumnya sulit
fisika yang diiringi dengan pemberian tugas untuk dipahami dan dikuasai dengan hanya sekali
sebelum materi diajarkan memberikan prestasi baca. Hal ini yang dapat meningkatkan prestasi
belajar fisika lebih tinggi dibanding dengan belajarnya.
pengajaran fisika tugas yang diberi tugas sesudah Jika dibandingkan prestasi belajar fisika yang
materi diajarkan di beri tugas sebelum materi diajarkan prestasi
Tugas-tugas yang diberikan dosen akan belajar mahasiswa yang diberi tugas sesudah materi
diuasahakan oleh mahasiswa untuk dicari diajarkan lebih rendah. Hal ini disebabkan daya
jawabannya melalui sumber-sumber yang relevan. ingat mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi
Hal ini mengharuskan mahasiswa untuk membaca, diajarkan, dengan jalan belajar, dan menemukan
memahami dan mencari jawaban terhadap sendiri jawaban atas tugas-tugas yang diberikan
permasalahan yang ada melalui pemikiran sendiri, dosen, kemudian dijelaskan lagi oleh dosen, akan
sebelum akhirnyaditerangkan secara jelas oleh menjadi lebih kuat. Sedangkan tugas yang
dosen pada kegiatan tatap muka. Mahasiswa akan diberikan sesudah materi diajarkan membuat
mendapat pengalaman baru ke dalam struktur mahasiswa mencari jawabannya hanya pada
intelektualnya. Dengan perkataan lain teradi proses catatan yang yang diterimanya dari dosen. Hal
asimilasi pada diri mahasiswa. Setelah tatap muka inilah yang membedakan prestasi belajar fisika
di kelas, akan terjadi proses interaksi antara mahasiswa yang diberi tugas sebelum materi
mahasiswa dengan dosen. Dalam interaksi ini, diajarkan dengan sesudah materi diajarkan.
mahasiswa akan mendapat informasi tentang
konsep fisika dan pemahamannya tentang fisika KESIMPULAN DAN SARAN
sudah benar atau salah.
Setelah berdiskusi dengan dosen maka 1) Terdapat perbedaan prestasi belajar fisika
mahasiswa akan mendapat satu konsep yang benar, antara kelompok mahasiswa yang diberi tugas
yang berarti terjadi proses akomodasi, sehingga sebelum materi diajarkan dengan kelompok
diperoleh pengalaman yang benar-benar baru. mahasiswa yang tanpa pemberian tugas pada
Dengna demikian tugas sebelum materi diajarkan mahasiswa Angkatan 2009/2010, 2) Prestasi belajar
dapat menciptakan keseimbangan dalam diri fisika kelompok mahasiswa yang diberi tugas
mahasiswa, yang berarti prestasi belajarnya dapat sebelum materi diajarkan lebih tinggi dari
kelompok mahasiswa yang tanpa pemberian tugas yang diberi tugas sebelum materi diajarkan lebih
pada mahasiswa Angkatan 2009/2010, 3) Terdapat tinggi dibanding denganyang diberi tugas sesudah
perbedaan prestasi belajar fisika antara kelompok materi diajarkan pada mahasiswa Angkatan
mahasiswa yang diberi tugas sesudah materi 2009/2010.
diajarkan dengan kelompok mahasiswa yang tanpa
pemberian tugas pada mahasiswa Angkatan Saran
2009/2010, 4) Prestasi belajar fisika kelompok 1) Pemberian tugas sebelum dan sesudah
mahasiswa yang diberi tugas sesudah materi materi diajarkan dapat meningkatkan prestasi
diajarkan lebih tinggi dari kelompok mahasiswa belajar fisika. Sehingga pemberian tugas sebelum
yang tanpa pemberian tugas pada mahasiswa dan sesudah pembelajaran fisika sebagai komponen
Angkatan 2009/2010, 5) Terdapat perbedaan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada
prestasi belajar fisika antara kelompok mahasiswa kegiatan belajar mengajar fisika, guna
yang diberi tugas sebelum materi diajarkandengan meningkatkan prestasi belajar fisikamahasiswa, 2)
kelompok mahasiswa yang diberi tugas sesudah Supaya dilakukan penelitian lebih lanjut dengna
materi diajarkan pada mahasiswa Angkatan populasi yang lebih banyak dan materi yang lebih
2009/2010, 6) Prestasi belajar fisika mahasiswa luas.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Roestiyah, NK. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta. Rineka Cipta.
Buchori, M. 2008. Teknik-Teknik Evaluasi dalam Pene- Sadullah, M. Maksum. 2004. Perbandingan Hasil
litian. Bandung: Jenmars. Belajar Matematika antara Mahasiswa Yang
Dakir. 2006. Didaktik Umum. Surabaya: UNESA. Diberi Tugas Sebelum Materi Diajarkan dan
Depdikbud. 2004. Garis-Garis Besar program Yang Tidak Diberi Tugas Sebelum Materi
Pengajaran Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Diajarkan Di SMP Negeri II Sukodadi
Depdikbud. Lamongan. Malang, skripsi tidak diterbitkan.
Dimyati dan Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Hamalik, O. 1989. Metode Belajar dan Kesulitan Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Belajar. Bandung: Tarsito. Sungkowo, B. T. 1985. Statistik sebagai Alat Analisis
Hendrajaya, AT. 2003. Hubungan Pekerjaan Orang Tua Data Penelitian I dan II. Malang: jurusan Pen-
dengan Pemberian Bimbingan Belajar kepada didikan Fisika FPMIPA IKIP Malang.
Mahasiswa SMA Pahlawan. Disertasi (tidak Subiyanto. 2000. SBM IPA. Malang: IKIP Malang.
diterbitkan). Jember: FKIP UNEJ. Sudirman, dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: Re-
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Matematika. Malang: maja Resda Karya.
UM Malang. Sumaji, dkk. 2008. Pendidikan Sains yang Humanistik.
Lilisari dan Ratna Wilis, D. 2006. Strategi Belajar Yogyakarta: Kanisius.
Mengajar IPA. Malang: UM Malang. Sutejo, Catur. 2005. Perbandingan Prestasi Belajar Kelas
Mustiningsih. 2008. Teori Belajar Mengajar. Malang: II yang Diberi Tugas Terstruktur Sebelum Materi
Jurusan Administrasi Pendidikan. FIP UM. Diajarkan dan Sesudah Materi Diajarkan.
Purwanto, Asis. 2004. Perbandingan Tingkat Malang, skripsi tidak diterbitkan.
Keefektifan Antara Pemberian Tugas Pra dan Winkel, WS. 1985. Psikologi Pengajaran. Jakarta:
Pasca Kegiatan Belajar Mengajar Terhadap Gramedia.
Prestasi Belajar Aljabar Mahasiswa Kelas 1
SMA Negeri 2 Kabupaten Lumajang. Malang,
skripsi tidak diterbitkan.
Sri Mulyaningsih
Hasan Subekti
Abstrak: Program peningkatan mutu guru untuk menjadi profesional tidak terlepas dari mutu
Pengawas Satuan Pendidikan, mengingat posisi strategis pengawas sekolah sebagai pembina di sekolah
binaannya. Untuk setiap upaya peningkatan kompetensi guru maupun sekolah tidak akan terlepas dari
peran pengawas yang salah satunya adalah kegiatan lesson study. Metode pelaksanaan kegiatan ini
dibagi dalam tiga tahap, yaitu: (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do); dan (3) Refleksi (See).
Hasil analisis dari kegiatan menunjukkan bahwa lesson study sangat menekankan persiapan pada Plan,
yang merupakan langkah awal kegiatan lesson study. Fase plan harus dimanfaatkan oleh tim Pengajar,
untuk membuat perencanaan perangkat pembelajaran. Keberhasilan lesson study tergantung pada
kesadaran masing masing individual untuk bersama bekerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
refleksi. Kegiatan ini menyimpulkan bahwa lesson study sangat menekankan persiapan pada Plan 1
dimana keberhasilan lesson study tergantung pada kesadaran masing masing individual untuk bersama
bekerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Mayoritas pengawas satuan pendidikan
memberikan respon setuju terhadap dengan kegiatan lesson study.
Dengan diberlakukannya KTSP di semua jen- mengapa harus dengan lesson study dan bagaimana
jang pendidikan, tantangan baru bagi guru, penga- penerapannya, alasan apa dan bagaimana harapan
was, penilik sekolah, kepala sekolah, pembina, setelah menerapkan lesson study berkaitan dengan
pengembang kurikulum, pengembang program, cara, proses, atau tahapan penyelenggaraan lesson
pengembang tes, dan semua pihak yang terlibat da- study.
lam dunia pendidikan, baik langsung maupun tidak Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam
langsung, baik yang terlibat dalam perencanaan, mengimplementasikan lesson study menurut Lewis
pelaksanaan, maupun penilaian pendidikan, (2002:51-72) ada enam tahap yaitu: 1. Membentuk
kesemuanya itu menghadapi tantangan yang makin grup lesson study, 2. Memfokuskan lesson study, 3.
berat dalam bersaing di dunia pendidikan. Merencanakan research lesson (pelajaran yang
Salah satu pengembangan profesional guru- diteliti), 4. Mengajar dan mengamati research
guru sekolah dasar melalui lesson study di Kabupa- lesson, 5. Mendiskusikan dan menganalisis
ten Bangkalan merupakan hasil kerja sama antara research lesson, dan 6. Merefleksikan Lesson
Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Fakultas Study.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program peningkatan mutu guru untuk
(FMIPA), Prodi Pendidikan Sains, dan Lembaga menjadi profesional tidak terlepas dari mutu
Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Pengawas Sekolah/Pengawas Satuan Pendidikan,
Surabaya (LPM UNESA) serta Dinas Pendidikan mengingat posisi strategis pengawas sekolah
Kabupaten Bangkalan. Mengawali hal tersebut sebagai pembina di sekolah binannya, oleh karena
sebelumnya akan dibahas apa lesson study, itu upaya peningkatan kompetensi pengawas
sekolah dalam melaksanakan pembimbingan dan disebutkan bahwa Tugas Pengawas adalah
pelatihan keterampilan guru dalam melaksanakan membantu guru dalam tujuan pendidikan, mencari
tugas pokoknya menjadi sangat penting dan sumber pengajaran, memilih buku pelajaran, mem-
strategis. Hal ini perlu dilakukan melalui kerjasama buat persiapan mengajar, memahami metodologi
berbagai pihak yang terlibat. Tugas pengawas pengajaran, menggunakan alat peraga, pem-
satuan pendidikan/ pengawas sekolah dalam bentukan school public relations, menciptakan staff
melakukan pembimbingan dan pelatihan harmony, mengatasi emosional problem, mengenal
profesional guru dalam melaksanakan tugas kebutuhan murid, menciptakan disiplin sekolah,
pokoknya yaitu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil belajar, sehingga guru mampu
menilai proses pembelajaran/pembimbingan, dan mengatasi berbagai permasalahan di sekolah.
membina tenaga kependidikan lainnya baik pada Menurut Ofsted, 2003 (dalam Djalalah,
satuan pendidikan maupun melalui 2009:3) tugas pengawas mencakup: (1) inspecting
KKG/MGMP/MKKS atau bentuk lain yang dapat (mensupervisi), (2) advising (memberi nasehat), (3)
meningkatkan kompetensi guru dan tenaga monitoring (memantau), (4) reporting (membuat
kependidikan lainnya. laporan), (5) coordinating (mengkoordinir), dan (6)
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, performing leadership dalam arti memimpin dalam
penulis terdorong untuk melakukan penelitian de- melaksanakan kelima tugas pokok tersebut. Uraian
ngan judul: ”Profil respon pengawas sekolah dalam dari ke enam tugas tersebut dijelaskan sebagai
pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu melalui berikut.
lesson study Di kabupaten bangkalan”. Tugas pokok inspecting (mensupervisi) meli-
Kegiatan penelitian ini mempunyai beberapa puti tugas mensupervisi kinerja kepala sekolah,
tujuan, yaitu: (1) mendeskripsikan pelaksananaan kinerja guru, kinerja staf sekolah, pelaksanaan
pembelajaran IPA terpadu melalui lesson study di kurikulum/mata pelajaran, pelaksanaan pembelajar-
kabupaten Bangkalan, (2) mendeskripsikan respon an, ketersediaan dan pemanfaatan sumberdaya, ma-
pengawas terhadap Pelaksanaan Pembelajaran IPA najemen sekolah, dan aspek lainnya seperti:
Terpadu Melalui Lesson Study, dan (3) men- keputusan moral, pendidikan moral, kerjasama de-
deskripsikan guru terhadap Pelaksanaan Pemb- ngan masyarakat.
elajaran IPA Terpadu Melalui Lesson Study. Tugas pokok advising (memberi advis/nase-
hat) meliputi advis mengenai sekolah sebagai
KAJIAN PUSTAKA sistem, memberi advis kepada guru tentang
pembelajaran yang efektif, memberi advis kepada
Pengawasan Satuan Pendidikan kepala sekolah dalam mengelola pendidikan,
memberi advis kepada tim kerja dan staf sekolah
Pengawas sekolah adalah pejabat fungsional dalam meningkatkan kinerja sekolah, memberi
yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk advis kepada orang tua siswa dan komite sekolah
melakukan pengawasan pendidikan terhadap se- terutama dalam meningkatkan partisipasi
jumlah sekolah yang telah ditunjuk dan ditetapkan masyarakat dalam pendidikan.
oleh instansi yang berwenang (Djalalah, 2009:3). Tugas pokok monitoring meliputi tugas: me-
Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa keberadaan mantau penjaminan/standard mutu pendidikan, me-
pengawas sangat dibutuhkan untuk dapat mantau penerimaan siswa baru, memantau proses
memantau seluruh kegiatan pendidikan dan dan hasil belajar siswa, memantau pelaksanaan
pembelajaran yang berlangsung pada setiap unit ujian, memantau rapat guru dan staf sekolah,
sekolah. Keberadaan pengawas bukanlah untuk memantau hubungan sekolah dengan masyarakat,
mencari cari kesalahan dan kekurangan yang memantau data statistik kemajuan sekolah, dan
dilakukan sekolah dalam melaksanakan peran dan memantau program-program pengembangan
fungsinya, tetapi pengawas lebih berfungsi sebagai sekolah.
pemberi solusi atas masalah dan hambatan yang Tugas pokok reporting meliputi tugas:
dialami sekolah. melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan
kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
Tugas Pengawasan Satuan Pendidikan
Propinsi dan/atau Nasional, melaporkan
Tugas utama pengawas sekolah adalah untuk perkembangan dan hasil pengawasan ke
membantu guru, menurut Darmawati (2009:2)
masyarakat publik, melaporkan perkembangan dan produk dan proses. Produk merupakan tolok
hasil pengawasan ke sekolah binaannya. keberhasilan mencapai tujuan, yaitu meningkatkan
Tugas pokok coordinating meliputi tugas: kemampuan siswa sesuai dengan standar
mengkoordinir sumber-sumber daya sekolah baik kompetensi yang ditentukan. Sedangkan aspek
sumber daya manusia, material, financial dll, Proses mengacu pada proses pembelajaran yang
mengkoordinir kegiatan antar sekolah, mengkoor- mampu menciptakan situasi belajar yang
dinir kegiatan preservice dan in service training menyenangkan serta mendorong siswa aktif belajar
bagi Kepala Sekolah, guru dan staf sekolah lainnya, dan berpikir kreatif.
mengkoordinir personil stakeholder yang lain,
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan inovasi Pembelajaran Sains Terpadu
sekolah. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila
Tugas pokok performing leadership meliputi peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menja-
tugas: memimpin pengembangan kualitas SDM di di kendali dalam kegiatan pembelajaran Dengan
sekolah binaannya, memimpin pengembangan ino- berpartisipasi dalam tema tersebut siswa belajar se-
vasi sekolah, partisipasi dalam memimpin kegiatan kaligus proses dari isi beberapa mata pelajaran
manajerial pendidikan di Diknas yang terjadi secara serempak.
bersangkutan, partisipasi pada perencanaan Fogarty (1991:35) mengemukakan bahwa
pendidikan di kabupaten/kota, partisipasi pada terdapat 10 tipe pembelajaran terpadu. Namun de-
seleksi calon kepala sekolah/calon pengawas, ngan mempertimbangkan berbagai teknis penera-
partisipasi dalam akreditasi sekolah, partisipasi pannya, studi IPA di Jawa Timur (1999 s/d 2002)
dalam merekrut personal untuk proyek atau memilih tiga tipe pembelajaran Sains terpadu untuk
program-program khusus pengembangan mutu diterapkan, yaitu (a) pembelajaran tipe
sekolah, partisipasi dalam mengelola konflik di keterhubungan (connected), (b) pembelajaran tipe
sekolah dengan win-win solution dan partisipasi jaring laba-laba (webbed), dan (c) pembelajaran
dalam menangani pengaduan baik dari internal tipe keterpaduan (integrated).
sekolah maupun dari masyarakat. Itu semua
dilakukan guna mewujudkan kelima tugas pokok di Lesson Study
atas.
Lesson Study merupakan model pembinaan
Model Pembelajaran profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelajutan berlandaskan
Model Pembelajaran tepadu merupakan suatu prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning unt-
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan uk membangun komunitas belajar. Lesson study
peserta didik baik individual maupun kelompok bukanlah suatu strategi atau metode dalam
aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya
serta prinsip secara holistik dan otentik, pembinaan untuk meningkatkan proses
Pembelajaran terpadu merupakan model yang pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok
mencoba memadukan beberapa konsep/pokok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan,
bahasan/ kompetensi dasar menjadi suatu dalam merencanakan, melaksanakan,
pembelajaran dengan tema tertentu. Selain itu mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran.
Arend (1997:7) juga mengatakan istilah pengajaran Tahapan-tahapan dalam lesson study menurut
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran Wikipedia (2007:2) bahwa lesson study dilakukan
tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkunan dan melalui empat tahapan dengan menggunakan
sistem pengelolaannya. konsep Plan-Do-Check-Act. Sedangkan Slamet
Masih banyak pakar pakar lain seperti Joice Mulyana (2007:5) mengemukakan tiga tahapan
dan Weil (1992:1) yang mengatakan bahwa dengan dalam lesson study, yaitu: (1) Perencanaan (Plan);
model tersebut guru dapat membantu siswa untuk (2) Pelaksanaan (Do); dan (3) Refleksi (See).
mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, Lesson Study dipilih dan dimplementasikan
keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson study
ide diri sendiri serta mengajarkan bagaimana merupakan suatu cara efektif yang dapat
mereka belajar. Menurut Johnson (dalam Samani, meningkatkan kualitas mengajar dan belajar serta
2000), untuk mengetahui kualitas model pelajaran di kelas. Hal ini benar, karena (1)
pembelajaran harus dilihat dari dua aspek yaitu
pengembangan lesson study dilakukan dan Bangkalan pada hari senin tanggal 9 November
didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan 2009 pukul 08.00-13.00 WIB. Jumlah Peserta
profesional yang berlandaskan pada praktek dan sebayak 72 orang yang merupakan perwakilan dari
hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) ke 18 kecamatan di kabupaten bangkalan dengan
penekanan mendasar suatu lesson study adalah para rincian 52 guru SD dan 18 pengawas sekolah.
siswa memiliki kualitas belajar, (3) tujuan pelajaran Acara kegiatan Plan I dimulai dengan acara
dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembukaan oleh Kepala Dinas yang diwakili oleh
pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman Bapak Drs. Margono yang antara lain
real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan mengutarakan keinginan beliau untuk
bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson meningkatkan kualitas pembelajarannya.
study akan menempatkan peran para guru sebagai Bermacam macam upaya telah dilakukan yang
peneliti pembelajaran (Lewis, 2002:7). semuanya mengarah.
Selanjutnya sajian informasi tentang lesson
METODE PENELITIAN study, pembelajaran terpadu, penyusunan
perangkat dan model pembelajaran terpadu yang
Pelaksanaan kegiatan ini dibagi dalam tiga ditindaklajuti dengan tanya jawab. Setelah kegiatan
tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan pembagian kelompok, penentuan guru model, pe-
evaluasi. Tahap persiapan meliputi membuat nentuan materi, SK/KD, dan pengembangan RPP
perangkat pembelajaran sains terpadu yang akan Peserta diarahkan untuk Diskusi materi terpilih
digunakan dalam kegiatan pendampingan dan pe- dengan menyusun RPP IPA terpadu dengan arahan
nyebaran brosur ke beberapa sekolah. Tahap dari fasilitator.
pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di SD negeri Kesepakatan guru model Kelas I: Yahana Sri
di bangkalan dengan akan dilakukan selama lima Utami S.Pd. dari SDK Maria Fatimah Bangkalan),
kali pertemuan di Dinas pendidikan bangkalan dan Kelas II: Sri Hariati S.Pd. dari SDN Perreng I
SD Negeri 1 Bangkalan. Tahap evaluasi dilak- Bruneh, dan Kelas III: Holik S.Pd dari SDN
sanakan melalui repon dari pengawas satuan Keleyan 3 Socah).
pendidikan dari perwakilan tiap-tiap perwakilan di Kegiatan Plan II merupakan lanjutan
kecamatan seluruh bangkalan melalui angket. Hasil pertemuan I yaitu simulasi tentang perangkat
data dalam penelitian ini merupakan data sekunder pembelajaran yang telah disusun seperti
dari kegiatan PKM unggulan tahun 2009 yang kesepakatan pada Plan I dan dilanjutkan dengan
dilakukan oleh tim dari Program Studi Pendidikan refisi perangkat sesuai dengan saran saran teman
Sains dengan bekerja sama dengan Dinas guru.
Pendidikan Bangkalan. Data yang diperoleh terse- Dari aktivitas simulasi ini muncul beberapa
but dianalisis secara deskriptif. masalah, diantaranya (1) Guru masih kesulitan
dalam mempersiapkan RPP pembelajaran terpadu,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (2) Perencanaan peralatan praktek, media masih
terlalu minim, dan (3) Pemahaman penyusunan
Pelaksanaan pembelajaran terpadu melalui LKS untuk tingkat SD masih kurang.
Lesson study Adapun solusi yang dilakukan, yaitu: (1) RPP
diarahkan pada pembelajaran inovatif, kreatif dan
Kegiatan lesson study ini dilakukan pada 9-24 tidak harus dalam format tertentu, (2) Sementara
November 2009 dengan kegiatan tahapan terdiri dapat menggunakan apa yang ada yang ada, dan (3)
dari: (1) Plan (dilakukan tanggal 9 dan 12 diarahkan pada penyusunan LKS dengan
November 2009), (2) Do-see (dilakukan tanggal keterampilan proses.
16, 19, dan 24 November 2009), dan (3) Refleksi
(dilakukan tanggal 16, 19, dan 24 November 2009). Kegiatan Do- See
Secara lebih rinci tahapan lesson study disajikan
sebagai berikut. Kegiatan Do- See 1 diawali dengan briefing
bertempat di kelas 3 SDN Keleyan 2 Socah
Kegiatan Plan Bangkalan dimulai pukul 08.00 dan dilakukan di
beberapa pengarahan tentang tata tertib lesson
Tempat Pelaksanaan kegiatan plan yang study serta cara pengisian lembar observasi.
pertama dilaksanakan di SDK Maria Fatimah Briefing dihadiri oleh seluruh peserta lesson study
sebanyak 76 orang, nara sumber dari Prodi Sains Makhluk Hidup. Siswa antusias dalam mengikuti
FMIPA-UNESA; guru model 3 kelas I, II, dan III pembelajaran, terbukti dengan banyaknya siswa
sebanyak 3 orang, Kepala SDN Bangkalan, dan yang berebut menjawab pertanyaan-pertanyaan gu-
pemandu dari UNESA. ru. Setting tempat duduk kurang tepat, sehingga
Pembukaan briefing oleh pemandu disusul ada beberapa siswa yang membelakangi papan
dengan penjelasan pelaksanaan open lesson oleh tulis.
ketua tim peneliti berikutnya dilanjutkan dengan
sambutan, Sebagai acara inti Briefing adalah Refleksi
presentasi RPP oleh para guru model dari 3 guru Acara refleksi untuk Do-See I dilakukan
kelas 1, 2, dan 3 yang akan dilakukan open lesson. langsung setelah open lesson. Observer dibagi
Setelah break sejenak langsung masuk kelas untuk menjadi 4 kelompok untuk mendiskusikan hasil
melaksanakan open lesson. Peserta workshop observasi yang akan disajikan dalam bentuk tulisan
bertindak sebagai observer. Open lesson Do-see I di atas kertas yang kemudian dipresentasikan.
dilakukan di kelas III dengan jumlah siswa orang Refleksi dimuai dari guru model dilanjutkan de-
dan dipimpin oleh guru model. Open lesson yang ngan hasil komentar para observer yang diwakili
dilakukan kali ini adalah pelajaran IPA Kelas 3 oleh masing-masing anggota kelompok.
Sekolah Dasar dengan pendekatan tematik. Refleksi oleh guru model, yaitu: (a) Sebagai
Kegiatan diawali Do- See II dengan briefing guru yunior merasa kurang sekali, (b) Membuat
bertempat di kelas 1 SDK Maria Fatima Bangkalan RPP tim kecil, tiap kali pertemuan ada yang
dimulai pukul 09.00 WIB dan dilakukan beberapa dibahas termasuk menyusun RPP untuk open
pengarahan. Briefing dihadiri oleh seluruh peserta lesson hari ini, (c) Menilai diri sendiri kira-kira
LS sebanyak 76 orang, nara sumber dari Prodi 75% merasa berhasil, (d) Kesulitan dalam
Sains FMIPA-UNESA; guru model kelas II, mengenal siswa karena bukan pada kelasnya, dan
Kepala SDN Bangkalan, dan pemandu dari (e) Waktu kurang, karena belum memberikan
UNESA. Sebagai acara inti briefing adalah kegiatan akhir
penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran Refleksi observer kelompok I, Wakil observer
oleh guru model kelas 2 yang akan dilakukan open menempel tulisan hasil diskusi, yaitu: (a) Siswa
lesson. Setelah break sejenak langsung masuk kelas belum semua benar-benar siap belajar, siswa
untuk melaksanakan open lesson. Peserta bagian tengah belum bisa menjawab pertanyaan,
workshop bertindak sebagai observer. Open lesson (b) Siswa mulai konsentrasi belajar setelah 15
Do-see II dilakukan di kelas II dengan jumlah menit guru memulai pelajaran, (c) Siswa yang tidak
siswa 13 orang dan dipimpin oleh guru model. konsentrasi ada beberapa, ada tiga orang yang
Open lesson yang dilakukan kali ini adalah sempat teramati dengan sekasama, (d) Ada
pelajaran IPA Kelas 2 Sekolah Dasar dengan kegiatan belum tercapai, dan (e) Belum ada
pendekatan tematik. Tema yang diangkat untuk evaluasi.
pembelajaran kali ini adalah Bangun ruang. Refleksi Observer kelompok II, yaitu: (a)
Kegiatan Do-See III diawali dengan Pada saat penjelasan materi tidak ada siswa yang
Presentasi guru model tentang rencana mencatat hal-hal penting. (b) Pendahuluan terlalu
pembelajaran yang akan dilakukan bertempat di lama, 35 menit, dan (c) Tidak ada pancingan
SDN Keraton I Bangkalan antara lain tentang mata pertanyaan dari guru.
pelajaran yang disampaikan, strtegi pembelajaran Refleksi Observer Kelompok III, yaitu: (a)
yang dipilih, susunan bangku. Kegiatan Do- See III Guru memperhatikan siswa yang pasif dan siswa
ini dihadiri oleh seluruh peserta LS sebanyak 76 tersebut lebih didorong untuk mengambil bagian
orang, nara sumber dari Prodi Sains FMIPA- dari kegiatan pembelajaran (siswa menjadi aktif),
UNESA, guru model kelas I, Kepala SDN Keraton (b) Media dan kerja kelompok serta metode sangat
I Bangkalan, dan pemandu dari UNESA. membantu dalam pembelajaran, (c) Guru harus
Open lesson Do-see III dilakukan di kelas II semangat mempersiapkan diri secara matang
dengan jumlah siswa 54 orang dan dipimpin oleh dalam PBM, dan (d) Tidak segan memberi peng-
guru model. Open lesson yang dilakukan kali ini hargaan.
adalah pelajaran IPA Kelas II Sekolah Dasar Refleksi Observer Kelompok IV, yaitu: (a)
dengan pendekatan tematik. Tema yang diangkat Sampai menit ke-40 cenderung teacher senter, (b)
untuk pembelajaran kali ini adalah Tempat Hidup Tidak ada catatan bagi siswa, karena tidak ada
kesempatan untuk menulis, (c) Pengajaran sangat harus lebih mempersiapkan diri secara matang
vareatif, (d) Penguasaan kelas sangat baik, dan (e) dalam PBM dan percaya diri, dan (c) Tidak segan
Pandangan siswa yang dipinggir sering dihalangi memberi penghargaan.
oleh guru. Catatan dari dosen pembina: Beberapa siswa
Kegiatan refleksi untuk Do-See II Kegiatan masih banyak yang bingung mengenai konsep
diawali dengan briefing bertempat di kelas 1 SDK bangun ruang dan bangun datar, serta ada beberapa
Maria Fatima Bangkalan dimulai pukul 09.00 dan siswa dalam tiap kelompok yang masih melakukan
dilakukan beberapa pengarahan. Briefing dihadiri aktifitas sendiri. Pada kelompok kamboja semua
oleh seluruh peserta LS sebanyak 76 orang, nara siswanya pasif.
sumber dari Prodi Sains FMIPA-UNESA; guru Acara refleksi Do-See III dilakukan langsung
model kelas II, Kepala SDN Bangkalan, dan setelah open lesson. Observer dibagi menjadi 3
pemandu dari UNESA. kelompok untuk mendiskusikan hasil observasi
Sebagai acara inti briefing adalah penjelasan yang akan disajikan dalam bentuk tulisan di atas
mengenai pelaksanaan pembelajaran oleh guru kertas yang kemudian dipresentasikan. Refleksi
model kelas 2 yang akan dilakukan open lesson. dimuai dari guru model dilanjutkan dengan hasil
Setelah break sejenak langsung masuk kelas untuk komentar para observer yang diwakili oleh masing-
melaksanakan open lesson. Peserta workshop masing anggota kelompok.
bertindak sebagai observer. Siswa antusias dalam mengikuti
Acara refleksi Do-See II dilakukan langsung pembelajaran, terbukti dengan banyaknya siswa
setelah open lesson. Observer dibagi menjadi 3 yang berebut menjawab pertanyaan-pertanyaan
kelompok untuk mendiskusikan hasil observasi guru. Setting tempat duduk kurang tepat, sehingga
yang akan disajikan dalam bentuk tulisan di atas ada beberapa siswa yang membelakangi papan
kertas yang kemudian dipresentasikan. Refleksi tulis.
dimuai dari guru model dilanjutkan dengan hasil Motivasi awal yang diberikan sangat
komentar para observer yang diwakili oleh masing- membuat antusias siswa.tetapi kegiatan yang
masing anggota kelompok. diulang dan tidak terstruktur membuat siswa jenuh.
Refleksi oleh Guru Model, yaitu: (a) Menilai Pemberian tuigas membaca membuat siswa
diri sendiri kira-kira 75% merasa berhasil, (b) kebingungan. Siswa yang aktif hanya bagian
pengajar banyak yang tidak sesui dengan RPP, tengah karena yang duduk dipinggir lepas dari
karena RPP dibuat oleh tim guru, (c) Grogi saat perhatian guru. Sebagian siswa hanya menjawab
tampil, sehingga konsep yang diajarkan agak ka- dari pertanyaan guru, aktivitas siswa belum
cau, dan (d) Waktu kurang, karena kegiatan akhir nampak. Diskusi siswa juga tidak jalan, hanya
masih separuh yang dilakukan. siswa satu dua yang aktif
Refleksi Observer kelompok I, Wakil
observer menempel tulisan hasil diskusi, yaitu: (a) Respon Pengawas Satuan Pendidikan
Siswa belum semuanya bisa memahami konsep Respon pengawas satuan pendidikan terhadap
yang diajarkan dengan benar, (b) Siswa mulai kegiatan lesson study dijaring dengan menggu-
konsentrasi belajar setelah 15 menit guru memulai nakan lember angket. Angket respon pengawas
pelajaran, (c) Semua siswa dalam kelompok sekolah diisi setelah keseluruhan kegiatan lesson
kamboja pasif, karena hanya diam saja, dan (d) study selesai. Data yang diperoleh disajikan secara
Ada kegiatan yang belum tercapai. ringkas pada tabel 1.
Refleksi Observer kelompok II, yaitu: (a) Pa- Dari hasil angket kepada yang diberikan ke
da saat penjelasan materi siswa banyak yang pengawas di kabupaten bangkalan tentang
bingung, (b) Motivasi yang dilakukan terlalu lama pelaksanaan lesson study banyak nilai positifnya
dan banyak, sehingga waktu terbuang sia- sia, (c) dibandingkan nilai negatifnya. Beberapa respon
Siswa yang aktif didominasi oleh kelompok negatif, yaitu: Respon nomor 2 yang menyatakan
mawar, dan (d) Siswa pada kelompok bougenvile: saya rasa lesson study yang dilaksanakan tidak
Syaiful, tidak bisa menulis sehingga dia tidak bisa ada bedanya dengan pelatihan yang lain (0,0%),
mencatat materi yang diajarkan. respon nomor 21 yang menyatakan saya merasa
Refleksi Observer Kelompok III, yaitu: (a) enggan mengemukakan hasil observasi saya kare-
Guru hanya memperhatikan siswa yang aktif dan na takut menyinggung perasaan guru (5,6%), dan
semangat saja, sehingga tampak monoton, (b) Guru respon nomor 22 yang menyatakan saya mem-
berikan banyak kritik terhadap penampilan guru utuh pelaksanaan lesson study yang sebenarnya.
model pada diskusi refleksi setelah pembelajaran Dari pengalaman awal tersebut diharapkan ada
(11,1%). Hal ini disampaikan karena mereka belum perubahan perilaku dalam mempersiapkan
sepenuhnya memahami dan mengetahui secara perangkat maupun pelaksanaannya.
DAFTAR RUJUKAN
Baba, T. and Kojima, M. 2003. Lesson Study, In Japan UNESA bekerja sama dengan Himpunan Fisika
International Cooperation Agency (Ed.) Japanese Indonesia (HFI) dengan tema Optimalisasi Per-
Eductional Experiences. Tokyo: Japan Interna- anan Fisika Menghadapi Perkembangan IPTEK
tional Cooperation Agency. Milenium III. Surabaya: Unesa.
C., Perry, R., and Hurd, J. 2004. A Deeper Look at Les- Nonaka. 2005. Knowledge Creation. Makalah Presentasi
son Study. Educational Leadership. pada Seminar Nasional yang diselenggarakan
Darmawati. 2009. Upaya Pemberdayaan Pengawas. Universitas Indonesia.
Diakses melalui http://one. indoskripsi.com. Sudjana, N. 2006. Standar Mutu Pengawas. Jakarta:
Djalalah. 2009. Kumpulan Kasus Manajemen SDM. Depdiknas.
Diakses melalui http://one.indoskripsi.com. Saito, E., Harun, I., Kuboki, I. and Tachibana, H. 2006.
Fernandez, C. and Yoshida, M. 2004. Lesson Study: A Indonesian Lesson Study in Practice: Case Study
Japanese Approach to Improving Mathematics of Indonesian Mathematics and Science Teacher
Teaching and Learning. Mahmah, New Jersey: Education Project. Journal of In-service Educa-
Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. tion. 32 (2):171-184.
Fogarty, R. 1991. How to Integrate The Curricula. Illi- Tigler, J.W. and Hiebert, J. 1999. The Teaching Gap:
nois: IRI/Skylight Publishing, Inc. Best Ideas from the World's Teachers for Im-
Lewis, C.C. 2002. Lesson Study: A Handbook of proving Education in the Classroom. New York:
Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, The Free Press.
PA: Research for Better Schools, Inc.
Prabowo. 2000. Pembelajaran Fisika Dengan Pendeka-
tan Terpadu Dalam Menghadapi Perkembangan
IPTEK Milenium III. Makalah disampaikan pada
Seminar dan Lokakarya Jurusan Fisika FMIPA
Sulur
Subani
Muharjito
Abstrak: Matakuliah Fisika Matematika I dan Fisika Matematika II merupakan matakuliah yang disa-
jikan pada pogram RSBI. Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan perkuliahan Fisika Matematika I
program RSBI, penguasaan materi sangat baik dan hanya sebagian kecil mahasiswa mengemukakan
pendapat atau menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
memperbaiki keterampilan berbahasa Inggris adalah penerapan multimetode perkuliahan aktif. Oleh
karenanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan multi-metode perkuliahan aktif
pada perkuliahan Fisika Matematika II Semester Genap Tahun Akademik 2009/2010 Jurusan Fisika
FMIPA UM Malang dan peningkatan keterampilan berbahasa Inggris serta peningkatan hasil belajar
Fisika Matematika II dengan penerapan multimetode perkuliahan aktif. Penelelitian ini termasuk peneli-
tian tindakan kelas. Data keterlaksanaan multimetode perkuliahan aktif dan keterampilan berbahasa
Inggris diperoleh dengan instrumen pengamatan sedangkan hasil belajar Fisika Matematika II dipe-
roleh dari hasil ujian harian (kuis). Kesan atau komentar mahasiswa terhadap pelaksanaan multimetode
perkuliahan aktif dikumpulkan melalui angket untuk kebutuhan triangulasi. Hasil penelitian ini adalah
bahwa multimetode perkuliahan aktif Fisika Matematika II yang terdiri dari curah pendapat (brain-
storming), kerja berpasangan (work in pair), presentasi oleh mahasiswa (presentation), penguatan (ex-
planation by lecturer using question and answer tehnique), kuis (uji kompetensi) dan dialog interaktif
pada setiap pertemuan dapat dilaksanakan dengan tingkat keterlaksanaan 81,6 % pada siklus I dan
87,5% pada siklus II serta terdapat peningkatan sebesar 5,9%; terjadi peningkatan keterampilan berba-
hasa Inggris pada aspek berbicara sebesar 20,7% yaitu meningkat dari 34,4% pada siklus I menjadi
55,2% pada siklus II; dan terdapat peningkatan hasil belajar Fisika Matematika II sebesar 2,1 dari hasil
belajar 70,8 pada setiap siklus menjadi 72,9 pada siklus II.
Kata kunci: multimetode perkuliahan aktif, keterampilan berbahasa Inggris, hasil belajar
Pelaksanaan Rintisan Sekolah Bertaraf Inter- (lembaga pendidikan tenaga kependidikan) perlu
nasional (RSBI) di setiap kabupaten/kota (UU menyiapkan lulusan yang memiliki kemampuan
20/2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat 2) mengajar dalam bahasa Inggris.
membutuhkan guru-guru fisika yang mampu Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan
mengajar Fisika dengan bahasa Inggris. Kebutuhan Fisika FMIPA UM Malang merupakan salah satu
ini dipenuhi antara lain melalui kursus atau LPTK yang memulai untuk menyiapkan lulusan
pelatihan bagi guru-guru fisika dalam jabatan untuk yang memiliki keterampilan berbahasa Inggris
menguasai bahasa Inggris, menyediakan untuk kebutuhan pembelajaran. Terdapat dua
pendamping ahli bahasa Inggris, dan sebagainya komponen utama dalam kurikulum untuk
untuk jangka pendek. Untuk jangka panjang, LPTK penyiapan mahasiswa memiliki kemampuan
berbahasa Inggris yaitu kelompok matakuliah Inggris sebagai nilai tambah dengan tetap
utama untuk penguasaan bahasa Inggris seperti mempertimbangkan penguasaan materi. Oleh
English for Physics dan Teaching Physics in karena itu metode pembelajaran yang diterapkan
English. Komponen kedua adalah kelompok harus mencerminkan pencapaian ini.
pendukung yakni kelompok matakuliah yang Metode perkuliahan yang bersifat
memberikan nilai tambah pada keterampilan konstruktivis merupakan metode yang tepat karena
berbahasa Inggris. Tujuan utama matakuliah metode ini memberikan kesempatan kepada peserta
kelompok ini adalah penguasaan materi (content) untuk membangun konsep secara mandiri dan
tetapi juga menyediakan kesempatan kepada menajamkan penguasaan konsep dengan latihan-
mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan latihan terstruktur. Perkuliahan aktif (active
berbahasa Inggris. Fisika Matematika II merupakan learning) merupakan salah satu cara mewujudkan
salah satu matakuliah dalam kelompok ini. pembelajaran konstruktivis. Perkuliahan aktif
Penyelenggaraan program penyiapan memberikan kesempatan yang luas kepada
lulusan yang mampu mengajar fisika dengan mahasiswa untuk aktif mencari, menemukan,
bahasa Inggris (program untuk RSBI) ini baru membangun gagasan, mempertanyakan, dan
dimulai semester ganjil tahun akademik 2009/2010. menerapkan gagasan untuk menyelesaikan masalah
Oleh karena itu, pelaksanaan perkuliahan Fisika secara mandiri. Peran mahasiswa menjadi dominan
Matematika II dalam bahasa Inggris merupakan dibandingkan dengan peran dosen. Perkuliahan
perkuliahan yang pertama kali dilaksanakan. aktif ini akan memotivasi mahasiswa untuk
Perkuliahan berbahasa Inggris belum memiliki menjadi the fully active learners. Apabila mereka
pengalaman sehingga cenderung merupakan proses mendapatkan tugas untuk mengerjakan 4 masalah
pencarian bentuk dan format yang paling sesuai. tetapi mereka akan mengerjakan lebih dari 4
Untuk mendukung perkuliahan dalam bahasa dengan sempurna (Merril Harmin, 2006). Menurut
Inggris, handout ditulis dalam bahasa Inggris dan L. Dee Fink (dalam Triyanta, 2009), dalam
dibagikan kepada setiap peserta (peserta perkuliahan aktif mahasiswa harus mendapatkan
perkuliahan Fisika Matematika non RSBI pengalaman melakukan (do) sesuatu dan
menggunakan handout yang ditulis dalam bahasa mengamati (observe) sesuatu dan melakukan
Indonesia). Diharapkan mahasiswa dapat mulai diskusi dengan diri sendiri dan dengan mahasiswa
membiasakan diri dengan bahasa Inggris. lain tentang apa yang diperoleh dari pengalaman
Perkuliahan Fisika Matematika II tersebut. Jelas bahwa dalam perkuliahan aktif
diselenggarakan dalam bahasa Inggris secara dosen berperan sebagai fasilitator dan tanggung
bertahap. Pengajaran sebagian besar disampaikan jawab mahasiswa tidak hanya terbatas pada apa
dalam bahasa Inggris kecuali untuk hal-hal penting yang harus mereka pelajari namun juga bagaimana
yang terkait dengan pemahaman konsep kadang mereka mempelajarinya. Bonwell dan Eison
ditegaskan dalam bahasa Indonesia. Media yang (dalam Triyanta, 2009) menyatakan bahwa
berupa slide power point juga menggunakan perkuliahan aktif memiliki lima karakteristik: (1)
bahasa Inggris. Usaha ini diharapkan memberikan kelas perkuliahan aktif bukan kelas dengan
nilai tambah keterampilan bahasa Inggris peserta mahasiswa sekedar mendengarkan, (2) kurang
perkuliahan baik pada keterampilan membaca menitikberatkan pada alih informasi, namun lebih
(reading), menulis (writing), berbicara (speaking), pada pengembangan kemampuan (skill)
dan mendengarkan (listening). mahasiswa, (3) melibatkan tingkatan proses
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan berpikir yang lebih tinggi yaitu analisis, sintesis,
penyelenggaraan perkuliahan Fisika Matematika I dan evaluasi, (4) mahasiswa aktif dengan kegiatan
program RSBI, penguasaan materi sangat baik membaca, berdiskusi, dan menulis, (5) perhatian
dengan rata-rata 80 atau A- (semua lulus, hanya pada eksplorasi tatanilai dan sikap mahasiswa
ada satu mahasiswa yang mendapatkan nilai C). (Triyanta, 2009).
Namun demikian hanya sebagian kecil mahasiswa Multi metode perkuliahan aktif merupakan
yang melaksanakan presentasi dalam bahasa kumpulan beberapa metode yang diterapkan pada
Inggris, mengemukakan pendapat dalam bahasa satu pertemuan. Pada dasarnya setiap dosen selalu
Inggris atau menjawab pertanyaan dalam bahasa menerapkan multimetode dalam perkuliahan mulai
Inggris. Hal ini menunjukkan perlunya suatu usaha dari tahap pembukaan atau kegiatan awal sampai
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dengan penutupan atau kegiatan akhir. Tidak
mungkin seorang dosen hanya menggunakan satu cabulary and the removal of obscure information,
metode karena pada setiap tahap perkuliahan brought about an improvement in achievement.
memiliki tujuan yang berbeda-beda. Sebagai The conclusion considers the implications of the
contoh pada tahap pembukaan dosen akan study for the writers of examinations and other
menggunakan metode-metode yang mampu texts in science’.
mengantarkan mahasiswa pada ketertarikan kepada Metode pembelajaran bahasa juga
materi yang akan dipelajari. Pada tahap ini, metode menentukan hasil belajar. Beberapa penelitian
tanya-jawab, curah pendapat, kartu soal, permainan menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang
dan sebagainya dapat diterapkan. Untuk kegiatan diterapkan dapat meningkatkan kemampuan bahasa
inti ayang bertujuan terhadap penguasaan materi, Inggris. Penelitian Nurdin Somantri (2003)
metode diskusi kelompok, kerja berpasangan, menyebutkan bahwa metode simulasi tematis dapat
jigsaw, TPS, STAD dan sebagainya dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
diterapkan. Erhania Sinaga juga memberikan hasil penelitian
Pemilihan multimetode yang dapat diterapkan yang sejenis bahwa metode simulasi dapat
untuk mewujudkan pembelajaran aktif merupakan meningkatan keterampilan berbicara bahasa
faktor penentu keberhasilan penyampaian Inggris.
perkuliahan. Dengan demikian tidak setiap set Beberapa cara untuk meningkatkan
multimetode dapat diterapkan. Ada set kemampuan bahasa Inggris secara mandiri antara
multimetode yang cocok untuk topik A, tetapi tidak lain (1) memahami mengapa harus belajar bahasa
cocok untuk topik B. Multimetode X adalah tepat Inggris (2) belajar menghargai dan mencintai
untuk mencapai kompetensi tertentu, tetapi karena bahasa Inggris, (3) memulai belajar bahasa Inggris
peralatan atau komponen yang dibutuhkan tidak pada aspek mendengarkan, kemudian (4) berbicara,
tersedia, maka satu set multimetode tersebut tidak (5) membaca, dan (6) menulis (internet, 2009).
dapat diterapkan. Ada 4 prinsip umum dalam Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah
memilih metode pembelajaran yaitu (1) dalam penelitian adalah (1) bagaimana
berorientasi pada kompetensi yang akan dicapai, keterlaksanaan perkuliahan Fisika Matematika II
(2) berorientasi pada aktivitas mahasiswa, (3) Semester Genap Tahun Akademik 2009/2010
berorientasi pada individualitas, dan (4) Jurusan Fisika FMIPA UM Malang dengan
berorientasi pada integritas. penerapan multimetode perkuliahan aktif untuk
Pembelajaran yang menggunakan bahasa meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris dan
Inggris untuk mencapai kompetensi dan hasil belajar Fisika Matematika II; (2) bagaimana
meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris perlu peningkatan keterampilan berbahasa Inggris
dilaksanakan secara hati-hati. Penelitian Prophet, peserta Perkuliahan Fisika Matematika II Semester
Robert B dan Badede, Nandkishor, 2006, di Bost- Genap Tahun Akademik 2009/2010 Jurusan Fisika
wana menunjukkan bahwa ‘the understanding of FMIPA UM Malang setelah penerapan
textual material in science has been shown to be multimetode perkuliahan aktif; dan (3) bagaimana
problematic for first language speakers, which peningkatan hasil belajar Fisika Matematika II
means that difficulties in comprehension are likely Semester Genap Tahun Akademik 2009/2010
to be even greater for second language readers’. Jurusan Fisika FMIPA UM Malang setelah
Sekolah-sekolah di Bostwana menggunakan bahasa penerapan multimetode perkuliahan aktif.
Inggris bahasa pengantar (medium of instruction)
termasuk bahasa untuk ujian walau bahasa Inggris METODE
merupakan bahasa kedua. Bahasa nasional Bost-
wana adalah bahasa Setswana Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
Salah satu usaha untuk mengatasi ini, Prophet, dengan menggunakan pendekatan penelitian
Robert B dan Badede, Nandkishor, 2006, men- tindakan kelas (PTK). Menggunakan PTK karena
gusulkan bahwa ‘improving the readability of jun- penelitian ini merupakan usaha untuk memperbaiki
ior certificate science examination questions would proses penyelenggaraan perkuliahan Fisika
improve student achievement’. Mereka menunjuk- Matematika II dalam rangka peningkatan
kan bahwa dengan cara ini hasil peningkatan dalam keterampilan berbahasa Inggris dengan tetap
ujian, ,results show that changing certain readabil- menekankan pada penguasaan materi yang ditandai
ity factors, such as sentence length, simplified vo- dengan peningkatan hasil belajar. Menggunakam
PTK karena peneltian ini juga bersifat terbatas pada penilaian melalui kuis serta kesan-kesan mahasiswa
subjek penelitian dan waktu pelaksanaan. dalam mengikuti perkuliahan.
Penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan kepada Data-data yang diperoleh dari hasil
kasus yang lebih umum. pengamatan pada kegiatan observasi dianalisis
PTK yang dilaksanakan mengikuti pola pikir dengan teknik persentase dan membandingkannya
bahwa jumlah siklus bergantung kepada dengan kategori dengan menggunakan lima
ketercapaian tujuan penelitian. Setelah interval untuk keterlaksanaan multimetode
pelaksanaan, ternyata PTK dengan dua siklus telah perkuliahan aktif dan keterampilan berbahasa
berhasil mencapai tujuan. Tahap-tahap kegiatan Inggris. Untuk hasil belajar, data diolah untuk
pada setiap siklus adalah tahap perencanaan menemukan rata-rata dan membandingkannya
(rencana tindakan), implementasi (pelaksanaan dengan kategori pada buku Pedoman Pendidikan
tindakan), observasi (pengamatan), dan refleksi UM.
yang diikuti dengan perencanaan ulang. Untuk mengetahui apakah tindakan yang
Rencana tindakan berupa penyusunan rencana dilakukan dapat meningkatkan keterampilan
pelaksanaan perkuliahan (RPP) yang berbahasa Inggris dan hasil belajar Fisika
mencantumkan multimetode yang berpusat pada Matematika II maka perlu ditetapkan indikator
mahasiswa dalam tahap perkuliahan. Setiap RPP keberhasilan. Indikator keberhasilannya adalah
dilengkapi dengan handout, soal-soal latihan atau pada akhir setiap siklus, persentase keterlaksanaan
kuis, dan media pembelajaran yang berupa slide multimetode perkuliahan aktif dan keterampilan
powerpoint. RPP, handout, soal-soal latihan atau berbahasa Inggris lebih besar atau sama dengan
kuis, dan media pembelajaran disusun dalam 70% dan 40%; nilai rata-rata hasil belajar
bahasa Inggris. mahasiswa lebih besar atau sama dengan 55; dan
Pelaksanaan Tindakan merupakan proses pada akhir siklus kedua, terdapat peningkatan
perkuliahan untuk menerapkan multimetode persentase keterlaksanaan multimetode perkuliahan
perkuliahan aktif terdiri dari metode curah aktif, keterampilan berbahasa Inggris mahasiswa,
pendapat (brainstorming), kerja berpasangan (work dan nilai rata-rata hasil belajar Fisika Matematika
in pair), presentasi (presentation), penguatan II.
(explanation by question and answer technique),
kuis (quiz), dialog interaktif – ceramah (interactive HASIL
dialogue), dan kuis (quiz).
Pengamatan dilakukan oleh tim peneliti Temuan-temuan yang terkait dengan
secara sistematis dan objektif terhadap kegiatan keterlaksanaan multimetode perkuliahan aktif pada
perkuliahan dan mencatat data yang berupa tahap perencanaan dan pelaksanaan adalah (1)
temuan-temuan dalam kelas. Keterlaksanaan RPP, handout, lembar powerpoint yang disusun
multimetode perkuliahan aktif dan keterampilan sebelum pelaksanaan perkuliahan dapat diterapkan
berbahasa Inggris mahasiswa dicatat dengan dengan baik; (2) variasi kegiatan pada setiap tahap
instrumen pengamatan. Validitas dan reliabilitas perkuliahan (misalnya brainstorming),
instrumen diperhatikan melalui keahlian dan proses pembentukan pasangan, selingan dengan kegiatan
penyusunan. Dalam instrumen juga disediakan ice breaking, pemberian hadiah dan sejenisnya
ruang untuk membubuhkan catatan temuan di dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa; (3)
lapangan baik yang positif maupun yang negatif. keaktifan mahasiswa untuk bertanya, menjawab
Angket/ kuesioner juga dilakukan untuk menggali pertanyaan, atau menanggapi penjelasan mulai
data tentang komentar terhadap keterlaksanaan berubah; dan (4) kegiatan dialog antara mahasiswa
multimetode perkuliahan aktif dan keterampilan dan dosen mulai aktif.
berbahasa Inggris mahasiswa. Angket disusun Keterlaksanaan multimetode perkuliahan aktif
terstruktur dan disesuaikan dengan instrumen yang terdiri dari brainstorming, kerja berpasangan,
pengamatan kemunculan keterampilan berbahasa presentasi, penguatan melalui tanya-jawab, kuis,
Inggris sehingga mendukung analisis triangulasi. dan dialog interaktif telah tercapai sesuai dengan
Aspek-aspek yang diungkap melalui angket adalah indikator keberhasilan yang ditunjukkan oleh
kepuasan mahasiswa terhadap multimetode yang Gambar 1.
diterapkan dalam perkuliahan, bahasa pengantar Keterampilan berbahasa Inggris berbicara
perkuliahan, handout yang digunakan, dan pada siklus I hanya mencapai persentase
Ketercapaian(%)
20.0
70.0
dan berada pada kategori cukup baik atau cukup 60.0
50.0
banyak. Capaian ini sudah sesuai dengan indikator 40.0
30.0
keberhasilan dan telah terjadi peningkatan ket- 20.0
10.0
erampilan berbahasa Inggris. Diagram ketercapaian 0.0
1 2 3 4
komponen keterampilan berbahasa Inggris (dan Pertemuan Ke
bar 2.
Gambar 3. Hasil Belajar Fisika Matematika II
dengan penerapan multimetode
PEMBAHASAN
Keterlaksanaannya meningkat sebesar 5.6% Dengan penjadwalan seperti ini, ada kejenuhan
yakni keterlaksanaan 81.6% pada siklus I mening- baik pada dosen maupun pada mahasiswa pada
kat menjadi 87.5% pada siklus II. Di samping itu, pertemuan 2 dan 4 sehingga beberapa indikator
komponen-komponen multimetode perkuliahan ak- keterlaksanaan multimetode perkuliahan aktif tidak
tif tersebut di atas telah dipraktikkan pada perkulia- dapat terlaksana dengan optimal yang
han-perkuliahan sebelumnya karena penelitian mu- menyebabkan penurunan capaian indikator.
lai dilakukan ketika perkuliahan Fisika Matematika Pada siklus I kegiatan presentasi (skor
II telah memasuki pertemuan ke 18. keterlaksanaannya 65.6%), indikator yang
Komponen-komponen multimetode perkulia- menyumbangkan keterlaksanaan yang rendah
han yang dapat dilaksanakan sesuai dengan pato- adalah pengajuan pertanyaan atau menjawab
kan keberhasilan adalah curah pendapat (brain- pertanyaan. Mahasiswa enggan mengajukan
storming), kerja berpasangan (work in pair), pen- pertanyaan atau menjawab pertanyaan karena
guatan (explanation by lecturer using question and beberapa faktor antara lain ragu dengan
answer tehnique) dan kuis (uji kompetensi) dan dua kemampuan berbahasa Inggris, tidak tahu apa yang
komponen multimetode yang tidak dapat dilak- harus ditanyakan, dan tidak terbiasa dengan
sanakan sesuai patokan keberhasilan adalah presen- pengembangan keterampilan bertanya. Penelitian
tasi oleh mahasiswa dan dialog interaktif pada sik- lain juga menunjukkan bahwa keterampilan
lus I. Komponen-komponen multimetode ini dapat bertanya siswa rendah dan perlu ditingkatkan.
dilaksanakan dengan baik karena sederhana dan Nurwahyuni, Lilik (2008) melaporkan bahwa
mudah dilaksanakan. Penelitian-penelitian yang keinginan siswa Madrasah Aliyah hanya sekitar 1 –
berbasis PTK melaporkan bahwa berbagai metode 3 % dan keinginan untuk menjawab pertanyaan
atau pendekatan pembelajaran yang lebih rumit da- adalah 10 – 17%. Bambang Ribowo, 2006,
pat dilaksanakan dengan baik. Misalnya metode melaporkan bahwa keterampilan siswa SMP masih
jigsaw (Fakhruddin, 2008), metode STAD (Kom- rendah. Komsatun, 2009, juga melaporkan bahwa
satun, 2006) dan sebagainya dapat dilaksanakan keterampilan bertanya siswa SD juga rendah.
dengan baik sejak siklus pertama. Indikator kegiatan dialog interaktif yang
Keterlaksanaan multimetode perkuliahan aktif menyebabkan keterlaksanaannya rendah (57.8% –
yang menurut seluruh mahasiswa memuaskan atau bahkan pada pertemuan 2 dan 4 indikator
sangat memuaskan juga didukung oleh komentar ketercapaiannya masing-masing hanya 25% )
mahasiswa tentang kesan pelaksanaan perkuliahan. adalah pelaksanaan komunikasi dua arah antara
Beberapa kesan mereka antara lain (1) saya suka dosen dan mahasiswa atau memfasilitasi
metode pengajarannya karena walaupun mataku- komunikasi antara mahasiswa dengan mahasiswa.
liahnya sulit tapi metode yang digunakan sangat Komunikasi masih cenderung satu arah – dari
fun jadi membuat saya tertarik untuk mengikuti dosen ke mahasiswa secara plenary. Tanggapan
matakuliah ini; (2) metode dan model pembela- dari mahasiswa belum muncul sehingga dialog
jarannya sangat menarik dan nyaman. Interaksi interaktif belum terlaksana. Beberapa faktor yang
mahasiswa dan dosen sangat aktif; (3) saya sangat menyumbangkan ketidakterlaksanaan indikator ini
terkesan (puas) dengan metode perkuliahan yang antara lain dosen cenderung berceramah yang
diberikan karena sangat berbeda dengan metode didukung oleh waktu yang sedikit karena kegiatan
perkuliahan yang lain; dan (3) perkuliahan kondu- ini berada di akhir perkuliahan dan biasanya
sif; metode pembelajaran menyenangkan dan tidak kegiatan-kegiatan di awal menyita waktu yang
membosankan. berlebih, dan konsentrasi mahasiswa mulai goyah
Pada siklus I, pertemuan 1 dan 3 memiliki karena sudah cukup lama mengikuti perkuliahan
keterlaksanaan multimetode perkuliahan aktif yang Fisika Matematika II terutama pada pertemuan 2
lebih tinggi dibandingkan dengan pertemuan 2 dan dan pertemuan 4.
4 (lihat Tabel 4.1 pada bab IV). Hal disebabkan Peningkatan keterlaksanaan multimetode
oleh jadwal perkuliahan. Dua pertemuan dilak- perkuliahan aktif pada siklus II dibandingkan
sanakan pada hari yang sama yaitu jam ke 3 – 4 dengan siklus I karena akumulasi selisih
dan jam ke 7 – 8. Pertemuan 1 dilaksanakan pada peningkatan keterlaksanaan beberapa komponen
pertemuan jam ke 3 – 4 dan pertemuan 2 multimetode dan penurunan keterlaksanaan
dilaksnakan pada jam ke 7 – 8 pada hari yang beberapa komponen multimetode bernilai positif.
sama. Demikian juga untuk pertemuan 3 dan 4. Komponen yang keterlaksanaannya meningkat
adalah brainstorming, presentation, quiz, dan dalam bahasa Inggris (bertanya) sebesar 13.5%;
interactive dialogue sedangkan komponen yang menjawab pertanyaan atau mengemukakan
keterlaksanaannya menurun adalah explanation by pendapat dalam bahasa Inggris (menjawab) sebesar
question and answer (penguatan). Komponen yang 3.1%; dan mempresentasikan hasil diskusi atau
keterlaksanaannya tetap adalah komponen kerja menjelaskan suatu konsep dalam bahasa Inggris
berpasangan (work in pair). (presentasi) sebesar 4.1% (lihat Gambar 2).
Peningkatan keterlaksanaan brainstorming Peningkatan terbesar adalah disumbangkan
disebabkan oleh peningkatan frekuensi mahasiswa dari aspek mengajukan pertanyaan dalam bahasa
mengemukakan/menjelaskan materi yang telah Inggris yakni dari tidak mahasiswa yang
dipelajari. Mahasiswa sudah mulai terbiasa dengan mengajukan pertanyaan pada siklus I meningkat
kegiatan reviu sehingga mereka lebih berani untuk menjadi 13.5% yang mengajukan pertanyaan
berpendapat. Faktor lain adalah adalah peningkatan dalam bahasa Inggris. Hal ini berarti bahwa
motivasi karena rangsangan dari peningkatan keberanian mengajukan pertanyaan dalam bahasa
kualitas hadiah – sebelumnya berhadiah permen Inggris baru muncul setelah 4 pertemuan pada
ditingkatkan menjadi snack (biskuat) bagi siklus I. Kenaikan yang tajam ini disebabkan oleh
mahasiswa yang menyampaikan penjelasan materi beberapa faktor antara lain (1) pemantapan
yang telah dipelajari. penerapan metode perkuliahan aktif atau
Peningkatan keterlaksanaan presentation di- perkuliahan berpusat pada mahasiswa dengan
sumbangkan dari peningkatan yang signifikan pada memberikan kesempatan yang luas bagi mahasiswa
jumlah mahasiswa yang mengajukan pertanyaan untuk berpartisipasi dalam perkuliahan; (2)
kepada temannya yang menjadi penyaji atau peningkatan motivasi dengan cara meminta
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-perta-
mahasiswa yang lain yang bukan penyaji. nyaan sederhana; (3) dorongan atau penyemangat
Penyebabnya antara lain dorongan yang lebih kuat dengan cara bahwa salah itu manusiawi, bahasa
dan intensif kepada mahasiswa untuk bertanya; Inggris bukan bahasa kita sehingga tidak perlu
memberikan pancingan agar mahasiswa bertanya takut ketika harus melakukan kesalahan dalam
atau menjawab pertanyaan; menyediakan hadiah berbahasa Inggris; (4) penyediaan hadiah yang
bagi mahasiswa yang bertanya atau menjawab lebih menarik (pada siklus I hadiah berupa permen
pertanyaan. sedangkan pada siklus II berupa biskuat)
Keterlaksanan quiz meningkat karena Penelitian Andi Muhammad Yauri (2010)
penyediaan keikutsertaan mahasiswa dan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
pembahasan soal-soal kuis yang utuh dan lengkap. keterampilan berbahasa Inggris mahasiswa STAIN
Pada siklus I pada pertemuan 4 pembahasan tidak Watampone dengan penerapan student centered.
optimal karena keterbatasan waktu. Pelibatan mahasiswa secara aktif merupakan
Peningkatan keterlaksanaan interactive sumbangan terbesar pada proses peningkatan
dialogue disebabkan oleh peningkatan komunikasi keterampilan berbahasa Inggris.
dua arah antara dosen dan mahasiswa. Dosen Peningkatan keterampilan berbahasa Inggris
mengurangi kegiatan ceramah dan membuka ini juga dirasakan oleh mahasiswa. Kesan-kesan
peluang kepada mahasiswa untuk mengemukakan yang mereka sampaikan antara lain (1) saya rasa
pendapat atau mengajukan pertanyaan sehingga terjadi peningkatan kemampuan berbahasa Inggris
makna dialog benar-benar terlaksana. Pertanyaan khususnya speaking, membaca rumus dalam
pancingan yang sederhana diajukan oleh dosen bahasa Inggris dan menjelaskan secara prosedur
agar mahasiswa mudah untuk menjawab dan menyelesaikan soal-soal dalam bahasa Inggris; (2)
selanjutnya meningkat ke kegiatan mengemukakan dengan mengikuti perkuliahan ini saya menjadi
pendapat atau mengajukan pertanyaan untuk termotivasi untuk lebih banyak belajar berbahasa
menghidupkan dialog. Inggris; membantu untuk lebih memahami bahasa
Peningkatan keterampilan berbahasa Inggris Inggris khususnya pemahaman bahasa Inggris
mahasiswa peserta kuliah Fisika Matematika II dalam fisika; (3) karena perkuliahan disajikan
terutama pada aspek speaking dari siklus I ke siklus 100% English, tentu saja kemampuan listening
II dapat dicapai dengan peningkatan persentase saya meningkat; (4) kemampuan yang berkembang
sebesar 20.7%. Peningkatan 20.7% ini pesat adalah listening dan reading science text.
disumbangkan dari aspek mengajukan pertanyaan Speaking juga berkembang namun writing kurang
dioptimalkan (hanya pada proyek); (5) peningkatan memberi kesempatan mahasiswa untuk berinteraksi
yang terjadi adalah kosakata meningkat dan secara leluasa sehingga mereka semakin
speaking (pembicaraan) dalam bahasa Inggris; memahami permasalahan; (2) mahasiswa mulai
pada akhir kuliah, saya lebih berani dalam terbiasa dengan ujian harian sehingga mereka telah
mengungkapkan pendapat dalam bahasa Inggris mempersiapkan diri sebelum mengikuti
(conversation) meskipun salah; dan (6) saya merasa perkuliahan dengan mempelajari bahan perkuliahan
ada peningkatan dalam kemampuan berbahasa yang telah mereka miliki; (3) mahasiswa mulai
Inggris terutama speaking karena sebelumnya saya menyenangi model kuis sebagai bentuk ujian
sangat pemalu dan kurang lancar di bidang harian sehingga mereka mampu meningkatkan
speaking hasil ujian mereka.
Nilai rata-rata ujian harian (berupa kuis yang Penelitian-penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan pada setiap pertemuan) meningkat dilaksanakan yang bertujuan memperbaiki proses
dari siklus I ke siklus II sebesar 2.1. (pada siklus I dan hasil belajar seperti penelitian Fakhruddin
nilai rata-rata ujian harian adalah 70.8 dan nilai (2008), Nurwahyuni, Lilik (2008), Bambang
rata-rata ujian harian pada siklus II adalah 72.9). Ribowo (2006) dan yang lain-lain menunjukkan
Hasil belajar pada siklus I dan siklus II telah peningkatan hasil belajar setelah diterapkan
melampui target keberhasilan yang ditetapkan pada berbagai metode pembelajaran yang lebih rumit.
nilai 55 ke atas. Capaian hasil belajar pada kedua
siklus berada pada kategori baik. KESIMPULAN
Dengan uji beda, peningkatan termasuk kecil
(tidak signifikan), namun demikian karena materi Berdasarkan rumusan permasalahan
perkuliahan pada pertemuan-pertemuan siklus II penelitian, paparan data, temuan penelitian, dan
lebih berat dibandingkan dengan materi pada pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik
pertemuan-pertemuan pada siklus I. Materi kesimpulan (1) Multimetode perkuliahan aktif
perkuliahan pada pertemuan-pertemuan siklus I Fisika Matematika II yang terdiri dari curah
adalah penyelesaian persamaan Laplace untuk pendapat (brainstorming), kerja berpasangan (work
menentukan distribusi suhu tunak pada sistem in pair), presentasi oleh mahasiswa (presentation),
koordinat siku-siku, silinder dan bola. Pada penguatan (explanation by lecturer using question
bahasan ini, suhu tunak hanya bergantung pada and answer tehnique), kuis (uji kompetensi) dan
variabel ruang saja. Materi pada pertemuan- dialog interaktif pada setiap pertemuan dapat
pertemuan siklus II adalah penyelesaian persamaan dilaksanakan dengan tingkat keterlaksanaan 81.6 %
aliran panas atau persamaan difusi dan persamaan pada siklus I dan 87.5% pada siklus II serta
gelombang. Pada penyelesaian persamaan difusi, terdapat peningkatan sebesar 5.9%; (2) Terjadi
suhu tidak hanya bergantung pada variable ruang peningkatan keterampilan berbahasa Inggris pada
tetapi juga bergantung pada variabel waktu. aspek berbicara sebesar 20.7% yaitu meningkat
Demikian juga, penyelesaian persamaan dari 34.4% pada siklus I menjadi 55.2% pada siklus
gelombang membutuhkan dua variabel yaitu II; (3) Terdapat peningkatan hasil belajar Fisika
varibel ruang dan waktu. Matematika II sebesar 2.1 dari hasil belajar 70.8
Peningkatan hasil belajar Fisika Matematika pada setiap siklus menjadi 72.9 pada siklus II. Hasil
II terjadi walaupun terdapat peningkatan bobot belajar pada siklus I dan siklus II telah melampui
materi perkuliahan disebabkan oleh beberapa hal target keberhasilan yang ditetapkan pada nilai 55
antara lain (1) multimetode perkuliahan aktif ke atas.
DAFTAR RUJUKAN
Pemerintah RI, 2003. Undang-Undang Nomor 2 Tahun day’s Teachers. ASCD (Assosiation of Supervi-
2003. Sistem Pendidikan Nasional, Presiden RI: sion and Curriculum Development) Alexandria.
Jakarta. Triyanta. 2009. Pembelajaran Active.
Harmin, Merril and Toth Melanie. 2006. Inspiring Ac- www.ganeshana.org: diakses tanggal 3 Oktober
tive Learning, A Complete Handbook for To- 2009.
Robert B Prophet and Nandkishor Badede, 2006, Lan- Malang, Skripsi Jurusan Biologi FMIPA UM
guage And Student Performance In Junior Sec- Malang.
ondary Science Examinations: The Case Of Sec- Komsatun. 2009. “Penerapan Strategi Pembelajaran
ond Language Learners In Botswana, Interna- Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan
tional on Science and Math Vol 7 number 2. Keterampilan Bertanya Siswa Pada Pembelajaran
Somantri, Nurdin. 2003. Penerapan Metode Simulasi Bahasa Indonesia Kelas II di SD Negeri Gadang
Tematis Untuk Peningkatan Kemampuan Bahasa I Kota Malang.. Skripsi, Jurusan KSDP Program
Inggris siswa. Lomba Pembelajaran 2002. S1 PGSD, FIP Universitas Negeri Malang.
Sinaga, Erhania, Upaya Peningkatan Keterampilan Ber- Nurwahyuni, Lilik. 2008. Penerapan Keterampilan
bicara dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Bertanya untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Menggunakan Metode Simulasi Geografi Pokok Bahasan Hidrosfer pada Siswa
Http://www.englishland.or.id. Bagaimana Meningkatkan Kelas X-G MAN Malang I. Skripsi, Jurusan
Kemampuan Bahasa Inggris Anda. Geografi FMIPA Universitas Negeri Malang
Anis Susilaningsih, 2009, Penerapan Pembelajaran Bambang Ribowo, 2006, “Upaya Meningkatkan Hasil
Kooperatif Model Group Investigation (GI) Belajar Siswa Kelas II A SMP Negeri 2
Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pro- Banjarharjo Brebes dalam Pokok Bahasan
cedural Fluency Siswa (PTK Pembelajaran Segiempat Melalui Model Pembelajaran Tutor
Matematika di Kelas VII SMP Muhammadiyah 4 Sebaya dalam Kelompok Kecil Tahun Pelajaran
Surakarta) 2005/2006”. Skripsi Jurusan Matematika,
Fakhruddin, 2008, Peningkatan Keterampilan Bertanya, FMIPA Universitas Negeri Semarang
Keterampilan Kooperatif Dan Pemahaman Kon- Andi Muhammad Yauri, 2010, “Upaya Peningkatan
sep Biologi Siswa Kelas Viii A Melalui Pembela- Keterampilan Berbahasa Inggris Melalui
jaran Kontekstual Menggunakan Strategi Koop- Penerapan Student Centered di STAIN
eratif Jigsaw Di SLTP Muhammadiyah 06 Dau Watampone’’,
Sutarman
Abstrak: Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam perkuliahan di Perguruan
Tinggi senantiasa terus diupayakan baik melalui penelitian tindakan kelas mapun kegiatan lainnya.
Salah satu kegiatan untuk meningkatkan kaulitas pembelajaran di perguruan tinggi yang termasuk baru
adalah kegiatan lesson study. Jurusan Fisika FMIPA UM telah melaksanakan kegiatan lessson Study
sejak tahun 2008. Berdasarkan pantauan terhadap kegiatan lesson study di Jurusan Fisika yang selama
ini dilakukan diperoleh temuan-temuan yang merupakan pengalaman berharga. Pengalaman yang
dimaksud adalah (1) Munculnya kemauan para dosen untuk membuka kelas (open class) dan menjadi
dosen model, (2) Keterbukaan pikiran dan menerima masukkan pendapat teman sejawat guna
memperbaiki pembelajarannya, (3) Motivasi yang tinggi para dosen untuk belajar sesama teman
sejawat melalui kajian pembelajaran, (4) Adanya upaya untuk mencoba menggunakan strategi
perkuliahan yang ”baru” guna memperoleh balikan dari teman sejawat sehingga diperoleh pengalaman
mengajar dengan yang lebih baik, (5) Dihasilkan sejumlah Satuan Acara Perkuliahan yang telah
diterapkan dan memperoleh balikan dalam kegiatan refleksi, (6) Terbentuknya kelompok lesson study
dalam lingkup Kelompok Bidang Keahlian (KBK), (7) Meningkatkan kemampuan dan ketajaman para
dosen dalam mencermati dan menganalis pembelajaran serta merefleksikannya, (8) Tersosialisasinya
konsep dan penerapan lesson study bagi para dosen dilingkungan jurusan.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk Lesson study merupakan suatu proses
meningkatkan kualitas profesional dosen dan sistematis yang digunakan oleh guru-guru Jepang
sekaligus kualitas pembelajaran adalah melalui untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam
kegiatan lesson study. Jurusan Fisika FMIPA UM rangka meningkatkan hasil pembelajaran (Garfield,
sejak tahun 2008 telah melaksanakan kegiatan 2006 dalam Ibrohim 2010). Proses sistematis
lesson study secara terencana dan dalam hal ini adalah adanya kelompok kolaboratif
berkesinambungan. Tujuan utama dilaksanakan diantara para guru untuk menyusun rencana
lesson study di Jurusan Fisika adalah meningkatkan pelajaran dan perangkat pembelajaran,
kualitas profesionalisme dosen dan meningkatkan mengobservasi, merefleksi dan merevisi rencana
kualitas pembelajaran dengan cara belajar sesama pembelajaran secara berkesinambungan (Ibrohim,
teman sejawat. Apa, mengapa dan bagaimana 2010). Menurut Walker (2005) lesson study
pelaksanakan lesson study di Jurusan Fisika merupakan suatu metode pengembangan
FMIPA UM serta pengalaman berharga apa yang profesional guru. Sedangkan menurut Lewis (2002)
dapat dipetik dari kegiatan tersebut diketengahkan dalam lesson study adanya seorang guru ingin
dalam tulisan ini. meningkatkan pembelajaran, salah satu cara yang
paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan
APA DAN MENGAPA LESSON STUDY guru lain untuk merancang, mengamati dan
DILAKUKAN DI JURUSAN FISIKA melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
dilakukan. Lebih lanjut Ibrohim (2010)
mendifinisikan lesson study sebagai berikut: lesson
study merupakan suatu model pembinaan profesi KBK membentuk group lesson study yang
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara beranggotakan 8-10 orang dosen. Mereka secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip rutin belajar sesama teman sejawat melalui
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun kegiatan lesson study. Di Jurusan Fisika FMIPA
komunitas belajar dalam rangka meningkatkan UM terdapat 6 KBK yaitu KBK pendidikan, KBK
profesionalisme guru serta meningkatkan kualitas elektronika dan instrumentasi, KBK material, KBK
pembelajaran. astronomi, KBK kumputasi, KBK fisika teori.
Lesson study sebagai salah satu wahana bagi Oleh karena itu di Jurusan Fisika ter dapat 6 group
para dosen untuk meningkatkan kualitas lesson study.
perkuliahannya sehingga diharapkan meningkatkan
mutu lulusan. Selama ini hampir tidak ada kegiatan BAGAIMANA PELAKSANAAN LESSON STUDY
yang sifatkan rutin di tingkat jurusan yang DI JURUSAN FISIKA FMIPA UM
berupaya untuk memperbaiki pembelajaran.
Kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan Pada setiap awal perkuliahan melalui rapat
manakala dosen memperoleh dana penelitian. Di jurusan para dosen yang tergabung dalam KBK
luar itu, hampir tidak ada kegiatan rutin dan diminta untuk membuat program kegiatan lesson
berkesinambungan untuk selalu belajar study. Program yang dimaksud adalah membuat
memperbaiki pembelajaran dalam perkuliahan. perencaan lesson study yang menyangkut schedule
Melalui kegatan lesson study yang dilakukan kegiatan plan, do serta see/reflection. Kegiatan
secara terencana, terjadwal dan berkesinambungan Plan-Do dan See/Reflection merupakan rangkaian
setiap semester, maka suasana akademik jurusan kegiatan lesson study yang urutannya tidak dapat
meningkat dalam rangka saling belajar diantara pertukarkan (Saito, 2005). Kegiatan plan meliputi
teman dosen untuk meningkatkan kualitas penentuan matakuliah yang akan digunakan open
pembelajaran. class, menyusun SAP, menentukan dosen model,
Alasan lain mengapa lesson study dilakukan moderator dan notulen serta jadwal dan tempat
di Jurusan Fisika adalah Satuan Acara Perkuliahan open class dilaksanakan. Ada beberapa cara
(SAP) yang telah dibuat para dosen penyusunan SAP yang dilakukan oleh para dosen.
diimplementasikan kemudian dilakukan perbaikan Pertama: SAP disusun sendiri oleh seorang dosen,
berdasarkan pengamatan dan pengalaman dosen yang kemudian hasilnya didiskusikan dengan
ketika mengajar. Selama ini, pengamatan anggota kelompok KBK untuk memperoleh
pembelajaran hanya sebatas pada pengamatan oleh masukan dan kemudian diberbaiki sebelum
dosen sendiri. Cara semacam ini tentu belum dapat dimplementasikan. Kedua: SAP disusun oleh
menghasilkan temuan-temuan permasalahan semua anggota kelompok. Ketiga: SAP disusun
pembelajaran yang lebih mendalam dan secara mandiri oleh seorang dosen.
menyeluruh. Melalui kegiatan lesson study yang Setelah SAP berhasil disusun, pada hari yang
melibatkan teman sejawat sebagai observer telah ditentukan seorang dosen model mengajar
mengkaji pembelajaran (research lesson) akan sedangkan dosen yang lain menjadi observer.
banyak ditemukan permasalahan terutama Gambar-1 menujukkan seorang dosen
bagaimana mahasiswa belajar. Pengamatan melaksanakan pembelajaran di depan kelas.
difokuskan pada bagaimana mahasiswa belajar dan Gambar-2 seorang dosen sebagai observer
bukan bagaimana dosen mengajar. Melalui mengamati sekelompok mahasiswa yang sedang
pengamatan akan ditemukan masalah belajar. Observer dalam melakukan pengamatan
pembelajaran, ditemukan penyebabnya dan menggunakan format observasi. Fokus amatannya
kemudian didiskusikan melalui kegiatan refleksi adalah ”apakah para mahasiswsa konsentrasi dalam
bagaimana solusi perbaikan yang mungkin dapat belajar dan pada saat apa mereka konsentrasi?”.
dilakukan. Dengan cara demikian melalui lesson Adakah mahasiswa yang kurang berkonsentrasi
study SAP diperbaiki berdasarkan hasil diskusi belajar, pada saat apa mereka tidak konsentrasi, apa
refleksi. penyebab mereka kurang konsentrasi?. Pengalaman
Kegiatan lesson study dapat digunakan berharga apa yang diperoleh melalui pembelajaran
sebagai salah satu agenda kegiatan Kelompok hari ini?
Bidang Keahlian (KBK) untuk meningkatkan Setelah jam kuliah usai maka pada hari itu
pembelajaran. Para dosen yang tergabung ke dalam pula dilakukan refleksi. Refleksi dipimpin oleh
seorang moderator. Gambar-3 menunjukkan situasi meminta kepada observer untuk mencari penyebab
refleksi. Posisi tempat duduk refleksi dibuat saling dari masalah terebut. Meminta kepada observer lain
berhadapan dalam bentuk melingkar dengan untuk menentukan alternatif solusinya untuk
maksud munculnya situasi refleksi yang penuh mengatasi masalah terebut.
kekeluargaan dan kebersamaan, tidak menggurui Dalam refleksi sedapat mungkin dihindari
serta tidak mengadili dan tidak menyalahkan dosen kesan menggurui dosen model. Semua komentar
model. dan masukan didasarkan atas fakta nyata di kelas
dan bukan berdasarkan teori atau pengalaman
dosen.
belajar dengan temannya. Interaksi antar Penyebab: Tugas terlalu banyak sedangkan
mahasiswa dalam belajar kelompok hendaknya waktu yang disediakan kurang, sehingga mereka
menjadi perhatian kita. Mahasiswa pada awal jam membagi tugas diantara teman dalam kelompok.
kuliah terlihat konsentrasi penuh, namun pada Solusinya: Tugas dikurangi dan mereka
waktu kerja kelompok diskusi ada yang pembagian diminta membahas setiap jawaban yang
tugas, ada yang bersama-sama sehingga terlihat dimunculkan anggota kelompok. Meskipun terjadi
kurang adanya interaksi antar mereka. Keinginan pembagian tugas antar anggota, tetapi perlu ada
kita terjadi interaksi dan anggota kelompok tukar waktu untuk saling tukar ide, sehingga setiap
pikiran. Terlihat pada 20 menit pertama, kerja mahasiswa dapat memahami konsep dari semua
sendiri pada bagian akhir-akhir saja terjadi tugas dan diberikan kelompok.
interaksi. Tempat duduk sudah berhadapan. Tugas
membaca dalam jam tatap muka memerlukan Ob-3
waktu yang lama, sehingga sebagian besar waktu Masalah: (1) Mahasiswa yang bernama Yuda
habis digunakan mahasiswa untuk membaca teks. nampaknya belum memahami konsep yang ia
Penyebab: (1) Adanya pembagian tugas pelajari. (2) Mahasiswa yang bernama Wulan
menyelesaikan pekerjaan, akibatnya mereka ketika DM menerangkan rangkaian ia tidak
bekerja sendiri-sendiri. (2) Pada jam tatap muka memperhatikan, sehingga ketika dilempari
mahasiswa diberi tugas membaca yang pertanyaan ia tidak respon sama sekali. (3) Belum
memerlukan waktu lama agar paham apa yang dapat diketahui apakah materi yang disajikan sudah
mereka baca. dipahami setiap mahasiswa atau belum. (6) Pada
Solusinya: (1) Pada awal kerja kelompok saat wakil kelompok maju presentasi, mahasiswa
masing-masing mahasiswa mendapat lembar kerja yang lain tidak memperhatikan.
dan mereka diminta untuk memikirkan tugas Penyebab: (1) Belum diketahuinya konsep
tersebut, kemudian mereka diminta untuk bertanya dipahami oleh setiap mahasiswa atau belum
kepada teman dalam kelompok dan berdiskusi. disebabkan oleh tidak ada balikan (konfirmasi). (2)
Agar mereka berfikir dan bertanya, maka tugas Belum diketahui mengapa Yuda belum memahami
dalam lembar kerja sebaiknya menantang. (2) konsep dan belum diketahui mengapa Wulan
Tugas membaca teks diberikan sebagai tugas kurang konsentrasi belajar sehingga ketika diberi
rumah agar tidak memakan waktu tatap muka. pertanyaan tidak dapaat menjawab.
Oleh karena itu tugas diberikan pada hari sebelum Solusi: (1) Perlu ada diskusi balikan dan
jadwal perkuliahan dan di kelas dilanjutkan pemantapan konsep serta memberi pertanyaan
membahasnya. kepada beberapa mahasiswa secara acak untuk
Ob-2 mengetahui apakah konsep telah dipahami atau
belum (3) Perlu dicari informasi lebih lanjut
Masalah: Apa yang dilakukan DM bagus dari mengapa mahasiswa bernama Yuda dan Wulan
pada saya sendiri kalau mengajar. Ada yang tidak tidak memperhatikan ketika DM menjelaskan pada
konsentrasi tetapi ada beberapa anak konsentrasi. pembelajaran hari ini.
Pembagian kelompok tidak ada masalah, mereka
cepat mengambil tempat duduk. Bahan diskusi ma- Respon DM
hasiswa yang kita susun terlalu banyak, sehingga Mahasiswa yang namanya Yuda bukan
terlihat mahasiswa kekurangan waktu. Mereka seangkatan dengan mahasiswa yang lain. Ia adalah
rupanya kekurangan waktu untuk menyelesaikan mahasiswa yang sedang menempuh PPL, sehingga
tugas. Sehingga mereka membagi-bagi tugas kadang masuk-kadang tidak masuk. Mahasiswa
diantara temannya dalam kelompok agar tugas yang namanya Wulan, memang kesehariannya
dapat terselesaikan semua. Pada pukul 10.20 begitu. Ini sudah biasa ia lakukan. Saya tidak
mahasiswa mulai kompilasi (tanpa dibahas) membagikan kelompok. Para mahasiswa kadang
misalnya mengapa jawabannya begini. Sebenarnya disuruh membaca membaca sebelum kuliah tidak
penjelasan pak DM jelas. Mahasiswa yang dikerjakan. Namun sebenarnya itu baik dilakukan
bernama Vivi nampak konsentrasi ketika ada agar lebih memahami materi yang akan dibahas.
pembahasan dan diskusi dengan DM. Menurut Dalam kerja kelompok, semula mereka kerja sendi-
catatan saya sebanyak kira-kira 80% mahasiswa ri-sendiri tetapi, memang demikian awalnya harus
konsentrasi.
individu baru mereka membentuk kelompok kelompok. Suatu hal yang kurang baik adalah bila
setelah mengalami kesulitan. dalam kerja kelompok terjadi pembagian tugas
tanpa ada sharing pendapat diantara teman dalam
PEMBAHASAN kelompok sebagaimana yang ditemukan oleh Ob-1.
Bagaimana mengatasi hal ini? Solusinya adalah
Pada umumnya para dosen dalam setiap mahasiswa diminta untuk mengerjakan
mengembangkan pembelajaran cenderung agar setiap nomor tugas, kemudian mereka diminta
pembelajaran menjadi menarik dan berpusat pada untuk berdiskusi. Bagi yang tidak dapat
mahasiswa. Para dosen berusaha agar sistem mengerjakan bertanya kepada yang dapat. Sebagai-
perkulihan bukan lagi ceramah atau kuliah, tetapi mana yang disarankan oleh Tim ahli JICA (2008)
lebih menekankan bagaimana mahasiswa belajar, bahwa dosen harus dapat menyediakan banyak
berusaha agar mahasiswa kreatif. Oleh karena itu, kesempatan bagi mahasiswa lecel C untuk
model pembelajaran yang diterapkan menggunakan berkomunikasi dan bertanya kepada kelompok A
pendekatan kooperatif dan kolaboratif melalui kerja dan B. Mahasiswa level C adalah mahasiswa yang
kelompok. Melalui kerja kelompok diharapkan lambat dalam menerima pelajaran, mahasiswa level
terjadi interaksi diantara mahasiswa dimana B adalah yang cukup dalam menerima pelajaran
mahasiswa yang kurang paham bertanya kepada sedangkan mahasiswa level A adalah yang cepat
temannya yang mampu sebagaimana yang disaran- menerima pelajaran. Tidak diperkenankan dosen
kan oleh Tim Ahli JICA dalam SISTES (2008). menyuruh mahasiswa level A untuk mengajari
Namun demikian berdasarkan pengamatan di kelas mahasiswa level C, hal ini hanya akan
ketika kerja kelompok interaksi antar mahasiswa menyebabkan kerendahan diri mahasiswa level C.
masih belum nampak berjalan dengan baik Jika dalam belajar kelompok terjadi
sebagaimana terjadi pada open class yang direfleksi pembagian tugas sebagiamana yang terjadi pada
oleh Ob-1 di muka. Kerja kelompok cenderung kasus open class di atas, maka perlu dipikirkan agar
sekedar memenuhi sintaks pembelajaran. Mengapa terjadi interaksi diantara teman. Perlu disediakan
hal itu terjadi? Ada beberapa sebab. Pertama: waktu yang cukup untuk tukar ide diantara teman
Tugas yang diberikan kurang menantang. Tugas dalam kelompok, sehingga semua memahami apa
yang diberikan kepada kelompok sebaiknya yang harus dipahami. Pembagian tugas dalam kerja
membuat mahasiswa berfikir dan memecahkan kelompok terjadi manakala jumlah tugas yang
masalah. Kedua: Jumlah anggota kelompok lebih harus diselesaikan dalam waktu yang relatif pendek
dari 4 orang ternyata mengakibatkan interaksi antar sangat banyak sehingga mahasiswa cenderung
anggota kelompok kurang efektif. Ketiga: Target membagi tugas dan ini biasanya tidak diketahui
keberhasilan tugas bukan pada keberhasilan dosen.
individu tetapi keberhasilan kelompok. Bila
demikian maka yang terjadi adalah yang penting KESIMPULAN
kelompok telah berhasil menyelesaikan tugas
meskipun yang menyelesiakan tugas adalah satu Para dosen berusaha agar sistem
atau dua orang saja. Cara belajar kelompok yang perkuliahannya bukan lagi ceramah atau kuliah,
salah adalah adanya pembagian kerja untuk tetapi lebih menekankan bagaimana mahasiswa
menyelesaikan tugas. Bila demikian maka yang belajar, berusaha agar mahasiswa kreatif. Model
terjadi adalah target kelompok dan bukan individu. pembelajaran yang diterapkan menggunakan
Bila setiap mahasiswa menerima lembar kerja dan pendekatan kooperatif dan kolaboratif melalui kerja
mereka memikirkannya sebelum berkelompok, kelompok. Namun ada beberapa hal yang perlu
maka hal ini merupakan cara yang tepat untuk diperbaiki ke depan antara lain efektivitas kerja
meningkatkan efektifitas kerja kelompok. Namun kelompok masih belum maksimal, permasalahan
bila dalam kelompok hanya ada satu lembar kerja dalam lembar kerja masih belum mengarah pada
maka tentu yang mengerjakan hanyalah mahasiwa terjadinya interaksi antar mahasiswa. Dalam
yang memegang lembar kerja sedangkan yang lain pembelajaran perlu ada fase konfirmasi agar
pasif. Oleh karena itu tepat sekali bila seorang mahasiswa mengetahui apakah pendapat atau
dosen mengetahui kapan kerja kelompok dimulai temuannya itu benar atau salah. Perlu
dan kapan kerja individu berlangsung. Artinya diperhitungkan jumlah beban tugas dengan waktu
dalam belajar tidak selalu individu dan tidak selalu yang tersedia sehingga ada waktu yang cukup bagi
mahasiswa untuk mengerjakan semua tugas yang bagi dosen di Jurusan Fisika. Oleh karena itu perlu
diberikan dan terjadi tukar ide diantara mereka. sosialisasi dan terus melakukan kegiatan lesson
Masih adanya salah konsep mengenai lesson study study yang melibatkan semua dosen.
DAFTAR RUJUKAN
Ibrohim. 2010. Panduan Pelaksanaan Lesson Study di Tim Ahli JICA dalam SISTEMS. 2008. Buku Petunjuk
KKG, Kerja sama PT Pertamina dengan UM Guru untuk Pembelajaran yang Lebih Baik, Edisi
Lewis, C.C. 2002. Lesson Study: A Handbook of pertama, Oktober 2008.
Teacher-Led Instructional Change. Philadelpia: Walker, Js. 2005. UWEC Math Dept Journal of Lesson
Reseach For Better School. Inc. Studies. www. uwec edu/walkerjs/lesson
Saito, E. 2005. Changing Lessons, Changing Learning: study/Statement of pupose/ diakses pada 15 Sep-
Case Study of Piloting Activities under IMSTEP. temeber 2010.
Prosiding Seminar Nasional MIPA dan Pembela-
jarannya & Exchange Experience of IMSTEP.
Malang, 5-6 September.