Reinforcement Punishment
Reinforcement Punishment
&
Punishment
Materi
kuliah
modifikasi
perilaku
pertemuan
ke
4
1
• Kesimpulan
:
reinforcement
positif
merupakan
sesuatu
yang
diberikan
untuk
membentuk
&
mempertahankan
perilaku.
Reinforcement
negatif
merupakan
sesuatu
yang
disingkirkan
untuk
membentuk
&
mempertahankan
perilaku.
Punishment
:
sesuatu
yang
diberikan
untuk
menghentikan/menghapus
perilaku.
3. Escape
&
avoidance
behaviors
Dalam
reinforcement
negatif
terdapat
2
jenis
perilaku
yang
terbentuk,
yaitu
Escape
behavior
dan
Avoidence
behavior.
Dalam
escape
behavior,
seseorang
menghindari
stimulus
yang
tidak
menyenangkan
(aversive
stimulus)
dengan
cara
menjalankan
perilaku
tertentu
untuk
mencari
jalan
keluar.
Dalam
avidence
behavior,
seseorang
menghindari
aversive
stimulus
dengan
cara
menjalankan
perilaku
khusus
untuk
mencegah,
dan
perilaku
tersebut
diperkuat.
Contoh
:
Escape
Avoidance
Perilaku
1
Seseorang
dengan
kaki
Lain
kali
seseorang
telanjang
menginjak
aspal
menggunakan
sepatu
panas,
dan
tiba-‐tiba
ketika
berjalan
di
atas
melangkah
menuju
aspal
panas.
Perilaku
rumput.
Perilaku
tersebut
memakai
sepatu
terbentuk
sebagai
hasil
merupakan
cara
menghindari
panasnya
mencegah
rasa
panas
aspal
Perilaku
2
Anda
menjalankan
mesin
Anda
menurunkan
volume
mobil
dan
terkejut
radio
di
dalam
mobil,
mendengar
suara
radio
sebelum
menyalakan
mobil
yang
tiba-‐tiba
keras.
mesin.
Anda
mencegah
Anda
kemudia
terjadinya
suara
keras
menurunkan
volume
yang
muncul
tiba-‐tiba
radio
Perilaku
3
Anda
duduk
dalam
Anda
masuk
ke
dalam
bioskop
di
dekat
anak-‐ gedung
bioskop
dan
anak
yang
ramai
dan
memilih
kursi
yang
jauh
cerewet.
Suara
mereka
dari
gerombolan
anak-‐
mengganggu
dan
anda
anak.
Anda
menghindari
pindah
tempat
duduk
anak-‐anak
tersebut.
untuk
menghindari
suara
brisik
2
:
makanan,
air,
dorongan
seksual,
yang
berkontribusi
bagi
manusia
dalam
bertahan
hidup.
Unconditiones
reinforcers
disebut
juga
primary
reinforces.
Conditioned
reinforcers
:
merupkan
sebuah
stimulus/konsekuensi
yang
pada
awalnya
bersifat
netral
dan
tidak
berfungsi
memperkuat
perilaku,
namun
dapat
menjadi
reinforcers
(penguat)
melalui
cara
dipasangkan
dengan
unconditioned
reinforcers.
Contoh
:
uang
sebagai
alat
memenuhi
kebutuhan
makanan,
minum,
dll.
Ketika
conditioned
reinforcer
dipasangkan
dengan
berbagai
macam
reinforcers
lain,
itu
disebut
generalized
conditioned
reinforcer.
Uang
adalah
reinforcer
kuat
bagi
setiap
orang,
namun
jika
jumlahnya
sudah
berlebihan,
maka
‘nilai’
uang
akan
mengalami
penurunan.
Dengan
kata
lain,
uang
kehilangan
peran
sebagai
reinforcer.
Contoh
lain
:
token
ekonomi-‐poin.
5. Faktor-‐faktor
yang
mempengaruhi
efektivitas
reinforcement
a. Immediacy
Stimulus
akan
menjadi
lebih
efektif
sebagai
reinforcer
ketika
segera
diberi
setelah
perilaku
seseorang
terbantuk.
b. Contingency
Stimulus
akan
menjadi
lebih
efektif
sebagai
reinforcer
ketika
menjadi
satu
kesatuan
dengan
perilaku
yang
terbentuk.
Ada
konsistensi
dalam
pemberian
konsekuensi.
c. Establising
operations
Pengurangan
atau
kejadian
lain,
terkadang
dapat
menjadikan
sebuah
stimulus
sebagai
reinforcer
pada
waktu-‐waktu
tertentu.
Contoh
:
pemberian
makan
terhadap
orang
kenyang
dan
orang
lapar.
Kejenuhan
(station)
dapat
menyebabkan
sebuah
stimulus
kehilangan
perannya
sebagai
reinforcer.
d. Individual
diffecences
Reinforcers
berbeda
dan
bervariasi
pada
setiap
orang.
e. Magnitude
Semakin
kuat
stimulus,
semakin
efektif
perannya
sebagai
reinforcers
(penguat
perilaku).
Contoh
:
keluar
dari
gedung
pada
saat
hawa
panas
&
terjadi
kebakaran.
6. Jadwal
reinforcement
Jadwal
terus
menerus
(continous)
:
perilaku
cepat
terbentuk
dan
cepat
terhapus
ketika
reinforcer
(penguat/pengukuh)
dihapus.
Jadwal
berselang/sebagian
(partial)
:
lebih
efisien,
mampu
memelihara
perilaku
yang
telah
terbentuk,
menghindari
kejenuhan.
Contoh
:
mesin
judi
dan
mesin
minuman
kaleng.
a. Fixed
ratio
Reinforcer
diberikan
setelah
sejumlah
respon.
Contoh
buruh
pabrik
rokok
mendapatkan
makan
siang
atau
mendapatkan
poin
token
setelah
berhasil
menyelesaikan
100
bungkus
rokok.
b. Variable
ratio
Reinforcer
diberikan
setelah
beberapa
respon,
setiap
kali
jumlah
respon
berbeda.
Contoh
para
penjudi
yang
mendapatkan
jackpot
setelah
beberapa
kali
bermain.
c. Fixed
interval
Reinforcer
diberikan
pada
waktu
tertentu
atau
dalam
jangka
waktu
tetap.
Perilaku
muncul
dengan
frekuensi
tinggi
menjelang
tenggang
waktu
pemberian
reinforcer.
Contoh
:
gaji
karyawan
tiap
awal
bulan.
3
d. Variable
interval
Reinforcer
diberikan
dalam
jangka
waktu
berbeda-‐beda.
Perilaku
akan
meningkat
dengan
teratur,
dan
tidak
memiliki
‘tombol
on-‐off’.
Contoh
sidak
atasan
terhadap
bawahan
dalam
jangka
waktu
yang
berbeda-‐beda,
dan
pemberian
token
poin
jika
karyawan
ada
di
tempat
saat
sidak.
B. Punishment
1. Definisi
Pemberian
stimulus
mengikuti
suatu
perilaku
untuk
mengurangi
kemungkinan
berulangnya
perilaku
tersebut.
Konsekuensi
yang
dapat
menghapus
perilaku
disebut
dengan
punisher/aversive
stimulus.
Contoh
:
Kevin
menceritakan
lelucon
tenang
masakan
istrinya
disebuah
pesta.
Teman-‐
temannya
tertawa
mendengar
lelucon
tersebut.
Si
istri
pada
awalnya
ikut
tersenyum,
namun
segera
berubah
dengan
reaksi
tatapan
dingin.
Setiap
Kevin
menyampaikan
lelucon,
istrinya
menunjukkan
ekspresi
dingin.
Hasilnya,
Kevin
berhenti
bercanda
tentang
masakan
istrinya.
2. Positive
&
negative
punishment
Positive
punishment
:
perilaku
seseorang
akan
disertai
dengan
aversive
stimulus
(stimulus
penolakan),
hasil
yang
terbentuk
adalah
perilaku
tersebut
tidak
akan
terulang.
Contoh
:
perilaku
anak
agresif
sering
memukul
temannya
di
kelas.
Si
anak
kemudian
diberi
hukuman
fisik
dalam
jumlah
tertentu.
Hasilnya,
perilaku
agresif
berkurang.
Negative
punishment
:
perilaku
seseorang
akan
disertai
dengan
penghapusan
reinforcing
stimulus,
hasil
yang
terbentuk
adalah
perilaku
tersebut
tidak
akan
terulang
kembali.
Contoh
:
time-out
from
positive
reinforcement.
Seorang
anak
berperilaku
agresif
di
kelas,
ketika
ia
melukai
temannya,
ia
dihukum
harus
duduk
di
luar
kelas
selama
beberapa
menit.
Anak
tersebut
tidak
mendapatkan
reinforcers
seperti
perhatian
guru,
perhatian
teman,
mainan.
3. Unconditioned
&
conditioned
punishers
Unconditioned
punishers
:
sebuah
proses
alami
dan
tidak
perlu
proses
belajar
dan
adanya
pengalaman
terlebih
dahulu
untuk
mnejadikannya
sebagai
hukuman.
Contoh
:
kondisi
panas
eksterim,
dingin
ekstrim,
menghindari
aspal
panas,
menatap
langsung
ke
arah
matahari,
dll.
Conditioned
punishers
:
Stimulus
atau
kejadian
yang
pada
awalnya
tidak
bersifat
hukuman,
namun
dapat
menjadi
hukuman
ketika
diasosiasikan
dengan
unconditioned
punishers.
Contoh
:
kata
‘tidak/jangan’
yang
diucapkan
kepada
anak-‐
anak
ketika
ia
melakukan
kesalahan.
Kata
tersebut
dapat
menjadi
generalized
4
conditioned
punisher
bagi
setiap
anak
karena
selalu
diasosiasikan
dengan
hal-‐hal
buruk.
Stimulus
yang
diasosiasikan
dengan
kehilangan
reinforcers
(misal
:
uang)
dapat
menjadi
conditioned
punishers.
Contoh
:
karcis
parkir
diasosiasikan
dengan
kehilangan
uang.
Bagi
beberapa
orang,
harga
karcis
parkir
dapat
menjadi
sebuah
hukuman
tergantung
dari
jadwal
pemberiannya,
dan
seberapa
kuat
stimulus
tersebut.
4. Perbedaan
antara
reinforcement
dengan
punishment
Konsekuensi
perilaku
Outcome
Stimulus
diberikan
Stimulus
dihapus
Perilaku
terbentuk/meningkat
Positive
Negative
reinforcement
reinforcement
Perilaku
hilang/
menurun
Positive
Negative
punishment
punishment
5. Faktor-‐faktor
yang
mempengaruhi
efektivitas
hukuman
a. Immediacy
Sebuah
stimulus
akan
lebih
efektif
sebagai
hukuman
jika
diberikan
segera
setelah
perilaku.
Contoh
:
tatapan
kemarahan
guru
yang
diberikan
setelah
siswa
mengeluarkan
ucapan
buruk.
b. Contingency
Sebuah
stimulus
akan
lebih
efektif
sebagai
hukuman
jika
menjadi
satu
kesatuan
dengan
perilaku
yang
dibentuk.
c. Establising
operations
Pada
saat-‐saat
tertentu
sebuah
stimulus
dapat
lebih
efektif
berfungsi
sebagai
hukuman.
Contoh
negative
punishment
:
penghapusan
secangkir
es
krim
ketika
anak
tidak
menghabiskan
makanan,
tidak
akan
efektif
jika
anak
sudah
memiliki
hidangan
penutup
lain.
Penghapusan
stimulus
uang
tidak
akan
efektif
jika
anak
sudah
mendapat
uang
dari
sumber
lain
untuk
membeli
mainan.
Contoh
positive
punishment
:
minuman
keras
akan
mereduksi
efektivitas
stimulus
sosial
(penolakan,
dll)
sebagai
konsekuensi
hukuman
(punishers).
d. Individual
differences
and
magnitude
Konsekuensi
atau
hukuman
atas
sebuah
perilaku,
berbeda
pada
setiap
orang.
Semakin
kuat
stimulus
semakin
besar
perannya
sebagai
hukuman.
5