Anda di halaman 1dari 8

CARA MENGATASI GEJALA SIHIR Apabila telah disahkan seseorang itu terkena sihir samada dari segi fizikal,

mental atau spiritual, maka dalam dalam konsep Islam, tiap-tiap yang bermasalah ada penyelesaiannya. Tiap-tiap penyakit ada penawarnya. Islam telah membuat beberapa peraturan untuk mengatasi penyakit disebabkan sihir. Terutamanya setelah kita melihat fakta yang jelas bahawa Nabi Muhammad s.a.w. pernah terkena sihir dalam kisah yang terkenal dengan Labid bin Asam. Peristiwa ini berlaku untuk memberitahu kita bahawa terdapat ayat Al-Quran yang dinamakan Al-Muawwizat, iaitu beramal bersungguhsungguh dan yakin dengan ayat-ayat itu sehingga ia menjadi penawar. Begitu juga dengan ayat Kursi dan memang dari kaedahnya ayat tersebut adalah pengubat dan penyembur sihir. Malah Nabi Muhammad s.a.w. telah menyebut secara terperinci bahawa sihir itu boleh diubati dengan membaca enam ayat pertama surah AlBaqarah, tiga ayat daripada surah Al-Baqarah iaitu ayat 255, 256 dan 257 dan tiga ayat terakhir daripada surah tersebut. Ayat-ayat ini hendaklah diamalkan dengan penuh yakin bahawa Allah S.W.T. boleh menyembuhkan sihir. Ayat-ayat tersebut adalah seperti berikut :1.) Surah Al-Baqarah 2 : 1-6 2.) Surah Al-Baqarah 2 : 255-257 3.) Surah Al-Baqarah 2 : 284-286

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 285

)582(

Surah Al-Baqarah dimulai dengan menerangkan bahwa Alquran tidak ada keraguan padanya dan juga menerangkan sikap manusia terhadapnya, yaitu ada yang beriman, ada yang kafir dan ada yang munafik. Selanjutnya disebutkan hukum-hukum salat, zakat, puasa, haji, pernikahan, jihad, riba, hukum perjanjian dan sebagainya. Ayat ini adalah sebagai ayat penutup surah Al-Baqarah yang menegaskan sifat Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya terhadap Alquran itu. Mereka mempercayainya, menjadikannya sebagai pegangan hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan ayat ini juga menegaskan akan kebesaran dan kebenaran Nabi Muhammad saw. dan orang-orang yang beriman, dan menegaskan bahwa hukum-hukum yang tersebut itu adalah hukum-hukum yang benar. Dengan ayat ini Allah swt. menyatakan dan menetapkan bahwa Rasulullah saw. dan orang-orang yang beriman, benar-benar telah mempercayai Alquran, mereka tidak ragu sedikit pun dan mereka meyakini benar Alquran itu. Pernyataan Allah swt. ini terlihat pada diri Rasulullah saw. dan pribadi-pribadi orang mukmin, terlihat pada kesucian dan kebersihan hati mereka, ketinggian cita-cita mereka, ketahanan dan ketabahan hati mereka menerima cobaan-cobaan dalam menyampaikan agama Allah, sikap mereka di waktu mencapai kemenangan dan menghadapi kekalahan, sikap mereka terhadap musuh-musuh yang telah dikuasai, sikap mereka di waktu ditawan dan sikap mereka di waktu memasuki daerah-daerah luar Jazirah Arab. Sikap dan watak yang demikian adalah sikap dan watak yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran Alquran dan ketaatan melaksanakan hukum Allah swt. Inilah yang dimaksud dengan jawaban Aisyah r.a. ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw. beliau menjawab: : Artinya: Bukankah engkau selalu membaca Alquran? Jawabnya: Ya. Aisyah berkata: Maka sesungguhnya akhlak Nabi itu sesuai dengan Alquran. (HR Muslim) Seandainya Nabi Muhammad saw. tidak meyakini benar ajaran-ajaran yang dibawanya dan tidak berpegang kepada kebenaran dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tentulah ia dan pengikutnya tidak akan berwatak demikian. Ia akan ragu-ragu dalam melaksanakan cita-citanya, ragu-ragu menceritakan kejadian-kejadian umat yang dahulu yang tersebut di dalam Alquran, terutama dalam menghadapi reaksi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Apalagi mengingat bahwa orangorang Yahudi dan Nasrani adalah orang yang banyak pengetahuan mereka tentang sejarah purbakala di masa itu, karena itu Nabi Muhammad selalu memikirkan dan tetap meyakini kebenaran setiap yang akan beliau kemukakan kepada mereka. Dalam pada itu orang-orang yang hidup di zaman Nabi, baik pengikut beliau maupun orangorang yang mengingkari, semuanya mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang kepercayaan, bukan seorang pendusta.

Tiap-tiap orang yang beriman itu yakin akan adanya Allah Yang Maha Esa, hanya Dia sendirilah yang menciptakan makhluk, tidak berserikat dengan sesuatu pun. Mereka percaya kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan-Nya kepada para Nabi-Nya, percaya kepada malaikat-malaikat Allah, dan malaikat yang menjadi penghubung antara Allah swt. dengan rasul-rasul-Nya, pembawa wahyu Allah. Mengenai keadaan zat, sifat-sifat dan pekerjaan-pekerjaan malaikat itu termasuk ilmu Allah, hanya Allah swt. yang Maha Tahu. Percaya kepada malaikat merupakan pernyataan percaya kepada Allah swt. Dinyatakan pula pendirian kaum muslimin terhadap para rasul, yaitu mereka tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul Allah; mereka berkeyakinan bahwa semua rasul itu sama, baik pengikutnya sedikit maupun banyak, baik hukum-hukum yang dibawanya ringan atau berat, banyak atau sedikit, semuanya adalah sama, perbedaan itu disesuaikan dengan keadaan, kesanggupan dan kemaslahatan umat-umat mereka.

Artinya: Rasul-rasul itu kami lebihkan sebahagian (dari) mereka atas sebahagian yang lain. (Q.S Al Baqarah: 253) Ayat ini mengisyaratkan keutamaan umat Islam atas umat-umat lainnya yang membedakan rasul-rasul Allah. Ada yang mereka percayai dan ada yang tidak mereka percayai. Bahkan sebahagian dari para rasul itu semasa hidupnya mereka perolok-olokkan. Allah swt. menerangkan lagi sifat-sifat lain yang dimiliki orang Islam. Yaitu apabila mereka mendengar sesuatu perintah atau larangan Allah, mereka mendengar dengan penuh perhatian, melaksanakan perintah-perintah itu, dan menghentikan larangan-larangan-Nya, karena mereka merasakan kebesaran kekuasaan Allah dan yakin bahwa hanya Allah sajalah yang wajib disembah dan ditaati. Oleh karena orang-orang mukmin mempunyai sifat-sifat yang demikian, maka mereka selalu memanjatkan doa kepada Allah, yaitu: Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah kami kembali. Sesungguhnya doa-doa orang-orang yang beriman bukanlah sekedar untuk meminta ampun kepada Allah swt. atas kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat, bahkan juga memohon ke hadirat Allah agar selalu diberi-Nya taufik dan hidayat, agar dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menghentikan segala larangan-Nya. Dari doa ini dapat dipahami juga bahwa orang-orang yang beriman selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya setelah mereka mendengar, memahami perintah dan larangan itu. Dalam pada itu mereka sadar bahwa mereka seorang manusia yang tidak sempurna, tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Sekalipun hati dan jiwa mereka telah berjanji akan melaksanakan perintah dan larangan Allah setelah mendengar dan mmahaminya tetapi tanpa mereka sadari, mereka sering tersalah, lupa dan lalai, sehingga mereka mengabaikan perintah dan larangan itu. Sekalipun mereka telah mengetahui

bahwa Allah swt. tidak akan menghukum manusia karena tersalah, lupa dan lalai, tetapi orangorang yang beriman merasa dirinya wajib memohon ampun dan bertobat kepada Allah, agar Allah swt. tidak menghukumnya karena perbuatan yang demikian itu. Pengaruh iman yang demikian tampak pada tingkah laku sifat-sifat, tindakan dan perbuatan mereka. Semuanya itu dijuruskan dan diarahkan ke jalan yang diridai Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan mereka: Hanya kepada Engkaulah kami kembali. Pernyataan ini mengungkapkan hakekat hidup manusia yang sebenarnya, menggariskan pedoman hidup dan tujuan akhir yang harus dicapai oleh manusia.

Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 285 )582(

Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, Tatkala turun ayat, Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah. (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya, maka Rasulullah saw. bertanya, Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, Kami dengar dan kami langgar? hendaklah kalian ucapkan, Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali. Setelah orang-orang itu berusaha membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun menurunkan di belakangnya, Rasul telah beriman (Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.
http://belajarcepatbacaquran.com/q-s-al-baqarah-ayat-285/

Al-Baqarah (ayat 284-286) diberi pahala beribadah separuh malam dan dijauhi gangguan syaitan dan segala bencana Source: http://ms.shvoong.com/books/1744614-keutamaan-membaca-alquran/#ixzz1mAmFGKBF

lillaahi maa fii alssamaawaati wamaa fii al-ardhi wa-in tubduu maa fii anfusikum aw tukhfuuhu yuhaasibkum bihi allaahu fayaghfiru liman yasyaau wayuadzdzibu man yasyaau waallaahu alaa kulli syay-in qadiirun Artinya : Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 284 )482(

Dari ayat ini dapat diambil pengertian tentang kesempurnaan keesaan Allah swt. dalam hal: 1.Esa dalam kekuasan-Nya. 2.Esa dalam mengetahui segala yang terjadi di alam ini. Allah swt. Esa dalam memiliki seluruh makhluk, maksudnya ialah hanya Allah swt. sajalah yang menciptakan, menumbuhkan, mengembangkan dan memiliki seluruh alam ini, tidak ada sesuatu pun yang berserikat dengan Dia. Allah swt. Esa dalam mengetahui segala sesuatu di alam ini maksudnya ialah Allah swt. mengetahui yang besar dan yang kecil, yang tampak dan yang tidak tampak oleh manusia. Segala yang terjadi, yang wujud di alam ini, maka wujudnya itu tidak lepas dari pengetahuan Allah, tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. Allah swt. Esa dalam kekuasaan-Nya, maksudnya ialah apa yang terjadi di alam ini adalah atas kehendak Allah, tidak ada sesuatu pun yang dapat merubah kehendak-Nya. Apabila Dia menghendaki adanya sesuatu, maka adalah dia, sebaliknya apabila Dia menghendaki lenyapnya sesuatu, lenyaplah ia. Hanya Dialah yang dapat mengetahui perbuatan hamba-Nya, serta mengampuni atau mengazabnya dan keputusan yang adil hanyalah di tangan-Nya saja. Yang ada di dalam hati manusia itu ada dua macam: Pertama: Sesuatu yang ada di dalam hati yang datang dengan sendirinya tergerak tanpa ada yang menggerakkannya, terlintas di dalam hati dengan sendirinya. Gerak yang demikian tidak berdasarkan iradah (kehendak) dan ikhtiar (pilihan) manusia, hanya timbul saja dalam hatinya. Hal yang seperti ini tidak dihukum dan dihisabi Allah swt., kecuali bila diikuti dengan iradah, niat dan ikhtiar. Kedua: Sesuatu yang ada di dalam hati yang timbul dengan usaha, pikiran, hasil renungan dan sebagainya. Gerak yang seperti ini berubah menjadi cita-cita keinginan yang kuat, sehingga timbullah iradah, niat dan ikhtiar untuk melaksanakannya. Gerak hati yang seperti inilah yang dihisab dan dijadikan dasar dalam menentukan balasan pekerjaan manusia.

Oleh sebab itu Allah swt. memerintahkan agar manusia selalu mengawasi, meneliti dan merasakan apa yang ada di dalam hatiya. Bila yang ada itu sesuai dengan perintah Allah dan tidak berlawanan dengan larangan-larangan-Nya, maka peliharalah dan hidup suburkanlah dia sehingga mewujudkan amal yang baik. Sebaliknya bila yang ada di dalam hati itu bertentangan dengan perintah-perintah Allah atau memungkinkan seseorang mengerjakan larangan-Nya, hapuskan segera dan enyahkanlah yang demikian itu, sehingga tidak sampai mewujudkan perbuatan dosa. Hendaklah manusia waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan masuknya sesuatu yang tidak baik di dalam hatinya, sehingga mewujudkan perbuatan dosa. Sebagai contoh ialah rasa dengki, pada mulanya tumbuh karena rasa tidak senang kepada seseorang. Perasaan itu bertambah setiap ada peristiwa yang menyuburkannya. Kemudian timbullah marah, dendam, ingin membalas dan sebagainya. Jika telah demikian perasaannya, sukarlah untuk menghilangkannya dengan segera. Bahkan dikhawatirkan dapat melahirkan perbuatan dosa. Tetapi bila dipadamkan perasaan itu pada saat ia mulai tumbuh, maka rasa dengki itu tidak akan timbul, dan kalau pun timbul dapat dihilangkan dengan mudah. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah, ia berkata: Tatkala Allah swt. menurunkan ayat 284 ini kepada Rasulullah saw., maka sahabat merasa bebannya bertambah berat, lalu mereka datang menghadap Rasulullah saw. dan berkata: Kami telah dibebani dengan pekerjaan-pekerjaan yang sanggup kami mengerjakannya, yaitu salat, puasa, jihad, sedekah, dan kini telah turun pula ayat ini yang kami tidak sanggup melaksanakannya. Maka Rasulullah saw. bersabda: Apakah kamu hendak mengatakan seperti perkataan ahli kitab sebelum kamu, mereka mengatakan: Kami dengar dan kami durhaka. Katakanlah: Kami dengar dan kami taat, kami memohon ampunan-Mu, ya Tuhan kami, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Maka tatkala Rasulullah saw. membacakan ayat ini kepada mereka, lidah mereka mengikutinya. Lalu Allah swt. menurunkan ayat berikutnya, yaitu ayat 285 Al-Baqarah. Berkata Abu Hurairah: Tatkala para sahabat telah mengerjakan yang demikian Allah swt. menghilangkan kekhawatiran mereka terhadap ayat itu dan Dia menurunkan ayat berikutnya. Allah swt. berfirman: Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Q.S Al Baqarah: 286) Hadis di atas melukiskan kekhawatiran para sahabat yang sangat takut kepada azab Allah. Para sahabat dahulunya adalah orang-orang yang hidup, dididik dan dibesarkan di dalam lingkungan kehidupan Arab Jahiliyah. Pikiran, hati, kepercayaan dan adat istiadat Jahiliyah telah sangat berpengaruh di dalam diri mereka. Bahkan di antara mereka adalah pemuka dan pemimpin orang-orang Arab Jahiliyah. Setelah Nabi Muhammad saw. diutus, mereka mengikuti seruan Nabi dan masuk agama Islam dengan sepenuh hati. Walaupun demikian bekas-bekas pengaruh kepercayaan dan kebudayaan Arab Jahiliyah masih ada di dalam jiwa mereka. Hal ini hilang dan hapus secara berangsur-angsur, setiap turun ayat-ayat Alquran dan setiap menjelaskan risalah yang dibawanya kepada mereka. Dalam pada itu mereka sendiri selalu berusaha agar bekas dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik itu segera hilang dari diri mereka. Tatkala turun ayat ini mereka merasa khawatir, kalau-kalau Allah swt. tidak mengampuni dosa-dosa mereka, sebagai akibat dari bekas-bekas kepercayaan dan kebudayaan Arab Jahiliyah yang masih ada pada hati

dan jiwa mereka, walaupun mereka telah berusaha sekuat tenaga menghilangkannya. Karena kecemasan dan kekhawatiran itulah mereka segera bertanya kepada Rasulullah saw. Rasa kekhawatiran akan diazab Allah swt. itu tergambar pada pertanyaan Umar bin Khattab kepada Huzaifah. Beliau pernah bertanya kepada Huzaifah: Adakah engkau (Huzaifah) dapati dari diriku salah satu dari tanda-tanda munafik? Maka untuk menghilangkan kekhawatiran itu dan menenteramkan hati mereka maka turunlah ayat: Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.(Q.S Al Baqarah: 286) Dengan turunnya ayat ini, hati para sahabat merasa tenang dan tenteram, karena mereka telah yakin bahwa segala larangan dan perintah Allah swt. itu adalah sesuai dengan batas kemampuan manusia. Tidak ada perintah-perintah dan larangan-larangan Allah yang tidak sanggup manusia melakukan atau menghentikannya. Hanya orang-orang yang ingkar kepada Allah sajalah yang merasa berat menghentikan larangan-larangan-Nya. Dan mereka telah yakin pula bahwa pekerjaan buruk yang terlintas di dalam pikiran mereka dan mereka benci pula kepada pekerjaan itu, telah mereka usahakan menghilangkannya, karena itu mereka tidak akan dihukum. Allah swt. berfirman: ) )522 Artinya: Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (Q.S Al Baqarah: 225) Selanjutnya Allah swt. menerangkan bahwa Dia menghisab (menghitung) apa yang ada di dalam hati manusia, baik yang disembunyikan atau yang dinyatakan dan dengan perhitungan-Nya itu, Dia membalas perbuatan manusia dengan adil karena perhitungan dan pembalasan itu dilandasi dengan sifat Allah Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya. Kemudian Allah swt. menegaskan bahwa dengan karunia-Nya Dia mengampuni hamba-Nya dan mengazabnya dengan adil serta memberi pahala yang berlipat ganda kepada orang yang mengerjakan amal saleh. Akhirnya Allah swt. menyatakan bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dari ayat ini dipahami bahwa karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, maka mintalah pertolongan kepada-Nya agar dapat melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya, mohonkan taufik dan hidayah-Nya. Asbabunnuzul Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S Al-Baqarah 284)

Diriwayatkan bahwa ketika turun ayat Wa in tubduu maa fii anfusikum au tukhfuuhu yuhaasibkum bihillaah (Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu), para sahabat merasa sangat keberatan, sehingga datang kepada Rasulullah saw sambil berlutut memohon keringanan, dengan berkata: Kami tidak mampu untuk mengikuti ayat ini. Rasulullah saw bersabda: Apakah kalian akan berkata: `Samina wa ashaina (kami dengar akan tetapi tidak akan menurut) seperti apa yang telah diucapkan oleh dua ahli kitab (Yahudi & Nasrani) sebelum kamu? Ucapkanlah `Samina wa athana ghufraanaka rabbana wa ilaikal mashiir (kami mendengar & taat, dan ampunilah kami wahai Tuhan kami, krn kepada-Mu lah tempat kembali) Setelah dibacakannya kepada para sahabat, dan terbiasakan lidahnya, turunlah kemudian ayat 285 dari surat Al-Baqarah: Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, dan Rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): `Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yg lain) dari Rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: `Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa):`Ampunilah kami wahai Tuhan kami, krn kepada-Mu lah tempat kembali Kemudian mereka laksanakan ayat 285 tersebut. Dan kemudian turunlah ayat selanjutnya, yaitu surat Al-Baqarah ayat 186, yang menghibur hati mereka, serta mengajarkan salah satu doa yang masyhur. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya. (Mereka berdoa): `Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami terlupa atau tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (Diriwayatkan oleh Muslim dan lain-lainnya yg bersumber dari Abu Hurairah)

Anda mungkin juga menyukai