Anda di halaman 1dari 4

Manfaat Terapan Teori Seleksi Alam Darwin

Temuan
Mendel
mempunyai
implikasi
penting.
Karyanya
membantah adanya teori percampuran dalam keturunan (The Blending
Theory of Inheritance) yaitu, pemikiran bahwa ciri-ciri orang tua
diwariskan kepada anak dan kemudian bercampur, lalu diwariskan ke
generasi berikut dalam bentuk campuran. Di kalangan manusia, ungkapan
yang menyatakan seseorang berdarah campuran, sebenarnya berawal
pada teori ini.
Eksperimen Mendel membuktikan justru kebalikannyalah yang
benar; yakni faktor genetik ciri atau sifat yang diwarisi dari orang tua
hanya bergabung untuk sementara waktu dalam diri anak, dan dalam
generasi berikutnya faktor genetik tersebut akan pecah atau memisah lagi
menjadi satuan-satuan yang ada pada induk aslinya.
Perbedaan Pendapat dan Tantangan yang Berkembang
Teori Darwin menimbulkan efek sosial yang menghebohkan karena
dianggap bertentangan dengan pedoman hidup yang berlaku saat itu,
baik yang menyangkut segi agama maupun yang menyangkut etika
sosial.
Sebagaimana diketahui Origin of Species dianggap sebagai
gagasan yang berisikan ungkapan yang menentang adanya ciptaan
khusus, berarti melawan kaidah agama. Dari segi agama, pemahaman
kitab suci masih terbatas melalui apa yang tersurat, belum melalui apa
yang tersirat. Itulah sebabnya teori evolusi tidak dapat diterima dan tidak
dapat dicerna karena menghadapi harga mati seperti yang tercetus dalam
kitab suci.
Tantangan
terhadap
Darwin
juga
berasal
dari
ahli-ahli
kemasyarakatan, disebabkan seleksi alam dan kemampuanbertahan
hidup pada ras yang cocok dengan alam merupakan perjuangan untuk
hidup Pengertian dari konsekuensi ungkapan tersebut yaitu kemampuan
bertahan bagi yang paling perkasa, dan menurut para ahli
kemasysrakatan hal ini adalah suatu perbuatan yang kejam. Jika teori ini
dibiarkan
berkembang
maka
dikhawatirkan
masyarakat
akan
menggunakannya sebagai pedoman hidup.
Disamping sorotan dari aspek agama dan kemasyarakatan Darwin
juga menemui kesulitan dengan para ahli biologi yang mempertanyakan
tentang pengertian spesies dalam Origin of Species. Perbedaan spesies
lebih ditekankan pada perbedaan morfologik dan ekogeografik. Disamping
itu para ahli juga mempertanyakan sumber asal mula spesies yang
pertama. Ini tidak dapat oleh Darwin. Selain itu, tentang seleksi alam
Darwin pun tidak dapat menjelaskan tentang sumber kekuatan yang

menyeleksi dan sumber yang dikenai seleksi sampai terjadi perubahan,


serta mekanisme terjadinya seleksi. Hal ini merupakan kelemahan Darwin
karena tidak mempunyai bukti yang kuat untuk menjelaskan dan
mempertanggungjawabkan gagasannya secara ilmiah.
Kelebihan Darwin dalam menyusun teorinya antara lain karena
kemampuannya untuk menggunakan gejala yang dilihatnya dalam
kehidupan sehari-hari. Variasi yang dijumpai Darwin dalam domestikasi
kemudian diangkatdalam teorinya dengan ungkapan seleksi alam
setelah dipadu dengan variasi yang ada di alam. Selanjutnya yang
dianggap penting oleh Darwin adalah apa yang disebutnya sebagai
perjuangan untuk hidup artinya perjuangan di alam, perjuangan untuk
tidak terseleksi atau tersisih bahkan punah. Dengan demikian, Darwin
mencoba membandingkan seleksi yang dilakukan oleh manusia dengan
yang terjadi di alam dan apa akibatnya pada ciri-ciri tertentu. Disamping
itu diuraikan pula seleksi bagi usia yang berbeda serta jenis kelamin yang
berbeda pula, yang kemudian diperkenalkan dengan istilah Seleksi
Seksual.
Mengenai seleksi alam Darwin membedakan adanya tempat-tempat
yang memungkinkan terjadinya seleksi alam dengan baik tetapi adapula
tempat-tempat yang tidak. Sebagai contoh di daratan Amerika yang
diduga sebagai tempat asal burung Finch yang berevolusi menjadi 14
spesies, tidak memiliki spesies sebanyak itu.
Charles Darwin menyinggung pula tentang hukum-hukum yang
menyangkut variasi/menyebabkan terjadinya variasi, seperti akibat
kondisi eksternal, hukum use and disuse organ tubuh dalam kaitannya
dengan seleksi alam, terutama alat untuk terbang dan indra penglihat.
Selain itu, dalam bukunya Darwin juga menuangkan hal-hal yang
menyangkut naluri/insting dalam kaitannya dengan seleksi alam. Masalah
hibrid pun sudah disinggung, meskipun pada waktu itu pengertian hibrid
masih terbatas pada apa yang terlihat saja. Darwin belum mengenal apa
yang disebut genetika, masalah pewarisan ciri-ciri dari induk kepada
keturunannya namun ia telah menduga masalah ini ada kaitannya dengan
proses evolusi. Sudah barang tentu hal ini berkaitan dengan hobinya
dalam domestikasi; hibrid hasil domestikasi, sterilitas hibrid menjadi titik
tolak untuk mempelajari hibrid yang terjadi secara alami.
Pengaruh Charles Lyell terlihat dari apa yang dipaparkan Darwin
tentang pentingnya catatan geologik, lebih-lebih berkaitan dengan
sedikitnya penemuan fosil yang berhasil ditemukan. Dalam gagasannya
pula Darwintelah menyinggung makna distribusi geografis, bukti evolusi
mengenai embriologi perbandingan, masalah morfologi, dan organ-organ
rudimenter.

Semua yang telah disebutkan di atas adalah komponen-komponen


penting yang dikemudian hari merupakan kunci untuk memberi
interpretasi tentang terjadinya evolusi makhluk hidup.
Sekarang ini konflik antara agama dan paham evolusi tidak lagi
setajam sebagaimana pada abad 19. Paling tidak selama tidak
membicarakan evolusi manusia, orang awam pun dapat memahami.
Kalaupun menyinggung masalah evolusi manusia, tidak lagi terdengar
konflik yang terbuka.
Jika Charles Darwin mengemukakan teori evolusinya hanya terbatas
pada evolusi makhluk hidup, maka Teilhard de Chardin (1881-1955),
seorang ulama gereja yang mengadakan penjelajahan sampai ke China
dan Afrika, dan bersama Von Koenigswald mempelajari manusia Jawa,
mempunyai pandangan tentang evolusi yang berbeda. Ia membagi proses
evolusi menjadi beberapa tahap, tahap atau fase Geosfera yang
menyangkut evolusi bumi dan alam semesta, fase Biosfera yang
membicarakan perkembangan makhluk hidup secara evolutif, fase
Noosfera menyangkut perkembanganevolusi manusia, tidak lagi secara
fisik semata-mata namun perkembangan pikiran, yang terakhir ini ia
menyebutnya sebagai evolusi perkembangan kesadaran batin.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat kini memungkinkan
pemahaman gejala biologik secara kimia atau fisika, sedangkan
kuantifikasi gejala digunakan ilmu bantu lain anatranya matematika.
Dengan demikian dicapai kecermatan dan kedalaman yang lebih
dibanding masa lalu.
Neo-Darwinisme (teori Sintesis Moderen) 1920-1950.
Jika menelaah lebih jauh lagi berbagai referensi yang ada, terlihat
bahwa masih ada kritik-krik lain yang berkembang, dimana kesemuanya
itu menunjukkan nampaknya peristiwa seleksi alam sesungguhnya
tidaklah cukup sempurna menjelaskan perubahan evolusioner dari seluruh
ciri (struktur). Dengan kata lain bahwa peristiwa seleksi alam bukanlah
seba utama terjadinya evolusi organik. Bagaimanapun suatu peristiwa
seleksi baru dapat berlangsung apabila terlebih dahulu telah ada
keanekaragaman antar individu. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa
peristiwa seleksi alam hanyalah sebagai faktor yang mengukuhkan varianvarian yang sesuai, dan bukanlah sebagai faktor yang menjadi penyebab
timbulnya varian-varian baru. Dalam hubungan ini sebagian ahli biologi
berpendapat bahwa peristiwa seleksi alam hanyalah sebagai faktor
pengarah dan pembatas atas varian-varian yang telah ada. Oleh karena
itu sebab utama terjadinya evolusi organik adalah justru penyebab dari
varian. Hal ini sudah pernah dikatakan oleh Darwin dalam tulisannya
Some even imagined that natural selection induces variability, where as
it implies only the preservation of such variation as arise and are
beneficial to being under its condition of life.

Pandangan yang mengatakan bahwa peristiwa seleksi alam


bukanlah sebab utama terjadinya evolusi organik tetapi hanya berperan
sebagai faktor pengarah dan pembatas adalah merupakan hasil
pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Alam Darwin. Inilah
yang disebut pandangan baru dari teori seleksi alam Darwin atau yang
lebih dikenal sebagai Neo Darwinisme. Theodosius Dobzansky (ahli
genetika populasi), G.G. Simpson (paleontolog vertebrata), dan Ernst Mayr
(ahli sistematika) merupakan beberapa ahli yang sangat besar jasanya
mengantarkan kita kepada pandangan baru tentang Teori Seleksi Alam
Darwin atau Neo Darwinisme.
Pada saat sekarang ini telah diketahui bahwa penyebab dari adanya
variasi makhluk hidup antara lain peristiwa rekombinasi gen. Pada
makhluk yang berbiak secara kawin dikatakan bahwa rekombinasi gen
merupakan penyebab timbulnya variasi antar individu generasi turunan,
yang penjelasannya dapat dilihat kembali kejadian Hukum Mendel I dan II.
Selain itu penyebab lain adalah dari mutasi gen, dan diketahui bahwa
penyebab dari mutasi tidak lain adalah macam-macam faktor lingkungan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rekombinasi gen dan macammacam faktor lingkungan merupakan sebab utama terjadinya peristiwa
evolusi organik; dan peristiwa seleksi alam berperan sebagai faktor
pengarah dan faktor pembatas.
Pada periode Neo Darwinisme ini para ahli menemukan bahwa ilmu
genetika sangat perlu dalam menerangkan proses evolusi. Selain itu
semua sifat yang dimiliki oleh suatu organisme dapat digunakan untuk
menunjang teori evolusi. Dengan demikian semua bidang ilmu biologi
digunakan dalam menerangkan evolusi suatu organisme.
Setelah para ahli hanya bekerja dengan data morfologi, anatomi
maupun genetika, pada masa berikutnya mereka beranjak ke pendekatan
molekuler, fisiologi perkembangan, model matematik dan banyak
pendekatan lainnya. Dengan demikian dapatlah ditentukan bahwa suatu
organisme berkerabat dekat atau jauh dari organisme lainnya dari
perbedaan semua aspek yang mungkin dipelajari.

Anda mungkin juga menyukai