Disusun Oleh:
Yuni Paradita Djunaidi, S.Ked
04054821517038
Pembimbing:
dr. Achmad Junaidi, Sp.S
Laporan Kasus
Judul
Stroke Non Hemoragik
Oleh
Yuni Paradita Djunaidi, S.Ked
04054821517038
Pembimbing
dr. Achmad Junaidi, Sp.S
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Saraf (Neurologi) Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Palembang periode 30 Juni 2016 08 Agustus 2016.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Stroke Non
Hemoragik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Achmad Junaidi, SpS. selaku pembimbing yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan telaah ilmiah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II STATUS PASIEN NEUROLOGI........................................................ 3
BAB III RESUME............................................................................................ 17
BAB IV ANALISIS KASUS............................................................................ 21
BAB V TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 27
BAB VI KESIMPULAN.................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46
BAB I
PENDAHULUAN
Cerebrovascular accident/attack (CVA) adalah suatu penyakit pada sistem
saraf yang paling sering dijumpai, terdapat sekitar 200.000 kematian dan 200.000
orang dengan gejala sisa akibat stroke dengan berbagai tingkatan usia dengan
prevalensi paling sering terjadi pada usia 75-83 tahun. CVA sendiri dapat terjadi
karena adanya trombosis, emboli, dan hemoragik. Salah satu contoh penyakit
CVA paling sering adalah stroke. Stroke merupakan menifestasi klinis dari
gangguan fungsi serebri baik fokal maupunglobal yang berkembang dengan cepat
atau tiba-tiba, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian,
dengan tidak adanya penyebab lain selain dari penyebab vaskular.1
Stroke merupakan suatu kegawatan neurologi serius dan masih menjadi
penyebab kematian tertinggi setelah penyakit kanker dan jantung.2 Stroke juga
merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan kecacatan seperti
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat, dan
bentukbentuk kecacatan lain sebagai akibat dari gangguan fungsi otak.3,4
Sebanyak 28,5% penderita meninggal dunia dan sisanya menderita kelumpuhan
sebagian atau total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke
dan kecacatan.5
Prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk
serta yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk.
Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah didiagnosis
oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai di NAD (16,6%) dan
terendah di Papua (3,8%). Terdapat 13 provinsi dengan prevalensi stroke lebih
tinggi dari angka nasional.6
Patologi anatomi dan penyebab membagi stoke menjadi stroke non
hemoragik (iskemik) dan stroke hemoragik. 4 Stroke non hemoragik didefiniskan
sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh sebab vaskular,
sedangkan stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di otak pada
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. MBM
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal MRS
No. RM/Register
: 960873/RI16018817
Tekanan Darah
: 170/100 mmHg
Nadi
Suhu Badan
: 36,7 C
Pernapasan
: 20 kali/menit
Berat Badan
: 52 kg
Tinggi Badan
: 158 cm
IMT
: 20,82 kg/m2
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Anggota Gerak
: Tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap
: kooperatif
Ekspresi Muka
4
: wajar
Perhatian
: ada
Kontak Psikis
: ada
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk
: normocephali
Deformitas
: tidak ada
Ukuran
: normal
Fraktur
: tidak ada
Simetris
: wajah simetris
Nyeri fraktur
: tidak ada
Hematom
: tidak ada
Pembuluh darah :
tidak
ada
pelebaran
Tumor
: tidak ada
Pulsasi
: lurus
Deformitas
: tidak ada
LEHER
Sikap
Torticolis
Kaku kuduk
: tidak ada
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius
Kanan
Penciuman
Kiri
tidak ada
tidak
tidak ada
tidak
tidak ada
tidak
tidak ada
tidak
ada
Anosmia
ada
Hyposmia
ada
Parosmia
ada
N.Opticus
Visus
Campus visi
Kanan
Kiri
6/6
6/6
V.O.D
V.O.S
Anopsia
tidak ada
tidak
ada
Hemianopsia
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Fundus Oculi
Papil edema
Papil atrofi
tidak ada
tidak
tidak ada
tidak
ada
Perdarahan retina
ada
Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens
Kanan
Diplopia
Kiri
tidak ada
tidak
ada
Celah mata
menutup sempurna
menutup sempurna
Ptosis
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak
ada
Exophtalmus
tidak ada
tidak ada
Enophtalmus
tidak ada
tidak ada
Deviation conjugate
tidak ada
tidak ada
ke segala arah
ke segala arah
Pupil
Bentuknya
bulat
bulat
Besanya
3 mm
3 mm
Isokori/anisokor
isokor
isokor
Midriasis/miosis
tidak ada
tidak
ada
ada
ada
Refleks cahaya
Langsung
6
Konsensuil
ada
ada
Akomodasi
ada
ada
Argyll Robertson
tidak ada
tidak
ada
N.Trigeminus
Motorik
Kanan
Kiri
Menggigit
baik
baik
Trismus
tidak ada
tidak ada
Refleks kornea
ada
ada
Sensorik
Dahi
baik
baik
Pipi
baik
baik
Dagu
baik
baik
N.Facialis
Kanan
Kiri
simetris
simetris
Motorik
Mengerutkan dahi
Menutup mata
lagophtalmus (-)
Menunjukkan gigi
Lipatan nasolabialis
Bentuk Muka
Istirahat
asimetris
Berbicara/bersiul
tidak bisa
Sensorik
2/3 depan lidah
lagophtalmus (-)
Otonom
Salivasi
Lakrimasi
Chovsteks sign
tidak ditemukan
N. Statoacusticus
N. Cochlearis
Kanan
Kiri
Suara bisikan
Detik arloji
Tes Weber
Tes Rinne
N. Vestibularis
Nistagmus
tidak ada
Vertigo
tidak ada
Kiri
Arcus pharingeus
simetris
Uvula
di tengah
Gangguan menelan
tidak ada
Suara serak/sengau
tidak ada
Denyut jantung
normal
Refleks
Muntah
ada
Batuk
ada
Okulokardiak
ada
Sinus karotikus
ada
Sensorik
1/3 belakang lidah
N. Accessorius
Kanan
Mengangkat bahu
kelainan
Kiri
tidak ada
Memutar kepala
tidak ada
kelainan
N. Hypoglossus
Kanan
Deviasi lidah
Kiri
Fasikulasi
tidak ada
Atrofi papil
tidak ada
Disartria
tidak ada
MOTORIK
LENGAN
Kanan
Kiri
Gerakan
kurang
kurang
Kekuatan
Tonus
meningkat
meningkat
Refleks fisiologis
-
Biceps
meningkat
meningkat
Triceps
meningkat
meningkat
Radius
meningkat
meningkat
Ulna
meningkat
meningkat
Refleks patologis
-
Hoffman Tromner
Leri
tidak dilakukan
Meyer
tidak dilakukan
TUNGKAI
ada
Kanan
Gerakan
Kiri
kurang
kurang
Kekuatan
Tonus
meningkat
meningkat
Klonus
-
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks fisiologis
-
KPR
meningkat
meningkat
APR
meningkat
meningkat
Refleks patologis
-
Babinsky
ada
ada
Chaddock
ada
ada
Oppenheim
ada
tidak ada
Gordon
ada
tidak ada
Schaeffer
tidak ada
tidak ada
Rossolimo
tidak ada
tidak ada
Mendel Bechterew
tidak ada
tidak ada
Atas
normal
Tengah
normal
Bawah
normal
Refleks cremaster
tidak dilakukan
SENSORIK
Tidak ada kelainan
10
FUNGSI VEGETATIF
Miksi
: normal
Defekasi
: normal
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis
: tidak ada
Lordosis
: tidak ada
Gibbus
Deformitas
: tidak ada
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Meningocele
: tidak ada
Hematoma
Nyeri ketok
: tidak ada
: tidak ada
Kiri
tidak ada
tidak ada
tidak ada
11
Lasseque
tidak ada
tidak
ada
Brudzinsky
-
Neck
tidak ada
Cheek
tidak ada
Symphisis
tidak ada
Leg I
tidak ada
tidak ada
Leg II
tidak ada
tidak ada
GERAKAN ABNORMAL
Tremor
: tidak ada
Chorea
: tidak ada
Athetosis
: tidak ada
Ballismus
: tidak ada
Dystoni
: tidak ada
Myocloni
: tidak ada
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik
: tidak ada
Afasia sensorik
: tidak ada
Apraksia
: tidak ada
Agrafia
: tidak ada
Alexia
: tidak ada
Afasia nominal
: tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13/07/2016
Jenis Pemeriksaan
Hasil
12
Rujukan
Hematologi
Hemoglobin
13,2 g/dL
13,48-17,40 g/dL
Eritrosit
4,8 106/mm3
4,40-6,30 106/mm3
Leukosit
8 103/mm3
4,73-10,89 103/mm3
Hematokrit
40 %
41-51 %
Trombosit
244 103/L
170-396 103/L
Basofil
0%
0-1 %
Eosinofil
3%
1-6 %
Neutrofil
60 %
50-70 %
Limfosit
29 %
20-40 %
Monosit
8%
2-8 %
Ureum
25 mg/dL
16,6-48,5 mg/dL
Asam urat
3,6
Kreatinin
0,8 mg/dL
0,5-0,9 mg/dL
Kalsium (Ca)
8,9 mg/dL
8,4-9,7 mg/dL
Magnesium (Mg)
2,02 mEq/L
1,4-2,1 mEq/L
Natrium (Na)
144 mEq/L
135-155 mEq/L
Kalium (K)
2,8 mEq/L
3,5-5,5 mEq/L
Klorida (Cl)
106 mmol/L
96-106 mmol/L
Ginjal
Elektrolit
13
Kontrol
12,20 detik
Penderita
13,4 detik
INR
12-18 detik
1,04
APTT
Kontrol
30,2 detik
Penderita
28,7 detik
27-42 detik
Fibrinogen
Kontrol
374 mg/dL
Penderita
499 mg/dL
0,28 g/mL
<0,5 g/mL
99 mg/dl
<200 mg/dl
Kolesterol total
170 mg/dl
<200 mg/dl
Kolesterol HDL
52 mg/dl
>65 mg/dl
Kolesterol LDL
120 mg/dl
<100 mg/dl
Trigliserida
63 mg/dl
<150 mg/dl
D-dimer
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa sewaktu
Lemak
Eletrokardiografi 12/7/2016
14
CTR sulit dievaluasi, kesan jantung sedikit membesar kekiri. Aorta dilatasi
15
Kesan: Infark cerebri iskhemik di basal ganglia kanan dan kiri dan corona radiata
kanan dan kiri
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KLINIK
DIAGNOSIS ETIOLOGI
16
PENGOBATAN
Non Farmakologis
R/ Echocardiography
Farmakologis
Aspilet 1 x 80 mg (PO)
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad Sanctionam
: dubia ad malam
17
BAB III
RESUME
Pada anamnesis didapatkan penderita mengalami kelemahan satu sisi
sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba saat beristirahat tanpa disertai
penurunan kesadaran. Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan.
Saat serangan penderita tidak mengeluh sakit kepala, mual, muntah, tidak disertai
kejang juga gangguan rasa. Sehari-hari penderita menggunakan tangan kanan.
Penderita tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan, isyarat,
juga tidak mengerti apa yang diungkapkan orang lain secara lisan, tulisan, isyarat.
Saat bicara mulut penderita mengot ke kiri. Bicara pelo ada. Penderita memiliki
riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Penyakit ini diderita untuk pertama
kalinya.
Riwayat darah tinggi ada tapi tidak terkontrol. Riwayat kencing manis
tidak ada. Riwayat penyakit jantung tidak ada. Riwayat stroke sebelumnya tidak
ada.
Penyakit ini diderita untuk pertama kalinya.
Status Internus
Kesadaran
Tekanan Darah
: 170/100 mmHg
Nadi
Suhu Badan
: 36,7 C
Pernapasan
: 20 kali/menit
Berat Badan
: 52 kg
Tinggi Badan
: 158 cm
Jantung
batas
kanan
ICS
IV linea
18
gallop (-)
Paru-paru
Abdomen
Anggota Gerak
Genitalia
: Tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap
: kurang kooperatif
Ekspresi Muka
: wajar
Perhatian
: kurang
Kontak Psikis
: ada
Status Neurologis
Nn. Cranialis
N. III
N. VII
N.XII
Fungsi
Lengan
Lengan
Tungkai
Tungkai
Motorik
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks
Kanan
Kurang
2
Meningkat
Kiri
Kurang
4
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Kanan
Kurang
2
Meningkat
Meningkat
Kiri
Kurang
4
Meningkat
Meningkat
Fisiologis
Refleks
Hoffman
Hoffman
Babinsky (+)
Babinsky (+)
Patologis
Tromner (+)
Tromner (+)
Chaddok (+)
Chaddok (+)
Oppenheim (+)
Gordon (+)
Schuffer (+)
Fungsi sensorik
Fungsi vegetatif
19
Fungsi luhur
Gerakan abnormal
: tidak ada
DIAGNOSIS KLINIK
DIAGNOSIS TOPIK
DIAGNOSIS ETIOLOGI
R/ Echocardiography
Farmakologis
Aspilet 1 x 80 mg (PO)
20
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad Sanctionam
: dubia ad malam
21
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada anamnesis didapatkan penderita mengalami kelemahan satu sisi
sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba saat beristirahat tanpa disertai
penurunan kesadaran. Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan.
Saat serangan penderita tidak mengeluh sakit kepala, mual, muntah, tidak disertai
kejang juga gangguan rasa. Sehari-hari penderita menggunakan tangan kanan.
Penderita tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan, isyarat,
juga tidak mengerti apa yang diungkapkan orang lain secara lisan, tulisan, isyarat.
Saat bicara mulut penderita mengot ke kiri. Bicara pelo ada. Penderita memiliki
riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Penyakit ini diderita untuk pertama
kalinya.
Dari hasil anamnesis, penderita mengalami defisit neurologis yang
mendadak secara tiba-tiba dengan dugaan vaskular sehingga memunculkan
kecurigaan terjadinya suatu cerebrovascular disease (stroke) dengan diagnosis
topik pada LACI. Dari gejala yang dialami dapat dilakukan penghitungan skor
siriraj dimana didapatkan skor -2 yang mendukung kecurigaan stroke non
hemoragik pada penderita ini. Dari pemeriksaan neurologis didapatkan parese
nervus VII dan XII tipe sentral serta peningkatan tonus dan reflek fisiologis pada
sisi tubuh kanan. Refleks patologis yang positif pada tungkai kanan babinsky,
chaddok, oppenheim, schuffer dan gordon. Refleks patologis yang positif pada
tungkai kiri babinsky, chaddok. Untuk menunjang diagnosis dilakukan
pemeriksaan CT Scan kepala dan didapatkan Infark cerebri iskhemik di basal
ganglia kanan dan kiri dan corona radiata kanan dan kiri. Sehingga dengan
demikian dapat ditetapkan diagnosis penderita adalah CVD Non Hemoragik.
Penatalaksaan pada penderita ini adalah pemasangan IV line dengan NaCl
0,9%, diberikan juga injeksi citicholine 2 x 500 mg, dan injeksi Omeprazole 1 x
40 mg, aspilet 1 x 80 mg (PO), amlodipin 1 x 10 mg (PO) malam, candesartan 1
8 mg (PO) pagi, vitamin B 1B6B12 (Neurodex) 1 x 1 tablet (PO), dan KSR 2 x 600
mg (PO). Citicholine diberikan untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah
22
otak. Omeprazole diberikan untuk mengurangi stress ulcer yang terjadi akibat
peningkatan produksi HCl lambung yang diinduksi oleh stroke dan sebagai
penanganan efek samping pemberian aspilet. Pemberian antiplatelet untuk
mengurangi resiko terjadinya sumbatan ulang. Pemberian vitamin B kompleks
karena sifatnya yang neurotropik sehingga dapat menutrisi dan membantu
regenerasi neuron pada penderita stroke. Amlodipin dan candesartan pada
penderita ini untuk antihipertensi. Prognosis vitam dan functionam pada penderita
ini adalah dubia ad bonam.
Diagnosis klinis pada kasus ialah hemiparese dekstra tipe spastik, parese
nervus VII dekstra tipe sentral, dan parese nervus XII dekstra tipe sentral.
Diagnosis topik pada lacunar anterior circulation infarct (LACI). Diagnosis
etiologi emboli cerebri dan diagnosis tambahan hipertensi stage II, dan HHD.
Diagnosis Banding Topik
1. Lesi di Korteks Hemisferium Cerebri
No.
1
yang lemah/lumpuh
5
Afasia global
Kesimpulan: kemungkinan lesi di korteks
pada
Tidak ada
hemisferium cerebri
lengan
dapat
disingkirkan.
2
3
4
duplex
tipe
spastik
ada parese N. VII sentral
ada parese N. XII sentral
Kelemahan lengan dan
spastik
Tidak ada afasia motorik
murni
Kesimpulan: kemungkinan lesi di subkorteks hemisferium cerebri dapat
disingkirkan
3. Lesi di Mesencephalon
No.
1
4. Lesi di Pons
No.
1
duplex
tipe
spastik
Kesimpulan: kemungkinan lesi di decussatio pyramidalis dapat disingkirkan
Kesimpulan Diagnosis Topik:
lesi di capsula interna hemisferium cerebri dekstra belum dapat disingkirkan
- Disfasia
- Gangguan visuospatial
- Hemineglect
- Agnosia
25
- Apraxia
Hemianopia (kontralateral sisi lesi)
Disartria ada
2
3
4
5
motorik
Defisit motorik bilateral
Belum diketahui
Tidak ada deviasi konjugat
Tidak ada gangguan serebelar
26
Koma : 2
1. Angina Pectoris
Apatis : 1
(+) : 1
Sadar : 0
(-) : 0
B. MUNTAH
2. Claudicatio Intermitten
(+) : 1
(+) : 1
(-) : 0
(-) : 0
C. SAKIT KEPALA
3. DM
(+) : 1
(+) : 1
(-) : 0
(-) : 0
SSS = (2,5 KESADARAN) + (2 MUNTAH ) + (2 SAKIT KEPALA) +
(0,1 TD. DIASTOLE) (3 ATEROMA) 12
JIKA HASILNYA :
: Hemoragik
27
Pada penderita penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), refleks Babinski (+)
Kesimpulan: Infark
Diagnosis Banding Etiologi Berdasarkan Anamnesis
1. Hemoragik cerebri
Hemoragik cerebri
Kehilangan kesadaran > 30 menit
Riwayat hipertensi
3. Trombosis cerebri
Trombosis cerebri
Tidak ada kehilangan kesadaran
29
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
5.1.
Definisi
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa stroke merupakan
tanda-tanda klinis dari gangguan fungsi serebri baik fokal maupun global yang
berkembang dengan cepat atau tiba-tiba, berlangsung lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan kematian, dengan tidak tampaknya penyebab lain selain
penyebab vaskular.1
Stroke non hemoragik sendiri diartikan sebagai sekumpulan tanda klinik
yang berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih
pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang
menyebabkan cacat atau kematian.8 Stroke non hemoragik sekitar 85%, yang
terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi
serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di
dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal. Trombus yang
terlepas dapat menjadi embolus.4
5.2.
Etiologi
Ditinjau dari segi makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
30
interna. Proses ini sering timbul selama tidur dan bisa menyebabkan stroke
mendadak dan lengkap. Defisit neurologi juga dapat terjadi secara progresif dalam
beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.9,10
B. Emboli
Emboli serebri terjadi karena adanya oklusi dari arteria karotis atau
vetebralis atau cabangnya oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber
proksimal, seperti bifurkasio arteri karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio
karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau ulserasi di atasnya yang di
sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak
sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda disertai
nyeri kepala berdenyut.10
C. Hipoperfusi
Iskemia otak dapat bersifat global atau fokal, pada iskemi global aliran
darah otak secara keseluruhan menurun akibat tekanan perfusi (syok irreversibel
karena henti jantung, perdarahan yang masif, atrium fibrilasi, dan lain-lain),
sedangkan iskemik fokal terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak karena
sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh darah otak.9,10
5.3.
Klasifikasi
Stroke sebagai diagnosis klinis untuk gambaran manifestasi lesi vaskular
serebral, dapat dibagi dalam:11
a. Stroke non hemoragik yang mencakup: TIA (Transient Ischemic Attack);
Stroke in-evolution; Stroke trombotik; Stroke embolik.
b. Berdasarkan subtipe penyebab, stroke terbagi menjadi: Stroke lakunar; Stroke
trombotik pembuluh besar; Stroke embolik; dan Stroke kriptogenik.
Marshall memodifikasi stroke dalam beberapa klasifikasi, yaitu:12
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya dibedakan menjadi:
a. Stroke Iskemik
1.
2.
Trombosis serebri
3.
Emboli serebri
31
b. Stroke Hemoragik
1.
2.
Perdarahan subarachnoid
Stroke-in-evolution
3.
Completed stroke
Sistem karotis
2.
Sistem vertebro-basilar
Pada tahun 1992, Bamford juga mengajukan klasifikasi klinis yang dapat
dijadikan pegangan, yaitu:13
A.
32
Gejala lebih terbatas pada daerah yang lebih kecil dari sirkulasi serebral pada
sistem karotis, yaitu:
1. Defisit motorik/sensirik dan hemianopia.
2. Defisit motorik/ sensorik disertai gejala fungsi luhur
3. Gejala fungsi luhur dan hemianopia
4. Defisit motorik/sensorik murni yang kurang extensif dibanding infark
lakunar (hanya monoparesis- monosensorik),
5. Gangguan fungsi luhur saja.
Gambaran klinis dari PACI terbatas secara anatomik pada daerah tertentu dan
percabangan arteri serebri media bagian kortikal, atau pada percabangan arteri
serebri media pada penderita dengan kolateral kompensasi yang baik atau pada
arteri serebri anterior. Pasien dengan keadaan ini kemungkinan penyebab stroke
terbesar terjadi karena embolisasi sistematik dari jantung, sehingga pemeriksaan
tambahan yang dibutuhkan sama seperti pada TACI.
C. Lacunar Infarct (LACI)
Infark pada arteri kecil dalam otak (small deep infarct) yang lebih sensitif
menjadi penyebab pasien dalam keadaan ini, pemeriksaan tambahan dapat berupa
MRI dari CT scan otak.
Tanda-tanda klinis:
1) Tidak ada defisit visual
2) Tidak ada gangguan fungsi luhur
3) Tidak ada gangguan fungsi batang otak
4) Defisit maksimum pada satu cabang arteri kecil
5) Gejala:
33
Pemeriksaan jantung dan arteri besar pada keadaan ini biasanya dalam batas
normal, sehingga jenis infark ini bukan disebabkan karena proses emboli, jadi
pemeriksaan khusus untuk mencari emboli kardiak tidak diperlukan.
D.
Disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi ipsilateral dan gangguan
motorik/sensorik kontralateral.
ini memerlukan pemeriksaan yang lebih teliti dan lebih mendalam. Salah satu
jenis POCI yang paling sering disebabkan oleh emboli kardiak berupa gangguan
batang otak yang timbul serentak atau bersamaan dengan hemianopia homonim.
5.4.
Faktor Risiko
Faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non hemoragik,
diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang dapat di
modifikasi. Penelitian yang dilakukan Rismanto (2006) di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto mengenai gambaran faktor-faktor risiko penderita
stroke menunjukan faktor risiko terbesar adalah hipertensi 57,24%, diikuti dengan
diabetes melitus 19,31% dan hiperkolesterol 8,97%.14,15
A. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :14,15
1. Usia
Risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua kali
lipat dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir 13% berumur
34
42%.15
2. Hipertensi
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai
enam kali ini sering di sebut the silent killer danmerupakan risiko utama
terjadinya stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Berdasarkan Klasifikasi
menurut JNC 7 yang dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan
darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan
stroke makin besar karena mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding
pembuluh darah,
sehingga mempermudah
terjadinya
penyumbatan atau
perdarahan otak.15,19
3. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung,
paska oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering
menyebabkan stroke adalah fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya
pengumpulan darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh
darah otak.15
4. Diabetes melitus
Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
endotel pembuluh darah yang berlangsung secara progresif.Menurut penelitian
Siregar F (2002) di RSUD Haji Adam Malik Medan dengan desain case control,
penderita diabetes melitus mempunyai risiko terkena stroke 3,39 kali
dibandingkan dengan yang tidak menderita diabetes mellitus.15,18
5. Transient Ischemic Attack (TIA)
Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan serangan-serangan defisit
neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemik otak fokal yang cenderung
membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan berfariasi tapi biasanya 24
jam.Satu dari seratus orang dewasa di perkirakan akan mengalami paling sedikit
36
satu kali TIA seumur hidup mereka, jika diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari
para pasien ini akan mengalami stroke dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama,
dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama.20,21
6. Hiperkolesterol
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak
bebas. Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif mempunyai makna
klinis penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma
sehingga lipid terikat dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum,
ikatan ini menghasilkan empat kelas utama lipuprotein yaitu kilomikron,
lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas rendah (LDL),
dan lipoprotein densitas tinggi (HDL). Dari keempat lipo protein LDL yang paling
tinggi kadar kolesterolnya, VLDL paling tinggi kadar trigliseridanya, kadar
protein tertinggi terdapat pada HDL. Hiperlipidemia menyatakan peningkatan
kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas normal, kondisi ini secara
langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko stroke, merusak dinding
pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung koroner. Kadar
kolesterol total >200mg/dl, LDL >100mg/dl, HDL <40mg/dl, trigliserida
>150mg/dl dan trigliserida >150mg/dl akan membentuk plak di dalam pembuluh
darah baik di jantung maupun di otak. Menurut Dedy Kristofer (2010), dari
penelitianya 43 pasien, di dapatkan hiperkolesterolemia 34,9%, hipertrigliserida
4,7%, HDL yang rendah 53,5%, dan LDL yang tinggi 69,8%.15,22,23
7. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes
melitus. Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya umur. Obesitas
merupakan predisposisi penyakit jantung koroner dan stroke. Mengukur adanya
obesitas dengan cara mencari body mass index (BMI) yaitu berat badan dalam
kilogram dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan. Normal BMI antara
18,50-24,99 kg/m2, overweight BMI antara 25-29,99 kg/m2 selebihnya adalah
obesitas.15,24
37
8. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua kali lipat, dan
perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar. Nikotin dan
karbondioksida yang ada pada rokok menyebabkan kelainan pada dinding
pembuluh darah, di samping itu juga mempengaruhi komposisi darah sehingga
mempermudah terjadinya proses gumpalan darah.Berdasarkan penelitian Siregar
F (2002) di RSUD Haji Adam Malik Medan kebiasaan merokok meningkatkan
risiko terkena stroke sebesar empat kali.15,18
5.5.
Patofisiologi
Fase stroke dibedakan menjadi tiga, yaitu : 20
1. Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsung selama 0
3 / 12 jam pasca onset. Penatalaksanaan fase ini lebih ditujukkan
untuk menegakkan diagnosis dan usaha untuk membatasi lesi
patologik yang terbentuk.
2. Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam 14 hari pasca
onset. Penatalaksanaan pada fase ini ditujukkan untuk prevensi
terjadinya
komplikasi,
usaha
yang
sangat
fokus
pada
38
Jumlah darah yang diperlukan untuk seluruh otak adalah 700-840 ml/menit, dari
jumlah darah itu di salurkan melalui arteri karotis interna yang terdiri dari arteri
karotis dekstra dan sinistra, yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut
sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah vertebrobasiler, yang
memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
posterior, selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi
arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus Willisi.18,25
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri
yang membentuk sirkulus willisi serta cabang-cabangnya. Secara umum, apabila
aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan. Oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di
daerah otak yang di perdarahi oleh arteri tersebut dikarenakan masih terdapat
sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang sering
mendasari dari berbagi proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak diantaranya berupa keadaan penyakit pada pembuluh darah,
seperti pada aterosklerosis dan trombosis; berkurangnya perfusi akibat gangguan
status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah; gangguan aliran
darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh
ekstrakranium.20
Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat menjadikan
terjadinya kelainan neurologi tergantung bagian otak mana yang tidak mendapat
suplai darah, diantaranya dapat terjadi kelainan di sistem motorik, sensorik, fungsi
luhur, tergantung saraf bagian mana yang terkena.20,25
Stroke iskemik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik.
Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan struktur
sel yang diikuti kerusakan fungsi dan integritas susunan sel, selanjutnya berakhir
dengan kematian neuron.26
39
40
Perubahan yang terjadi akibat dari perubahan sifat sel darah, misalnya:
anemia sickle-cell, leukemia akut, polisitemia, hemoglobinopati dan
makroglobulinemia.
terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemi. Perubahan ini dimulai di
tingkat seluler, berupa perubahan fungsi dan struktural sel yang diikuti kerusakan
pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir
dengan kematian neuron.
Disamping itu, terjadi perubahan dalam ekstraseluler, karena peningkatan
pH jaringan serta kadar gas darah, keluarnya zat neurotransmiter (glutamat) serta
metabolisme sel-sel yang iskemik, disertai kerusakan sawar darah otak. Seluruh
proses ini merupakan perubahan yang terjadi pada stroke iskemik.
41
5.5.
Penegakkan Diagnosis
Diagnosis stroke dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
Pemeriksaan Fisik28
Status generalis: kesadaran (Glasgow Coma Scale), vital sign (TD, Nadi, RR,
Temperatur) dan pemeriksaan umum lainnya.
Status neurologis: ditemukan adanya defisit neurologis pada salah satu atau lebih
dari pemeriksaan berikut ini: pemeriksaan saraf-saraf kranialis, fungsi
motorik, sensorik, luhur, vegetatif, gejala rangsang meningeal, gerakan
abnormal, gait dan keseimbangan. Penentuan stroke dapat dilakukan dengan
menggunakan Skor Stroke Siriraj dan Algoritma Gajah Mada.
3.
Pemeriksaan Penunjang28,29
-
Pungsi lumbal
43
5.6.Tatalaksana
Penatalaksanaan umum stroke akut
a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
b. Stabilisasi hemodinamik dengan cairan isotonis pemberian cairan kristaloid
intravena
c. Penatalaksanaan hipertensi pada stroke akut dengan menggunakan obat
antihipertensi
golongan
Calcium
Channel
Blocker
secara
intravena
(Nicardipin atau Diltiazem dengan dosis 5 mg/jam 2,5 mg/jam tiap 15 menit
sampai 15 mg/jam) dengan ketentuan sebagai berikut:
-
Pada stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan 15% (sistolik maupun
diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan darah sistolik
>220 mmHg atau tekanan darah diastolik >120 mmHg (AHA/ASA Class I,
Level of evidence B)
Pada stroke perdarahan intraserebral akut, apabila tekanan darah sistolik >200
mmHg atau MAP>150 mmHg, tekanan darah diturunkan sampai tekanan
darah sistolik 140 mmHg. (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B)
44
Osmoterapi dengan pemberian cairan Manitol intravena dengan dosis 0,250,5 g/kgBB selama >20 menit diulangi setiap 4-6 jam dengan target
<310mOsm/L (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C)
Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 - 48 jam pada stroke iskemik
akut (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A)
45
Pasien stroke iskemik atau TIA yang tidak mendapatkan antikoagulan harus
diberikan antiplatelet Aspirin (80-325 mg) atau Clopidogrel 75 mg, atau
terapi kombinasi Aspirin dosis rendah 25 mg dengan extended release
dipyridamole 200 mg (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A)
46
Edukasi
Bertujuan melakukan pencegahan sekunder (serangan ulang stroke)
dengan memberikan konseling kepada penderita dan keluarganya, diantaranya:
47
48
BAB VI
KESIMPULAN
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena
trauma maupun infeksi. Faktor risiko stroke terbagi menjadi dua golongan, yaitu
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, herediter, ras atau
etnik) dan dapat di modifikasi (riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, transient ischemic attack, hiperkolesterolemia, obesitas,
merokok).
Stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke karena pendarahan (hemoragik)
yang disebabkan oleh perdarahan intraserebral maupun perdarahan subarakhnoid
dan stroke bukan karena pendarahan (non hemoragik/ iskemik) yang umumnya
disebabkan oleh trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau
leher), embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain) dan iskemia (penurunan aliran darah ke area otak).
Diagnosis stroke ditegakan berdasarkan anamneis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Standar baku pemeriksaan stroke adalah CT scan.
Sebagai dokter umum dengan kompetensi terhadap penyakit stroke adalah 3B
yang berarti seorang dokter umum harus mampu mendiagnosa klinik berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan sederhana. Dokter
umum juga harus mampu memutuskan dan memberikan terapi pendahuluan
sebelum merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat) guna untuk
mendapatkan prognosis stroke menjadi lebih baik.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Aho K, Harmsen P, Hatano S, Marquardsen J, Smirnov VE, Strasser T.
Cerebrovascular disease in the community: results of a WHO collaborative
study. Bull World Health Organ. 1980;58:11330.
2. WHO. Global Burden of Stroke. world health organization; 2007. Available
from: URL: HIPERLINK
http://www.who.int/cardiovascular_disease/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.pdf,
diakses pada 15 Juli 2016.
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes
RI.
4. Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, Caplan LR, Connors JJ, Culebras A, et
al. An Updated Definition of Stroke for the 21st Century: A Statement for
Healthcare Professionals From the American Heart Association/American
Stroke Association. Stroke. 2013;44:2064-89.
5. Khairunnisa N. Hemiparese sinistra, parese nervus vii, ix, x, xii e.c stroke
Non- hemorrhagic. JUKE Unila. 2014. 2(3): 53.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2007
7. Ahmad, A. Manajemen Nutrisi dan Cairan Elektrolit Penderita Stroke dlm
Manajemen Komprehensif Stroke. Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press ; 2007
8. Widjaja AC. Uji diagnostik pemeriksaan kadar d-dimer plasma pada
diagnosis
stroke
iskemik.
UNDIP.
Semarang.
2010.
http://eprints.undip.ac.id/24037/1/Andreas_Christian_Widjaja.pdf,
diakses
12. Cumming, T.B., Marshall, R.S., and Lazar, R.M., 2013. Stroke, Cognitive
Deficits, and Rehabilitation: still an Incomplete Picture. International Journal
of Stroke; Vol 8, pp: 38-45.
13. Bamford, J. 1992. Clinical Examination in Diagnosis and Sub Classification
of Stroke. Lancet 339 (8790): 400-2.
14. Rismanto. Gambaran Faktor-Faktor Risiko Penderita Stroke Di Instalasi
Rawat Jalan Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2006.
FKM UNDIP. Semarang. 2006. http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?
action=4&idx=3745, diakses pada 15 Juli 2016
15. Madiyono B & Suherman SK. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung Pada
Usia Muda. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2003.hal:3-11.
16. Ritarwan K. Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita Stroke Yang
Dirawat Di Rsup H. Adam Malik Medan. FK USU. Medan. 2003.
17. Utami IM. Gambaran Faktor - Faktor Risiko Yang Terdapat Pada Penderita
Stroke Di Rsud Kabupaten Kudus. FK UNDIP. Semarang. 2002.
http://eprints.undip.ac.id/4021/1/2042.pdf, diakses pada 15 Juli 2016.
18. Sinaga SA. Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji
Medan Tahun 2002-2006. FKM USU. Medan. 2008.
19. Sudoyo AW. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006.
20. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
jilid 2. Jakarta: EGC, 2006; hal. 1110-19.
21. Feigin V. Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke.
PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta. 2011: 29-30.
22. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
jilid 1. EGC. Jakarta. 2006: 580-81.
23. Kristofer D. Gambaran Profil Lipid Pada Penderita Stroke Di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2009. FK USU. Medan. 2010.
24. Andaka D. Normalkah Body Mass Index (BMI) Anda?.2008.
http://www.andaka.com/normalkah-body-mass-index-bmi-anda.php, diakses
pada 15 Juli 2016
25. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat, 2010; hal 270, 287, 290-3.
26. Rowland LP. Syndromes caused by weak muscles. In: Merritts neurology.
Ed: Rowland LP. 11th ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
51
27. Setiabudy, R.D. 2008. Aspek Trombosis pada Strok. Dalam Pendidikan
Berkesinambungan Patologi Klinik. 2008, Departemen Patologi Klinik FKUI
Jakarta.
28. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) 2011. Guideline
Stroke 2011.
29. Feigin V. Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer; 2011. hal. 29-30.
52