Anda di halaman 1dari 5

Ketiadaan zat CD 14 di saliva pada pasien muda

dengan karies gigi


Bergandi L, Defabianis P, Re F, Preti G, Aldieri E, Garetto S, Bosia A, Ghigo D.
Absence of soluble CD14 in saliva of young patients with dental caries. Eur J Oral Sci
2007; 115: 9396. 2007 The Authors. Journal compilation 2007 Eur J Oral Sci

Pendapat umum yang diterima saat ini adalah pentingnya komponen saliva
dalam kesehatan gigi dan mulut, tetapi saat ini belum ditemukannya korelasi
antara hubungan satu atau beberapa komponen ini dan pengaruhnya terhadap
karies gigi. Identifikasi dari faktor saliva yang berfungsi sebagai salah satu
pencegahan, pendukung dan pemberi sinyal terhadap karies gigi mungkin dapat
membantu mengkontrol penyakit ini. Studi terbaru dengan menggunakan analisa
western blotting pada seluruh saliva dari 20 anak tanpa karies gigi menunjukan
keberadaan zat CD14 terlarut, suatu pola pengenalan reseptor bakteri terhadap
banyaknya jumlah komponen yang terlibat dalam menginisiasi respon imun.
Identitias protein ini dikonfirmasi menggunakan pengurutan N-terminal oleh
degradasi edman dan dengan pengurutan sebagian menggunakan spectrometri
massa dari triptic peptida. Seballiknya, keberadaan CD 14 tidak dijumpai pada
20 pasien yang memiliki dua hingga delapan lesi karies, tetapi CD14 ini muncul
dalam salliva mereka beberapa minggu setelah restorasi gigi. Hasil ini
menunjukan bahwa ketiadaan zat CD14 dapat menunjukan suatu indeks akan
adanya aktivitas karies dan mungkin dapat digunakan untuk mendeteksi lesi
awal karies yang tidak dapat terlihat dalam inspeksi oral.

Effect of mineral trioxide aggregate as


a
direct
pulp
capping
agent
in
cariously
exposed
permanent
teeth
Parul

Bansal,

Sonali

Kapur1,

Puneet

Ajwani2

Departments of Conservative Dentistry and Endodontics, Subharti Dental College,


Swami VivekanandSubharti University, Meerut, Utter Pradesh, 1Manubhai Patel Dental College,
Baroda,
Gujarat, 2Career Institute of Dental Sciences and Hospital, Lucknow, Uttar Pradesh, India

Abstrak
Tujuan : untuk mengevaluasi efektivitas dari agregat mineral trioxide (MTA) ketika digunakan
sebagai agen pulp capping pada gigi permanen dengan paparan karies (<1mm) setelah formasi
akar selesai.
Bahan dan Metode Penellitian : follow up klinis terhadap 32 mollar mandibula dengan karies deep
oclusal pada pasien dengan rentang grup usia 18-42 tahun. Paparan karies pulpa ditatalaksana
dengan direct pulp capping menggunakan MTA, diikuti dengan base light cure glass onomer
cement and direstorasi menggunakan amalgam. Pemeriksaan klinis dan readiografi dilaksanakan
secara periodik pada bulan ke 1,3,6,9,12,18, dan 24
Hasil : setelah follow up dan pengamatan radiographic selama 24 bulan, ditemukan keberhasilan
outcome sebanyak 25 dari 32 pasein. Namun demikian, 2 pasien gagal untuk evaluasi kembali
setelah restorasi permanen
Kesimpulan : ditemukannya Mineral Trioxide Agregat (MTA) sebagai suatu bahan efektif ketika
digunakan sebagai pulp capping langsung pada gigi permanen. Namun demikian, diperlukan
investigasi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk menunjang hasil temuan
penellitian ini.

RESULTS
Pada studi ini tidak dijumpai perubahan periapikal pada seluruh kasus selama periode
follow up 24 bulan. Kasus yang gagal (dasar tanda klinis, gejala dan berbagai variasi tes)di
tatalaksana secara edondonticallly dan tidak dievaluasi lebih lanjut.

Dilakukan evaluasi antara Hubungan pembentukan dentin bridge (yang


dinilai secara radiografik) dan rasio keberhasilan. Selama periode follow up
secara radiografik tidak dijumpai adanya kasus yang berhasil menunjukan
kesuskesan pembentukan formasi dentin bridge. Penilaian keseuksesan terapi
dinilai dari tidak adanya perubahan periapicullar yang sejalan dengan ketidak
munculannya tanda klinis ataupun gejala yang tidak diinginkan

PEMBAHASAN
Direct pulp capping dengan menggunakan MTA terhadap berbagai variasi
luas karies pada gigi permanen dewasa bisa menjadi salah satu alternatif untuk
terapi saluran akar atau ekstraksi. Berbagai studi pada pulp capping telah
dilakukan pada gigi yang terekspos secara mekanik dan gigi imatur dengan
memberikan hasil yang baik (1-5,16-19). Seltzer dan Bender telah menyatakan bahwa
paparan mekanik pada young pulp memiliki prognosis yang lebih baik
dikarenakan kemampuan mereka untuk memperbaiki diri dikarenakan ketiadaan
kontaminasi jika dibandingkan dengan paparan karies yang memiliki inflamasi
kronik sekunder terhadap invasi mikroba (20)
Bodem dan kawan kawan
menemukan bahwa kesehatan pulpa tetaplah penting setelah direct capping
terhadap karies yang terekspos dengan pulp molar utama dengan MTA (21)
Faktor yang memperngaruhi keputusan perawatan ketika menghadapi gigi
dengan pulp eksposur meliputi derajat infeksi serta inflamasi pada pulpa
dibanding engan ukuran atau durasi dari paparan pulpa tersebut (22). Pada
paparan traumatik pada pasien asimtomatik muda dengan gigi imatur, direct
pulp cap atau pulpotomy partial merupakan terapi pilihan. Di sisi lainnya, proses
karies dapat memicu perubahan penandaan komplek dentin pulpa dimana dapat
menyebabkan beberapa pertimbangan bergantung pada tingkat keparahan
penyakit dan usia dari pulpa tersebut. secara umum disetujui bahwa paparan
karies yang lebih besar memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan
Luasnya perubahan histologis dan derajat inflamasi tidak dapat diprediksi
dengan akurat secara klinis. Studi terbaru yang meliputi faktor yang dipercaya
untuk memberikan indikasi penyembuhan dan kapasitas pemulihan jaringan
pulpa berdasakan treatmen yaitu usia pasien, ukuran paparan dan gambaran
radiografik. Tiap tiap faktor ini telah dirujuk sebagai literatur karena memiliki
keterkaitan dari kemampuan pulpa untuk pulih dari suatu paparan (baik karies
maupun yang lainnya) tetapi tidak satu halpun yang muncul dapat dipercaya.
Sejak bertahun tahun silam, kalsium hidroksida telah digunakan sebagai
direct pulp capping. MTA telahh memberikan hasil yang lebih baik dibanting

kalsium hidroksida pada direct pulp capping pada pulpa hewan yang non
inflamasi (11-13) Achicenchi dkk melaporkan bahwa kurangnya inflamasi dan
penebalan pada dentin bridge dengan penggunaan MTA dibanding kalsium
hidroksida ketika digunakan sebagai bahan pulp capping pada gigi manusia
dengan paparan secara mekanik (14) Menurut Pitt Ford dkk, keunggulan MTA
dapat didasarkan pada kemampunannya yang baik untuk menutupi dan
biokompatibilitasnya (16). MTA telah terbukti sebagai satu dari sedikitnya beberapa
materi eksogen yang tidak hanya ditoleransi dengan baik pada jaringan
penyambung tetapi juga berkontribusi pada pembungkus erat bakteri (bacteria
tight seal) (24,25)
Kontrol optimal perdarahan sangatlah penting terhadap keberhasilan
terapi direct pulp capping berdasarkan bahan yang digunakan (26) Konsentrasi
sodium hipoklorit (NaOCl) 2.5-5.25% diletakkan pada pulpa yang terpapar,
sebagai tambahan idel untuk kontrol perdarahan, serta menyediakan kondisi
yang asepsis. Hasil dari NaOCl pada amputasi kimia pada pebekuan darah dan
fibrin sepanjang pemindahan sel yang cedra dan debris operasi dari daerah
pulpa yang terekspos. Hemostatis optimal juga emmbantu menolong tercapainya
tujuan dari perlindung bacteriometic. Beberapa studi menujukan bahwa sodium
hipoklorit tidak mempengatuhi atau menyebabkan kemunduran penyembuhan
selular dari pulpa yang terkspos dan juga tidak menghambat mekanisme bilogi
sel odontoblastik atau pembentukan dentin bridge. (27) sebagai tambahan, ini
juga dapat digunakan untuk membuang flora mikroba residu yang dapat
menghambat dalam proses penyembuhan pulpa.
Dentin yang terinfeksi dengan jaringan pulpa memiliki kemungkinan untuk
mencetuskan suatu infflamasu dan mencegah pembentukan reparasi dentin.
Penggunaan sodium hipoklorit untuk hemostatis dan disinfeksi direkomendasikan
oleh beberapa penlis pada penggunaan MTA pulp caps dan dijadikan rujukan
bagi beberapa penulis terhadap kesuksesa prosedur ini. Beberapa peneliti yang
lain lebih menyukai cotton pellet yang dilembutkan dengan salin steril pada
tahap ini (28,29)
Berdasarkan prosedur pulp capping, kebocoran bakteri selama restorasi
akhir dianggap oleh beberapaakan menjadi lebih merusak dibanding kontaminasi
bakteri pada saat perawatan (30). temuan ini menggarisbawahi pentingnya
penutupan yang baik pada restorasi akhir setelah oenyelesaian dari prosedur
pulp capping. Dengan alasan ini, light cure glass ionomer cement diletakkan
diatas pulp cap sebelum restorasi permanen. Restorasi dengan amalgam lebih
disukai pada gigi dengan karies oklusi dan argin kavitas tidak terlibat pada
permukaan proksimal.
Sesuai dengan penelitian kami, beberapa studi menunjukan bahwa usia
pasien bukan merupakan faktor signifikan dalam kesuksesan pengobatan (32) Hal
ini didokumentasikan dengan baik bahwa teth lacking apical closure berespon
baik terhadap terapi direct pulp (pulp cap, partial pulpectomu atau pulpotomy) (15)
. Semua gigi tersebut dalam studi terkini telah enyelesaikan formasi
akar,sehingga perbandingan langsung terhadap apeks gigi imatur tidak dapat
dilakukan.
Usia pasien, luasnya perdarahan, atau ukuran dari paparan karies
merupakan faktor prediksi dari angka survival prosedur ini. Ukuran sampel yang

berjumlah 30 termasuk kecil pada tujuan penelitian ini. Pada penelitian terkini,
hasil jauh lebih konsisten dan menunjukan independensi dari kondisi perioperatif,
misalnya umur pasien, besarnya paparan eksposur dan jenis kelamin pasien.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian klinis dan radiografi, dapat disimpulkan bahwa
ketika MTA diletakkan pada pulpa yang terpapar karies, beberapa kondisi
perioperatif seperti usia pasien, ukuran paparan dan jumlah perdarahan tidak
memprediksi hasisl klinis. Mengingat tingkat keberhasilan yang relatif tingi untuk
penelitian ini, maka suatu studi klinis prospektif dengan jumlah sampel yang
lebih besar diperlukan untuk menentukan kriteria kesuksesan dari pulp capping
dengan menggunakan MT

Anda mungkin juga menyukai