Percobaan 2 Persamaan Arrhenius
Percobaan 2 Persamaan Arrhenius
: Rana Mirnah
NIM
: 1213141008
Mekassar,
Koordinator Asisten,
Januari 2015
Asisten
Mirnawati
Mengetahui,
Dosen Penaggungjawab
A. JUDUL PERCOBAAN
Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi
B. TUJUAN PERCOBAAN
Diakhir percobaan mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan hubungan laju reaksi dengan temperatur.
2. Menentukan konstanta laju reaksi.
3. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan
Arrheniu.
C. LANDASAN TEORI
Salah satu aspek yang sangat penting dalam kinetika kimia adalah
bagaimana laju reaksi bergantung terhadap suhu. Secara empirik, untuk banyak
reaksi kimia, tetapan laju dapat dihubungkan terhadap temperatur absolut T
melalui ungkapan
K= AeB/ T
Dengan Adan R adalah tetapan. Hubungan tersebut dirumuskan oleh Vant Hoof
dan Arrhenius dalam bentuk.
K= AeE / RT
Dengan R adalah tetapan gas ideal
R=8,3145 JK1
E
RT
laju
T
laju
T
laju
antara energi aktivasi dengan laju rekasi didapatkan dari persamaan Arrhenius.
Adapun persamaan Arrhenius adalah sebagai berikut :
Ea=RT ln
( KA )
. Jika
suhu ditingkatkan, fungsi distribusi bergerak kearah energi yang lebih tinggi.
Fraksi molekul yang melewati energi kritis Ea meningkat secara eksponensial (Ea/RT). Jadi, laju reaksi ini berbanding lurus dengan (-Ea/RT) dan dengan
demikian, baikketergantungan yang kuat pada suhu dan besarnya tetapan laju
eksperimen dapat kita pahami (Oxtoby, 2001: 435-436).
Dalam persamaan Arrhenius pengaruh temperatur dinyatakan secara
eksponsial.
Walaupun
demikian,
sebaiknya
diperhatikan
bahwa
faktor
eksponensial dapat juga lemah pengaruhnya, dan akan lebih betul jika menggap
bahwa A sebanding dengan T
'
( RTEn )
K= A T e
energi aktivasi diberikan dalam satuan energi, biasanya adalah KJ per mol
(Arryanto, 2008: 36).
Pada umumnya nilai konstanta kecepatan reaksi dipengaruhi oleh faktor
tumbukan, energi aktivasi dan suhu reaksi yang bisa dinyatakan dalam bentuk
persamaan Arrhenius. Persamaan itu menunjukkan bahwa konstanta kecepatan
reaksi akan semakin besar dengan semakin berkurangnya energi aktivasi dan
semakin besarnya suhu. Energi aktivasi dapat diperkecil dengan menggunakan
katalisator. Sedangkan suhu reaksi dibuat tinggi dengan dapat mempertimbangkan
ketahanan bahan suatu kesetimbangan reaksi (Yuniwati,2011;108).
Energi aktivasi untuk dua data temperatur dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Ea=
RT 1 T 2 ln ( K 2 / K 1)
T 2T 1
c.
d.
e.
f.
g.
Label
Larutan kanji 3%
Amonium persulfat (NH4)2S2O8 0,04 M
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,04 M
Kalium Iodida (KI)
E. PROSEDUR KERJA
1. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan larutan sampel seperti tabel
berikut:
Tabung 1
Tabung 2
2V. S2O8
V. H2O V. KI V. H2O V. S2O8- Larutan kanji
1
2,5 mL
2,5 mL 5 mL
0,5 mL
0,5 mL
2
3,5 mL
1,5 mL 4 mL
1 mL
0,5 mL
0,5 mL
2. Siapkan campuran air dan es disiapkan dan diletakkan dalam gelas kimia 200
Sistem
mL.
3. Untuk suhu 200C, dimasukkan tabung reaksi diatas pada gelas kimia 250 mL
yang telah berisi campuran air dan es tersebut. Ukur suhu campuran pada
tabung reaksi hingga suhu 200C.
4. Kemudian isi tabung pada masing-masing tabung dicampur dengan cara isi
tabung A dimasukkan ke tabung larutan B, lalu dengan secepatnya
dimasukkan lagi ke tabung A, kemudian jalankan stopwatch.
5. Catat waku dan suhu larutan sampai campuran tampak warna biru untuk
pertama kali.
6. Untuk suhu 300C, 400C, 500C, dan 600C dilakukan dengan cara disiapkan
campuran pada tabung reaksi seperti pada tabel cara 1.
7. Kemudian masing-masing tabung dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dipanaskan dan kemudian diukur suhu larutan sesuai dengan suhu yang telah
ditentukan yaitu 300C.
8. Setalah suhu masing-masing larutan sama, kemudian tabung pada masingmasing sistem dicampurkan dengan cara tabung A dimasukkan pada tabung B
dan dengan cepat dimasukkan kembali ke tabung A.
9. Stopwatch dijaankan dan dicatat waktu dan suhu yang diperlukan larutan
tampak warna biru untuk pertama kali.
10. Prosedur 6-10 diulangi untuk suhu 400C, 500C, dan 600C.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Sistem 1
a. Tabung 1
T (0C)
T (0C)
awal
akhir
Rata-rata
(K)
20
26
23
296
30
28
29
40
28
50
60
t (s)
1
T (K
1
ln t
2340
)
3,37.10-3
-7,758
302
1980
3,31. 10-3
-7,591
34
307
1680
3,25. 10-3
-7,426
33
41,5
314,5
2040
3,17. 10-3
-7,621
34
47
320
1260
3,12. 10-3
-7,139
T (0C)
T (0C)
T (0C)
awal
akhir
Rata-rata
(K)
20
27
23,5
296,5
3180
)
3,37.10-3
-8,066
30
30
30
303
1560
3,30. 10-3
-7,352
40
37
38,5
311,5
990
3,21. 10-3
-6,803
50
35
42,5
315,5
960
3,16. 10-3
-6,840
60
33
46,5
319,5
840
3,12. 10-3
-6,725
Sistem 2
G. ANALISIS DATA
1. Sistem 1
a. Menantukan Nilai Ea dan A secara grafik
Persamaan grafik :
y = mx + b
t (s)
1
T (K
1
ln t
m=
Ea
R
Ea = R (m)
1) Nilai Energi Aktivasi (Ea)
y = mx + b
y = 1796 x1,678
Diketahui
: m = 1796
J
moL
R = 8,314
Ditanyakan : Ea . ... . ?
Penyelesaian :
Ea
=m
R
Ea=R ( m )
Ea=8,314
J
(1796)
moL
Ea=14931,944
J
moL
: b = - 1,678
Ditanyakan
: A. . . . . ?
Penyelesaian
:
Ea 1
R T
ln
k =
+ ln A
ln A = b
A
= eb
= e-1,678
= 0,187
1) Untuk T = 296 K
Diketahui
: Ea = 14931,944
J
moL
T = 296 K
A = 0,187
R = 8,314
Dinyatakan
: K. . . . . ?
Penyalesaian
K = A e
J
moL . K
Ea
RT
14931,944
K = 0,187.
8,314
J
moL
J
.296 K
moL .K
6,067
K = 0,187. e
: Ea = 14931,944
J
moL
T = 302 K
A = 0,187
R = 8,314
Dinyatakan
: K. . . . . ?
Penyalesaian
K = A e
J
moL . K
Ea
RT
14931,944
K = 0,187.
8,314
J
moL
J
.302 K
moL.K
5,947
K = 0,187. e
: Ea = 14931,944
J
moL
T = 307 K
A = 0,187
R = 8,314
Dinyatakan
:K.....?
Penyalesaian
K = A e
J
moL . K
Ea
RT
14931,944
K = 0,187.
8,314
J
moL
J
.307 K
moL .K
5,850
K = 0,187. e
: Ea = 14931,944
J
moL
T = 314,5 K
A = 0,187
R = 8,314
Dinyatakan
:K.....?
Penyalesaian
J
moL . K
K = A e
Ea
RT
14931,944
K = 0,187.
8,314
J
moL
J
.314,5 K
moL .K
5,711
K = 0,187. e
: Ea = 14931,944
J
moL
T = 320 K
A = 0,187
R = 8,314
Dinyatakan
:K.....?
Penyalesaian
K = A e
J
moL . K
Ea
RT
14931,944
K = 0,187.
8,314
J
moL
J
.320 K
moL .K
5,612
K = 0,187. e
Ea
R
m=
Ea = -R (m)
1) Nilai Energi Aktivasi (Ea)
y = mx + b
y = -5198x + 9,643
Diketahui
: m = -5198
J
moL
R = 8,314
Ditanyakan
: Ea. . . . ?
Penyalesaian
Ea
=m
R
Ea = -R (m)
Ea = 8,314
J
moL
(-3198)
J
moL
Ea = 43216,172
: b = 9,643
Ditanyakan
: A. . . . ?
Penyalesaian
ln K =
Ea l
R T
+ ln A
In A = b
b
A= e
9,643
A= e
A = 15413,514
J
moL
: Ea = 43216,172
T = 296,5 K
A = 15413,514
J
moL . K
R = 8,314
Ditanyakan
: K. . . . .?
Penyelesaian
K= A e
Ea
RT
43216,172
K = 15413,514
.e
8,314
J
moL
J
. 296,5 K
moL . K
5,711
K = 15413,514. e
: Ea = 43216,172
J
moL
T = 303 K
A = 15413,514
R = 8,314
Ditanyakan
: K. . . . .?
Penyelesaian
K= A e
Ea
RT
J
moL . K
43216,172
K = 15413,514
.e
8,314
J
moL
J
. 303 K
moL. K
17,153
K = 15413,514. e
J
moL
: Ea = 43216,172
T = 311,5 K
A = 15413,514
J
moL . K
R = 8,314
Ditanyakan
: K . . . .?
Penyelesaian
K= A e
Ea
RT
43216,172
K = 15413,514
.e
8,314
J
moL
J
. 311,5 K
moL. K
16,686
K = 15413,514. e
: Ea = 43216,172
J
moL
T = 315,5 K
A = 15413,514
R = 8,314
J
moL . K
Ditanyakan
: K. . . . .?
Penyelesaian
K= A e
Ea
RT
43216,172
K = 15413,514
.e
8,314
J
moL
J
. 315,5 K
moL. K
16,475
K = 15413,514. e
J
moL
: Ea = 43216,172
T = 3 19,5K
A = 15413,514
R = 8,314
Ditanyakan
: K. . . . .?
Penyelesaian
K = A e
J
moL . K
Ea
RT
43216,172
K = 15413,514
.e
8,314
J
. 319,5 K
moL. K
16,269
K = 15413,514. e
J
moL
-7
-7.2
ln 1/t
ln 1/t -7.4
-7.6
-7.8
-8
1/T
-2
-4
ln 1/t
ln 1/t
-6
-8
-10
1/T
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh laju
reaksi terhadap temperatur, menentukan konstanta laju reaksi dan menghitung
energi aktivasi menurut menurut persamaan Arrhenius. Energi aktivasi merupakan
energi minuman yang harus dilewati (Tim Dosen, 2014).
Percobaan ini menggunakan dua sistem dengan tujuan untuk membedakan
kecepatan reaksi antara campuran yang ditambahkan air dengan tidak, artinya
membandingkan konsentrasi. Sistem satu merupakan campuran antara air dengan
ammonium perklorat pada tabung 1 dengan campuran larutan KI, Na2S2O3, dan
larutan kanji pada tabung 2. Sedangkan sistem II merupakan campuran antara
larutan (NH4)2S2O8 dan air pada tabung 1 dan campuran KI, Na 2S2O3, dan H2O
serta larutan kanji pada tabung 2. Kemudian kedua tabung pada masing-masing
sistem dicampurkan ketika telah mencapai suhu yang sama hal ini agar larutan
dapat tepat bereaksi pada suhu yang sama. Adapun variasi suhu yang kita gunakan
pada percobaan ini yaitu 20, 30, 40, 50, dan 60 0C hal ini agar kita dapat
mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Larutan mulai bereaksi ditandai
dengan warna biru.
Larutan kanji pada percobaan ini berfungsi sebagai indikator yang akan
menunjukkan perubahan warna larutan menjadi biru ketika larutan telah bereaksi.
Larutan ammonium perklorat (NH4)2S2O8 berfungsi sebagai reduktor yang akan
mengoksidasi I- menjadi I2, Na2S2O3 befungsi sebagai oksidator yang akan
mereduksi I2 kembali menjadi I- yang selanjutnya akan berikatan dengan amilum.
Iodida akan bereaksi dengan amilum setelah Na 2S2O3 pada campuran habis
bereaksi dengan hal ini dijadikan sebagai waktu akhir reaksi, waktu dimana
muncul warna biru pertama kali.
Pencampuran larutan pada masing-masing sistem harus dilakukan secara
cepat, hal ini bertujuan agar tidak terjadi perubahan suhu yang drastis pada
masing-masing tabung. Selain itu pencampuran dari tabung 1 ke tabung 2 dan
kembali ke tabung 1 untuk dapat menghitung waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi sedangkan jika dilakukan sebaliknya maka warna biru akan langsung
nampak.
Perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat apabila reaksi
berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi. Menurut Edahwati (2007), pada
pada umumnya penurunan suhu akan memperlambat reaksi sedangkan kenaikan
suhu akan menaikkannya. Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekulmolekul zat yang bereaksi makin bertambah. Molekul-molekul dengan energi
kinetik yang ditingkatkan ini bila saling bertumbukan akan menghasilkan energi
tumbukan yang cukup untuk memutus molekul zat tersebut, sehingga reaksi itu
terjadi. Namun hasil percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori dimana
pada percobaan waktu yang dibutuhkan untuk campuran dapat bereaksi tidak
sesuai dengan semakin tingginya suhu dimana seharusnya semakin tinggi suhu
campuran pada saat direaksikan maka semakin cepat pula waktu untuk bereaksi.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pada saat direaksikan
suhu dari masing-masing tidak sama, keakuratan dari alat ukur yang digunakan
pada saat mengukur zat yang akan dicampurkan juga dapat mempengaruhi dari
kecepatan reaksi.
Hubungan energi aktivasi dan laju reaksi adalah berbanding terbalik.
Semakin besar energi aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat karena energi
minimum terjadi reaksi semakin besar.
Reaksi ada tabung 1 :
2S2O82- + 2H2O
4SO42- + O2 + 4H+
2I-
Oksidasi : 2S2O3-
S4O82- + 2e-
I2 + 2S2O3
S4O62- + 2I-
3) Energi aktivasi pada sistem 1 yaitu 14931,9 J/mol.K sedangkan sistem 2 yaitu
43216,172 J/mol.K.
J. SARAN
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk lebih teliti dalam
melakukan percobaan terutama ketika akan mereaksikan kedua larutan yang
suhunya sama.
DAFTAR PUSTAKA
Arryanto, Yateman. 2008. Mekanisme Reaksi Anorganik.Yogyakarta: Gala Ilmu
Semester.
Desnelli dan Zainal Fanani. 2009. Kinetika reaksi Oksidasi Asam Miristat,
Stearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa
Sawit serta Tanpa Medium. Jurnal Penelitian Sains. Vol.12, No.1.
Fatimah, Iis. 2013. Kinetika Kimia.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lasryza, Ayu dan Dyah Sawitri. 2012. Pemanfaatan Fly Ash Batu Bara sebagai
Adsorben Emisi Gas CO pada Kendaraan Bermotor. Jurnal Teknik
Pomits. Vol.1, No.1.
Minarsih, Tri. 2011. Penentuan Energi Aktivasi Amlodipin Basilat pada pH 1,6
dan 10 dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. PHARMACY.
Vol.06, No.1.
Mulyani, Sri dan Hendrawan. 2003. Kimia Fisik II. Malang: JICA.
Oxtoby. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Yuniwati, Murni, Dian Ismiyati dan Reni Kuniasih. 2011. Kinetika Reaksi
Hidrolisis Pati Pisang Tanduk dengan Katalisator Asam Chlorida.
Jurnal Nasional. Vol.1, No.2.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Energi Aktivasi (Ea) adalah energi minuman yang dimiliki oleh suatu zat agar
suatu reaksi pada zat tersebut dapat berlagsung.
2. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi yaitu berbanding lurus. Ketika suhu tinggi
maka laju reaksi semakin cepat hal ini karena ion-ion pereaksi akan memiliki
energi kinetik yang lebih besar dari panas sehingga tumbukan antar partikel
akan lebih sering, sehingga reaksi cepat berlangsung.