Anda di halaman 1dari 3

Artikel

Nama kelompok:
Kefas Nopjenator Sihombing 100113699
Bambang Prasetyo 100113
Anwar Saddad

Sejarah dan perkembangan kawasan Kidul Lodji


Kawasan Kidul Loji merupakan salah satu kawasan yang memiliki sejarah penting di Kota
Yogyakarta dan merupakan saksi perkembangan Kota Yogyakarta.
Awal murah perkembangan kawasan Kidul Lodji ini berawal pada saat perpecahan Kerajaan
Mataram menjadi Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasultanan Surakarta. Kemudian Kasultanan
Ngayogyakarta membangun sebuah keraton yang berlokasi sangat dekat dengan kawasan Kidul Lodji
ini. Memang pada awalnya bangunan keraton tersebut telah ada, dan bangunan tersebut merupakan
bangunan milik Kerajaan Mataram sewaktu kerajaan tersebut masih bersatu. Bangunan tersebut
merupakan bangunan bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini
digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang
akan dimakamkan di Imogiri dan pada saat itu juga bangunan tersebut tidak sebesar pada saat
Kasultanan Ngayogyakarta menjadikannya bangunan Keraton. Kawasan Kidul Loji pada saat itu
masih berbentuk hutan dan sangat jarak adanya permukiman.
Kemudian setelah pembangunan keraton dilakukan, selang berberapa tahun, bangsa Belanda
yang pada saat itu menjajah Indonesia, berinisiatif untuk membangun sebuah benteng. Bangsa
Belanda pada pihak keraton berdalih membangun benteng untuk melindungi keraton dari serangan
musuh, namun pada kenyataan sebenarnya mereka membangun benteng ialah karena mewaspadai jika
sewaktu-waktu pihak keraton menyerang bangsa Belanda dan mereka dapat menyerang dengan
adanya benteng tersebut.
Waktu terus berjalan, kekuasaan dan kekuatan bangsa Belanda semakin kuat dan merajalela.
Mereka mulai membangun beberapa bangunan penting yang kebanyakan berada dikawasan Kidul
Lodji. Kawasan Kidul Loji banyak dijadikan tempat untuk didirikannya bangunan-bangunan penting
bangsa Belanda karena kawasan ini sangat strategis dan sangat dekat dengan Benteng Vredebeurg.
Bangunan-bangunan tersebut sebagai berikut.
1. Gedung Kantor Pos/ Postkantoor van Djokja
Bangunan ini dibangun pada tahun 1832. Bangunan ini
nyaris tidak mengalami perubahan bentuk maupun
fungsinya. Gedung Kantor Pos pada masa
pemerintahan Belanda sudah digunakan sebagai kantor
Pos Telepon dan Telegraph.
2. Gedung Gereja St. Fransisikus
Gereja Fransiskus Xaverius Kudul Loji (bangunan
lama) yang berdiri tahun 1870, namun secara resmi digunakan pada
tanggal 7 Juni 1871 berada di sebelah selatan kawasan Loji Kecil. Gereja
ini merupakan gereja tertua yang ada di Yogyakarta. Bangunan yang
terlihat sekarang merupakan bangunan baru. Dilakukannya renovasi
karena kondisi bangunan lama pada saat itu cukup memprihatikan.
Renovasipun telah dilakukan beberapa kali, dan akhirnya pun dibangun
gedung gereja baru.
3. Gedung BNI 46
Gedung BNI 46 ini dari awal dibangun sampai sekarang nyaris tidak
terjadi perubahan bentuk. Perubahan yang terjadi terletak pada fungsinya. Gedung ini pada jaman
pemerintahan Belanda digunakan sebagai kantor asuransi Nill Mastchappij. Pernah juga
digunakan untuk kantor radio Jepang pada masa pendudukan Jepang. Sekarang bangunan ini
difungsikan sebagai Bank BNI 46.

4. Bank BI (Kantor Cabang (KC) De Javasche Bank (DJB) Djokdjakarta)


Dibangun tahun 1 April 1879, di atas tanah seluas 300 meter persegi. Tanah tempat DJB
berdiri berstatus eigendom yang berarti merupakan tanah milik DJB sendiri dan bukan lagi milik
Sultan Yogyakarta. Bank ini didirikan dengan adanya permintaan usulan Firma Dorrepaal and Co
Semarang. Bank ini juga dibangun dengan mempertimbangkan kemajuan volume perdagangan di
Yogyakarta yang semakin besar . Sebagai kota penghasil gula, nilai produksi yang dicapai sekitar
2.580 ton/tahun setara 300.000 pikul per tahun. Pada saat penjajah jepang, bangunan ini terhenti
beroperasi dan Nanpo Kaihatsu Ginko difungsikan sebagai bank sirkulasi di Pulau Jawa. Setelah
melalui masa buka tutup akibat agresi militer Belanda, KC DJB ini beroperasi kembali pada 22
Maret 1950 hingga dinasionalisasi pada 1953

Gambar 1. Prakira bentuk dan gambar kawasan Kidul Lodji pada massa kolonial Belanda
Sumber: Analisa penulis yang diolah setelah mendapa berbagai sumber
Masih banyak bangunan yang di bangun di kawasan Kidul Loji namun bangunan di atas
merupakan bangunan-bangunan penting. Kemudian dengan semakin banyaknya para bangsa Belanda
yang tinggal di Yogyakarta, maka pemerintah Belanda pun membangun pusat hunian disebelah timur
benteng Vredebeurg. Pusat hunian Tersebut disebut oleh masyarakat Yogyakarta dengan nama Loji
Kecil. Pusat hunian khusus Belanda ini tidak hanya terdapat hunian saja, namun juga pemerintah
Belanda membangun fasilitas seperti Gereja Fransikus Xaverius, Gedung Societett sebagai tempat
hiburan para penjajah Belanda, dan sekolah. Pembangunan ini kontras merubah dengan signifikas
wajah kawasan Kidul Loji. Dari yang semula hanya hutan, menjadi kawasan yang didirikan
bangunan-bangunan penting. Perubahan signifikan ini terus berkembang sampai pada berakhirnya
massa penjajahan Belanda di Yogyakarta.
Perubahan yang terjadi pada pasca kemerdekaan tidaklah banyak. Hanya di depan gedung
susteran merupakan tempat yang cukup berubah bentuk. Di area depan gedung susteran pernah
dibangun pombensin, kemudian beberapa tahun kemudian di bongkar. Kemudian area tersebut
dijadikan area parkir bus wisata karena semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Kota
Yogyakarta. Area terminal bus pariwisata tersebut juga dilengkapi dengan kantin-kantin penjual
makanan.

Gambar 2. Prakira bentuk dan gambar kawasan Kidul Lodji pada massa pasca kemerdekaan
Sumber: Analisa penulis yang diolah setelah mendapa berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai