Case Bronkiolotis
Case Bronkiolotis
BRONKIOLITIS
Oleh
Vicky Octaviani
030.11.297
Pembimbing
dr. Thomas Harry Adoe, Sp.A
KEPANITRAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD BEKASI
PERIODE 1 AGUSTUS-8 OKTOBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Pasien
An. K
2 bulan
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Ayah
Tn. S
29 tahun
Jl. Lismaratu no. 5
Ojek
Ibu
Ny. A
27 tahun
Karyawan swasta
I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan pasien beserta ibu pasien
pada tanggal 31 Agustus 2016 di Bangsal Melati
Keluhan utama
: Sesak
Keluhan tambahan
: Demam, batuk
Riwayat Kebiasaan
Os sehari-hari minum ASI ditambah susu formula 60 cc 8x/hari. Ayah pasien
merupakan perokok aktif.
Kehamilan
Kelahiran
Perawatan antenatal
Penyakit kehamilan
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Usia kehamilan
Berat badan lahir
Panjang badan lahir
Warna kulit
Ketuban
Nilai APGAR
Kelainan bawaan
Kesan: riwayat kehamilan dan kelahiran baik
Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI
Buah/biskuit
(bulan)
0-2
ASI + susu formula
2-4
ASI + susu formula
Kesan: Pasien tidak mendapat ASI eksklusif
39 minggu
3100gr
50 cm
Sianosis
Hijau
Tidak diketahui
(-)
Bubur susu
Nasi tim
Riwayat imunisasi
Vaksin
Umur
Hepatitis B
Lahir
Polio
Lahir
BCG
Lahir
DTP
Campak
Kesan: imunisasi dasar sesuai usia tidak lengkap. Pasien melewati imunisasi hepatitis
B yang kedua (1 bulan) DTP pertama (2 bulan), polio yang kedua (2 bulan).
genteng, dan ventilasi cukup. Di rumah os tinggal bersama kakek, nenek, ayah,
ibu dan adik ibunya (2 orang). Menurut pengakuan keluarga pasien, keadaan
lingkungan rumah padat, ventilasi, dan pencahayaan baik, sumber air bersih
berasal dari PAM, sumber air minum dari galon.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan di Bangsal Melati pada tanggal 31 Agustus 2016
Keadaan umum
Tanda Vital
Kesadaran
Frekuensi nadi
Frekuensi pernapasan
Suhu tubuh
: 44x/menit
: 39.7 0C
Data antropometri
BB/U
Berat badan
Panjang badan
Lingkar kepala
Status gizi
: SD > +2 gizi lebih
: 5.4 kg
: 55 cm
: 39 cm
TB/U : SD 0 - +2 baik
BB/TB : SD +1-+2 gizi baik
LK/U : SD 0 baik
10
Status generalis
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
12
+
+
+
+
Palpasi: Gerak napas simetris
Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi:
Cor: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: SNV (+/+), rhonki (+/+) ,
Abdomen
memendek (+)
: Inspeksi: Datar, warna kulit sama dengan sekitar, striae (-), venektasi
vena (-),
Auskultasi: Bising usus (+) 6x/menit
Palpasi: Supel, turgor kulit baik, nyeri tekan (-)
Extremita
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan
Darah lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
GDS
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Laju endap darah
Eritrosit
Hitung jenis
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Index eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Hasil
31 Agustus 2016
Nilai Normal
10.2
31.2
8.1
388
84
1 September 2016
10.7
30.8
7.7
401
30
3.26
11-14.5 g/dL
40-54 %
5-10 ribu/uL
150-400 ribu/uL
60-110 mg/dL
0
3
2
53
32
8
<1 %
1-3 %
2-6 %
52-70 %
20-40 %
2-8 %
94.6
29.9
31.6
75-87 fL
24-30 pg
31-37 %
11-14.5 g/dL
40-54 %
5-10 ribu/uL
150-400 ribu/uL
0-10 mm
4-5 juta/uL
14
Elektrolit
Natrium
Kalium
Clorida
136
5.3
95
135-145 mmol/L
3.5-5.0 mmol/ L
94-111 mmol/L
Radiologi
Skeletal : Normal
Cor : Sinus dan diafragma normal
Pulmo
: Corakan normal, tampak infiltrat di
parakardial.
Kesan
: Bronkopneumonia duplex
IV. RESUME
Os anak laki-laki, usai 2 bulan datang ke IGD RSUD Bekasi karena sesak sejak 1
hari SMRS. Selain itu terdapat keluhan demam naik turun sejak 1 hari SMRS.
Terdapat batuk berdahak sejak 3 hari SMRS, dahak tidak bisa keluar.
Riw. penyakit keluarga : bibi pasien menderita batuk pilek.
Riw. kebiasaan: ayah perokok aktif
Riw. makanan: asi ekslusif (-) sejak lahir os minum asi ditambah susu formula
Riw. imunisasi: imunisasi dasar sesuai usia tidak lengkap
Riw. perumahan dan sanitasi: jumlah anggota keluarga cukup banyak di rumah (7
orang)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tanda Vital
Kesadaran
Frekuensi nadi
Frekuensi pernapasan
Suhu tubuh
: Compos mentis
: 124 x/menit
: 44x/menit
: 39.7 0C
Data antropometri
Berat badan
Panjang badan
: 5.4 kg
: 55 cm
16
Lingkar kepala
: 39 cm
Status gizi
BB/U : SD > +2 gizi lebih
TB/U : SD 0 - +2 baik
BB/TB : SD +1-+2 gizi baik
LK/U : SD 0 baik
Status generalis
Hidung : pernapasan cuping hidung (+)
Thorax : retraksi suprasternal(+), retraksi intercostal (+)
Pulmo : SNV (+/+), rhonki (+/+) , wheezing (+/+), inspirasi memendek (+)
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Leukosit dalam batas normal
LED meningkat 30 mm
Radiologi
Tampak infiltrat di parakardial.
Kesan
: Bronkopneumonia duplex
V. DIAGNOSIS KERJA
Bronkiolitis
VI. DIAGNOSIS BANDING
Asma bronkial
Bronkopneumonia
VII.
TATALAKSANA
O2 2-4 L/mnt
IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250 mg
Amikasin @ 15-20 mg/kgBB/hari single atau dalam 2 dosis 2x50
mg
Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
Nebulizer salbutamol @0.2-0.6 mg/kg per 4-6 jam 1 cc + NaCl
0.9% 3 cc inhalasi / 6 jam
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : ad bonam
IX. FOLLOW UP
Tanggal
Catatan
Instruksi
18
01/09/201
6
02/09/201
6
03/09/201
6
04/09/201
6
05/09/201
6
O2 2-4 L/mnt
IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250
mg
Amikasin @ 15-20 mg/kgBB/hari single atau
dalam 2 dosis 2x50 mg
Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
Nebulizer salbutamol @0.2-0.6 mg/kg per 4-6
jam 1 cc + NaCl 0.9% 3 cc inhalasi / 6
jam
O2 2-4 L/mnt
IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250
mg
Amikasin @ 15-20 mg/kgBB/hari single atau
dalam 2 dosis 2x50 mg
Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
Nebulizer salbutamol @0.2-0.6 mg/kg per 4-6
jam 1 cc + NaCl 0.9% 3 cc inhalasi / 6
jam
Cetirizin 1x1 mL
Demam (-), batuk (+), sesak (+)
O2 2-4 L/mnt
stridor inspirasi (+)
IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
Kes: CM, TSS
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250
o
HR: 112 RR: 32 S: 36.6 C
mg
Thorax: Retraksi (-)
Amikasin @ 15-20 mg/kgBB/hari single atau
SNV +/+ Rh +/+ Wh +/+
dalam 2 dosis 2x50 mg
Stridor (+)
Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
Cetirizin 1x1 mL
Nebu Adrenalin 1cc+NaCl 0.9% 4 cc / 8 jam
Dexamethason 2x0.3 cc
Demam (-), batuk (+), sesak (+)
O2 2-4 L/mnt
berkurang
IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
Kes: CM, TSS
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250
HR: 100 RR: 32 S: 36.6oC
mg
Thorax: Retraksi (-)
Amikasin @ 15-20 mg/kgBB/hari single atau
SNV +/+ Rh +/+ Wh +/+
dalam 2 dosis 2x50 mg
Stridor (+)
Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
Cetirizin 1x1 mL
Nebu Adrenalin 1cc+NaCl 0.9% 4 cc / 8 jam
Dexamethason 2x0.3 cc
Demam (-), batuk berkurang, sesak O2 2-4 L/mnt
(+) berkurang
IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
Kes: CM, TSS
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250
HR: 100 RR: 32 S: 36.7oC
mg
Thorax: Retraksi (-)
Amikasin @ 15-20 mg/kgBB/hari single atau
SNV +/+ Rh +/+ Wh -/dalam 2 dosis 2x50 mg
Stridor (+)
Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
20
06/09/201
6
07/09/201
6
08/09/201
6
09/09/201
6
Cetirizin 1x1 mL
Nebu Adrenalin 1cc+NaCl 0.9% 4 cc / 8 jam
Dexamethason 2x0.3 cc
Demam (-), batuk berkurang, sesak O2 2-4 L/mnt
(-)
IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
Kes: CM, TSS
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250
HR: 110 RR: 28 S: 36.6oC
mg
Thorax: Retraksi (-)
Amikasin stop
SNV +/+ Rh +/+ Wh -/Azitromisin 1x50 mg
Stridor (+)
Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
Cetirizin 1x1 mL
Apialys 1x0.5 cc
Demam (-), batuk berkurang, sesak IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
(-)
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250
Kes: CM, TSS
mg
o
HR: 100 RR: 26 S: 36.7 C
Amikasin stop
Thorax: Retraksi (-)
Azitromisin 1x50 mg
SNV +/+ Rh +/+ minimal Wh -/- Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
Stridor (+)
Cetirizin 1x1 mL
Apialys 1x0.5 cc
Demam (-) batuk jauh berkurang,
IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
sesak (-)
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250
Kes: CM, TSS
mg
o
HR: 100 RR: 24 S: 36.7 C
Amikasin stop
Thorax: Retraksi (-)
Azitromisin 1x50 mg
SNV +/+ Rh +/+ minimal Wh -/Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
Stridor (-)
Cetirizin 1x1 mL
Apialys 1x0.5 cc
Demam (-), batuk sedikit, sesak (-) IVDF KaEn 1B 168 cc/ jam 7 tpm
HR: 110 RR: 26 S:36.6
Ceftazidime @ 30-150 mg/kgBB/hari 2x250
HR: 100 RR: 28 S: 36.5oC
mg
Thorax: Retraksi (-)
Amikasin stop
SNV +/+ Rh +/+ minimal Wh -/Azitromisin 1x50 mg
Stridor (-)
Ambroxol < 2 tahun 2 x 0.5 mL @ 15 mg
Cetirizin 1x1 mL
Apialys 1x0.5 cc
BAB II
ANALISA KASUS
22
Kasus
Teori
Identitas
Usia: 2 bulan
Laki-laki
Anamnesis
KU: sesak
KT: demam 1 hari SMRS, batuk 3 hari
SMRS
RPK: kontak dengan orang sakit (+)
RK: susu formula
RL: rumah padat (7 orang)
Ayah perokok
Tanda vital
HR: 124x/menit
RR: 44x/menit
Pemeriksaan Fisik
Hidung: NCH (+)
Thorax
Retraksi suprasternal (+)
Retraksi subcostal (+)
Rhonki (+/+)
Wheezing (+/+)
Inspirasi memendek
Pemeriksaan penunjang
Leukosit dbN
LED 30 mm
Ro: tampak infiltrat di parakardial BP
duplex
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
24
Definisi
Bronkiolitis akut adalah peradangan pada bronkiolus yang ditandai oleh sesak napas,
mengi, dan hiperinflasi paru.1 Penyakit bronkiolitis merupakan infeksi respiratorik
bagian bawah yang sering terjadi pada bayi. Umumnya bronkiolitis menyerang anak
usia kurang dari 2 tahun dengan puncak insiden usia sekitar 6 bulan.2,3,4
Etiologi
Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah agen yang paling sering yang ditemukan
dalam isolasi sebanyak 75% pada anak-anak kurang dari 2 th yang menderita
bronkiolitis dan dirawat di rumah sakit. Penyebab lain yang menyebabkan bronkiolitis
termasuk didalamnya adalah virus para influenza tipe 1 dan 3, influenza B, para
influenza tipe 2, adenovirus tipe 1,2,5 dan mycoplasma yang paling sering pada anakanak usia sekolah.5 Bakteri sebagai etiologi bronkiolitis merupakan hal yang sangat
jarang, namun tidak menutup kemungkinan.
Tabel 1. Agen penyebab infeksi virus saluran napas pada anak 3,4,6
26
Agen penyebab
Respiratory Syncytial
Virus
Adenovirus
Parainfluenza viruses
Rhinoviruses
Metapneumovirus
Mycoplasma pneumonia
2-5 tahun
5-9 tahun
9-15 tahun
++++
++
++
+
++
+
+++
++
++
++ - +++
+
++
++
+
++
++ - +++
+
+++
++
0
++
+++
0
+++
28
30
Manifestasi klinis
Mula-mula bayi mendapatkan infeksi saluran napas ringan berupa pilek encer,
batuk, bersin-bersin, dan kadang-kadang demam. Gejala ini berlangsung beberapa
hari, kemudian timbul distres respirasi yang ditandai oleh batuk paroksimal, mengi,
dispnoe, dan irritable. Timbulnya kesulitan minum terjadi karena napas cepat
sehingga menghalangi proses menelan dan menghisap. Pada kasus ringan, gejala
menghilang 1-3 hari. Pada kasus berat, gejalanya dapat timbul beberapa hari dan
perjalananya sangat cepat. Kadang-kadang, bayi tidak demam sama sekali, bahkan
hipotermi. Terjadi distres pernapasan dengan frekuensi napas 60 x/menit, terdapat
napas cuping hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan, retraksi, dan kadangkadang sianosis. Retraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru
(terperangkapnya udara dalam paru). Hepar dan lien bisa teraba karena terdorong
diafragma akibat hiperinflasi paru. Mungkin terdengar ronki pada akhir inspirasi dan
awal ekpirasi dan mengi kadang-kadang terdengar dengan jelas.
Diagnosis
32
Skor
3
maksima
l
Wheezing
Ekspirasi
Inspirasi
Lokasi
Akhir
Sebagian
semua
2 dr 4
3 dr 4
lap paru
lap paru
(-)
Ringan
Sedang
Berat
(-)
Ringan
Sedang
Berat
(-)
(-)
(-)
Semua
2
2
Retraksi
Supraklavikula
r
Interkostal
(-)
Ringan
Sedang
Berat
3
Subkostal
TOTAL
17
Tabel 2. Respiratory Distress Assessment Instrument
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak menunjukan hasil spesifik. Hitung lekosit
biasanya normal demikian pula dengan elektrolit. Pada pasien dengan peningkatan
leukosit biasanya didominasi oleh PMN dan bentuk batang. 16 Analisa gas darah
(AGD) diperlukan untuk anak dengan gangguan pernafasan berat, khususnya yang
membutuhkan ventilator mekanik, gejala fatigue, hipoksia dan asidosis metabolik jika
terdapat dehidrasi.16,17 Untuk menentukan penyebab bronkiolitis, dibutuhkan
pemeriksaan aspirasi atau bilasan nasofaring. Pada bahan ini dapat dilakukan kultur
34
virus tetapi memerlukan waktu yang lama, dan hanya memberikan hasil positif pada
50% kasus. Ada cara lain yaitu dengan melakukan pemeriksaan antigen RSV dengan
menggunakan cara imunofluoresen atau ELISA. Sensitifitas pemeriksaan ini adalah
80-90%.
Pemeriksaan radiologi tidak menunjukan gambaran yang khas, dapat dijumpai
gambaran hiperinflasi yang ditandai dengan peningkatan diameter anterposterior,
infiltrat yang biasanya tidak luas, hiperlusen karena air trapping, diafragma mendatar
dan atelektasis fokal akibat sekret pekat bercampur sel-sel mati yang menyumbat.(16)
Bahkan ada kecenderungan ketidaksesuaian antara gambaran klinis dan gambaran
radiologis. Berbeda dengan pneumonia bakteri, gambaran klinis yang berat akan
menunjukkan gambaran kelainan radiologis yang berat pula, sementara pada
bronkiolitis gambaran klinis berat tanpa gambaran radiologis berat. Gambaran
hiperinflasi dan infiltrat ini mungkin juga dapat ditemukan pada pasien dengan asma,
pneumonia atipik atau aspirasi cairan.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding utama bronkiolitis adalah asma.18
Asma
Bronkiolitis
Penyebab
Hiperreaktivitas bronkus
Virus
Umur
> 2 tahun
< 2 tahun
Sesak berulang
Ya
Tidak
Onset sesak
Akut
Tersembunyi
ISPA atas
+/Selalu +
Atopi keluarga
Sering
Jarang
Alergi lain
Sering
Respon bronkodilator
Cepat
Lambat
Eosinofil
meningkat
Normal
Tabel 3. Perbedaan asma dengan bronkiolitis
Infeksi
Asma
Kelainan anatomi
Kelainan
mucociliary
clearance
Sindroma aspirasi
Lainnya
Tatalaksana
Infeksi virus RSV biasanya bersifat self limiting disease, sehingga pengobatan
biasanya hanya suportif.19
1. Oksigenasi
2. Terapi cairan penting untuk koreksi apabila terdapat asidosis
metabolik/respiratorik dan cegah terjadinya dehidrasi
3. Bronkodilator dan kortikosteroid
Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis. Obat golongan beta agonis akan menyebabkan relaksasi otot
polos
saluran
nafas,
meningkatkan
klirens
mukosilier,
mengurangi
permeabilitas vaskuler dan mengatur pelepasan mediator dari sel mast dan
basofil.Penggunaan bronkodilator masih kontroversial karena ada yang
berpendapat bahwa Pada keadaan bronkiolitis yang dominan adalan
inflamasinya bukan bronkokonstriksinya sehingga yang harus diberikan
adalah pemberian antiinflamasi bukan bronkodilator.20 Pemberian epinefrin
38
memberikan hasil yang lebih baik secara klinis, sebuah penelitian randomized
controlled trial di Eropa pada tahun 2009 menunjukkan bahwa nebulisasi
epinefrin dan deksametason oral pada anak dengan bronkiolitis dapat
mengurangi kebutuhan rawat inap, lama perawatan di rumah sakit, dan durasi
penyakit.21
4.
kelainan
jantung,
fibrosis
kistik,
penyakit
paru
kronik,
Pencegahan
Salah satu bentuk pencegahan terhadap RSV adalah higiene perorangan
meliputi desinfeksi tangan menggunakan alcohol based rubs atau dengan air dan
sabun sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien atau objek tertentu yang
berdekatan dengan pasien.22 Perlindungan terhadap paparan asap rokok serta polusi
udara serta pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan mencegah kejadian bronkiolitis. 22
Perlu dilakukan edukasi anggota keluarga mengenai diagnosis, tatalaksana, dan
pencegahan bronkiolitis sesuai evidence-base. 22
40
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Paediatric Society of New Zealand. Best Practice Evidence Based Guideline.
Wheeze and chest infection in infants under 1 year 2005 Accessed September
9th 2016. Available at: http//www.paediatrics.org.nz
2. Orenstein DM. Bronchiolitis. Dalam Behrman RE, Kliegen RM, Arvin Am,
penyunting. Nelson Texbook of Pediatrics. Edisi kelimabelas. Saunders,
Philadelphia. h.1211-2.
42
Sept
];
[12
Halaman
].
Di
akses
dari
URL: http://www.dcmsonline.org/jaxmedicine/1998journals/september98/bron
chiolitis.htm
6. World Health Organization. Pocket book of hospital care for children:
Guidelines for the management of common childhood illnesses. 2nd ed. 2013.
7. Bachrach VRG, Schwarz E. Bachrach LR. Breastfeeding and the risk of
hospitalization for respiratory disease in infancy- A meta-analysis. Arch
Pediatr & Adolesct Med 2003; 157:237-43.
8. Wohl MEB. Bronchiolitis. Dalam: Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush A,
penyunting. Kendigs Disorder of Respiratory Tract in Children. Edisi ke-7.
Philadelphia: Saundres; 2006. h. 423-32.
9. Davies DE, Wicks J, Powell RM, Puddicombe SM, Holgate ST. Airway
remodeling in asthma: New insights. J Allergy Clin Immunol 2003; 111:21525.
10. Victoria CG, kirkwood BR, Ashworth A, Black RE, Rogers S, Sazawal S, et
al. Potential intervention for the prevention of childhood pneumonia in
developing
countries:
imporving
nutrition.
Am
of
Clinic
Nutr
1999;70(3):309-320.
11. Dye JA, Adler KB. Effects of cigarette smoke on epithelial cells of the
respiratory tract. Thorax 1994;49:825-34.
44
46
22. Ralston SL, Lieberthal AS, Meissner HC, Alverson BK, Baley JE, Gadomski
AM, et al. Clinical practice guideline: The diagnosis, management, and
prevention of bronchiolitis. American Academy of Pediatrics 2014;
134(5):1474-502.
48