Makalah Mie Rumput Laut Fiks
Makalah Mie Rumput Laut Fiks
Oleh
Kelompok 7
Afrianto Nuari Putra
1414051003
Dora Safitri
1414051030
1414051063
1414051068
1414051094
I.
PENDAHULUAN
tubuh dan juga dapat membantu memperbaiki tekstur serta menambah cita
rasa dari bahan pangan.Jadi penambahan rumput laut pada pembuatan mie
basah, diharapkan dapat meningkatkan kandungan iodium dan serat di dalam
mie basah. Oleh karena itu pada praktikum ini penting dilakukan untuk
mengetahui proses pembuatan mie dengan bahan dasar rumput laut dan jenis
rumput laut yang digunakan yaitu Eucheuma Cottonii (Wirjatmadi, 2002).
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui prinsip pembuatan mie rumput laut.
2. Dapat melakukan proses pembuatan mie dengan bahan dasar rumput laut.
3. Dapat melakukan uji organoleptik terhadap mie yang dihasilkan.
a.Alga Merah
Alga merah (Rhodophyceae) atau yang biasa disebut rumput laut merah
merupakan kelas dengan spesies yang bernilai ekonomis dan paling banyak
dimanfaatkan. Tumbuhan jenis ini di dalam dasar laut sebagai fitobentos
dengan menancapkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang hidup,
karang mati,cangkang moluska, batu vulkanik ataupun kayu. Habitat atau
tempat hidup umum tumbuhan jenis ini adalah terumbu karang. Tumbuhan
jenis ini hidup pada kedalaman mulai dari garis pasang surut terendah sampai
sekitar 40 meter. Di Indonesia alga merah atau rumput laut merah terdiri dari
17 marga dan 34 jenis serta 31 jenis diantaranya sudah banyak dimanfaatkan
dan bernilai ekonomis. Pada jenis rumput laut yang termasuk dalam kelas
alga merah sebagai penghasil karaginan adalah Kappaphycus dan hypnea,
sedangkan yang mengandung agar-agar (agarofit) adalah Gracilari dan
Gelidium.
b.Alga Hijau
Alga hijau (Chlorophyceae) dapat ditemukan pada kedalaman hingga 10
meter atau lebih di daerah yang memiliki penyinaran yang cukup. Rumput
laut jenis ini tumbuh melekat pada substrat seperti batu, batu karang mati,
cangkang moluska, dan ada juga yang tumbuh di atas pasir. Di Indonesia
rumput laut jenis ini terdapat sekitar 12 marga. Terdapat sekitar 14 jenis telah
dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi dan obat.
c.Alga Cokelat
Pada peraiaran Indonesia terdapat sekitar 8 margakelas alga cokelat atau
rumput laut cokelat (Phaeophyceae). Tumbuhan jenis ini merupakan
kelompok alga laut penghasil algin (alginofit). Jenis rumput laut cokelat yang
berasal dari kelas ini yang terutama sebagai penghasil alginat ialah sargassum
sp,Cystoseira sp, dan Turbinariasp. Alga cokelat merupakan jenis rumput laut
yang memiliki ukuran besar. Alga cokelat ada yang membentuk padang alga
di laut lepas (Anggadiredja, 2006).
2.3. Komposisi Kimia Rumput Laut
Pemanfaatan rumput laut dapat dimaksimalkan dengan diversifikasi produk
olahan rumput laut yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
daya guna dan nilai ekonomis dari rumput laut yang dapat membantu dalam
pemenuhan gizi pada tubuh manusia. Rumput laut memiliki kandungan gizi
yang tinggi terutama vitamin, mineral dan serat. Gizi rumput laut yang
terpenting adalah trace element, khususnya kandungan yodiumnya,
kandungan yodium pada rumput laut (Eucheuma cottonii) berkisar 0,10,15%
dari bobot keringnya serta kandungan seratnya yang tinggi. Kandungan
yodium pada rumput laut sekitar 2.400 sampai 155.000 kali lebih banyak
dibandingkan kandungan yodium pada sayur - sayuran yang tumbuh di
daratan. Rumput laut sering dimasak untuk hidangan rasa atau sup sebelum
dikonsumsi. Ketika direbus rumput laut dalam air selama 15 menit dapat
kehilangan kandungan yodium hingga 99%, sedangkan yodium dalam
Sargassum, rumput laut coklat yang sama, kehilangan sekitar 40%kandungan
yodium (Istini, 2002).
Menurut Pereira Leonel (2011) kandungan yodium pada rumput laut
dibedakan menjadi 3 macam yaitu rumput laut hijau kandungan yodiumnya <
1 g/100g, rumput laut cokelat 40,11 g/100g dan rumput laut merah 9,05
g/100g. Eucheuma cottonii termasuk dalam rumput laut coklat yang
memiliki kandungan yodium 40,11 g/100g.
Tabel.1 Komposisi Kimia Rumput Laut kering (g/100g bahan kering).
Mie adalah adonan tipis dan panjang yang telah digulung, dikeringkan, dan
dimasak dalam air mendidih. Istilah ini juga merujuk kepada mie kering yang
harus dimasak kembali dengan dicelupkan dalam air. Orang Eropa menyebut
pasta (dari bahasa Italia) secara generik, dan noodle (bahasa Inggris) untuk
pasta yang berbentuk memanjang. Di Asia sendiri, pasta yang dibuat selalu
berbentuk memanjang. Berbagai bentuk mie dapat ditemukan di berbagai
tempat. Perbedaan mie terjadi karena campuran bahan, asal usul tepung
sebagai bahan baku, serta teknik pengolahan. Mie merupakan produk
makanan dengan bahan baku tepung terigu yang sangat populer di kalangan
masyarakat Indonesia.
Produk mie umumnya digunakan sebagai sumber energi karena memiliki
karbohidrat yang cukup tinggi. Makanan berbasis tepung-tepungan seperti
mie sangat digemari masyarakat Indonesia dan dikonsumsi sebagai makanan
selingan, bahkan sudah mulai menjadimenu utama terutama untuk menu
sarapan pagi. Mie kering banyak digunakan sebagai produk olahan alternatif
pengganti nasi. Apabila mie yang dikonsumsi tidak dicampur dengan bahan
lain maka kandungan gizinya kurang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mie
rumput laut ini memiliki banyak keutamaan. Selain mengandung gizi tinggi,
mie rumput laut ini mengandung banyak kalsium, serat, omega, dan
yodium.Proses pembuatan mi rumput laut berjenis Eucheuma cottonii tak
banyak berbeda dengan mie biasa (Ismail, 2011).
III.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.3.
Diagram Alir
Adapun diagram alir pada praktikum pembuatan mie rumput laut ,yaitu
sebagai berikut:
Perlakuan
ik
1 sampai 4
Mie rumput
Warna
Putih
laut basah.
kekuningan
Tekstur
Kenyal
Rasa
Khas mie
Aroma
Khas mie
Kenyal
Sangat
Khas mie
Sebelum
dikasih
1 sampai 4
bumbu
Setelah
Kuning
dikasih
kecoklatan
gurih
bumbu
Perlakuan
5 sampai 9 Setelah di
oven selama
2 hari.
Suhu 60 0C
k
Warna
Putih
Tekstur
Keras
Rasa
Khas
Aroma
Khas
kekuningan
( Kering )
mie
mie
kering
kering
5 sampai 9 Sesudah
Kuning
Sangat
Khas
Khas
digoreng
renyah dan
mie
mie
Suhu 130 0C
sedikit
Selama 5
keras
menit dengan
keep drying.
Sesudah
Kuning
direbus
Cukup
kenyal
Khas
Khas
mie
mie
4.2. Pembahasan
Mie rumput laut adalah Karbohidrat dalam rumput laut sangat bermanfaat
bagi kesehatan, juga tidak berbahaya untuk penderita diabetes karena akan
memperlambat penyerapan glukosa sehingga mencegah peningkatan indeks
glikemik secara drastis. Pembuatan mie rumput laut menggunakan rumput
laut kering yang direndam dan kemudian dihancurkan menggunakan blender,
setelah itu baru dicampur dengan tepung terigu dan diolah menjadi mie
seperti biasa. Kenampakkan mie rumput laut tidak jauh berbeda dari
kenampakkan mie lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur mie yang
dihasilkan adalah komposisi mie tersebut yang meliputi kadar air, protein,
lemak, dan pati yang sesuai sehingga mie yang dihasilkan sesuai dengan yang
diinginkan. Tekstur
tepung. Selain itu proses pembuatan mie rumput laut ditambahkan juga
tepung terigu. Didalam tepung terigu terdapat suatu senyawa yang dinamakan
gluten. Gluten merupakan protein yang bersifat khas yang terdapat pada
tepung terigu yaitu mie yang dihasilkan tidak mudah putus pada saat
pembuatan atau pencetakan dan pemasakan. Selain itu juga akan
menghasilkan tekstur, konsistensi dan rasa yang khas dari produk yang
dihasilkan (Bambang, 2012).
Bahan baku yang digunakan pada praktikum ini adalah jenis rumput laut
merah (Eucheuma cottonii). Eucheuma cottonii adalah jenis rumput laut
penghasil karaginan (carragenophyte). Jenis karaginan yang dihasilkan dari
rumput laut ini adalah kappa karagenan Ciri-ciri Eucheuma cottonii yaitu
thallus
silinder, permukaan
licin,
cartilageneus
(menyerupai
tulang
rawan/muda), serta berwarna hijau terang, hijau olive dan cokelat kemerahan.
Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus
(tonjolan-tonjolan) dan duri lunak/tumpul untuk melindungi gametangia.
Percabangan bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus
(sistem percabangan tiga-tiga). Habitat rumput laut Eucheuma cottonii
memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu, rumput
laut ini hanya mungkin hidup pada lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar
matahari masih mampu mencapainya (Winarno, 1996).
Winarno
(2002)
menyatakan
bahan
makanan
yang
cukup
banyak
mengandung yodium adalah yang berasal dari laut. Kandungan yodium hasil
laut yang tertinggi adalah rumput laut. Rumput laut memiliki berbagai macam
jenis, salah satunya rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Kandungan yodium
pada rumput laut (Eucheuma cottonii) segar sebelum direndam sebesar 15,28
g/g sedangkan pada rumput laut kering tanpa direndam adalah 12,32 g/g.
Kandungan yodium rumput laut sekitar 2.400 sampai 155.000 kali lebih
banyak dibandingkan kandungan yodium dalam sayur-sayuran. Ada dua buah
jenis Eucheuma yang cukup komersil yaitu Eucheuma spinossum dan
Eucheuma cottonii. Eucheuma spinossum (Eucheuma dentilacum) merupakan
penghasil biota karagenan dan Eucheuma cottonii (Kapaphycus alvarezii)
yang digoreng) mengandung lipid sekitar 20 %. Tekstur mie basah yang baik
salah satunya adalah dapat dilihat dari kekuatan regangan (tensile) merupakan
gaya tekan maksimal sampai mie basah putus (Trees, 2003).
Mie kering adalah mie mentah yang dikeringkan dengan kadar air antara 810%. Pengeringan umumnya dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar
matahari atau dengan menggunakan oven. Karena sifat kering inilah maka
mie mempunyai daya simpan yang relatif panjang dan dalam penanganannya
cukup mudah.
Jurnal yang berkaitan dengan praktikum ini yaitu berjudul
Pembuatan Mie Kering Dari Tepung Terigu Dengan Tepung
Rumput
Laut
Kedelai,dimana
Yang
Difortifikasi
jurnal
tersebut
Dengan
Kacang
membahas
tentang
laut
dibersihkan
lalu
diayak dengan
tepung
dan
Kacang
dicuci kemudian
ayakan
Rumput
kedelai
80
laut
mesh
dan tepung
dengan
tepung
diolah
menjadi
mie
o
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 60 C.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa,kondisi fisik mie yang paling baik
dilihat dari segi warna dan bentuk adalah pada pencampuran 60 g tepung
terigu, 20 g tepung rumput laut yang difortifikasi dengan 20 g tepung kacang
kedelai. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan tersebut diatas, berat
tepung terigu lebih besar (banyak) daripada berat tepung rumput laut dan
tepung kacang kedelai. Seperti yang telah diketahui bahwa terigu memiliki
protein khusus,yaitu gluten sebesar 80 % dari total protein. Gluten terdiri dari
komponen gliadin dan glutelin yang menghasilkan sifat viskoelastis. Atau
dengan kata lain gluten adalah protein yang merupakan suatu massa kohesif
dan mempunyai sifat viskoelastis yang dapat meregang dan elastis.
Kandungan tersebut yang dapat membuat adonan tepung terigu dapat dibuat
menjadi lembaran, digiling, dicetak ataupun dibuat mengembang. Dari
karakter itu dapat dihasilkan beratus-ratus produk yang sukar ditiru oleh
bahan nonterigu.(Utami,1998)
Dan dari hasil pengolahan data untuk analisa mie diperoleh kadar protein,
kadar air, kadar abu yang telah memenuhi syarat mutu mie kering, Standart
Nasional Industri (SNI) 01-2774-1992. Sedangkan untuk kadar vitamin A
yang diperoleh sangat rendah, hal ini disebabkan pada saat pengolahan ada
pengaruh panas yaitu pengeringan mie dalam oven dengansuhu 600 C.
Dimana bahan makanan yang dikeringkan sangat mudah mengalami
kehilangan aktivitas vitamin A dan provitamin A, karena pengeringan ini
memberi kesempatan terjadinya oksidasi dan juga karena adanya degradasi
thermal, sehingga terjadi penyusutan vitamin A.Suatu bahan makanan dapat
dipertahankan vitamin A-nya dengan cara menambahkan vitamin A sintetik
tanpa menimbulkan masalah cita rasa, dengan aktivitas biologis yang baik
dan mempunyai stabilitas yang baik. Vitamin A yang disemprot kering juga
berguna dalam bahan makanan campuran yang ditambah dengan vitamin lain.
(Andarwulan, 1998). Kemudian untuk organoleptik dari uji Kruskal-Wallis
diperoleh hasil bahwa H diterima pada taraf nyata 0,05. Dan dari perolehan
persentase skor untuk bau mie yang dihasilkan, 68 % menyatakan tidak
normal yaitu bau langu. Adanya bau langu pada mie disebabkan dari kacang
kedelai yang mengandung SBTI ( Soybean Tripsin Inhibitor) oleh enzim
enzim Lypoksigase, Urease yang terdapat pada kacang kedelai. (Lindawati).
Adanya enzim Lypoksigase dalam biji kacang kedelai akan mengoksidasi
Lipid yang akan menghasilkan senyawa etil vinil keton yang menyebabkan
bau langu pada mie yang dihasilkan. Bau langu tersebut akan semakin kuat
(jelas) bila dilakukan perendaman serta penggilingan kacang kedelai mentah.
(Mustakas, 1996).
V.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
GAMBAR
dimasukkan ke oven.
lembaran mie
Mie tersebut
dilakukan perlakuan
perebusan.