yang umumnya pada betina lebih kecil atau di temukan hanya pada pejantan.
Kelenjar ini akan sangat aktif pada masa kawin.
Sisik epidermal terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik epidermal
secara terus-menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan stratum
germinativum epidermis dan umunya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih
satu sama lain. Ular dan kadal sisinya berganti, yang di kenal dengan proses
ekdisis. Sebelum berlangsung ekdisis, sisik baru yang akan menggantikan sisik
tua sudah terbentuk. Kebnayakna ular berganti kulit secara sekaligus. Epidermal
tua yang lepas pertama pada daerah kepala termasuk kulit dorsal mata, ular pada
akhirnya beringsut ke luar dari penutupan lama. Pergantian kulit pada ular,
dihitung mulai saat pertama seekor ular berganti kulit adalah bergantung pada
tingkat pertumbuhan. Jenis ular yang tumbuh cepat mungkin berganti kulit setiap
dua bulan (Sukiya, 2003)
Karapaks dan plastron adalah tempurung dorsal dan ventral yang
melindungi tubuh kura-kura dan penyu. Strukturnya tersususn sebagian besar oleh
tulang dari lempengan kulit dermal dan bagian luar terbungkus sisik epidermal
bertanduk yang tidak menyerupai sisik epidermal pada ular dan kadal. Beberapa
kura-kura tidak mempunyai sisik dan mempunyai sebuah kulit keras sebagai
pengganti. Perkembangan sisik kulit paling sempurna ditemukan pada kura-kura
dan penyu beruapa karapaks dan plastron yang digabung bersama jembatan pada
setiap sisi tubuh. Skeleton bagian vertebrate thorak, lumbar, dan sacral, menyatu
dengan karapaks pasa reptilia ini (Sukiya, 2003). Sub kelas dari reptilia yaitu
lepidosauria,
synapsida,
archosauria,
lchthyoptergya,
anapsida
dan
synaptosauria.
1. Subkelas Anapsida
Sub kelas anapsida mempunyai dua ordo yaitu cotylosauria dan chelonia.
Sebanyak 12 familia yang masih ada dan sekitar 240 spesies. Chelonia tubuhnya
tertutup carapace (bagian dorsal) dan plastron (bagian ventral), rahang tidak
bergigi, tengkorak anapsid, ukuran jantan lebih besar dari betina.Plastron betina
konveks, jantan konkav. Jantan memiliki cakar yang lebih panjang.
kehidupan
ikan
yang
berguna
sebagai
mata
Seluruh spesies penyu memiliki siklus hidup yang sama dengan penyu
lainnya. Secara umum siklus hidup penyu terbagi atas pantai peneluran, ruaya
pakan dan ruaya kawin. Dalam mencapai dewasa kelamin penyu mempunyai
pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun
untuk mencapai usia produktifnya. Penyu dewasa hidup bertahun-tahun di satu
tempat sebelum bermigrasi untuk kawin dengan menempuh jarak yang jauh, yaitu
bisa mencapai hingga 3000 km. Pada umur sekitar 20-50 tahun, penyu jantan dan
betina bermigrasi ke daerah peneluran di sekitar daerah kelahirannya. Perkawinan
penyu dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua bulan sebelum peneluran
pertama di musim tersebut (Pedoman Teknis Konservasi Penyu, 2009).
Oviposisi berlangsung mulai dari sekali hingga beberapa kali dalam
periode setahun. Hal ini bergantung pada beberapa faktor seperti letak lintang
(latitude), jenis umur (besar) dan sumber serta kualitas makanan yang
dimakannya. Pada umumnya penyu hijau bertelur lebih dari satu kali dalam satu
musim bertelur (3-4 kali), dengan interval internesting kira-kira 2 minggu. Setelah
selesai bertelur, penyu dewasa akan meninggalkan sarang dan telur-telurnya untuk
kembali beruaya mencari makanan untuk kemudian melangsungkan kembali
siklus hidupnya di laut 10.
Tukik yang baru menetas dan keluar dari sarangnya akan langsung bergerak
menuju kelaut, karena proses alaminya yang ada berkaitan dengan medan magnet
cahaya. Setelah mencapai laut, tukik-tukik itu menuju ke laut lepas hingga
mencapai arus samudra dengan cadangan makanan kuning telur yang ada
ditubuhnya. Fase awal berkelana ini sering disebut sebagai tahun yang hilang,
yang lamanya bervariasi sesuai dengan jenis dan populasinya (Pedoman tekhnis
Konservasi Penyu,2009).
Siklus Reproduksi Penyu Laut
(sumber: Miller, 1997)
Scutes utama sebagai kunci identifikasi adalah marginal, lateral, vertebral dan
nuchal, seperti inframarginal (scutes antara plastron dengan karapas).
Karapas penyu abu-abu berbeda dengan penyu lain, lateral scutes-nya
berjumlah 6 sampai 10 buah pada kedua sisi karapas dan karapas relatif melebar
serta berwarna kuning keabu-abuan dengan ruas-ruas yang memanjang neural.
Bentuk tubuh seperti piring (dish-shaped), batoknya meluas sesuai dengan
panjangnya dan ukuran kepala sedang (Pritchard and Mortimer, 1999).
Habitat Penyu
adalah daratan luas dan landai yang terletak di atas pantai dengan rata-rata
kemiringan 30 serta diatas pasang surut antara 30 sampai 80 meter,
10
memiliki butiran pasir tertentu yang mudah digali dan secara naluriah dianggap
aman untuk bertelur. Selain itu pantai yang didominasi oleh vegetasi pandan laut
memberikan rasa aman tersendiri bagi penyu yang bertelur (Nuitja 1992).
Idealnya dalam proses peneluran penyu ada beberapa faktor yang dapat
mendukung aktivitas tersebut seperti suasana yang sunyi, tidak terdapat
penyinaran dan tidak ada aktivitas pergerakan yang dapat mengganggu penyu
menuju pantai (Nuitja 1992).
Habitat laut merupakan tempat yang utama bagi kehidupan penyu.
Perairan tempat hidup penyu adalah laut dalam terutama samudera di perairan
tropis, sedangkan tempat kediaman penyu adalah daerah yang relatif agak
dangkal, tidak lebih dari 200 meter dimana kehidupan lamun dan rumput laut
masih terdapat (Nuitja 1992). Daerah yang lebih disukai penyu adalah daerah
yang mempunyai batu-batu sebagai tempat menempel berbagai jenis makanan
penyu dan berbagai tempat berlindung. Chelonia mydas tergolong herbivora yang
mencari makan pada daerah-daerah yang dangkal dimana alga laut seperti
Zostera, Chymodocea, Thallasia dan Hallophila masih dapat tumbuh dengan baik
(Nuitja 1992).
Kura-Kura
Kura-kura adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan
reptile. Bangsa hewan yang di sebut ordo Testudinata ini khas dan mudah dikenali
adanya rumah atau batok (bony shell) yang keras dan kaku. Batok kura-kura ini
terdiri dari dua bagia. Bagian atas yang menutupi punggung di sebut karapaks dan
bagian bawah di sebut plastron. Kemudian dari setiap bagiannya terdiri dari dua
lapis. Lapisan luar umunya berupa sisik besar dank eras, dan tersusun seperti
11
genting, sementara lapisan bagian alam berupa lempeng tulang yang tersusun
rapat seperti tempurung (Chin Kwok, 2009).
Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai daerah gurun, padang rumput,
hutan, rawa dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di air
tawar maupun di lautan. Kura-kura ada yang bersifat pemakan tumbuhan, daging
dan campuran. Kura-kura tidak memiliki gigi akan tetapi perkerasan tulang di
maoncong kura-kura sanggup memotong apa saja yang menjadi makanannya.
Ukuran tubuh kura-kura bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar ((Chin
Kwok, 2009).
Gambar Karapaks dan tubuh kura-kura
(sumber: Miller, 1997)
Macam Kura-Kura
H. spinosa di sebut kura-kura matahari, banyak ditemukana di hutan hujan
tropis dataran rendah samapai ketinggian sedang. Kura-kura matahari mempunyai
bentuk karapaks yang unik, bagian sisisnya runcing panjang dan menyerupai
panacaran sinar matahari. Warna karapaks kuning, hitam dan coklat yang cerah,
12
terutama pada usia muda. Status kura-kura matahari terancam punah, karena jenis
ini banyak disukai sehingga sering di cari di alam untuk dijadikan hewan
peliharaan. Habitatnya adalah wilayah hutan yang lembab, terkadang berada di
sungai kecil dan dangkal. Persebaran alami jenis ini adalah di Sumatera. Dan
pakan alamai berupa tumbuhan dan hewan (Susandarini Ratna, 2012).
Gambar H. spinosa
Sumber : ( Susandarini Ratna, 2012).
13
14
2. Subkelas Synaptosauria
Ordo Protosauria
Protorosauria adalah kelompok punah reptil archosauromorph dari Permian
(tahap Changhsingian) terbaru hingga awal Trias Akhir (tahap Carnian) dari Asia,
Eropa, Amerika Utara. Ordo ini diberi nama oleh ahli anatomi Inggris dan ahli
paleontologi Thomas Henry Huxley pada tahun 1871. Nama lain yang sebagian
besar setara dengan Protorosauria meliputi Prolacertiformes dan Prolacertilia.
Protorosaurs dibedakan berdasarkan leher panjangnya dibentuk oleh tulang
leher memanjang, yang memiliki tulang rusuk yang memperpanjang kebelakang
pada tulang belakang mereka. Protorosaurs juga memiliki kesenjangan antara
tulang kuadrat dan tulang Jugal di belakang tengkorak dekat sendi rahang,
membuat tengkorak mereka menyerupai
tentang kadal. Protosaurs adalah saudara
jauh dari archosaurs - pterosaurus,
dinosaurus dan buaya. Mereka semua
mati pada awal Jurassic, sekitar 205 juta
tahun yang lalu. Tanystropheus adalah
salah satu contoh dari ordo Protosauria.
Tanystropheus mati pada akhir periode
Triassic, sekitar 215 juta tahun yang
Gambar 1. Tanystropheus
(Sumber: )
lalu.
Ordo Sauropterygia
Secara terminologi Sauro berarti kadal dan ptryginos berarti bersayap. Jadi
Sauropterygia bisa disebut sebagai kadal bersayap.
menyatakan
bahwa
Sauropterygia
ini
merupakan
Beberapa literaturr
Seper
Ordo
dengan
15
umum dari Plesiosaurus yakni: (1) pada umumnya memiliki leher yang panjang,
(2) mempunyai sirip untuk membantunya berenang, (3) berkulit halus, (4) hidup
di air.
3. Subkelas Ichthyosauria
Ichtyosauria ini berasal dari kata Ichtys yaitu ikan, dan sauros yang berarti
kadal. Ichtyosaurus ini merupakan kelompok reptile laut yang berukuran raksasa
dan bentuknya menyerupai ikan serta lumba-lumba. Berdasarkan rekaman fosil
hewan ini hidup pada zaman Mesozoikum. Hewan ini hidup di laut yang
menyerupai lumba-lumba dengan sirip yang tereduksi. Ordo Icthyosauria ini
hidup pada zaman Mesozoik yang mempunyai mata cukup besar serta ekornya
vertical (Hickman,2011).
Gambar 2. Plesiosaurus: salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo Plesiosauria (en.wikipedia.org)
bercabang dua dan hidrodinamik. Rata-rata hewan ini tumbuh sekitar panjang 2-4
16
m dengan kepalanya moncong panjang yang dipenuhi dengan gigi. Bentuk tubuh
yang seperti itu untuk memudahkan hewan ini berenang dengan kecepatan tinggi
di air (Motani,2000). Ichtyosaurus ini memiliki anggota gerak berbentuk sirip
yang digunakan untuk stabilisasi dan pengendalian arah, bukan sebagai
penggerak. Anggota tubuh hewan ini yang berfungsi sebagai penggerak adalah
ekornya. Reptile laut ini secara kasat mata mempunyai kemiripan dengan ikan,
dimana kemiripan tersebut dapat dalam dihubungkan dengan konvergen evolusi.
Satu fakta tentang Ichtyosaurus yaitu memiliki tulang telinga yang besar dan
berfungsi untuk menyampaikan getaran halus dalam air dan lingkungan sekitarnya
sehingga memudahkan Ichthyosaurus dalam mencari makan serta menghindari
dari serangan predator. Berdasarkan para ahli fosil Icthysaurus ini makan terutama
ikan dan cumi-cumi. Reproduksi Ichthyosaurus secara vivipar yaitu dengan
melahirkan anaknya. Hal ini dikarenakan ahli paleontology menemukan berbagai
spesimen fosil yang di dalamnya terdapat bayi sehingga para ahli paleontology
menyimpulkan bahwa hewan ini tidak bertelur seperti reptile darat, tetapi
melahirkan anaknya. Yang dimungkinkan anak yang baru dilahirkan sudah
terdapat ekor untuk member kesempatan menyesuaikan diri dengan air dan
mencegah tenggelam di dalam air.
4. Subkelas Lepidosauria
Ordo Squamata memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Tuti Kurniati,dkk. 2009 ):
17
18
Draco volans
Famili Scincidae
Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik
sikloid yang sama besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup
oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya tipis dengan papilla yang
berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting.Tipe giginya
pleurodont.Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata
yang jelas.Ekornya panjang dan rapuh.Contoh spesies famili ini adalah
Mabouya multifasciata.
19
Mabouya multifasciata
Famili Varanidae
Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang
bulat di bagian dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan
terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher dan badannnya.Lehernya
panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang berbentuk
polygonal.Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont.Pupil
matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata (Zug, 1993).
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus
komodoensis ) yang panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo
persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara. Suku
varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu marga
Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga
Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang
bersalah dari kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang
bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.
Famili Gekkonidae
Varanus komodoensis
20
Gekko vittatus
21
ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki
kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik
yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo
Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan
dengan ligament elastis (Zug, 1993).
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ
tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris,
paru-paru kiri umumnya vestigial atau mereduksi.Memiliki organ perasa
sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ Jacobson ada
pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor.Ada
sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk
melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran
darah mangsa (Zug, 1993).
Gambar penampang lateral tengkorak Phyton
22
Ular mengenali bau mangsa atau bau benda yang lain dengan
caramenjulurkan lidahnya. Pada saat lidahnya menjulur kemudian ditarik
kembali ke dalam mulut, terdapat pertikel-pertikel yang menempel
dipermukaan lidahnya. Kemudian partikel bau tersebut dilewatkanmelalui
dua rongga kecil yang mengarah ke organ Jacobson. Ronggayang
mengarah ke organ Jacobson dilapisi dengan jaringan sensitif yang
membantu daam proses keseluruhan proses penciuman ular.Setelah
partikel dilewatkan ke rongga dan organ Jacobson, komposisipartikel
dipecah dan dikirim ke otak melalui serangkaian struktursaraf yang
kompleks. Otak kemudian menerjemahkan partikel-partikel ini dan
mengidentifikasi apakah partikel tersebut milik mangsa, feromon dari ular
yang lain atau bersumber dari benda-benda yang dikenal atau tidak
dikenal. Lidah pada ualr bercabangkarena disesuaikan dengan fungsinya
yaitu untuk menyalurkanpartikel ke kedua lubang yang mengarah ke organ
Jacobson. Adanyadua lubang itulah yang mengharuskan ular untuk
melewatkanpartikel secara bersamaan ke dalam lubang tersebut
(Crawford, 2006).
Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :
Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili
Pythonidae, dan Boidae.
Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka
(bagian depan). Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.
Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa
pada saat tidak dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.
Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi
belakangnya. Contohnya pada Famili Hydrophiidae
23
Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk
melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu
pencernaannya, yaitu :
Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu
dengan cara menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa
tipe ini adalah: Colubridae dan Viperidae.
Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa
jenis ini menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung
sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili
yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik.Dalam arti, banyak famili yang
sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.
Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf
mangsanya lemah sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa
dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili
yang memiliki bisa tipe ini.
Pergerakan Ular
24
25
Typhlops sp.
Famili Boidae
Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya
26
Corallus sp.
Famili Hydropiidae
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki
bisa yang tinggi.Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini
kebanyakan Proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin.Biasanya
warnanya belang-belang dan sangat mencolok.Bagian ekor termodifikasi
menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsiuntuk membantu
pergerakan di air.Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu
kebanykan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat.Untuk
spesies Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur
dan untuk Aipysurus laevis cenderung untuk hidup di daerah terumbu
karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke
permukaan untuk bernafas
Pelamis platurus
Famili Elapidae
Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular
berbisa yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari
61 genus dengan 231 spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi
27
bisa tipe Solenoglypha dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada
cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin.Dekat kekerabatannya
dengan Famili Hydrophiidae.Pupil mata membulat karena kebanyakan
merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m
(Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang
ovovivipar (Hemachatus).
Ophiophagus hannah
Famili Colubridae
Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili
yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik,
melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval
dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis.Ekor umumnya
silindris dan meruncing.Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies
ular di dunia.Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau
kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia.Gigi bisanya tipe
proteroglypha dengan bisa haemotoxinGenusnya antara.lain: Homalopsis,
Natrix, Ptyas, dan Elaphe.
28
Diadophis punctatus
Famili Viperidae
Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis
haemotoxin.Famili ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di
gurun.Namun ada pula yang hidup di daerah tropis.Tersebar hampir di
seluruh dunia.Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk
tebal dengan pergerakan menyamping.Memiliki facial pit sebagai
thermosensor.Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang
ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur.Subfamili yang ada di
Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.
Vipers sp.
Famili Pythonidae
Python merupakan famili dari ular tidak berbisa.Beberapa
mengelompokkannya sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae.
Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian
premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling depan dan tengah dari
rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuanTropis.Merupakan
29
ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python
reticulatus).Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan
tungkai belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka.Taji
ini lebih besar pada yang jantan dan berguna untu merangsang
pasangannya pada saat kopulasi.
Phyton reticulates
Famili Xenopeltidae
Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena
sisiknya berkilau bila terkena cahaya.Famili ini mempunyai lapisan
pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang
menambah terang kilauannya.Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor
merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam
tanah.Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug,
1993).
Xenopeltis unicolor
30
Reproduksi
Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah
telurnya bisa beberapa butir saja hingga puluhan dan ratusan.Ular
meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapu, atau
di bawah timbunan daun-daun kering.Beberapa jenis ular diketahui
menunggui telurnya hingga menetas.
Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular
bangkai laut, melahirkan anaknya. Melahirkan disini tidak seperti pada
mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh
induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil.Sejenis ular
primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh
ini hanya diketahui yang betinanya saja. Ular kecil yang seperti cacing ini
diduga mampu bertelur dan berkembang biak tanpa ular jantan.
5. Subkelas Archosauria
Pada sup kelas archosauria dibagi lagi menjadi 2 Ordo, yaitu Ordo
Thecodontia dan Ordo Crocodilia. Namun, pada materi kali ini akan ditekankan
pada Ordo Crocodila, karena masih ada spesies yang hidup, sedang spesies dari
Ordo Thecodontia sudah punah. Secara umum crocodylia dan alligatoridae tidak
dapat mempertahnkan suhu tubuhnya sendiri, untuk itu mereka harus berjemur
untuk menjaga suhu tubuhnya (30-35C). Hewan ini berkembangbiak secara
ovipar, telurnya akan diletakkan disarang yang mereka buat dari ranting, lumpr,
tanah dan pasir dan akan diinkubasi selama 2,5 sampai 3 bulan. telur yang dibuahi
akan menetas menjadi pejantan jika suhu inkubai antara 31-32C, dengan waktu
menetas yang lebih cepat dan menjadi betina jika suhu inkubasi antara 28-29C,
dengan waktu menetas yang lebih lama.
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Class
: Reptilia
Subclass
: Archosauria
Ordo
: Thecodontia
Ordo
: Crocodylia
31
1. Familia
: Crocodylidae
2. Familia
: Alligatoridae
3. Familia
: Gavialidae
a. Ordo Thecodontia
Spesies dari ordo ini hidup pada zaman triasic dan sekarang tinggal
fosilnya saja. Thecodont ini memiliki karakteristik bentuk primitive,seperti
fenestra antorbital. Serta memiliki gigi socket yang tertanam dirahang yang
disebut dengan tipe thecodont (Brusatte et al., 2010).
b. Ordo Crocodylia
Ordo ini memiliki ciri, yaitu bentuk badan memanjang dan kuat, tengkorak
yang kuat, memanjang (moncong) dan otot-otot rahang yang masif yang tersusun
untuk dapat menganga dengan lebar dan dapat ditutup dengan kuat. Giginya
tersusun dalam socket dan tipe giginya disebut thecodon yang khas dari semua
archosaurus. Terdapat langit-langit sekunder yang sempurna, sehingga buaya
dapat bernapas ketika mulut diisi dengan air atau makanan, maupun keduanya.
Memiliki 4 ruang jantung dengan foramen panizzae. Dibagian punggung sisiksisik itu tersusun teratur berderet ke arah tranversal dan mengalami penulangan
membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral
32
bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida,
keras dan kuat. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorsolateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang
membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah.
Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan
suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya
menyelam. Ekor panjang dan kuat serta memipih. Tungkai relatif pendek tetapi
cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai
depan berjari 5 tanpa selaput. Memiliki habitat di perairan tawar, asin, dan air
payau (Hickman et al., 2008).
1. Familia Crocodilydae
Secara umum familia ini memiliki karakteristik, yaitu moncong meruncing
dengan bentuk yang hampir segitiga, saat mengatup kedua deret gigi terlihat jelas.
Kedua tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar.
Terdapat baris tunggal sisik belakang kepala yang melintang dibagian tengkuk.
a) Subfamili Mekosuchinae.
Merupakan nenek moyang dari buaya air asin, dan hidup di masa EosenPleistosen.berasal dari australia dan pasifik selatan (Nesbitt, 2013)
33
c) Subfamili Tomistominae
Hanya satu genus yang tersisa dan masih hidup dari enam genus.
Moncongnya menyempit seperti buaya gavial.
34
Gambar :
Alligator mississippiensis
b) Genus Caiman
Tidak memiliki tulang sekat antara lubang hidung dan adanya sisik yang
tumpang tindih dan menebal. Caiman lebih lincah dari pada alligator,
cara bergerak mirip dengan buaya, giginyalebih panjang an lebih tajam
dari pada gigi alligator. Pada saat menutup, gigi yang terlihat hanya gigi
bagian atas. Memiliki hidung bulat dan daerah kepala yang pipih, datar
dan luas. Garis punggung lebih jelas. Habitatnya adalah lingkungan
terestrial, danau, sungai, hutan bakau, rawa. Lebih toleran terhadap
kondisi yang lebih dingin.
35
Aligator
Tropikal
Subtropikal
Tidak berhibernasi
Berhibernasi
Pejantan dapat tumbuh hingga 19 kaki Pejantan tumbuh hingga 14 kaki
atau lebih
Agresif
Moncong lebih lancip (V)
Lebih jinak
Moncong lebih membutal (U)
36
Giginya terlihat lebih banyak ketika mulut Hanya sedikit gigi yang terlihat saat mulut
tertutup
Hidup di air payau, air asin
Dewasa : Coklat dan berwarna cerah
Memiliki Integumentary Sense Organ
tertutup
Hidup diair tawar
Dewasa : Hitam keabuan
Hanya memiliki Integumentary Sense
diseluruh tubuh
Organ dibagian mulut
Bersarang di lumpur/pasir disekitar anak Bersarang jauh dari vegetasi air tawar.
sungai payau atau asin.
Buaya dan aligator memiliki small sensory pits di atas dan dibawah rahangnya.
Integumentary Sense Organ berfungsi untuk mendeteksi perubahan tekanan di air dan
membantu mendeteksi/menangkap mangsa.
6. Subkelas Synapsida
a) Ordo Pterosauria (Flying Reptile)
Karakteristik (Hickman et al, 2001):
(Pteron=bersayap; sauros=kadal)
Hidup pada masa mesozoik
Memiliki sayap membraneus
Penyebarannya luas
Contohnya: Pterosaurus
(Sauros=kadal, ischio=bentuk)
Merupakan dinosaurus masa mesozoik
Hewan yang berjalan dengan 2 kaki bersifat
karnivora,hewan yang berjalan dengan 4 kaki bersifat
herbivora
Memiliki struktur pinggang reptil primitif
Contohnya: Omeisaurus tianfuensis danTheropod
37
(Ornis=burung, ischion=bentuk)
Merupakan dinosaurus masa mesozoik
Hewan herbivora berparuh
Bentuk menyerupai burung
Contohnya: Ornitischia
1. SUBKELAS SYNAPSIDA
a) Ordo Pelycosauria (Gr. Pelyx= mangkuk; sauros= kadal)
Karakteristik (Hickman et al, 2001):
Hidup pada masa Karbon dan Permian
Hewan herbivora dan karnivora
Berukuran cukup besar, beberapa kecil
Mengembangkan sirip yang tinggi dari pemanjangan tulangbelakang
Contohnya adalah Dimetrodon dan Edaphosaurus
38