ANESTESI EPIDURAL:
CERVICAL BLOCK, CAUDAL BLOCK, DAN WELA
Oleh :
Adwina Syafitri
030.11.008
Pembimbing :
Dr. Purwito Nugroho, Sp.An
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Adwina Syafitri
NIM
: 030.11.008
Fakultas
: Kedokteran Umum
Universitas
: Universitas Trisakti
Tingkat
Bidang Pendidikan
Diajukan
: September 2015
Pembimbing
PEMBIMBING
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah memberikan kasih, rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul
Anestesi Epidural: Cervical Block, Caudal Block, dan WELA ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu Anestesiologi dan
Rawat Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di RSUD Kota Semarang periode 10
Agustus 2015 sampai 12 September 2015. Melalui makalah ini, penulis ingin mencoba
menyajikan informasi mengenai Anestesi Epidural: Cervical Block, Caudal Block, dan
WELA bagi para pembaca, khususnya kalangan medis dan paramedis, dengan harapan agar
menambah pengetahuan mengenai prosedur pelaksanaannya.
Dalam penyusunan makalah ini, ada berbagai hambatan dalam memperoleh
informasi, seperti sulitnya memperoleh keakuratan data dengan melakukan seleksi dari
berbagai sumber, serta kurangnya pengalaman penulis dalam menyusun makalah ilmiah.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Dr. Susi Herawati, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
2. Dr. Purwito Nugroho, Sp.An. M.M, selaku pembimbing makalah serta pembimbing
Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Rawat Intensif di BLU RSUD Kota Semarang.
3. Dr. Donni Indra Kusuma, Sp.An, Msi.Med, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Anestesiologi BLU RSUD Kota Semarang.
4. Dr. Satrio, Sp.An , selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi BLU RSUD
Kota Semarang.
5. Dr. Taufik, Sp.An , selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi BLU RSUD
Kota Semarang.
6. Dr. Ibnu, selaku residen Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang.
7. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Anestesiologi BLU RSUD Kota
Semarang Periode 10 Agustus 2015 sampai 12 September 2015.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan karena kemampuan dan pengalaman
penulis yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak, supaya makalah ini dapat menjadi lebih
iii
baik, dan dapat berguna bagi yang membacanya. Penulis mohon maaf yang sebesarbesarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
iv
PENDAHULUAN
Anestesi berasal dari kata Yunani an yang berarti tidak atau tanpa dan aesthtos
yang berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa. Kata anestesia diperkenalkan oleh
Oliver Wendell Holmes pada tahun 1846 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri
pembedahan. Analgesia ialah pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran pasien.1
Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total, yaitu hilangnya
kesadaran secara total; anestesi lokal yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang
diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh); anestesi regional yaitu hilangnya rasa pada
bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blockade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang
berhubungan dengannya.2
Anestesi regional dibagi menjadi blok sentral (blok neuroaksial) yang meliputi blok
spinal, epidural dan kaudal, serta blok perifer (blok saraf) seperti blok pleksus brakialis,
aksiler, analgesia regional intravena, dan lain-lain.3 Ferdinand Cathelin dan Jean Sigard
pertama kali memperkenalkan anestesi epidural kaudal pada tahun 1901. Sedangkan anestesi
epidural lumbal diperkenalkan oleh Fridel Pages pada tahun 1921 yang diikuti oleh Achille
Doglioti pada tahun 1931.
Anestesi lokal semakin berkembang dan meluas pemakaiannya mengingat berbagai
keuntungan yang ditawarkan diantaranya relatif murah, pengaruh sistemik minimal,
menghasilkan analgesi adekuat dan kemampuan mencegah respons stress secara lebih
sempurna. Namun demikian tanpa keterampilan dan pengetahuan tentang farmakologi obat
anestesi lokal, komplikasi dan manajemen serta pencegahan dan persiapannya akan
membahayakan karena datangnya komplikasi sangat cepat dan tak terduga. Bila pemahaman
teori kurang memadai bisa berakibat fatal karena tidak terdeteksi dan terantisipasi dengan
cepat dan tepat.4 Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai berbagai hal tentang 3 jenis
anestesi epidural yaitu cervical block, caudal block, dan WELA (Walking Epidural Lumbar
Analgesia).
PEMBAHASAN
Anestesi Epidural
Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat di
ruang epidural (peridural, ekstradural). Anestesi epidural merupakan salah satu bentuk teknik
blok neuroaksial, dimana penggunaannya lebih luas daripada anestesia spinal. Blok epidural
2
dapat dilakukan melalui pendekatan lumbal, torakal, servikal, atau sakral (yang lazim disebut
blok kaudal). Teknik epidural sangat luas penggunaannya pada anestesia operatif, analgesia
untuk kasus-kasus obstetri, analgesia post operatif dan untuk penanggulangan nyeri kronis.
Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal yang terletak di
bagian lateral. Awal kerja anestesia epidural lebih lambat dibanding anestesia spinal,
sedangkan kualitas blokade sensorik-motorik juga lebih lemah.1
Anatomi
Medula spinalis berawal pada foramen magnum, sebagai lanjutan dari medula
oblongata, dan meneruskan diri sampai setinggi vertebra lumbalis pertama atau kedua.
Medula spinalis terbungkus rapat oleh membran yang disebut pia mater dan dikelilingi cairan
serebrospinalis (LCS) yang merupakan lanjutan langsung LCS yang mengelilingi otak. LCS
terisi dalam ruang yang tertutup oleh membran ganda, yaitu dura mater dan arakhnoid mater.5
Dura mater, arakhnoid mater, dan pia mater (sesuai urutan lapisan terluar hingga
terdalam) adalah meninges, yaitu tiga membran yang membungkus susunan saraf pusat. Dura
mater adalah pembungkus inelastik kuat yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan-lapisan ini
biasanya melekat erat, tetapi di beberapa tempat keduanya terpisah untuk membentuk rongga
berisi darah, sinus dural, atau rongga yang lebih besar, sinus venosus. Darah vena yang
berasal dari otak mengalir ke sinus ini untuk dikembalikan ke jantung. LCS juga masuk
kembali ke darah di salah satu dari sinus-sinus ini. Arakhnoid mater adalah lapisan halus kaya
pembuluh darah dengan penampakan sarang laba-laba. Ruang antara lapisan arakhnoid dan
pia mater di bawahnya, ruang subaraknoid, terisi oleh LCS. Penonjolan jaringan arakhnoid,
vili arakhnoid, menembus celah-celah di dura di atasnya dan menonjol ke dalam sinus dura.
LCS direabsorpsi menembus permukaan vilus-vilus ini untuk masuk ke sirkulasi darah di
dalam sinus. Pia mater adalah lapisan yang paling rapuh dan memiliki banyak pembuluh
darah, serta melekat erat ke permukaan otak dan medula spinalis.6 Dura (dan demikian juga
ruang subaraknoid) meluas sebagai pipa yang ujungnya tersembunyi setinggi vertebra
sakralis kedua.5
Radiks nervus spinalis berjalan ke segmen tubuh di bawah foramen magnum
meninggalkan medula dan melintas melalui ruang subaraknoid. Terdapat 8 nervus servikalis,
12 nervus torakalis, 5 lumbalis, 5 sakralis, dan 1 koksigealis. Karena medula spinalis berakhir
setinggi L2 pada orang dewasa, maka semua radiks nervus di bawah lumbal kedua (yaitu
yang membentuk pleksus lumbalis dan sakralis serta mempersarafi tungkai dan perineum)
melintas hampir vertikal ke bawah ke ruang subaraknoid dalam suatu serabut, yang umumnya
3
dikenal sebagai cauda equina sebelum meninggalkan foramen intervertebralis masingmasing. Pada daerah ini nervus terendam dalam LCS dan disinilah ruang yang paling mudah
dimasuki dengan jarum yang diselipkan di antara vertebra lumbalis, dan anestesi lokal
disuntikkan untuk memberikan blok spinalis. Semua nervis torakalis (T1 sampai T2)
memberikan serabut vasokonstriktor simpatis.5
memberikan stabilisasi leher yang lebih baik selama prosedur tetapi tidak baik untuk orang
yang rentan terhadap pusing. Setelah dilakukan tindakan a dan antiseptik, disuntikkan
anestesi lokal pada kulit dengan lidokain 1%2% di ruang antara C6-C7 atau C7-T1. Kemudian
disuntikkan jarum Tuohy dengan pendekatan midline (garis tengah) sampai berada di ligamen
posterior. Pendekatan midline dipakai untuk menghindari vena besar yang terletak di lateral.
Stilet kemudian dilepaskan dan syringe untuk uji hilangnya tahanan dihubungkan pada jarum.
Dua sampai tiga ml udara atau normal saline harus berada di dalam syringe. Jarum perlahanlahan disuntikkan 12 mm setiap kalinya sambil mengecek hilangnya tahanan. Saat tahanan
hilang, jarum difiksasi dan dicoba aspirasi untuk mengecek adanya darah atau LCS. Apabila
negatif, dapat disuntikkan anestetik lokal. Prosedur ini kadang melibatkan penyuntikan
kortikosteroid ke dalam ruang epidural. Kortikosteroid adalah obat anti inflamasi yang kuat
dan tahan lama, yang biasanya digunakan untuk penatalaksanaan nyeri kronis akibat kelainan
tulang servikal seperti herniasi diskus servikal atau stenosis spinal yang menyebabkan
terjepitnya saraf sehingga terjadi inflamasi pada saraf.10
Dosis obat
Pilihan obat anestetik tergantung pada durasi yang diperlukan. Pada regio torakal dan
servikal, durasi anestesi epiduralnya 15% lebih pendek dari regio lumbar. Volume dari
anestetik lokal yang diperlukan untuk memblokir seluruh servikal dan 4-5 dermatom adalah
8-12 ml. Dosis inisial sebanyak 8 ml direkomendasikan. Apabila tidak adekuat, maka
tambahan sebanyak 12 ml diberikan setelah menunggu selama 30 menit. Konsentrasi
anestetik lokal tergantung pada apakah diperlukan blok motorik penuh, analgesi sensoris atau
blok simpatik.12
Indikasi
1. Pembedahan pada leher, ekstremitas atas, dan dada.
2. Nyeri
-
Nyeri akut: seperti pada herpes zoster akut, Raynauds disease yang mengenai
ekstremitas atas, cedera pada pleksus brakialis atau cabangnya
Nyeri kronis: kondisi degeneratif pada tulang servikal seperti herniasi diskus
servikal atau stenosis spinal.
Kontraindikasi
1. Absolut:
-
Pasien menolak
Hipertensi intrakranial
2. Relatif:
-
Kehamilan
Hiperglikemia
Supresi adrenal
Immune compromise
CHF
Komplikasi
1. Paraplegia atau kematian, disebabkan karena cedera pada medula spinalis yang dapat
terjadi karena hematoma, infeksi epidural, atau pun trauma langsung dari jarum
epidural.
2. High spinal, akibat kesalahan penyuntikan obat ke ruang subaraknoid.
3. Reaksi toksik, berupa sakit kepala, kesemutan, kesulitan bicara, gangguan
pengelihatan, kedutan otot, kejang dan koma yang disebabkan akibat salah kesalahan
penyuntikan ke pembuluh darah.
4. Hipotensi, akibat blok simpatis dan vasodilatasi perifer
5. Berkurangnya fungsi pernapasan, akibat efek anestetik lokal pada nervus phrenikus
(C3-C5)13
Caudal Block (Anestesi Kaudal)
Definisi
Caudal block atau anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena
kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang
kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligametum sakrokoksigeal tanpa
tulang, yang analog dengan gabungan antara ligamentum supraspinosum, ligamentum
8
interspinosum dan ligamentum flavum. Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus venosus,
filum terminal dan kantung dura.3 Teknik ini sering digunakan pada anak-anak dan sudah
jarang dilakukan pada orang dewasa, karena ruang epidural lumbar dan torakal lebih mudah
diakses pada orang dewasa dibandingkan dengan ruang kaudal. Selain itu, hiatus sakralis
lebih sulit untuk diidentifikasi dan ruang kaudal lebih sulit untuk dimasuki seiring dengan
bertambahnya usia, dimana tulang sakral mulai menyatu, serta meningkatnya resiko
penyuntikan anestetik lokal ke fetus karena letak fetus yang dekat dengan area penyuntikan.14
Teknik caudal block
Posisi pasien telungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih rendah
dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama pada wanita hamil. Untuk penyuntikan dapat
digunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena (venocath, abbocath) ukuran
20-22. Lakukan identifikasi hiatus sakralis yang diperoleh dengan menemukan kornu sakralis
kanan dan kiri serta spina iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan
tersebut diperoleh hiatus sakralis. Selain itu, lokasi hiatus sakralis dapat ditemukan dengan
terlebih dahulu mempalpasi koksigeus, lalu palpasi ke arah sefalad (menuju kepala) sampai
teraba lekukan pada kulit. Setelah dilakukan tindakan a dan antiseptic pada daerah hiatus
sakralis, jarum ditusukkan dengan posisi 45 terhadap kulit dan dimasukkan hingga terasa
klik yang menandakan jarum menembus ligamen sakrokoksigeal. Kemudian jarum
diarahkan ke arah sefalad dengan posisi mengarah ke aksis kanalis spinalis. Lakukan aspirasi
untuk melihat adanya LCS atau pun darah. Hasil tes aspirasi yang negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan penempatan di intravaskular atau intratekal sehingga harus
selalu diperhatikan tanda toksisitas akut selama penyuntikan obat. Penyuntikan tidak boleh
lebih dari 10 ml/ 30 detik. Sejumlah kecil anestetik lokal disuntikkan sebagai test dose (2-4
ml) dan tidak boleh menghasilkan tonjolan pada jaringan subkutan, atau rasa adanya tahanan
saat penyuntikan obat, atau pun efek sistemik seperti aritmia, kesemutan di sekitar mulut, rasa
baal atau hipotensi. Apabila test dose tidak menimbulkan efek apa pun maka sisa obat
disuntikan, jarum dikeluarkan, dan pasien diposisikan untuk pembedahan.3,15
10
Indikasi
a. Untuk pembedahan di bawah umbilikus, seperti koreksi hernia, pencangkokan kulit,
pembedahan pada ekstremitas bawah, dan tindakan di sekitar anus dan perineum.
b. Analgesi obstetri untuk persalinan dengan bantuan alat. Harus dilakukan dengan hatihati karena letak kepala fetus yang dekat dengan area penyuntikan.
c. Nyeri kronis, seperti nyeri pada kaki akibat prolapse diskus intervertebralis.15
Kontraindikasi
a. Pasien menolak
b. Infeksi pada tempat penusukan
c. Kista pilonidal
d. Koagulopati
e. Anomali kongenital pada spinal dan meninges15
Komplikasi
a. Injeksi intravaskular atau intraoseus, yang dapat menyebabkan kejang grand mal
dan/atau serangan kardio-respiratorik.
11
b. Penyuntikan dura, yang dapat menyebabkan blok spinal apabila dosis untuk caudal
block disuntikkan ke dalam ruang subaraknoid. Pasien akan mengalami apneu dan
hipotensi dengan cepat. Penatalaksanaannya adalah dengan mengontrol jalan napas
dan pernapasan, dan penatalaksanaan tekanan darah dengan pemberian cairan
intravena serta vasopressor seperti efedrin.
c. Perforasi rektum. Kontaminasi dari jarum sangat berbahaya apabila masuk ke dalam
ruang epidural.
d. Sepsis
e. Retensi urin
f. Block gagal atau tidak sempurna
g. Hematom15
WELA (Walking Epidural Lumbar Analgesia)
Definisi
WELA (Walking Epidural Lumbar Analgesia) merupakan teknik persalinan bebas
nyeri yang menggunakan teknik seperti anestesi epidural, dimana ibu dapat melakukan
persalinan normal bebas nyeri dan ibu tetap dapat mengejan, serta bergerak. Teknik ini
memberikan kenyaman bagi ibu- ibu yang menghendaki proses kelahiran bayinya tanpa
merasakan adanya nyeri. WELA dilakukan saat proses persalinan telah terjadi yaitu ditandai
dengan adanya kontraksi rahim dan rasa nyeri, dan biasanya dilakukan setelah pembukaan
serviks 2 cm.18
Nyeri saat persalinan kala I berasal dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang
dijalarkan melalui serabut saraf eferen yang berasal dari uterus bersama rantai simpatis dan
memasuki medula spinalis pada level T10-L1. Nyeri pada ahir kala I dan awalkala II berasal
dari stimulasi nyeri struktur pelvis yang dipersarafi oleh serabut saraf sensorik lumbal bawah.
Nyeri selama persalinan berasal dari distensi perineum oleh bagian terbawah janin,
peregangan dan tarikan perineum menyebabkan transmisi sinyal nyeri dari tiga segmen sakral
yaitu S2-S4.19 Pada teknik ini obat analgesi disuntikan melalui interspace L 2-3 atau L3-4 menuju
ruang epidural (sama seperti pelaksanaan anestesi epidural). Adapun blok yang kita inginkan
setinggi T10- S5 yang mempersarafi uterus dan jalan lahir pada proses persalinan.18
Ada beberapa persyaratan untuk melakukan tindakan WELA, antara lain20:
1. Atas permintaan pasien
2. Ibu tidak memiliki panggul sempit.
3. Ibu tidak pernah melakukan sectio caesarea sebelumnya.
12
4. Dilahirkan di kamar bersalin Rumah Sakit yang memiliki alat- alat kelengkapan
resusitasi/ alat emergensi.
5. Mengisi dan menandatangani persetujuan tindakan.
6. Dilakukan oleh dokter spesialis anestesi.
Teknik WELA (analgesia epidural)
1. Posisi pasien pada saat penyuntikan epidural bisa dilakukan dengan posisi duduk
(sitting position) maupun posisi miring (lateral decubitus).
2. Tusukan jarum epidural biasanya dikerjakan pada ketinggian L3-4, karena jarak antara
ligamentum flavum-duramater pada ketinggian ini adalah yang terlebar.3
14
Indikasi
Indikasi untuk melakukan WELA dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan ibu dan
janin:
2. Ibu
-
3.
Bayi
-
Bayi prematur18
Kontraindikasi
-
Ibu menolak
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat analgesia epidural / WELA pada persalinan
antara lain:
-
Hipotensi
Hipotensi (penurunan tekanan darah arteri sistolik sebesar 20- 30% atau lebih
rendah dari 100mmHg). Hipotensi disebabkan oleh karena: blok serabut saraf
simpatis yang menimbulkan vasodilatasi. Selain itu pada ibu hamil juga terjadi
15
aorto caval syndrome dimana uterus menekan v.cava dan aorta sehingga aliran
balik ke jantung terganggu.
Pencegahan: mendorong rahim ke kiri, pemberian cairan kristaloid 500- 1000ml,
oksigenasi, jika tekanan darah tetap rendah kurang dari 90mmHg dapat diberikan
-
KESIMPULAN
Anestesia adalah keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat
dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Analgesia ialah pemberian obat
untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Terdapat beberapa tipe
anestesi, yaitu anestesi total, anestesi lokal, dan anestesi regional. Anestesi regional dibagi
menjadi blok sentral (blok neuroaksial) yang meliputi blok spinal, epidural dan kaudal, serta
blok perifer (blok saraf) seperti blok pleksus brakialis, aksiler, analgesia regional intravena,
dan lain-lain.
Anestesi epidural servikal atau cervical block adalah anestesi regional yang
menghasilkan blokade dari pleksus servikal superfisial (C1/C4) dan brakialis (C5/T1-T2).
Teknik ini digunakan baik untuk intraoperatif maupun penanganan pada post operatif, serta
16
tatalaksana nyeri kronis. Pada teknik ini disuntikkan obat anestetik lokal, steroid, ataupun
keduanya. Steroid berguna sebagai anti inflamasi pada pengobatan nyeri kronik.
Caudal block atau anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena
kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang
kaudal melalui hiatus sakralis. Teknik ini sering digunakan pada anak-anak dan sudah jarang
dilakukan pada orang dewasa. Indikasinya yaitu untuk pembedahan di bawah umbilikus,
analgesi obstetri untuk persalinan dengan bantuan alat, dan penatalaksanaan nyeri kronis.
WELA (Walking Epidural Lumbar Analgesia) merupakan teknik persalinan bebas
nyeri yang menggunakan teknik seperti anestesi epidural, dimana ibu dapat melakukan
persalinan normal bebas nyeri dan ibu tetap dapat mengejan, serta bergerak. Indikasi WELA
diantaranya adalah pasien yang merasakan nyeri sekali dalam persalinan, persalinan kala I
yang lama sekali dan nyeri sekali, pasien dengan perasaan cemas dan takut, Kehamilan
dengan kelainan sistem kardiovaskuler seperti, preeklampsia dan eklampsia, dan bayi
prematur.
Anestesi lokal semakin berkembang dan meluas pemakaiannya mengingat berbagai
keuntungan yang ditawarkan diantaranya relatif murah, pengaruh sistemik minimal,
menghasilkan analgesi adekuat dan kemampuan mencegah respons stress secara lebih
sempurna. Namun demikian tanpa keterampilan dan pengetahuan tentang farmakologi obat
anestesi lokal, komplikasi dan manajemen serta pencegahan dan persiapannya akan
membahayakan karena datangnya komplikasi sangat cepat dan tak terduga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Introduksi. Anestesiologi. 2nd ed. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2002.p.1
2. Samodro R, Sutiyono D, Satoto HH. Mekanisme kerja obat anestesi lokal. Jurnal
anestesiologi Indonesia 2011.3(1):48-59
3. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Anestesia Regional. Anestesiologi. 2nd ed. Jakarta:
Bagian
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia;2002.p.105-18
4. Marwoto, Primatika AD. Anestesi lokal/regional.In: Soenarjo, Jatmiko HD, editors.
Anestesiologi. Semarang: Ikatan Dokter Spesialis Anestesi dan Reanimasi (IDSAI)
Cabang Jawa-Tengah;2010.p.309
5. Boulton TB, Blogg CE. Anestesi lokal dan regional. In: Wulandari WD, editor.
Anestesiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;1994.p.123-5
17
6. Sherwood L. Susunan saraf pusat. In: Yesdelita N, ed. Fisiologi manusia dari sel ke
sistem. 6th ed. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 2009.p.151-52
7. Anonymous.
Spinal
cord.
Available
at:
http://medical-
MS.
Cervical
epidural
anesthesia.
Available
at:
http://www.pabst-
and
pain
therapy.
4th
ed.
Switzerland:
Springer
International
Available
at:
Publishing;2015.p.226-30
14. Anonymous.
Caudal
block.
Anesthesia
Research
Society.
Caudal
anesthesia,
Available
at:
AH.
Therapeutic
Injections
for
Pain
Management.
Available
at:
http://misc.medscape.com/pi/iphone/medscapeapp/html/A1143675-business.html.
Accessed: September 7th, 2015
17. Anonymous. Caudal anaesthesia. Available at: http://www.frca.co.uk/article.aspx?
articleid=100131. R 7th, 2015.
18. Muhiman M, Sembalangi H, Iskandar S, Lolong RW. Penanggulangan Nyeri pada
Persalinan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1986; 41-90.
19. Susilowati D, Leksaba E, Harahap MS. Anestesi obstetri. In: Soenarjo, Jatmiko HD,
editors. Anestesiologi. Semarang: Ikatan Dokter Spesialis Anestesi dan Reanimasi
(IDSAI) Cabang Jawa-Tengah;2010.p.332
18
20. Mayo Clinic. Labor and delivery. Available at: http://www.mayoclinic.org/healthyliving/labor-and-delivery/indepth/labor-and-delivery/art.20049326. Accessed: September
4th, 2015
21. Healthwise
Staff.
Childbirth:
epidurals.
2015.
https://myhealth.alberta.ca/health/Pages/conditions.aspx?hwid=tn7466.
Available
at:
Accessed:
Regional
anaesthesia
and
analgesia.
Available
at:
19