Anda di halaman 1dari 7

PEDOMAN PENGAMATAN KEADAAN LAPANG OPT PADI

I. LATAR BELAKANG

Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan dampak perubahan iklim


(DPI) merupakan kendala utama dalam program peningkatan produksi tanaman
pangan. Kerusakan akibat serangan OPT dan DPI sangat bervariasi, mulai dari
ringan sampai dengan kerusakan yang berakibat gagal panen (puso). Keberadaan
populasi dan serangan OPT serta DPI kadang sulit diperkirakan oleh petani bahkan
oleh petugas lapang sekalipun. Oleh karena itu, pada umumnya para pelaku
perlindungan tanaman mengetahui keberadaannya pada saat populasi atau
serangan OPT sudah relatif tinggi bahkan setelah timbul gejala kerusakan, sehingga
upaya pengendalian yang dilakukan menjadi kurang efisien.

Untuk itu keberhasilan dalam pengelolaan OPT dan DPI tanaman pangan
sangat ditentukan oleh kelayakan teknik pengamatan (surveilans), peramalan dan
pengendaliannya, dan pengamatan merupakan tahapan yang sangat penting.
Pengamatan juga merupakan faktor kunci untuk keberhasilan pengelolaan OPT
dalam pengumpulan data dan informasi keberadaan OPT di lapang. Oleh sebab itu
kegiatan pengamatan atau suveilans merupakan kegiatan yang harus diberikan porsi
dan peran yang strategis, karena keberhasilan pengamatan akan sangat
menentukan kelayakan dalam kegiatan pengelolaan OPT pada tahap berikutnya,
yaitu kegiatan peramalan maupun pengendaliannya.

Sehubungan dengan itu untuk mendukung program peningkatan produksi,


BBPOPT pada TA.2013 akan melakukan pengawalan dan pengamanan produksi di
tingkat lapang, dengan kegiatan pengamatan keadaan lapang OPT padi (surveilans)
di daerah endemis dan sentra produksi ditambah dengan pengawalan di daerah
binaan P2BN . Berkaitan dengan kebijakan dari Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dalam upaya peningkatan produksi, Ditlin Tanaman Pangan dan BBPOPT
dituntut agar mampu melakukan pengawalan dan pengamanan produksi dari
kerusakan akibat serangan OPT sampai pada batas kategori tingkat serangan
ringan.

Page 1|7
II. TUJUAN
Untuk mendapatkan data dan informasi tentang keadaan OPT/DPI,
pertanaman dalam rangka pengawalan dan pengamanan produksi padi.

III. SASARAN
Terlaksananya kegiatan pengamatan (surveilans), peramalan dan
bimbingan teknis pengendalian OPT di daerah endemis dan sentra produksi;
Dilaksanakannya saran tindak (rekomendasi) yang disampaikan kepada
Dinas Pertanian setempat (kabupaten) melalui petugas lapang.

IV. BAHAN DAN METODE

a. Bahan dan Alat


Bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan surveilans antara lain : ATK
(pensil, kertas HVS, ballpoint, penggaris, spidol permanen); bahan komputer
(tinta komputer) dan bahan kegiatan (alkohol, plastik vial, kapas, dan
kantong sampel).

b. Metode Pengamatan
Pengamatan pada surveilans sebagai kegiatan pengamatan keadaan
lapang OPT padi dilaksanakan dengan pengamatan yang difokuskan di
tingkat kabupaten dengan ; (1) pengumpulan data sekunder/pendukung
yang dikumpulkan dari Dinas Pertanian atau Laboratorium PHP/AH atau
koordinator POPT, POPT, KCD atau petugas lapang di tingkat kabupaten
dan (2) pengamatan langsung di lapangan/pertanaman terhadap keadaan
pertanaman, populasi/serangan OPT dan DPI dengan mencari lokasi-lokasi
yang menunjukkan gejala spot hopperburn dan sumber serangan di tingkat
kecamatan atau desa.

1). Pengumpulan Data Sekunder/Pendukung


Data/informasi sekunder yang dikumpulkan dalam kegiatan ini
bersumber dari instansi terkait (Dinas Pertanian, Laboratorium PHP/AH)
yang terdiri dari :

Komposisi varietas tanaman padi yang ditanam di lapangan;

Page 2|7
Serangan OPT (luas tambah serangan, luas keadaan, luas
pengendalian dan tanaman terancam) dan dampak perubahan iklim
(banjir dan kekeringan);
Upaya yang telah dilakukan untuk antisipasi dalam
penanggulangan serangan OPT dan dampak perubahan iklim.

Form pengumpulan data sekunder terlampir

2). Pengumpulan Data Primer/Hasil Pengamatan


Data/informasi primer yang dikumpulkan dalam kegiatan ini bersumber
dari hasil pengamatan lapangan (surveilans) yang terdiri dari :

Data populasi dan atau intensitas serangan OPT serta jumlah


spot serangan OPT yang ditemukan dari hasil pengamatan dengan
pengambilan contoh;
Data populasi musuh alami (predator) yang ditemukan dari
hasil pengamatan dengan pengambilan contoh;
Upaya yang telah dilakukan oleh petani untuk antisipasi dalam
penanggulangan serangan OPT dan dampak perubahan iklim.

3). Teknik Penentuan Lokasi


Pengamatan lapangan (surveilans) dilakukan dengan pengamatan
visual. Teknik penentuan lokasi dilakukan secara purposif berdasarkan
laporan dari petugas dan informasi dari petani yang dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
Wilayah contoh dalam pelaksanaan pengamatan (surveilans) ini
adalah kabupaten;
Setiap kabupaten contoh diambil minimum 3(tiga) kecamatan contoh
dari jumlah kecamatan yang ada di kabupaten yang dipilih secara
purposif
Penentuan kecamatan contoh dilakukan pula dengan mencari lokasi-
lokasi yang menunjukkan gejala spot serangan OPT serta mencari
lokasi yang menjadi sumber populasi/serangan OPT;
Setiap kecamatan contoh terpilih ditentukan minimum 3 (tiga)
desa/hamparan contoh yang didasarkan prevalensi hamparan
terhadap serangan OPT (kerentanan varietas, stadia tanaman);

Page 3|7
Setiap hamparan contoh diamati 30 (tiga puluh) rumpun contoh yang
terbagi dalam 3 sub petak alami yang menggambarkan keadaan
hamparan contoh

C. Penilaian Serangan / Kerusakan OPT


Penilaian tingkat kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan gejala
serangan OPT yang sifatnya sangat seragam. Kerusakan tanaman oleh
serangan OPT dikelompokan menjadi kerusakan mutlak (atau yang
dianggap mutlak) dan tidak mutlak. Form pengamatan penilaian tingkat
kerusakan tanaman oleh serangan OPT terlampir.

a. Kerusakan Mutlak
Untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau
dianggap mutlak digunakan rumus sebagai berikut :

a
I = ------------ x 100%
a+b

Keterangan:
I = Intensitas serangan (%)
a = Banyaknya contoh (daun, pucuk, bunga, buah, malai, gabah, tunas, tanaman,
rumpun/bagian tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak
b = Banyaknya contoh yang tidak rusak (tidak menunjukan gejala serangan)

Rumus tersebut digunakan untuk menilai serangan OPT yang


menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap mutlak pada daun,
pucuk, bunga, buah, tunas, malai, gabah, rumpun/bagian tanaman padi.
Berikut bagian tanaman padi dan OPT yang yang menyerang :
- Penggerek batang (tunas dan malai)
- Ganjur (tunas)
- Tikus (tunas dan malai)
- Walang sangit (gabah)
- Ulat grayak (malai)
- Babi hutan (rumpun)
- Burung (malai)
- Orong-orong (tunas)
- Uret (tunas)
- Siput murbei (rumpun)
- Penyakit blas dan busuk leher (leher malai dan batang)
- Tungro (rumpun)
- Bercak coklat (gabah)
- Noda palsu (gabah)
- Kerdil rumput (rumpun)
- Kerdil kuning (rumpun)
Page 4|7
- Daun jingga (rumpun)
- Kerdil hampa (malai)
- Penyakit kembang api (malai)

b. Kerusakan Tidak Mutlak


Untuk menilai serangan OPT yang tidak menimbulkan kerusakan mutlak
digunakan rumus sebagai berikut :

0 (ni x vi)
I = -------------------- x 100 %
Zxn

Keterangan:
I = Intensitas serangan (%)
ni = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala kerusakan Vi
vi = Nilai skala kerusakan contoh ke-i
N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh yang diamati
Z = Nilai skala kerusakan tertinggi

Rumus tersebut diatas digunakan untuk menilai gejala serangan OPT


pada tanaman padi sebagai berikut :
- Penyaki blas (daun)
- Bakteri hawar daun (daun)
- Hawar pelepah daun (pelepah daun)
- Bakteri daun bergaris (daun)
- Bercak coklat (daun)
- Bercak daun coklat bergaris (daun)
- Bacterial red stripe (daun)
- Ulat grayak (daun)
- Hama putih (daun)
- Hama putih palsu (daun)
- Belalang (daun)
- Ulat daun (daun)
- Wereng batang coklat (rumpun)
- Kepinding tanah (rumpun)
- Lalat daun (daun)
- Penyakit bakanae (tunas)

Page 5|7
V. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN

Data hasil pengamatan lapangan (surveilans) yang didapatkan dari pelaksanaan


kegiatan ini dianalisis, dilaporkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan sasaran dari
pelaksanaan kegiatan, yaitu :

V.1. Rekapitulasi dan Analisis Data Hasil Pengamatan


Semua data hasil pengamatan pada setiap lokasi direkapitulasi dalam tabulasi
data yang meliputi jumlah populasi dan intensitas serangan per
lokasi/hamparan. Formulir rekapitulasi dan analisis data hasil pengamatan
terlampir.

V.2. Prediksi Perkembangan Populasi/Serangan OPT


Data rata-rata populasi/intensitas serangan OPT hasil pengamatan pada
surveilans selanjutnya digunakan untuk memprediksi perkembangan
populasi/intensitas serangannya pada periode atau masa pertumbuhan
pertanaman selanjutnya (sampai menjelang panen). Prediksi untuk
perkembangan populasi/intensitas serangan OPT dilakukan dengan
mengimplementasikan model peramalan populasi/intensitas serangan OPT
(kausal dalam musim) yang telah dikembangkan oleh Balai Besar Peramalan
OPT.

NO OPT MODEL PERSAMAAN

1 PBP Log Yt+1 = 10 ^ (0.942*Log(Yt) + 0.100 ; CL = 0.257 R2 = 0.88

2 WBC Log Yt+1 = 10 ^ (0.827*Log(Yt) + 0.040 ; CL = 0.20 R2 = 0.78

3 TIKUS Log Yt+1 = 10 ^ (0.791*Log(Yt) + 0.360 ; CL = 0.42 R2 = 0.68

4 TUNGRO Log Yt+1 = 10 ^ (0.988*Log(Yt) + 0.156 ; CL = 0.312 R2 = 0.76

5 BLAS Log Yt+1 = 10 ^ (0.761*Log(Yt) + 0.2047 ; CL = 0.43 R2 = 0.62

6 BLB Log Yt+1 = 10 ^ (0.882*Log(Yt) + 0.05 ; CL = 0.3 R2 = 0.85

Log Y=0.4285+0.3836*Log(X1+1)+0.4394*Log(X2+1) 0.2866; R2=


8 UG
0.70

V.3. Rekomendasi

Page 6|7
Rekomendasi atau saran tindak dibuat setelah melakukan pengamatan.
Rekomendasi diberikan kepada POPT dan koodinator tingkat kabupaten serta
Kepala LPHPTPH. Formulir rekomendasi terlampir.

Page 7|7

Anda mungkin juga menyukai