Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

FRAKTUR TIBIA DEXTRA

1. Pokok Bahasan : Fraktur Tibia Dextra


2. Sub Pokok Bahasan : Fraktur Tibia Dextra
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Pada akhir proses penyuluhan, diharapkan semua peserta penyuluhan mengerti
dan memahami tentang Fraktur Tibia Dextra dan cara mengatasi, mendeteksi, mencegah,
dan cara mengobatinya.
b. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan peserta mampu;
Memahami tentang pengertian patah tibia dextra
Mengenal tentang penyebab patah tibia dextra
Mengerti tentang tanda dan gejalanya
Mengenal macam-macam patah tulang
Mengetahui tentang cara penatalaksanaanya
4. Hari/tanggal : 03 Desember 2013
5. Waktu : 09.00-selesai
6. Tempat : SMA 1 Jaya Kusuma

7. Sasaran
a. Langsung : Keluarga dan Pasien Poli Bedah RSSA sanglah
b. Tidak langsung : Keluarga dan Pasien Poli Bedah RSSA sanglah
8. Materi
a. Pengertian patah tulang tibia dextra
b. Penyebab patah tulang tibia dextra
c. Tanda dan gejala patah tulang tibia dextra
d. Macam-macam patah tulang
e. Penatalaksanaan patah tulang tibia dextra
f. Pencegahan infeksi pada patah tulang tibia dextra
9. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Role Model
10. Media
a. LCD
b. Leaflet
11. Evaluasi
a) Evaluasi Struktur
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan di lakksanakan di Poli Bedah RSU Dr. SAIFUL
ANWAR SANGLAH
3) Pengorganisasian penyuluhan dilakukan sebelumnya
b) Evaluasi Proses
1) Peserta antusias dengan materi penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan tanpa alas an
penting
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan memahami pertanyaan dengan baik.
c). Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami tentang Fraktur Tibia
Dextra meliputi:
a. Pengertian patah tulang tibia dextra
b. Macam-macam patah tulang
c. Penyebab patah tulang tibia dextra
d. Tanda dan gejala patah tulang tibia dextra
e. Penatalaksanaan patah tulang tibia dextra
f. Peserta penyuluhan memberikan pertanyaan tentang Fraktur Tibia Dextra
permasalahan yang dialami serta cara mengatasi.

Tahap Kegiatan Kegiatan perawat Kegiatan klien Media


Pembukaan Salam pembuka Mendengarkan Ceramah / leaflet
keterangan penyaji
(5 menit) Memperkenalkan diri
Menjelaskan maksud dan tujuan
Membagikan leaflet

Penyajian Menyampaikan materi : Memperhatikan danCeramah


mendengarkan
( 30 menit ) a. Pengertian patah tulang tibiaketerangan penyaji
dextra
b. Penyebab patah tulang tibia
dextra
c. Tanda dan gejala patah tulang
tibia dextra
d. Macam-macam patah tulang
e. Penatalaksanaan patah tulang
tibia dextra
f. Pencegahan infeksi pada patah
tulang tibia dextra

Penutup Melakukan tanya jawab Mendengarkan danCeramah


bertanya
( 10 menit ) Menutup pertemuan
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Fraktur Tibia Dextra


Patah tulang adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasaan (E. Oerswari, 1989).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).
Fraktur terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang bersangkutan sedang atau
pernah berhubungan dengan dunia luar.

B. Penyebab Fraktur Tibia Dextra


a. Trauma:
Di dalam : penyebab ruda paksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.
Di luar : fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
b. Patologis ( penyakit pada tulang )
c. Degenerasi spontan.

C. Macam-macam Fraktur Tibia Dextra


Patah Tulang Terbuka , bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar
karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
1) Derajat I- luka kurang dari 1 cm- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka
remuk.- fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.- Kontaminasi ringan.
2) Derajat II- Laserasi lebih dari 1 cm- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse- Fraktur
komuniti sedang.
3) Derajat III Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler sertakontaminasi derajat tinggi.

D. Tanda dan Gejala


1.Deformitas daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2.Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi

E. Penatalaksanaan Fraktur
1. Penatalaksanaan secara Umum
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi
(circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru
lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila
lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis
secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai
dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada
jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
2. Penatalaksanaan Kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya
fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur,
penting untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.
Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat
dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk
mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan
nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari
gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera
diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian
dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan
dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai
bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau
lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk
menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah
kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan
bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di
atas.
Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan dengan
lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin
harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut.

F.Komplikasi

Perdarahan, syok septik, kematian


Tetanus
Gangren
Kekakuan sendi
Perdarahan sekunder
Osteomielitis kronik
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing, alih bahasa: Agung
Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 2.
Jakarta :EGC.

Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problem. Fifth Edition Mosby.

Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.

Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of Disease Process. Alih
bahasa: Peter Anugerah, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4 vol. 2. Jakarta :EGC.

Sjamsuhidajat.(2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai