KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
Disusun oleh :
MOH. IRFAN
DAFTAR ISI
Daftar isi.............................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN ........................................................
1.1......................................................................... Latar
Belakang Masalah.............................................
1.2......................................................................... Tujuan
dan Manfaat Penulisan......................................
BAB 2
BAB 3
1. PENUTUP ..........................................................
2. KESIMPULAN..
3. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Industri pertambangan minyak dan gas bumi (migas) merupakan sektor
industri yang memberikan peranan cukup besar bagi perekonomian negara
mulai dari peningkatan ekspor, peningkatan aktivitas ekonomi, sampai pada
meningkatkan pendapatan negara maupun pendapatan daerah. Hal tersebut
terbukti dari adanya fakta bahwa sektor energi dan sumber daya mineral
menyumbang sekitar 20-30% dari total pemasukan negara. Selain
memberikan peranan besar bagi perekonomian negara, industri
pertambangan migas juga memegang peranan penting dalam pemenuhan
kebutuhan energi di Indonesia. Sebagian besar kebutuhan energi untuk
transportasi, listrik, industri, bahkan kegiatan rumah tangga di Indonesia
berasal dari sumber daya migas. Oleh karena itu, sektor industri
pertambangan migas memiliki peranan yang sangat penting bagi Indonesia
Ada istilah "Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati", penulis tertarik untuk mengadopsi
istilah baru "Lebih Baik Mencegah Resiko Daripada Menanggung Rugi". Mengapa? Ini
mengingat begitu banyak resiko yang berpotensi mengancam stabilitas produksi Migas saat ini
maupun dikemudian hari. Untuk itu pemaksimalan potensi Migas juga dapat tercipta dengan
memperkuat sektor keselamatan dan keamanan kerja pada sektor Hulu. Acuan dasar terlihat jelas
pada UU No.1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja; Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja;
hingga Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang komite kesehatan
dan keselamatan kerja sektor kesehatan.
1.2.Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
Memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Awal pembelajaran mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja didalam
dunia kerja.
Pembelajaran bagi penulis dalam menuangkan gagasan atau ilmu yang dikuasi
dalam bentuk tulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pekerja atau teknisi sangat diperlukan ketika sedang
bekerja. Namun tidak hanya untuk subyek pekerja (manusia) saja, tetapi K3 juga penting untuk
obyek (material) yaitu benda-benda yang dikenai pekerjaan, alat-alat serta lingkungan tempat
bekerja. Oleh karena itu sangat diperlukan kepedulian manusia sebagai personil yang bisa
berperan aktif dalam mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Online Register
2. Tes Online Bahasa Inggris
3. Psikotes
4. Interview User
5. Medical Check Up
6. Pengumuman Kelulusan
1. Baterai (Accumulator)
Berfungsi untuk menyediakan arus listrik tegangan rendah (biasanya 12 volt) untuk
ignition coil.
2. Kunci Kontak
Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari baterai ke sirkuit
primer
3. Ignition Coil
Berfungsi untuk menaikan tegangan yang diberikan oleh baterai menjadi tegangan
tinggi yang diperlukan untuk pengapian.
(
4. Distributor
Fungsi distributor membagi dan menyalurkan arus tegangan tinggi ke setiap busi
sesuai dengan urutan pengapian (FO)
Bagian-bagian distributor
Cam (nok) berfungsi untuk membuka breaker point (platina) pada sudut
crankshaft (poros engkol) yang tepat pada masing-masing selinder.
Breaker point (platina) berfungsi untuk memutuskan arus listrik yang mengalir
melalui kumparan primer dari ignition coil untuk menghasilkan arus tegangan tinggi
pada kumparan sekunder dengan cara induksi magnet listrik (eletromagnetic
induction).
Capasitor/kondensor berfungsi untuk menyerap bunga api yang terjadi antara
breaker point (pada platina) pada saat membuka dengan tujuan untuk menaikan
tegangan coil sekunder.
Centrifugal Gavernor Advancer berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai
putaran mesin.
Vacum Advancer berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan
beban mesin (vacun intake manifold).
Rotor berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan
oleh ignition coil ke tiap-tiap busi.
Distributor Cap berfungsi untuk membagi-bagikan arus listrik tegangan tinggi dari
rotor ke kabel tegangan tinggi untuk masing-masing selinder.
Gambar 7 busi
(vespamaker.blogspot.com)
7. Transistor
Berfungsi untuk memutus dan menghubungkan arus primer
Gambar 8 Tansistor
(www.upload.gen.tr)
Koil rusak
Tahanan primer tidak tepat Ganti dengan yang baru menurut keperluan
2.6.Pemeliharaan
2.6.1. Prosedur Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem Pengapian
Komponen-komponen pengapian otomotif itu komplek dan seringkali rapuh,
karenanya selalu berhati-hati pada waktu melakukan prosedur servis. Gagal dalam
menjalankan pedoman servis dapat mengakibatkan kerusakan system yang sangat
merugikan.
Beberapa macam servis mengharuskan system pengapian energi tinggi dan system
pengisian bahan bakar tidak diaktifkan.
Amati prosedur yang dianjurkan berikut.
Penanganan yang tidak tepat dapat mengakibatkan:
Kecelakaan atau kematian
Kebakaran kendaraan
Kerusakan engine
Kerusakan komponen elektronik.
2.6.2 Pencegahan
Bila kendaraan mempunyai sistem bahan bakar elektronik komputernya mempunyai
memori yang memuat informasi diagnosa dalam bentuk kode. Melepaskan
hubungan terminal baterai dapat menghapus kode tsb. Bila system bahan bakar
rusak, pastikan kerusakannya dengan menggunakan kode sebelum melepaskan
baterai mobil.
Memori dapat disusun kembali setelah beberapa urutan menghidupkan mobill.
Pelepasan baterai dapat mempengaruhi jam, radio dan memori.
2.6.3 Pemeriksaan Pendahuluan Sistem Pengapian
Untuk setiap kesalahan pengapian pemeriksaan visual pendahuluan harus dilakukan
dahulu sebelum melakukan prosedur diagnosa kerusakan yang lebih luas.
Periksalah semua pemasangan kawat listrik bila terbakar, isolasinya rusak atau
terminal-terminalnya longgar.
Periksalah kabel bertegangan tinggi bila terbakar atau isolasinya rusak dan
terminal-terminalnya berkarat.
Periksalah koil pengapian bila rusak atau olinya bocor.
Periksalah distributornya bila sekrup-sekrupnya, kontak-kontaknya longgar,
distel.
2.6.4.3 Timing Light
Timing light digunakan untuk memeriksa dan menyetel saat pengapian sesuai
dengan sudut putar poros engkol dimana secara langsung berhubungan dengan
posisi piston Begitu saat pengapian disetel, selanjutnya akan dikendalikan oleh
system pengatur pegapian mekanik, vacuum atau elektronik. Timing light yang
digunakan bersamaan dengan meter pengatur pengapian memastikan system
pemajuan pengapian bekerja sesuai dengan spesifikasi pabrik.
2.6.5.Pengetesan Komponen Sistem Pengapian
2.6.5.1. Pengetesan Coil Pengapian
Pengecekan Lilitan Primer
Pemeriksaan resistensi harus dilakukan utnuk mengetes lilitan primeir. Untuk
mengetes lilitan primeir, baca ohm meter dengan menggunakan AVO METER,
hubungkan pada kedua terminal primeir, dan bacaannya secara akurat dicatat
Bacaan tersebut harus cocok dengan spesifikasi pabrik.
Contoh:
Koil 12V 2,5 sampai 3 Ohm
Koil Ballast 1,5 sampai 2 Ohm
Koil Hei 0,8 sampai 1 Ohm.
Bacaan yang benar akan menunjukkan bahwa baik rangkaian dan faktanya tidak
ada yang korslet.
Coil Lilitan Sekunder
Untuk mengetes lilitan sekunder maka test resistansi harus dilakukan pada lilitan
sekunder. Ohmmeter (Diatur pada salah satu rentang yang tinggi) dihubungkan
diantara outlet tegangan tinggi dan salah satu dari terminal primer. Pabrik
menentukan rentang resistansi dimana nilai sekundernya berada pengaturan umum
dari nilai-nilai tersebut berada diantara 9.000 dan 12.000 ohm.
Bacaan yang benar pada rentang yang telah ditetapkan akan menunjukkan baik
rangkaian yang lengkap dengan hubungan yang baik pada lilitan primer, maupun
lilitan-lilitan tidak korslet bersamaan.
Pengecekan Massa Isolasi
Untuk mengecek kesalahan pemassaan satu seri test lamp (lampu pengetes)
dihubungkan diantara satu dari terminal primer dan wadah logam coil. Lampunya
tidak boleh menyala. Bila menyala, coilnya rusak dan harus diganti.
Pengujian Output
Test out put scunder harus juga diterapkan pada coil menghubungkannya pada
mesin pengetes yang dapat menghasilkan arus yang terganggu. Dengan
menghubungkan outlet tegangan tinggi koil ke celah percikan bunga api yang
berubah-ubah, ukuran maksimum percikan bunga api (atau enerji yang tersedia)
yang dapat diproduksi, dapat diukur. Hal tersebut harus dibandingkan dengan coil
yang baru, lebih kurang 13 mm.
Alat ukur condensor otomotif harus digunakan sesuai dengan kondisi aslinya,
menyediakan tegangan dan siklus pengisian yang mensimulasikan kerjanya pada
engine
2.6.5.3. Pengetesan Kontak Point
Kontak point pengapian memerlukan perawatan yang tinggi dan penting dalam
system pengapian, jika ada keragu-raguan pada kontak point segeralah ganti
a. Periksa permukaan kontak point, warna abu-abu menujukkan pemakaian normal,
permukaan yang berwarna biru tua terbakar menunjukka salah satu dari:
celah terlalu kecil.
Kondensor rusak
Lilitan koil rusak.
b. Pemeriksaan lainnya
Kekuatan pegas.
Kabel listrik dan sambungan.
Celah kontak point.
Keausan poros cam distriburtor.
2.6.5.4. Pengetesan Ballast Resistor
Ballast resistor diperiksa dengan menggunakan ohmmeter, dua kali yaitu saat
engine masih dingin dan pada temperatur kerja.
Resistansi seri
Hubungan singkat atau ke massa
Hubungan singkat internal rangkaian.
Untuk mengecek kapasitor dengan pengujian:
Hubungkan salah satu kabel alat uji ke kabel kapasitor
Hubungkan ujung lainnya ke badan kapasitor.
Hidupkan alat uji.
Putar tombol penguji ke arah capacity
Perhatikan pembacaan alat ukur dan bandingkan dengan spesififkasi pabrik.
Putar tombol penguji ke arah leakage.
Perhatikan pembacaan alat ukur. Penunjukan jarum harus di luar garis merah.
Putar tombol penguji ke arah series resistance.
Perhatikan pembacaan alat ukur. Penunjukan jarum harus di dalam garis merah.
Catatan:
Hubungan singkat ke massa atau hubungan singkat di dalam rangkaian akan
terdeteksi dengan salah satu pengujian ini. Kapasitor dapat diuji dengan
menggunakan alat uji osiloskop.
GambarModul Pengendali Pengapian Elektronik Karena tidak ada cara yang umum
dalam pemeriksaan kotak pemicu, disarankan mengikuti petunjuk yang dijelaskan
oleh pabrik. Instrumen pengujian yang digunakan adalah:
Ohmmeter.
Voltmeter.
Pada beberapa kasus, baterai kering 1,5 V.
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran
di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal
dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Agar kinerja sistem pengapian selalu dalam kondisi
baik maka sistem ini perlu dirawat dengan baik. Perawatan sistem pengapian dengan cara
membersihkan, melumasi dan menyetel komponen atau mesin.
Sistem Pengapian
Komponen sistem pengapian yang cepat kotor adalah busi, platina, ujung rotor dan terminal pada
tutup distributor. Bagian tersebut diatas perlu diperiksa dan dibersihkan kotorannya
menggunakan amplas.
Bagian sistem pengapian yang perlu diberi pelumas adalah Nok dan Rubbing block, Poros Nok
dan Centrifugal Advancer.
Penyetelan sistem pengapian meliputi penyetelan celah busi, celah platina atau besar sudut dwell,
dan penyetelan saat pengapian.
Bagi pemilik kendaraan perawatan dapat dilakukan sendiri dengan alat yang terdapat pada
kelengkapan kendaraan, alat dan bahan yang diperlukan, yaitu:
Alat : Kunci busi; kunci ring nomor 10, 12, 19; obeng (+); obeng (-); feeler gauge; lampu
12 volt dengan dua kabel; multimeter.
Selain alat diatas pada bengkel yang baik menggunakan beberapa alat, diantaranya:
Spark plug cleaner and tester, merupakan alat untuk membersihkan dan memeriksa busi.
1. Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian sistem pengapian.
7. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah platina atau menyetel sudut dwell.
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran
di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal
dan pemakaian bahan bakar yang hemat.
Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin paling sering terjadi dibandingkan
sistem lain.
Berikut akan diuraikan mengenai gejala dari gangguan pada sistem pengapian konvensional
beserta dengan kemungkinan penyebab dan cara mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem
pengapian konvensional.
KEMUNGKINAN
No. GEJALA CARA MENGATASI
PENYEBAB
1 Mesin tidak dapat hidup (tidak Busi mati atau deposit
Ganti busi atau bersihkan.
ada percikan api di busi) berlebihan.
Kabel tegangan tinggi bocor Ganti kabel tegangan
berlebihan. tinggi.
Rotor tidak terpasang. Pasang rotor.
Urutan pengapian tidak benar. Perbaiki urutan pengapian.
Platina terganjal kotoran Bersihkan kotorannya.
Platina menutup terus atau Setel celah platina atau
membuka terus. sudut dwell
Koil mati Ganti koil
Kondensor mati Ganti kondensator
Pasang konektor kabel
Konektor kabel lepas
yang lepas
Kabel putus Ganti atau perbaiki kabel
yang putus
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Sistem pengapian merupakan sistem yang sangat penting dalam dunia otomotif
sehingga mempelajarinya merupakan keharusan. Beberpa hal yang harus diketahui
dari sistem pengapian diantaranya: