Anda di halaman 1dari 11

11/18/2008

Pertussis / Batuk Rejan


Whooping Cough

Kenneth C. Hinton, MD FAAP

Etiologi Pertusis:
Bakteri Bordetella pertussis, batang gram negatif, tumbuh
pada suhu kamar, wajib aerobe, segera mati diluar saluran
nafas.
Bakteri ini menyerang sel-sel epitelium yang
bersilia di bronkus dan menyebabkan
infiltrat selular banyak sekret
hiperplasia jaringan limp nekrosis sel.
Reaksi ini dapat menular kedalam paru-paru
Sindroma whooping cough (batuk paroksismal) yg mirip,
namun lebih ringan, dari Pertussis disebabkan
B. parapertussis, Chlamydia trachomatis
beberapa jenis Adenovirus.

1
11/18/2008

Epidemiolgi Pertussis
Manusia: hospes tuan rumah satu-satunya.
Tidak ada imunitas bawaan. Antibodi terhadap
Pertusis tidak lewat placenta!
Menular via titik-titik pernafasan langsung dr
penderita kepada 90% penduduk serumah (yang
tidak imun)
Sering kali bayi & anak kecil kena infeksi dari kakak
atau dewasa yang menderita secara ringan.
Di USA, 71% kasus pertussis < 5 tahun & 38% < 6
bulan. 1.3% kasus fatal pada yang < 1 bulan. 0.3%
fatal pada bayi yang berumur 2-11 bulan

Epidemiolgi Pertussis
Masa inkubasi / tunas: 6 20 hari
(rata-rata 7 10 hari)
Masa infektiviti / tular: Paling mudah menular
pada Stadium Kataral (sebelum paroksisma)
Bisa menular selama 3 minggu, atau 5 hari
sesudah Erythromicin dimulai.
Bayi prematur & pasien yang kena penyakit
jantung, paru-paru otot atau saraf-otot
(neuromuscular) beresiko tinggi menderita
pertusis dan kena komplikasinya.

2
11/18/2008

Gambaran Klinis Pertussis


Stadium Kataral: 1-2 minggu

Stadum Paroksisma / Spasmotik:


4-6 minggu (bisa sampai 10 minggu)

Stadium Konvalesen / Penyembuhan:


2 4 minggu

Stadium Kataral: 1-2 minggu


Mulai seperti ISPA biasa

Febris absen atau ringan,

Makin lama makin batuk keras terutama


batuk malam

3
11/18/2008

Stadum Paroksisma / Spasmotik


4-6 minggu

Batuk berat yg singkat dan rangkaian 5 20


batuk tanpa bernafas. Muka bisa menjadi
merah, sianosis & edema, vena-vena leher
melebar, mata menonjol & lidah terjulur
Setelah rangkaian batuk tanpa bernafas itu,
pasien menarik nafas keras dengan suara
whoop yang melengking tinggi merupai suara
burung laut,
Kemudian proses tersebut dapat terulang lagi.

Stadum Paroksisma / Spasmotik

4
11/18/2008

Stadum Paroksisma / Spasmotik


4-6 minggu

Proses ini berhenti kalau pasien


mengularkan lendir kental atau muntah-
muntah.
Habis semua ini, pasien terbaring
kelelahan, berkeringat, & sesak nafas.
1

Rangsangan apapun dapat memulai proses


ini kembali.
Febris tetap ringan kalau ada.

Stadum Paroksisma / Spasmotik


4-6 minggu

Pada bayi dibawa 3 bulan, whoopnya


biasanya tidak ada, namum bayi tersebut
sering apnea lama & mati.
80% kasus fatal terjadi pada pasien < 2 tahun
Remaja & dewasa sering tidak bersuara
whoop, hanya ada batuk ngikil yang bertahan
lama.
Anak yang sudah divaksinasi lengkap masih
dapat kena infeksi Pertusis. Kasusnya lebih
ringan tetapi bisa menular!

5
11/18/2008

Stadium Konvalesen / Penyembuhan:


2 4 minggu

Batuk masih ada, tetapi serangan rangkaian


batuk serta whoop makin berkurang
(frekwensi & beratnya)
Tidak ada muntah-muntah lagi.
Akhirnya batukpun makin berkurang sampai
tiada.

Laborat pada Kasus Pertusis


DL/CBC:
Pada minggu pertama, lukopenia mirip gambaran infek. virus
Pada minggu ke2: Hitung limfosit absolut > 10.000 kemungkinan
besar Pertussis
Reaksi Lukomoid dengan total lukosit 20.000-50.000,
dan >60% limposit DxBndg: Lukemia!
Biakan B. pertussis dari nasofaring dengan swab dari dacron dikultur
pada media khusus selama 7 hari.
Paling sering positif pada Stadium Kataral, namun sering fals
negatif
Teknik tes Imunoasai & Imunofloresens membutuh kealihan tinggi
pada personelia laborat

6
11/18/2008

Limfositosis pada Kasus Pertusis


Limfosit pada penderita
Pertussis dengan
nukleus yang lobulated.
Banyak limfosit di Pertussis
disebut atypical
Ada koralasi positif diantara
jumlah imfosit & beratnya
gejala Pertussis

Diagnosa Banding Pertusis


Bronkiolitis (RSV) pada bayi < 6 bulan
Asma
Obstruksi di trakea, benda asing,
penekanan dari kelenjar limf hilus karena
TBC atau tumor mediastinal
Pneumonia virus atau Pneumonia H.
Influenza
Lukemia akut (reaksi lukomoid).
Bentuknya limfosit bukan limfoblast

7
11/18/2008

Komplikasi Pertusis

Pneumonia (20%):
B. pertussis (jarang)
atau bakteri sekunder.
Penyebab kematian
utama pada bayi & balita.
Biasanya pneumonia
diserta febris baru & tinggi. Pneumonia B. pertussis
(Batasan Jantung tertutup infiltrat perhihilar)

Komplikasi Pertusis
Ensefalopati:serta kejang (1%), mungkin dari
hipoxia serebral, pedarahan intrakranial atau
keracunan pertusis.
Perdarahan: Retina,
Subkonjungtiva,Serebrum, Purpura, Petikia
pada air muka
Pneumotoraks
Edema muka, jarang
Prolaps rektum, jarang

8
11/18/2008

Pengobatan Pertusis
Kasus bayi & balita berat perlu MRS untuk perawatan
pernafasan dengan suksion, oksigen, IV (bahaya minum)
Eritromicin (40mg/kg/hari, max: 2 gm, QID X 14 hari)
dapat menolong meringankan perkembangan batuknya
asal dimulai pada stadium kataral.
Pada stadium Paroksismal antibiotika hanya menolong
menghentikan infektiviti.
Trimethoprim-sulfamethoxazole pada pasien yang tidak
tahan eritromicin tetapi manfaatnya belum dibuktikan
Steroid dan Beta2 Agonis mungkin dapat menolong.

Pencegahan Pertusis

Isolirkan kasus dan kontak serumah sampai


minum Eritromicin 5 hari untuk
membasmi baksilnya.
Vaksin Pertussis Whole Cell
Vaksin Pertussis Acellular (aP)

9
11/18/2008

Vaksin Pertussis Whole Cell


Diberi 5x pd bayi yang berumur 2, 4, 6 bulan, 6 12
bulan kemudian dan pada umur 5 7 tahun
(tergabung dengan Vaksin Difteri & Vaksin
Tetanus: DPT).
Anak yang berumur 7 tahun atau > diberi dT (dosis
Vaksin Difteri dikurangi, maka lebih aman bagi
anak sekolah, remaja & dewasa)
Anak yang menerima DPT ke4 sesudah umur 4
tahun tidak perlu diberi DPT ke5.
Anak yang telah menderita Pertussis (terbukti
dengan biakan) tidak perlu menerima Vaksin
Pertussis lagi. Sebagai ganti, berilah DT/dT.

Reaksi terhadap
Vaksin Pertussis Whole Cell
Ringan: Iritibel: 53%, Nyeri lokal: 51%, Febris > 38 C: 47%,
Edema lokal: 40%, Erithema lokal: 37%
Berat:
Anafilaksis (2:100.000), langsung dalam 3 jam sesudah suntikan
Enkefalopati (1:140.000), dalam 7 hari
Konvulsi [dengan/tanpa febris] (6:10.000), dalam 3 hari
Menangis jerit / teriak terus-menerus > 3 jam (1:100), dalam 48
jam
Syok / Pingsan (hipotensi, hiporesponsif) (6:10.000), dalam 48 jam
Febris >40,5 C (3:1000), dalam 48 jam

10
11/18/2008

Reaksi terhadap
Vaksin Pertussis Whole Cell
Bila terjadi salah satu reaksi berat, anak tidak diberi Vaksin
Pertussis Whole Cell lagi. < 7 tahun DT, > 7 tahun dT.
Maka sebelum reseptor Vaksin Pertussis disuntik ulang,
dokter/petugas wajib bertanya tentang reaksi dulu!
Bagi pasien neurologis non-progresif (retardasi mental,
spastis otot, epilepsi yang terkontrol Rx) boleh diberi
vaksin pertussis whole cell.
Banyak dokter menyaran memberi paracetamol (10 15
mg/kg/dosis) sebelum dan setiap 4 6 jam sesudah
vaksin pertussis ini selama 24 48 jam untuk mencegah
febris tinggi (& mungkin konvulsi febris) serta nyeri
lokal.

Vaksin Pertussis Acellular (aP)


Mengandung immunogens dari B. pertussis, bukan sel utuh yang
mati.
Reaksi-reaksi sama, namun lebih ringan & jarang (25-50%).
Kini AAP merekomendasi pemberian Acellular Pertussis Vaccine
untuk semua bayi & anak yang menerima imunisasi rutin.
Biasanya dikombinasi dengan vaksin tetanus toxoid &
diphtheria toxoid: DTaP.
DPT (yang mengandung Whole Cell Pertussis Vaccine) masih
boleh dianjurkan.
Dosis ke 4 boleh diberi sebelum umur 12 bulan apabila sudah
ada 6 bulan sejak dosis ke3 dan kemungkinan besar reseptor
tidak kembali pada umur 15 18 bulan.

11

Anda mungkin juga menyukai