Anda di halaman 1dari 12

PENTINGNYA ETIKA BAGI PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

A. Paparan Masalah
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang
serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan.
Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan
profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Pada hakekatnya
profesionalisme dalam keperawatan didasarkan pada pemahaman adanya suatu landasan
ilmiah yang spesifik dan menjadi dasar pada praktek keperawatan, disertai dengan
adanya kemampuan tenaga keperawatan untuk melaksanakan praktek keperawatan
tersebut dan diterapkan untuk kesejahteraan manusia.
Profesionalisme dalam keperawatan dicapai melalui penerapan standar pendidikan
keperawatan bagi tenaga keperawatan; penerapan standar praktek keperawatan serta
kesadaran untuk menerapkan kode etik keperawatan dalam asuhan/pelayanan
keperawatan. Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin
dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam
merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang
etika dan moral serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar
dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai-nilai pasien selalu menjadi
pertimbangan dan dihormati (Esterhuizen, 1996 dalam Numminen et al., 2008)
Keperawatan profesional telah menekankan sifat etika pada pekerjaan mereka yang
menjadi landasan untuk pengembangan kode etik keperawatan. Kode etik ini
memberikan rujukan pada pembuatan keputusan pada pasien. Oleh karena itu dasar nilai
pada pasien melalui pendekatan pada issu etika sangat diperlukan. Sedangkan teori etika
memberikan penjelasan tentang struktur namun nilai merupakan suatu standar dalam
menentukan perilaku pasien. Selain itu, moral mempromosikan sesuatu tersebut yang
kita anggap baik dan meminimalkan atau menghindari yang kita anggap buruk (Iserson,
2004).
Bekerja dengan penuh aturan akan menciptakan suatu tanggung jawab dalam
praktek lebih lanjut dan melanjutkan pengembangan dari pengetahuan dan skill. Perawat
yang bekerja pada praktek level tinggi akan membutuhkan pemahaman tidak hanya sifat
profesional dan implikasi legal yang menciptakan aturan baru namun juga menciptakan
sifat kehati-hatian dalam dilema etik yang akan menjadi permasalahan yang kompleks
(Quick, 2010). Kualitas perawat profesional dipengaruhi dilema etik dan nilai profesional
keperawatan. Faktor yang berpengaruh dalam kepuasan meliputi usia, dilema etik pada
pasien, kesadaran sosial, keperawatan profesional, dan pelayanan keperawatan
profesional. Tindakan untuk membantu perawat meningkatkan kualitas profesional akan
mempunyai banyak kesempatan untuk berhasil bila berdasar pada nilai dan keyakinan
perawat tentang dilema etik yang mereka temui dan membantu perkembangan penegakan
nilai positif profesional (Kim et al., 2015).

2
Tujuan dari pelayanan keperawatan profesional adalah tak terpisahkan dari etik dan
terlibat untuk melindungi pasien dari bahaya sambil memberikan perawatan yang
menguntungkan bagi pasien (Dekeyser & Berkovits, 2012). Banyak faktor yang terkait
dengan pengembangan dilema etik diantara perawat meliputi medical teknologi,
peningkatan harapan hidup, biaya yang tinggi dari pelayanan kesehatan pada lingkungan
yang sumberdayanya terbatas, waktu yang kurang untuk memberikan pelayanan dan
pertentangan nilai/budaya diantara perawat, psien dan pelayanan kesehatan profesional
yang lain (Kopala & Burkhart, 2005). Perkembangan profesi keperawatan telah

3
membawa kepada peningkatan keikutsertaan perawat pada hak asasi manusia dan hidup
dan mati situasi pembuatan keputusan. Perawat mengalami pengalaman dalam dilema
etik yang banyak di lahan praktik, namun ketersediaan kode etik tidak menjamin mereka
mendapat sebuah jawaban (Lee & Yoo, 2011).
Perawat kadang dihadapkan dengan dilema etik ynag memberikan mereka sebuah
pilihan diantara alternatif yang tidak memuaskan. Konflik yang sering dialami perawat
biasanya ketika tiap pilihan tersebut didukung dengan etika namun juga terdapat
pertimbangan etik pula (Ganz et al., 2014). Permasalahan etika yang perawat temui
ketika melakukan pelayanan adalah seperti yang menyebabkan etik terkait stress dimana
mungkin berkembang menjadi profesional stress, kombinasi dari emosional, fisik, dan
efek psikososial dari yang mereka alami (Maluwa et al., 2012). Konflik etika akhirnya
menjadi penghalang pada pelayanan keperawatan dan pengembangan profesi
keperawatan dan perawat itu sendiri (Park, 2009).
Perawat profesional mengasumsikan tanggungjawab terhadap fungsi pelayanan
mereka ketika berhadapan dengan dilema etik yang sulit untuk diatasi. Mereka
menentukan tindakan yang cocok pada situasi pilihan nilai yang mereka anut. Nilai ini
merupakan sumber tindakan pada kompetensi etika di setting lahan klnik. Dengan kata
lain, profesional yang beraspek pada keperawatan meliputi filosofi, nilai dan ideologi
yang bisa dikombinasikan dengan aspek pekerjaan dan nilai ini berasal dari kombinasi
seharusnya mempromosikan kepuasan profesional dari perawat dan pengakuan publik
dari nilai-nilai kita. Salah satu peran profesional dari keperawatan tidak dapat dipisahkan
dari salah satu nilai etika (Shahriari et al., 2013).
Paparan permasalahan dari berbagai sudat pandang di atas menunjukkan bahwa etika
profesi keperawatan yang tercantum dalam kode etik perawat masih belum dilaksanakan
dengan baik sesuai standar yang sudah ditetapkan. Padahal untuk mencapai perawat yang
profesional dibidangnya diperlukan suatu pemahaman dan aplikasi etika profesi
keperawatan untuk menjadikan semua tindakan perawat menjadi terstandar. Maka dari
itu dalam essai ini, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang peran etika dalam
praktik keperawatan profesional

B. Pembahasan
Etik adalah suatu aplikasi dari nilai dan moral pada aktivitas manusia (Iserson, 2004).
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi
nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia
berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang
dianutnya. Dilema etik yang sering ditemukan dalam praktek keperawatan dapat bersifat
personal ataupun profesional. Dilema etik menjadi sulit dipecahkan bila memerlukan
pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Sebagai tenaga profesional
perawat kadang sulit karena keputusan yang akan diambil keduanya sama-sama memiliki
kebaikan dan keburukan. Pada saat berhadapan dengan dilema etik juga terdapat dampak
emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan
rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi
4
yang baik dari seorang perawat. Penelitian telah memperlihatkan bahwa ketika perawat
takut, pengalaman frustasi, dan etikal distress dimana akan mempengaruhi kemampuan
untuk memberikan rasa aman dan perawatan yang beretika pada pasien (Rodney et al.,
2006). Menurut penelitian Erdil & Kokrmaz (2009) menganjurkan bahwa perawat harus
menginternalisasi peran profesional dan etika dalam rangka untuk membuat keputusan
etika yang efektif.
Etika keperawatan ini lebih dari membuat keputusan dalam dilema etik yang sulit.
Sedangkan dilema etika saat ini tumbuh pesat pada perawatan kesehatan, etika

5
keperawatan, dan hubungan dengan pasien, keluarga dan rekan kerja. Hubungan perawat
dengan yang lain merupakan pusat kemampuan perawat untuk memberikan keamanan,
kompetensi, menghibur, dan etika keperawatan karena kekuatan perkumpulan
etika/moral tergantung dari hubungan tersebut (CNA, 2010).
Etika keperawatan saat ini penting sekali untuk dilakukan agar perawat dalam
melakukan asuhan keperawtan berprilaku sesuai dengan kode etik keperawatan sehingga
tidak menimbulkan kerugian bagi pasien. Kerugian yang dialami pasien akan
menyebabkan ketidakpuasan pasien yang berdampak pada citra perawat dan profesi
keperawatan. Etika keperawatan tersebut diatur didalam kode etik keperawatan namun
dibeberapa negara dimana perawat tidak mempunyai kode etik dalam penggunaanya.
Namun tidak ada jaminan bahwa perawat yang dinegaranya terdapat kode etik atau tidak
ada kode etik akan memberikan perawatan pasien dengan etika (Leino, 2006).
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan
sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat
keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional. Kerangkan pemecahan dilema etik banyak diutarakan dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara ilmiah. Menurut
Kozier et al., (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut (1)
Mengembangkan data dasar. (2) Mengidentifikasi konflik. (3) Membuat tindakan
alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil
akhir atau konsekuensi tindakan tersebut. (4) Menentukan siapa pengambil keputusan
yang tepat. (5) Mendefinisikan kewajiban perawat (6) Membuat keputusan.
Menurut Gililand (2010) prinsip etik meliputi : autonomy, beneficence,
nonmaleficence dan justice yang seharusnya menjadi arahan bagi perawat dalam
menghadapi dilema etik. (1) Autonomy biasanya didefinisikan sebagai self-governance
atau self-determination. Individu bertindak secara otonomi ketika mereka mengambil
keputusan dengan cara dan kepercayaan mereka sendiri sebagai dasar keputusan mereka.
(2) Beneficience mengandung arti kemurahan hati, kebaikan dan derma. Orang harusnya
bertindak dalam rangka memberikan kebaikan untuk orang lain. Peraturan etik ini
diperoleh dari prinsip beneficience yang termasuk didalamnya adalah removing harm,
preventing harm dan menyediakan keuntungan. Beneficience adalah fondasi dasar dari
American Nurses Association Code for Nurses dan menjadi hal yang penting untuk
praktik keperawatan. (3) Nonmaleficience berdasar kepada prinsip bahwa orang memiliki
kewajiban untuk bertindak dalam etika sehingga tidak menimbuklan bahaya untuk orang
lain. Kewajiban ini termasuk bahaya yang sengaja ataupun tidak disengaja baik kelalaian
atau tidak. Untuk sederhananya, aturan etik yang didapat dari prinsip Nonmaleficience
ini adalah tidak melakukan sesuatu yang dapat membahayakan orang lain baik sengaja
atau tidak sengaja dari sebuah tindakan atau kegagalan dalam bertindak. (5) The
principle of justice melingkupi struktur dasar dari society, memperlakukan orang secara
adil, menyediakan pelayanan sesuai hak dan memperlakukan orang pada lingkungan

6
yang sama dengan perlakuan yang sama. Perawat menghadapi dilema etik setiap hari
dalam merawat pasien dan keluarga. Pengambilan keputusan dalam dilema etik seperti
pada elder abuse, membutuhkan pertimbangan sistematis dari adanya prinsip etik yang
berkonflik dan juga teori etik
Fakta menunjukkan bahwa perawat menggunakan nilai personal dan sosial daripada
kode etik untuk membenarkan keputusan etika mereka. Ini mencerminkan pendekatan
pada etik itu sendiri. Ini mungkin membuktikan permasalahan di keperawatan
profesional dan perawatan kesehatan lain. Penggunaan kode etik untuk semua perawat
akan membantu memecahkan masalah (Numminen et al., 2008). Perawat banyak

7
menemukan kegunaan dalam penggunaan kode etik ini. Kode etik ini membantu perawat
dalam mempraktikkan pandangan perawat akan pentingnya kode etik keperawatan dalam
penggunaannya. Menurut Lin et al., (2013) menyatakan bahwa salah satu cara
melaksanakan etika profesi keperawatan adalah dengan menjaga privasi klien dan
meningkatkan kepuasan klien terhadap layanan asuhan keperawatan, maka diperlukan
pendekatan lingkungan selama menjalani asuhan keperawatan. Pendekatan lingkungan
yang dilakukan dengan memberikan privasi dan kenyamanan klien pada saat di rumah
sakit.
Kode etik mengatur tentang hubungan perawat dan klien, perawat dan praktik,
perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat serta perawat dan profesi. Ketika
seseorang memilih untuk menjadi perawat, maka dia telah membuat suatu komitmen
moral untuk merawat semua pasiennya. Pilihan untuk merawat ini tidak didapatkan
dengan mudah seperti yang termaktum dalam kode etik keperawatan The nurse respects
the worth, dignity and rights of all human beings irrespective of the nature of the health
problem (ANA, 2001). Pelaksanaan kode etik sangat berhubungan dengan
profesionalisme dari suatu profesi. Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi
bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu.
Perawat profesional harus menghadapi tanggungjawab etik dan konflik yang mungkin
mereka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional.
Oleh karena itu pemahaman dan aplikasi dari kode etik keperawatan harus
dilakukan. Karena nilai dan etika keperawatan ini sangat dibutuhkan oleh perawat agar
dapat memberikan pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Dengan demikian, standar praktek keperawatan memberikan penekanan pada tanggung
jawab professional dari tenaga keperawatan dalam melaksanakan praktek keperawatan.
Pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan yang diselenggkarakan oleh tenaga
keperawatan di suatu lahan praktik dikategorikan berkualitas jika asuhan keperawatan
yang diberikan sudah sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip etik.

C. Kesimpulan
Etika keperawatan memiliki peran besar bagi perkembangan profesi perawat itu
sendiri. Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan
penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dilema etik
muncul ketika ketaatan pada prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak.
Sehingga diperlukan suatu kerangka dalam pemecahan masalah dilema etik. Kerangka
pemecahan dilema etik sebagai berikut (1) Mengembangkan data dasar. (2)
Mengidentifikasi konflik. (3) Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan
yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan
tersebut. (4) Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat. (5) Mendefinisikan
8
kewajiban perawat (6) Membuat keputusan. Perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan haruslah menggunakan prinsip-prinsip etika keperawatan. Prinsip etik
meliputi : autonomy, beneficence, nonmaleficence dan justice yang seharusnya menjadi
arahan bagi perawat dalam menghadapi dilema etik.Oleh karena itu diperlukan suatu
nilai untuk dapat membimbing ke arah yang benar. Agar profesi keperawatan ini
diterima dan dihargai oleh pasien dan profesi lain maka perawat harus menggunakan
nilai-nilai keperawatan dalam menentukan etika disertai komitmen yang kuat dalam
mengemban peran keperawatan profesionalnya. Sehingga apabila perawat bekerja

9
dengan etika yang profesional maka kualitas asuhan keperawatan akan mengalami
peningkatan.

D. Saran
Diperlukan suatu pendekatan tersendiri agar perawat mampu melaksanakan praktik
professional yang berkualitas. Perawat diharapkan memiliki motivasi yang tinggi untuk
melaksanakan kode etik profesi keperawatan dan perawat hendaknya mempunyai jiwa
yang benar-benar sebagai pemberi pelayanan keperawatan dimana jiwanya selalu tulus
untuk membantu klien dengan latar belakang nilai dan moral yang berbeda-beda pada
setiap klien, sehingga perawat harus lebih peka terhadap pelaksanaan etika keperawatan
yang nanti hasilnya adalah mampu menyelesaikan masalah dilema etika dan
menghasilkan mutu asuhan keperawatan yang berkualitas bermanfaat untuk pasien dan
perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan yang handal dan perawat yang
profesional. Perawat harus menginternalisasi peran profesional dan etika dalam rangka
untuk membuat keputusan etik yang efektif.

10
Reference

American Nurses Association (ANA). (2001). Code of ethics for nurses with interpretive
statements. Silver Spring, MD: Author.

Cerit, B., & Din, L. (2013). Ethical decision-making and professional behaviour among
nurses: A correlational study. Nursing Ethics, 20(2), 200-12.
doi:http://dx.doi.org/10.1177/0969733012455562

CNA. (2010). Ethics, relationships and quality practice environments. Ethics in practice for
registered nurse. Ottawa: author

DeKeyser Ganz F and Berkovitz K. (2012). Surgical nurses perceptions of ethical dilemmas,
moral distress and quality of care. J Adv Nurs, 68, 15161525.

Erdil, F., & Korkmaz, F. (2009). Ethical problems observed by student nurses. Nursing
Ethics, 16(5), 589-98. doi:http://dx.doi.org/10.1177/0969733009106651

Ganz FD, Wagner N and Toren O. (2014). Nurse middle manager ethical dilemmas and
moral distress. Nurs Ethics, 21, 19.

Gililand, M. (2010). A systematic approach to ethical decision-making for nurses confronted


with ethical problems involving elder abuse.
www2.mysanantonio.com/client_pdfs/ElderAbuseHCTEU8-10.pdf

Iserson, K.V. (2004). Ethical Considerations in Emergency Care. Israeli Journal of


Emergency Medicine, Vol 4(2).

Kim, K., Han, Y., & Kim, J. (2015). Korean nurses' ethical dilemmas, professional values
and professional quality of life. Nursing Ethics, 22(4), 467-478.
doi:10.1177/0969733014538892

Kopala B and Burkhart L. (2005). Ethical dilemma andmoral distress: proposed new
NANDA diagnoses. Int J Nurs Terminol Classif, 16, 313.

Kozier, B., Erb G., Berman, A., & Snyder S. J. (2004). Fundamentalsof Nursing Concepts
th
Process and Practice. (7 ed). New Jerney: Pearson Education Line.

Lee KJ and Yoo SY. (2011). Relationships between nurses ethical dilemma, coping types,
job satisfaction and turnover intention in Korea. J Korean Clin Nurs Res, 17, 115.

Leino-Kilpi H.. (2006). 30th anniversary commentary on Esterhuizen P (1996). Is the


professional code still the cornerstone of clinical practice? J Adv Nurs, 23: 2531.

Lin, Yen Ko., Lee, Wei Che., Kuo, Liang Chi., Cheng, Yuan Chia., Ju Lin, Chia., Lin Lin,
Hsing.,Ying Lin, Tsung. (2013). Building an ethical environment improves patient
11
privacy and satisfaction in the crowded emergency department: a quasi-experimental
study. BMC Medical Ethics, 14(1), 1-8.

12
Maluwa VM, Andre J, Ndebele P, et al. (2012). Moral distress in nursing practice in Malawi.
Nurs Ethics, 19, 196207.

Numminen, O., Arend, A.V.D., & Kilpi, H.L. (2008). Nurses codes of ethics in practice and
education: a review of the literature. Scandinavian Journal of Caring Science, 23, 380-
394. doi: doi: 10.1111/j.1471-6712.2008.00608.x

Park HJ. (2009). Ethical dilemma of nurses. J Korean Acad Nurs Admin; 15, 128135.

Quick, J. (2010). Legal, professional and ethical considerations of advanced perioperative


practice. Journal Of Perioperative Practice, 20(5), 177-180.

Rodney,P., Hatrick Doane, G., Storch, J., & Varcoe, C. (2006). Toward a safer moral climate.
Canadian Nurse, 102(8), 24-27.

Shahriari, M., Mohammadi, E., Abbaszadeh, A., & Bahrami, M. (2013). Nursing ethical
values and definitions:A literature review. Iranian Journal of Nursing and Midwifery
Research, 8(1).

13

Anda mungkin juga menyukai