Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA MASYARAKAT


PERKOTAAN
(KEBAHAGIAAN MASYARAKAT KOTA)

KELAS A
KELOMPOK II

1 Entin Prakartini
2 Imam Kurniawan Rizal
3 Indah Permata Putri
4 Marselina
5 Muhammad Dwi Anggara
6 Nur Ikhwan
7 Seno Dwi Aribowo

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada
Masyarakat Perkotaan dapat diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam mata
ajar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP). Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
meluangkan waktunya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
1. Ibu Wiwin Wiarsih, MN, selaku fasilitator kelas A mata ajar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan (KKMP)
2. Teman-teman kelompok IV yang telah bekerjasama menyusun makalah dan
memberikan motivasi dan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Depok, Maret 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi dan Prevalensi Kebahagiaan ........................................................ 3
2.2 Indikator Kebahagiaan ............................................................................... 3
2.3 Mengukur Kebahagiaan.............................................................................. 6
2.4 Hal-hal yang Menghambat Kebahagiaan Masyarakat di Kota................... 7
2.5 Peran Perawat Komunitas........................................................................... 8

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1 Kasus Pemicu.............................................................................................. 10
3.2 Pengkajian Keperawatan............................................................................. 11
3.3 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan................................................... 15
3.4 Intervensi Keperawatan.............................................................................. 16

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 18
4.2 Saran .......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Indeks Kebahagiaan didunia pada tahun 2015


Lampiran 2: Capaian Indeks Kebahagiaan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2014
Lampiran 3: Tabel Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Karakteristik Demografi dan
Ekonomi 2013-2014
Lampiran 4: Tingkat Kepuasan Hidup Terhadap 10 Aspek Kehidupan, Tahun 3013 dan
2014
Lampiran 5: Instrumen WHOQOL-BREF

3
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Kebahagiaan sebagai suatu acuan yang menunjukkan kepuasan masyarakat yaitu
ketika kebutuhan penduduk terpenuhi, memiliki pekerjaan dan tempat-tempat
untuk pergi dan menghabiskan uang dapat memberikan kebahagiaan.
Kebahagiaan juga meningkatkan kemungkinan membuat fasilitas hiburan lebih
banyak. Pengangguran, kesehatan rendah, dan kurangnya keamanan menyebabkan
ketidakbahagiaan pada masyarakat (Buettner, 2016).

World happiness report pertama kali dilaporkan pada April 2012, selanjutnya
dilaporkan pada tahun 2013, dan 2015. Berdasarkan laporan tersebut, negara
dengan tingkat kebahagiaan tertinggi pada tahun 2013 adalah Switzerland sebesar
7.587, dan Togo dengan tingkat kebahagiaan terendah yaitu 2.839. Sedangkan
pada tahun 2015, negara dengan tingkat kebahagiaan tertinggi adalah Denmark
sebesar 7.526, dan Burundi dengan tingkat kebahagiaan terendah yaitu 2.905
(Helliwell, Layard & Sachs, 2015). Indonesia menduduki urutan ke 79 dari 157
negara dengan tingkat kebahagiaan sebesar 5.314 pada tahun 2016. Dari data
tersebut tampak bahwa negara Indonesia mengalami penurunan indeks
kebahagiaan bila dibandingkan pada tahun sebelumnya (Helliwell, Layard &
Sachs, 2016). Indeks kebahagiaan Indonesia tahun 2014 sebesar 68,28, sedangkan
tahun 2013 sebesar 65,11 (pada skala 0-100). Dengan perbandingan bahwa
semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin
bahagia, demikian pula sebaliknya semakin rendah nilai indeks maka penduduk
semakin tidak bahagia. Berdasarkan laporan BPS, provinsi dengan indeks
kebahagiaan tertinggi adalah Kepulauan Riau sebesar 72,42 dan Papua dengan
indeks kebahagiaan terendah yaitu 66,22 (Badan Pusat Statistik, 2015).

Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat


kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut
secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan yang
meliputi kepuasan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah
2

tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial,


kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan dan kondisi keamanan (Bapeda
Bandung, 2015). Dari beberapa aspek indeks kebahagiaan tersebut menjadi
indikator untuk menilai seseorang yang tinggal di perkotaan memiiliki
kebahagiaan, namum tidak semua masyarakat merasakan kebahagiaan secara
1
merata. Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok tertarik untuk membahas
tentang kebahagiaan di masyarakat perkotaan.

2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
tentang kebahagiaan pada masyarakat perkotaan dan asuhan keperawatan
kesehatan jiwa pada masyarakat perkotaan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk menerapkan konsep
kebahagiaan di masyarakat kota yaitu:
1 Definisi dan Prevalensi Kebahagiaan
2 Indikator Kebahagiaan
3 Cara Mengukur Kebahagiaan
4 Hal-Hal yang Menghambat Kebahagiaan di Masyarakat Kota
5 Peran Perawat Komunitas terhadap Kebahagiaan di Masyarakat Perkotaan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3

2.1 Definisi dan Prevalensi Kebahagiaan


Kebahagiaan merupakan dambaan setiap manusia karena kebahagiaan
merupakan salah satu tujuan dari kehidupan. Kebahagiaan dapat dirasakan dan
dipersepsikan secara berbeda oleh setiap orang, bersifat subjektif, dan selalu
dikaitkan sebagai bagian dari kesejahteraan subjektif dengan komponen
kepuasan hidup dan emosi positif. Pada tahun 2015, negara dengan tingkat
kebahagiaan tertinggi adalah Denmark sebesar 7.526, dan Burundi dengan
tingkat kebahagiaan terendah yaitu 2.905. Sedangkan Indonesia menduduki
urutan ke 79 dari 157 negara dengan tingkat kebahagiaan sebesar 5.314
(Helliwell, Layard & Sachs, 2016). Di Indonesia, berdasarkan laporan BPS,
provinsi dengan indeks kebahagiaan tertinggi adalah Kepulauan Riau sebesar
72,42 dan Papua dengan indeks kebahagiaan terendah yaitu 66,22. Provinsi
Jawa Barat berada pada urutan 28 dari 34 provinsi di Indonesia dengan indeks
kebahagiaan sebesar 67,66 (BPS Jawa Barat, 2015). Data indeks kebahagiaan
di dunia dan di Indonesia dapat dilihat pada lampiran.

2.2 Indikator Kebahagiaan


2.2.1 Gross National Happiness Index 2015 (Bhutan)
Dalam Gross National Happiness Index 2015 (Bhutan), terdapat empat
pilar (politik, ekonomi, kultural dan lingkungan). dan sembilan domain
indikator yang menjadi penilaian dalam melihat kebahagiaan
masyarakat. Sembilan domain tersebut yaitu :
a. Psychological well being (Kesejahteraan psikologis)
Domain ini mengkaji bagaimana pengalaman dari kualitas hidup
seseorang, meliputi aspek spritualitas, evaluasi kepuasan hidup,
reaksi afektif terhadap hal dalam kehidupan seperti emosi negatif
dan positif. Domain ini terdiri atas 4 indikator yaitu life
satisfaction (kepuasan hidup), positive emotion (emosi positif),
negative emotion (emosi negatif) dan spirituality (spiritualitas).

b. Health (Kesehatan)

3
4

Domain ini meliputi kondisi pikiran dan tubuh seseorang serta


status mental. Kesehatan yang berkualitas membuat kita melalui
aktifitas sehari-hari tanpa mengalami stres fisik dan kelelahan.
Domain ini terdiri atas 4 indikator yaitu self-reported health status
(status kesehatan), healthy days (jumlah hari sehat), long-term
disability (ketidakmampuan melakukan aktivitas dalam jangka
panjang) dan mental health (kesehatan jiwa).
c. Time use (Penggunaan waktu)
Domain ini menilai pentingnya mempertahankan keseimbangan
hidup meliputi berkerja, istirahat, rekreasi, perawatan. Domain ini
mencakup 2 indikator yaitu working hours (lama waktu kerja) dan
sleeping hours (lama waktu tidur).
d. Education (Pendidikan)
Domain ini meliputi pendidikan formal dan informal. Mengkaji
pengetahuan, nilai, dan skill seseorang. Domain ini meliputi 4
indikator yaitu literacy (melek huruf), schooling (pendidikan),
knowledge (pengetahuan) dan value (nilai).
e. Cultural diversity and resilience (Keanekaragaman kultural)
Domain ini melihat keanekaragaman dan kekuatan tradisi, seperti
festival, norma dan seni kreatif. Domain ini terdiri dari 4 indikator
yaitu speak native language (menggunakan bahasa daerah), artisan
skills (kemampuan seni), cultural participation (partisipasi budaya)
dan DriglamNamzha (etika dan tingkah laku).
f. Community vitality (Sumber daya komunitas)
Domain ini mempelajari hubungan dan interaksi didalam
komunitas, dan diantara keluarga dan teman. Domain ini terdiri
atas 4 indikator yaitu donation (bantuan waktu dan uang), safety
(keamanan), community relationship (hubungan dengan
masyarakat), family (interaksi dengan keluarga).

g. Good Governance (Pemerintahan yang baik)


5

Domain ini melihat bagaimana seseorang memandang fungsi


pemerintah dan mengevaluasi pelayanan publik. Penduduk ikut
melihat juga berpartisipasi dalam pemilihan publik dan keputusan
pemerintah, dan yang berhubungan dengan hak asasi serta
kebebasan. Domain ini memiliki 4 indikator yaitu political
participation (partisipasi politik), fundamental right (hak asasi
dasar), service delivery (pelayanan publik) dan government
performance (pelaksanaan pemerintahan).
h. Ecological diversity and resilience (Keanekaragaman ekologis)
Domain ini melihat bagaimana persepsi seseorang terhadap kondisi
lingkungan dan kebiasaan berteman atau berhubungan dengan
alam seperti gempa bumi dan kebakaran hutan. Domain ini terdiri
dari 4 indikator yaitu ecological issue (isu lingkungan),
environmental responsibility (tangungjawab lingkungan), wildlife
damage (kerusakan cagar alam) dan urban issues (isu perkotaan).
i. Living standars (Standar hidup)
Domain ini mengacu kepada kenyamanan materi seperti
pemasukan, kondisi keuangan, perumahan, dan kepemilikan aset.
Domain ini mencakup 3 indikator yaitu household income
(pendapatan rumahtangga), assets (aset) dan housing (perumahan).

2.2.2 Indeks Kebahagiaan di Indonesia


Indeks kebahagiaan Indonesia menurut karakteristik demografi dan
ekonomi yang ditemukan pada masyarakat Jawa Barat yakni (BPS
Jawa Barat, 2015).
a. Indeks kebahagiaan penduduk di perkotaan relatif lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan (68,54 banding 66,04).
b. Penduduk berstatus belum menikah dan menikah cenderung relatif
sama indeks kebahagiaannya, yakni sekitar 68. Mereka yang
berstatus cerai lebih rendah indeks kebahagiaannya, yaitu cerai
hidup (65,11) dan cerai mati (64,44).
6

c. Penduduk umur antara 25-40 tahun memiliki indeks kebahagiaan


tertinggi (68,49) sementara penduduk lansia mempunyai indeks
kebahagiaan paling rendah (64,46).
d. Banyaknya anggota rumah tangga meningkatkan indeks
kebahagiaan , namun berlaku hingga anggota rumah tangga
sebanyak 4 orang. Jika anggota rumah tangga lebih dari 5 atau
lebih, maka indeks kebahagiaan cenderung menurun.
e. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi indeks
kebahagiaan.
f. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga, semakin tinggi pula
indeks kebahagiaannya.

Untuk masyarakat Jakarta sendiri, menurut survei tentang Indonesian


Happiness Index (IHI) 2007, menunjukkan tingkat kebahagiaan memiliki
sebesar 46,20 dari skala 1-100. Hasil ini menunjukkan masyarakat Jakarta
pada umumnya tidak bahagia. Hal ini bisa saja disebabkan karena kota Jakarta
sebagai ibu kota negara dengan segala permasalahannya seperti biaya hidup
tinggi/mahal, jalan macet, rawan kejahatan dan banjir dan sebagainya
sehingga membuat sebagian besar masyarakat nya menjadi mudah stress,
pusing dan merasa tidak nyaman.

2.3 Mengukur Kebahagiaan


Pengukuran tingkat kebahagiaan pun dilakukan dengan cara yang berbeda,
beda salah satunya menggunakan instrumen Quality of Life dari WHO. World
Health Organization (WHO) (1997) mendefinisikan Quality of Life
merupakan persepsi individu di kehidupannya dalam konteks nilai dan budaya
dimana manusia hidup yang berkaitan dengan tujuan, standard, dan
kepedulian selama hidupnya. Awalnya, WHO membuat instrumen yang
bernama WHOQOL-100 yang mencakup 100 pertanyaan terdiri dari 25
segi/bagian dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa 15 negara, dan saat ini
telah berubah namanya menjadi WHOQOL-BREF yang merupakan versi
singkatnya terdiri dari 24 segi dan 4 domain yaitu domain kesehatan fisik
7

terdiri dari 7 pertanyaan, psikologik terdiri dari 6 pertanyaan, hubungan sosial


3 pertanyaan dan lingkungan 8 pertanyaan. Instrumen pengukuran
kebahagiaan menggunakan quisioner terdiri dari 26 pertanyaan menggunakan
skala likert. Pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan yang berasal
dari keempat domain yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu kesehatan fisik,
psikologik, hubungan sosial dan lingkungan (WHO, 2004). Responden
diminta menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pengalaman hidupnya 1
bulan terakhir. Instrumen WHOQOL-BREF dapat dilihat pada lampiran.

2.4 Hal-hal yang Menghambat Kebahagiaan Masyarakat Di Kota


Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan seseorang tidak bahagia
menurut Fredrickson, (2013) yaitu :
2.4.1 Pikiran Negatif
Pemikiran yang negatif dapat membuat motivasi menjadi menurun dan
perlahan akan menghilang sehingga seseorang memiliki sifat
pesimisme. Misalnya di saat seseorang mengalami kelelahan pada
suatu waktu, bekerja atau dengan hiruk pikuk kepadatan penduduk
yang dapat membuat risiko stres menjadi tinggi.
2.4.2 Mengeluh
Sering mengeluh akan membuat seseorang gagal memberikan energi
positif sehingga menjadi tidak kreatif. Mengeluh dapat membuat
seseorang menjadi gagal berpikir untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
2.4.3 Informasi Negatif
Saat ini di era globalisasi, media informasi sangat mudah untuk di
akses, informasi yang negatif dapat mempengaruhi kebahagiaan
seseorang, berita-berita negatif terkait kehidupan, misalnya masalah
ekonomi di negara, korupsi, kurs rupiah yang menurun memberikan
dampak pada semua kalangan masyarakat yang mengakibatkan
ketidakbahagiaan. Berita bencana dan bom, peperangan antar negara
atau konflik anatar suku yang memberikan dampak pada masyarakat
menjadi pesimis terhadap masa depan. Berita-berita negatif seperti
8

infotainment maupun tayangan di media yang tidak mendidik dapat


menghambat kebahagiaan masyarakat perkotaan.

2.5 Peran Perawat Komunitas


Peran perawat terkait dengan kebahagian masyarakat perkotaan antara lain
sebagai perawat sebagai care giver atau pemberi asuhan, educator atau
pendidik, advocate, dan consultant. Peran perawat dikaitkan dengan
kebahagiaan dalam masyarakat perkotaan yaitu perawat sebagai pemberi
asuhan dengan cara menyediakan pelayanan keperawatan yang baik bagi
indivdu, keluarga, dan masyarakat sehingga terciptanya kebahagiaan dalam
bidang kesehatan. Dengan mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat perkotaan sehingga masyarakat perkotaan dapat hidup
dengan bahagia (Allender, Rector, & Warner 2010).

Peran perawat sebagai pendidik dengan cara mengajarkan individu, keluarga


maupun masyarakat mengenai bagaimana cara mencegah penyakit dan
memberikan promosi kesehatan seperti screening hipertensi, kolesterol,
melakukan pemeriksaan fisik, mengajarkan tentang nutrisi dan keselamatan
atau keamanan lingkungan bagi anak maupun lansia. Perawat memberikan
promosi kesehatan kepada pasangan selama masa prenatal dengan
mengajarkan tentang perubahan yang mungkin terjadi selama kehamilan dan
memberikan bimbingan tentang perawatan bayi yang aman. Pada kelompok
lansia perawat mengajarkan keluarga untuk menghadiri kelompok pendukung
dengan masalah kesehatan spesifik seperti alzheimer, asma, diabetes atau
gangguan saraf maupun dengan menganjurkan datang ke posyandu lansia
(Allender, Rector, & Warner 2010).

Peran perawat sebagai advocate atau pembela klien adalah memberikan


advokasi pada klien mengenai kesempatan mengakses pelayanan kesehatan
yang sama bagi setiap individu, membantu menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan, mempertahankan hak-hak klien termasuk
didalamnya apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
9

terpenuhi dan melindungi hak-hak klien. Hak pasien dalam memperoleh


pelayanan kesehatan termasuk perawatan tercantum pada UU no 23 tahun
1992 tentang Kesehatan yaitu Pasal 4 menyebutkan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas ganti rugi
akibat kesalahan atau kelalaian yangdilakukan tenaga kesehatan. Menurut UU
No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap orang
berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang
diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yg seimbang
dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya.

Peran perawat sebagai consultant adalah proses membantu klien untuk


menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual (Allender, Rector, & Warner 2010).
10

BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus Pemicu
Indeks kebahagiaan di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 68,28 pada
skala 0-100. Nilai tersebut mengalami peningkatan 3,17 poin dibandingkan
tahun 2013 (BPS, 2015). Provinsi Jawa Barat berada pada urutan 28 dari 34
provinsi di Indonesia dengan indeks kebahagiaan sebesar 67,66 (BPS Jawa
Barat, 2015). Kota Depok merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, depok
memiliki luas wilayah 200.290 Km2 yang terdiri dari 11 Kecamatan.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pemerintah Kota Depok pada
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan secara keseluruhan
mendapatkan predikat baik dengan nilai 80,55% dan pada bidang kesehatan
yaitu pada unit pelayanan puskesmas mendapat indeks nilai kenyataan
sebesar 83,03% dan berpredikat sangat baik. Tingkat kebahagiaan tertinggi
dicapai oleh masyarakat dengan berpendidikan tinggi, tinggal dikota, dan
berkeluarga dengan anak cukup dua.

Berdasarkan data yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan


Sipil Kota Depok, jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2014 adalah
sebanyak 2.007.610 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin jumlah laki-laki
sebanyak 1.026.424 dan jumlah perempuan 981.186. Dapat dilihat bahwa
jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan yaitu
51 %. Berdasarkan usia, kelompok umur 2534 tahun memiliki populasi
tertinggi dengan jumlah 385.656 jiwa (19,2%), usia 0-4 tahun berjumlah
186.592 jiwa (9,2%), yang berusia diatas 60 tahun berjumlah 90.269
jiwa(4,4%). Berdasarkan pendidikan, Kota Depok merupakan kota yang
sangat baik dalam bidang pendidikan dengan angka penduduk yang mampu
membaca dan menulis sebanyak 97%. Tingkat pendidikan yang paling tinggi
di Kota depok yaitu SLTA/sederajat dengan persentasi 35,4 %dan yang
memiliki pendidikan Strata 1 sebesar 7,6%. Mayoritas penganut agama di
Kota Depok menganut agama Islam sebanyak 1.853 898 jiwa (92,3%), agama
Kristen sebanyak 105.218 jiwa (5,2%), Katolik 35.401 jiwa (1,7%), agama
11

Budha sebanyak 6 718 jiwa (0,3%), agama Hindu sebanyak 4.001 jiwa
(0,19%) dan terakhir agama Konghuchu sebanyak 2.275 jiwa (0,11%). Kota
Depok terdapat 1.213 musholla, 670 masjid, 109 langgar, 104 gereja protestan,
7 litang, 6 gereja katolik, dan 3 pura. Kota Depok memiliki angka
produktivitas yang baik pada masyarakatnya dalam segi pekerjaan. Hal ini
dibuktikan dari 815.062 jiwa yang tergolong usia kerja terdapat 728.675 jiwa
yang bekerja dan hanya 86.387 jiwa yang menganggur. Sebagian besar
penduduk bekerja dibidang perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi.
Upah minimum kota yang ditetapkan pada tahun 2014 yaitu Rp. 2. 397.000.,
dan nilai ini naik sebesar 17,% dari tahun sebelumnya.

3.2 Pengkajian Keperawatan


3.2.1 Data Demografi
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Depok, jumlah penduduk Kota Depok pada
tahun 2014 adalah sebanyak
10 2.007.610 jiwa.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin jumlah laki-laki sebanyak 1.026.424
dan jumlah perempuan 981.186. Dapat dilihat bahwa jumlah laki-
laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan yaitu 51
%.
c. Usia
Berdasarkan usia, kelompok umur 2534 tahun memiliki populasi
tertinggi dengan jumlah 385.656 jiwa (19,2%), usia 0-4 tahun
berjumlah 186.592 jiwa (9,2%), yang berusia diatas 60 tahun
berjumlah 90.269 jiwa(4,4%).
d. Pendidikan
Berdasarkan pendidikan, Kota Depok merupakan kota yang sangat
baik dalam bidang pendidikan dengan angka penduduk yang
mampu membaca dan menulis sebanyak 97%. Tingkat pendidikan
yang paling tinggi di Kota depok yaitu SLTA/sederajat dengan
12

persentasi 35,4 % dan yang memiliki pendidikan Strata 1 sebesar


7,6%.
e. Agama
Mayoritas penganut agama di Kota Depok menganut agama Islam
sebanyak 1.853.898 jiwa (92,3%), agama Kristen sebanyak
105.218 jiwa (5,2%), Katolik 35.401 jiwa (1,7%), agama Budha
sebanyak 6.718 jiwa (0,3%), agama Hindu sebanyak 4.001 jiwa
(0,19%) dan terakhir agama Konghuchu sebanyak 2.275 jiwa
(0,11%). Kota Depok terdapat 1.213 Musholla, 670 Masjid, 109
Langgar, 104 Gereja Protestan, 7 Litang, 6 Gereja Katolik, dan 3
Pura.
f. Pekerjaan
Kota Depok memiliki angka produktivitas yang baik pada
masyarakatnya dalam segi pekerjaan. Hal ini dibuktikan dari
815.062 jiwa yang tergolong usia kerja terdapat 728.675 jiwa yang
bekerja dan hanya 86.387 jiwa yang menganggur. Sebagian besar
penduduk bekerja dibidang perdagangan, rumah makan, dan jasa
akomodasi. Upah minimum kota yang ditetapkan pada tahun 2014
yaitu Rp. 2. 397.000., dan nilai ini naik sebesar 17,% dari tahun
sebelumnya.

3.2.2 Subsistem Komunitas


Pengkajian yang dilakukan pada masyarakat Kota Depok meliputi 8
sub-sistem menurut (Anderson & McFarlane, 2011), sebagai berikut:
a. Lingkungan Fisik
Kota Depok merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi
2
Jawa Barat. Luas kota ini sekitar 200.290 Km . Kota ini terdapat

pada daerah dataran rendah dan perbukitan bergelombang rendah.


Kota Depok terdiri dari 11 kecamatan. Wilayah Kota Depok
berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebelah Timur berbatasan dengan
13

Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung


Putri Kabupaten Bogor. Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede Kabupaten
Bogor. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan
Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor. Industri besar di Kota
Depok berjumlah 87 perusahaan dan paling banyak didominasi
industri barang dari plastik dengan 26 perusahaan.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pembangunan dalam bidang kesehatan semakin ditingkatkan oleh
pemerintah Kota Depok dengan menambah fasilitas sarana dan
prasarana kesehatan. Hal ini ditandai dengan terdapatnya 38
puskesmas dan 16 rumah sakit. Ditingkatkannya program keluarga
berencana (KB) dengan intensif untuk membatasi jumlah kelahiran
dan memperpanjang jarak kelahiran yang secara tidak langsung
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan.
Peningkatan kualitas hidup masyarakat berkorelasi dengan
peningkatan derajat kesehatannya. Hal ini harus didukung dengan
jumlah tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan kesehatan dan
promosi kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di Kota Depok
berjumlah 1.347 yang terdiri dari Perawat, Dokter, Bidan.
c. Ekonomi
Anggaran pendapatan ekonomi berfungsi untuk membiayai
pembangunan dan korelasinya terhadap masyarakat adalah
meningkatkan kesejahteraan dengan peningkatan upah, fasilitas
umum yang lengkap, berkurangnya angka pengangguran, dan lain-
lain. Tingkat ekonomi di Kota Depok sudah cukup baik, dengan
tingkat ekonomi menegah ke atas sebesar 60%.
d. Transportasi dan Keamanan
Letak Kota Depok sangat strategis dengan diapit oleh Kota Jakarta
dan Kota Bogor. Hal ini mengakibatkan Kota Depok bertumbuh
dengan pesat dan meningkatkan jaringan transportasi yang
terintegrasi secara regional dengan kota-kota yang berada didekat
14

Kota Depok. Salah satu alat transportasi yang digemari masyarakat


Kota Depok yaitu Commuter Line, dan alat angkutan transportasi
yang lain seperti angkot, ojek, dan bus.
e. Politik dan Pemerintahan
Kota Depok di pimpin oleh seorang walikota. Visi pemerintah
terhadap masyarakatnya adalah menciptakan kota yang maju dan
sejahtera. Indikator terwujudnya visi Kota Depok, yaitu
masyarakat hidup dengan aman, nyaman, makmur, dan bahagia.
Hal ini diperkuat dengan salah satu misi pemerintah dibidang
kesehatan jiwa masyarakat yaitu dengan meningkatkan kualitas
kesehatan dan meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan
sosial masyarakat.
f. Edukasi
Kota Depok memiliki universitas terkemuka, yaitu Universitas
Indonesia. Hal ini dapa diberdayakan khususnya dibidang
kesehatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
kesehatan jiwa masyarakat di Kota Depok sehingga masyarakat
mampu dapat sejahtera secara utuh.
g. Komunikasi
Kota Depok memiliki bentuk-bentuk komunikasi dalam
implementasinya pada masyarakat. Hal ini demi tercapainya rasa
nyaman pada masyarakat sehingga berdampak tidak langsung
terhadap kesejahteraan masyarakat tersebut. Pemerintah pada dinas
komunikasi dan informatika memiliki badan pemberdayaan
masyarakat dan keluarga untuk menampung kebutuhan masyarakat
pada umumnya. Masyarakat juga membentuk forum-forum kecil
seperti sosial keagamaan atau forum masyarakat sekitar stasiun
Depok Baru dan terminal Depok. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kenyamanan masyarakat secara utuh dalam bidang
rohani dan keamanan.
h. Rekreasi
15

Tempat rekreasi dapat berdampak pada kebahagiaan masyarakat.


Banyak tempat rekreasi yang ada di Kota Depok, diantaranya
Masjid Kubah Emas yang dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi
rohani, tempat rekreasi mall, seperti Margocity Mall, Depok Town
Square (Detos) Mall, ITC, dan ada juga tempat rekreasi
waterboom.

3.3 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan


N Data Diagnosa Keperawatan
o
1 Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pemerintah Domain 9:
Kota Depok pada kepuasan masyarakat terhadap Coping/Stress
pelayanan yang diberikan secara keseluruhan Tolerance
Class 2: Coping
mendapatkan predikat baik dengan nilai 80,55% dan
Response
pada bidang kesehatan yaitu pada unit pelayanan No diagnosa: (00072)
puskesmas mendapat indeks nilai kenyataan sebesar
Readiness for
83,03% dan berpredikat sangat baik.
Tingkat kebahagiaan tertinggi dicapai oleh masyarakat enhanced community

dengan berpendidikan tinggi, tinggal dikota, dan coping


(Kesiapan untuk
berkeluarga dengan anak cukup dua.
Pembangunan dalam bidang kesehatan semakin meningkatkan koping

ditingkatkan oleh pemerintah Kota Depok dengan komunitas)

menambah fasilitas sarana dan prasarana kesehatan.


Hal ini ditandai dengan terdapatnya 38 puskesmas dan
16 rumah sakit.
Tingkat ekonomi di Kota Depok sudah cukup baik,
dengan tingkat ekonomi menegah keatas sebesar 60%.
Kota Depok memiliki universitas terkemuka, yaitu
Universitas Indonesia. Hal ini dapat diberdayakan
khususnya dibidang kesehatan untuk mengembangkan
dan meningkatkan kualitas kesehatan jiwa masyarakat
di Kota Depok.
Terdapat banyak tempat rekreasi yang ada di Kota
Depok.
16

3.4 Intervensi Keperawatan


Data Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Berdasarkan hasil Domain 9: (2700) (6484) manajemenn
survey yang dilakukan Coping/Stress kompetensi lingkungan komunitas
pemerintah Kota Tolerance komunitas 1. Melakukan skrining
Class 2: Coping
Depok pada kepuasan terhadap kesehatan
Response
masyarakat terhadap Indikator: lingkungan
No diagnosa:
pelayanan yang (270001) : 2. Berpartisipasi dengan
(00072)
diberikan secara Partisipasi dari tim multi disiplin
Readiness for
keseluruhan aktivitas lainnya untuk
enhanced
mendapatkan predikat komunitas mengindentifikasi
community
baik dengan nilai (270003) : ancaman keamanan
coping
80,55% dan pada Mempertim- dalam komunitas
(Kesiapan untuk
bidang kesehatan yaitu bangkan 3. Monitoring status
meningkatkan
pada unit pelayanan kepentingan resiko kesehatan yang
koping
puskesmas mendapat kelompok diketahui komunitas
komunitas)
indeks nilai kenyataan bersama ketika 4. Berpartisipasi dalam
sebesar 83,03% dan memecahkan program komunitas
berpredikat sangat (270021) : untuk menyetujui
baik. Kolaborasi resiko yang diketahui
Tingkat kebahagiaan 5. Berkolaborasi pada
suatu
tertinggi dicapai oleh komunitas pemerintah
kelompok
masyarakat dengan (6610)
komunitas
berpendidikan tinggi, Identifikasi resiko
dalam
tinggal dikota, dan a. kaji data yang
menyelesaikan
berkeluarga dengan diterima berdasarkan
masalah
anak cukup dua. pengkajian resiko
Pembangunan dalam
b. menentukan
bidang kesehatan
tersedianya kualitas
semakin ditingkatkan
dari sumber (secara
oleh pemerintah Kota
psikologis, finansial,
17

Data Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Depok dengan pendidikan, keluarga
menambah fasilitas dan dukungan sosial
sarana dan prasarana lainnya dari komunitas
kesehatan. Hal ini c. identifikasi sumber
ditandai dengan yang dapat
terdapatnya 38 menurunkan factor
puskesmas dan 16 resiko
rumah sakit. d. identifikasi resiko
Tingkat ekonomi di secara biologis,
Kota Depok sudah lingkungan, dan
cukup baik, dengan tingkah laku dan
tingkat ekonomi hubungan diantaranya
menegah ke atas e. identifikasi dari
sebesar 60%. strategi koping
Kota Depok memiliki
f. menentukan sumber
universitas terkemuka,
dari komunitas untuk
yaitu Universitas
mempertahankan
Indonesia. Hal ini
kehidupan dasar dan
dapat diberdayakan
kebutuhan kesehatan
khususnya dibidang
kesehatan untuk
mengembangkan dan
meningkatkan kualitas
kesehatan
jiwamasyarakat di
Kota Depok.
Terdapat banyak tempat
rekreasi yang ada di
Kota Depok.

BAB 4
PENUTUP
18

4.1 Kesimpulan
Salah satu dambaan setiap manusia yang hidup di dunia adalah merasakan
kebahagiaan. Kebahagiaan dapat dirasakan dan dipersepsikan secara berbeda
oleh setiap orang, bersifat subjektif, dan selalu dikaitkan sebagai salah satu
bagian dari kesejahteraan subjektif dengan komponen kepuasan hidup dan
emosi positif. Salah satu indikator kebahagiaan yang dipopulerkan oleh
Buthan, terkenal dengan Gross National Happiness Index 2015, terdapat
empat pilar (politik, ekonomi, kultural dan lingkungan) dan sembilan domain
indikator yang menjadi penilaian dalam melihat kebahagiaan masyarakat.
Sembilan domain tersebut yaitu : Psychological well being (Kesejahteraan
psikologis), Health (Kesehatan), Time use (Penggunaan waktu), Education
(Pendidikan), Cultural diversity and resilience (Keanekaragaman kultural),
Community vitality (Sumber daya komunitas), Good Governance
(Pemerintahan yang baik), Ecological diversity and resilience
(Keanekaragaman ekologis) dan Living standars (Standar hidup). Namun
tidak semua masyarakat merasakan kebahagiaan secara merata karena masih
ada hal-hal yang menghambat kebahagiaan di masyarakat perkotaan, di antara
nya adalah pikiran negatif yang dapat membuat motivasi menurun, sering
mengeluh dan menerima informasi negatif yang terkait kehidupan.

Pengukuran tingkat kebahagiaan dilakukan secara berbeda-beda, salah satunya


penggunaan instrumen Quality of Life dari WHO, yang merupakan persepsi
individu di kehidupannya dalam konteks nilai dan budaya dimana manusia
hidup yang berkaitan dengan tujuan, standar dan kepedulian selama hidupnya.

Perawat memegang peranan penting dalam meningkatkan kebahagiaan dalam


masyarakat perkotaan. Perawat sebagai pemberi asuhan dengan cara
menyediakan dan memberikan pelayanan keperawatannya yang baik bagi
individu, keluarga, dan masyarakat sehingga terciptanya kebahagian dalam
bidang kesehatan dan akhirnya masyarakat perkotaan dapat hidup dengan
bahagia.

18
19

4.2 Saran
Adapun saran penulis dalam makalah ini adalah agar perawat dapat
meningkatkan kemampuan dan konsistensinya dalam melakukan asuhan
keperawatan pada setting kesehatan jiwa masyarakat perkotaan termasuk
didalamnya kebahagiaan masyarakat perkotaan. Perawat juga harus dapat
meningkatkan pengetahuan termasuk kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah keperawatan dalam rangka meningkatkan kesehatan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga terbentuknya masyarakat yang
sehat secara holistik, khususnya terciptanya masyarakat didaerah perkotaan
yang berbahagia.
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J., Rector, C., Warner, K. (2010). Community Health Nursing Promoting
and Protecting The Publics Health. 8th edition. Philadelphia: Wolter Kluwer
Health Lippincot Williams & Wilkins

Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2011). Community as partner: theory and


practice in nursing (6th ed.). Philadelphia: Wolter Kluwer Lippincot Williams
& Wilkins.

Bapeda Kota Bandung. (2015). Indeks kebahagiaan kota Bandung. www.


portalbandung.go.id

Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Berita resmi statistik. No. 16/02/Th.XVIII, 5
Februari 2015.

BPS Provinsi Jawa Barat. (2015). Berita resmi statistik. No. 13/02/32/Th.XVII, 5
Februari 2015

Buettner, D. The 4 happiest cities on earth. (2016). Retrieved from


http://www.rd.com/advice/travel/the-4-happiest-cities-on-earth/

Bulecheck, G,M., Butcher, H, K., & Dochterman, J, M. (2013). Nursing


interventions classification (NIC). sixth edition. Missouri: Elsevier

Centre for Bhutan Studies & GNH Research. (2015). Bhutans 2015 Gross
National Happiness Indexs. Thimphu Bhutan : Bhutan Studies Org
20

Costanza, R., Fisher, B., Ali, S., Beer, C., Bond, L., & Boumans, R., Et. al. (2006).
Quality of life: An approach integrating opportunities, human needs, and
subjective well-being. Ecological economics 6 1 : 2 6 7 2 7 6

Coxon, G. (2013). Secret of happiness. Retrieved


fromhttp://www.nursinginpractice.com/article/secret-happiness

Dinas Pendapatan Daerah Pemeritah Kota Pekanbaru . (2015). Orang Riau paling
bahagia di Indonesia. http://dipenda.pekanbaru.go.id/orang-riau-paling-
bahagia-di-indonesia/ diunduh tanggal 18 Maret 2016

Fredrickson, B.L. (2013). Positive emotions broaden and build. Advances in


Experimental Social Psychology, Vol. 47, pp. 1-53. Burlington: Academic
Press. Retrieved from http://www.unc.edu/peplab/publications/Fredrickson
%20AESP%202013%20Chapter.pdf
Glaeser, E. L., Gottlieb, J. D., & Ziv, O. (2016). Unhappy cities. Journal of Labor
Economics, 34 Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/1773540119?accountid=17242

Helliwell, J.F., Layard, R., & Sachs, J. (2015). World happiness report 2015.

Helliwell, J.F., Layard, R., & Sachs, J. (2016). World happiness report 2016, vol
1.

Herdman, T, H, & Kamitsuru, S. (2014). Nursing diagnoses definitions and


classification 2015-2017. tenth edition. Oxford: Wiley Blackwell

Jalloh, A., Flack, T., Chen, K., & Fleming, K. (2014). Measuring happiness :
examining definitions and instruments. Illuminare : a student journal in
recreation, parks, and leisure studies, 12, 59-67.

Khavari, K.A. (2000). The art of happiness. Penerjemah: Prihantoro, A. Jakarta:


PT. Serambi Ilmu Semesta.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M, L., & Swanson, E. (2013). Nursing
outcomes classification (NOC). Measurement of health outcomes. fifth edition.
Missouri: Elsevier

Profil Data Kependudukan Kota Depok, (2014). Dikutip dari:


http://disdukcapil.depok.go.id/profil-data-kependudukan-kota-depok-sd-25-
maret-2014/

Salim, O.C., Shudarma, N.I., Kusumaratna, R.K., & Hidayat, A. (2007). Validitas
dan reliabilitas World Health Organization Quality of Life-BREF untuk
mengukur kualitas hidup lanjut usia. Vol. 26 : 1
21

Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik. (2015). Laporan Bulanan Data


Sosial Ekonomi, Edisi 61 Juni 2015. Jakarta : Badan Pusat Statistik

Surbakti. (2010). Gangguan kebahagiaan anda dan solusinya. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo

UU no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan retrieved from http://portalhr.com/wp-


content/uploads/data/pdfs/pdf_peraturan/1204001310.pdf

UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan retrieved from


http://www.kemenpppa.go.id/jdih/peraturan/UU_NO_36__2009.pdf

World Health Organization. (2004). The World Health Organization Quality of


Life (WHOQOL)-BREF. Geneva : WHO

Anda mungkin juga menyukai