Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM I

EFESIENSI METABOLISME PADA MENCIT (Mus musculus) DAN CACING


TANAH (Pharetima sp.)

I. Tujuan Praktikum
1. Memahami metode penentuan efesiensi metabolisme hewan secara gravimetri
2. Mengukur tingkat efesiensi metabolisme hewan invertebrata dan vertebrata
II. Dasar Teori
Metabolisme merupakan proses fisiologis yang melibatkan keseluruhan reaksi
biokimia dalam rangka menyusun (anabolisme) atau menguraikan (katabolisme)
berbagai substansi kimiawi yang ada di dalam tubuh seperti glukosa, lipid, protein,
hormon, dan berbagai substansi lainnya. Substansi yang mengambil bagian dalam suatu
proses metabolism disebut metabolit. Sebagian besar metabolit dibuat oleh organisme
selama metabolisme berlangsung, sedangkan lainnya diperoleh dari lingkungannya
karena organism tidak dapat membuatnya (Jelantik,dkk;2002).
Masing-masing spesies hewan memiliki laju metabolisme dan tingkat efisiensi
metabolisme yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan, umur, jenis makanan, dan
faktor genetik dari hewan tersebut. Metabolisme diperlukan untuk memproduksi energi,
membentuk struktur atau meregenerasi struktur tubuh yang rusak, reproduksi serta
menyokong keseimbangan homeostasis fisiologis tubuh. Faktor yang dapat
mempengaruhi laju metabolisme adalah aktivitas, suhu
lingkungan, panjang siang hari, musim, umur, jenis kelamin, berat
badan, ukuran tubuh, stress, jenis makanan yang dimetabolisme
dan kebuntingan ( Eckert 1983). Pengukuran laju metabolisme
adalah suatu bentuk pengukuran energi yang dihasilkan tubuh
berdasarkan asupan makanan yang masuk dan melibatkan
oksidasi oksigen.
Metode gravimetri merupakan metode yang paling sederhana untuk mengestimasi
tingkat efisiensi metabolisme hewan. Penghitungan efisiensi dilakukan dengan
menentukan perkiraan persentase makanan yang diabsorbsi oleh hewan dari sejumlah
makanan yang dikonsumsinya. Hal ini biasanya sangat tergantung kepada jenis
makanan, berat badan individu, jenis kelamin, umur dan kondisi lingkungan. Efisiensi
metabolisme juga dapat diperkirakan dengan memperhatikan perubahan berat badan
hewan. Pertambahan berat badan idealnya merupakan manifestasi dari hasil
pertambahan massa komponen fisiologis hewan sebagai akibat dari proses
metabolisme.

III. Alat dan Bahan


1. Efesiensi Metabolisme Pada Mencit (Mus musculus)
a. Alat
1. Kandang mencit
2. Timbangan
3. Kantong plastic
4. Sendok kecil
5. Gelas ukur
6. Sarung Tangan
7. Masker
8. Alat tulis
b. Bahan
1. 12 ekor mencit putih yang telah dipuasakan selama 2 hari
2. Pakan ternak
3. Bengkuang
4. Singkong
5. Mie instan
6. Jagung
7. Air
2. Efisiensi Metabolisme Pada Cacing Tanah (Pharetima sp.)
a. Alat
1. 4 buah ember plastic kecil
2. Timbangan
3. Kantong plastik
4. Pinset
5. Sarung tangan
6. Alat tulis
b. Bahan
1. Cacing tanah 40 ekor dengan ukuran relatif sama
2. Tanah sawah
3. Tanah kebun bioma
4. Pasir
5. Tanah kandang

IV. Prosedur Kerja


A. Efesiensi Metabolisme Pada Mencit (Mus musculus)
1. Menyediakan 5 unit kandang mencit (A,B,C,D,E) yang bersih dan lengkap
dengan wadah makanan dan minuman
2. Meletakkan bahan makanan berupa pakan ternak pada kandang A, bengkuang
pada kandang B, mie instan pada kandang C, singkong pada kandang D, dan
jagung pada kandang E dengan jumlah masing-masing 120 gram serta air
secukupnya
3. Menimbang berat masing-masing mencit percobaan dan mencatatnya sebagai
berat awal (Bo)
4. Memasukkan 3 ekor mencit per kandang dan menempatkan pada yang aman
dengan memperhatikan pencahayaan selama 6 hari
5. Melakukan penimbangan berat badan mencit, berat pakan yang tersisa, berat
feses, serta suhu kandang setiap 2 hari sekali
6. Mencatat data pada table pengamatan dan melakukan perhitungan efisiensi
metabolism mencit untuk dua perlakuan yang berbeda (jenis pakan)
7. Menentukkan persentase pakan yang diabsorbsi oleh mencit pada
pencernaannya dari total pakan yang dikonsumsi dengan rumus efisiensi
metabolisme.

BPkBF
x 100
EM (%) = BPk

Keterangan :
EM = Efisiensi metabolisme
BPk = Berat pakan yang dikonsumsi (gr)
BF = Berat feses (gr)
8. Menyajikan data dari hasil analisis dalam bentuk grafik yang meliputi nilai
EM dari awal hingga akhir pengamatan dan grafik perubahan berat badan
rata-rata mencit per perlakuan.

B. Efisiensi Metabolisme Pada Cacing Tanah (Pharetima sp.)


1. Memberi label A,B, C, dan D pada ember plastik
2. Mengisi ember dengan jenis tanah atau media yang berbeda pada label yang
berbeda
3. Mengisi cacing tanah masing-masing 10 ekor untuk satu ember dan
melakukan penimbangan terlebih dahulu terhadap berat total dari masing-
masing kelompok cacing tersebut (dicatat sebagai berat awal)
4. Memasukkan cacing ke dalam ember yang berbeda lalu meletakkan di
tempat yang gelap dan lembap selama 6 hari dan mengukur suhu tanah atau
medium tiap dua hari
5. Melakukan pembongkaran tanah di dalam ember dan mengambil kembali
cacing yang ada didalamnya pada akhir pengamatan
6. Mencatat jumlah cacing yang hidup, cacing yang mati, dan timbang berat
cacing yang masih hidup sebagai berat akhir (Bf)
7. Melakukan analisis data dengan menghitung persentase cacing yang
bertahan hidup dan mati, serta persentase perubahan berat total dari cacing
yang masih hidup tersebut pada masing-masing perlakuan (jenis media)
8. Menyajikan data hasil pengamatan dalam bentuk grafik yang reproduktif

V. Hasil Pengamatan

Tabel 01. Data Pengamatan Berat Awal, Berat Pakan dan berat feses pada
Mencit (Mus musculus)

Suhu Berat Mencit Berat Pakan Berat Feses


Perlakuan
(0C) (gram) (gram) (gram)
A 10
33 120 gram 0 gram
(Pakan Ternak) 9
B 11,5
32 120 gram 0 gram
(Bengkuang) 4,5
C 33 7 120 gram 0 gram
(Jagung) 9
D 7,5
33 120 gram 0 gram
(Singkong) 10,35
E 10
33 120 gram 0 gram
(Ketela rambat) 8,6
F 9,6
33 120 gram 0 gram
(Mie instan) 7,55

Tabel 02. Data Pengamatan Berat Awal, Berat Pakan dan berat feses pada
Mencit (Mus musculus) pada hari ketiga

Suhu Berat Mencit Berat Pakan Berat Feses


Perlakuan
(0C) (gram) (gram) (gram)
A 14,5
32 88 gram 12 gram
(Pakan Ternak) 14
B 13
32 80 gram 6,6 gram
(Bengkuang) 8
C 8
32 71,6 gram 1,5 gram
(Jagung) 10,5
D Mati
32 70 gram 1,5 gram
(Singkong) 10,5
E 10,8
32 84,4 gram 1,6 gram
(Ketela rambat) 10,4
F 10,6
32 105,7 gram 0,5 gram
(Mie instan) 8

Tabel 02. Data Pengamatan Berat Awal, Berat Pakan dan berat feses pada
Mencit (Mus musculus) pada hari kelima

Suhu Berat Mencit Berat Pakan Berat Feses


Perlakuan
(0C) (gram) (gram) (gram)
A 14,8
31 21,6 gram 5,8 gram
(Pakan Ternak) 14,3
B 13,4
31 61 gram 3,6 gram
(Bengkuang) 13,8
C 7,6
31 57 gram 0,01 gram
(Jagung) 9,2
D Mati
31 53,5 gram 0,05 gram
(Singkong) 10,9
E 10,3
30 79,5 gram 0,1 gram
(Ketela rambat) 9,7
F 11,8
30 93 gram 0,3 gram
(Mie instan) 8,4

Tabel 03. Data Pengamatan Berat Awal, Berat Pakan dan berat feses pada
Mencit (Mus musculus) pada hari ketujuh

Suhu Berat Mencit Berat Pakan Berat Feses


Perlakuan
(0C) (gram) (gram) (gram)
A 15,5
31 19,6 gram 7,1 gram
(Pakan Ternak) 14,5
B 18,5
31 47 gram 4,9 gram
(Bengkuang) 8,8
C 6,9
31 35 gram 0,03 gram
(Jagung) 9,5
D Mati
31 47,5 gram 0,02 gram
(Singkong) 8,5
E 10,3
31 68 gram 0,05 gram
(Ketela rambat) 9,2
F 10,10
31 60 gram 0,02 gram
(Mie instan) 8,4

Tabel 04. Tabel Efesiensi Mencit (Mus musculus)


grafik pe rubahan e fis ie ns i me tabolis me
Sentrat Bengkuang Jagung
Singkong Ketela Rambat Mie Instant

96.99795.5
96.5 99.9
99.39
99.2
97.6 99.9
99.67 99.9
98.5
83.5 81.05
78.03
62.5 66.1965

0 0 0.0
E M00 0.00.0 EM1 EM2 EM3

Pertambahan
Parameter
Perlakua Berat
n I II Total Satuan
0
H M BT BS Suhu C H M BT BS Suhu 0C
A 1 0 8 0.8 28 0 1 0 0 29.5 -8 0
0 0
B 1 0 8.5 0.85 28 1 9 0.3 0.3 30 -8.2 0.3
0
C 1 0 9.4 0.94 28 10 0 16.8 1.68 30 7.4 1.68
0
D 1 0 9.1 0.91 28 10 0 9.1 0.91 30 0 0.91
0
Tabel 05. Pengamatan Cacing Tanah (Pharetima sp.)

Tabel 06. Persentase Jumlah Cacing Hidup, Mati dan Persentase Perubhana Total
dari Cacing Hidup pada masing-masing perlakuan

Persentase (%)
Perlakuan
Hidup Mati Perubahan Berat Total
Tanah Pasir 0% 100 % 0%
Tanah Kandang 10 % 90 % 3,5 %
Tanah Kebun 100 % 0% 78,7 %
Tanah Sawah 100 % 0% 0%
Persentase Jumlah Cacing hidup dan mati

Hidup Mati

100% 100% 100%


90%

10%

0% 0% 0%

VI. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan Mencit (Mus musculus) yang ditinjau
dari parameter rerata badan, berat pakan, berat feses,suhu dan efesiensi
metabolisme dapat diketahui bahwa pada pengamatan hari ketiga, kelima,
dan ketujuh pada mencit yang diletakkan pada perlakuan A (pakan
sentrat) ditinjau dari parameter diatas, pada pengamatan hari ketiga terjadi
peningkatan berat badan dari 9,5 gram menjadi 14,2 gram (penambahan
berat sebesar 4,7 gram) setelah mengkonsumsi pakan sebanyak 16 gram,
berat feses yang dihitung adalah 6 gram, maka efisiensi metabolismenya
sebesar 62,5%. Hal ini berarti efisiensi yang terjadi pada mencit di hari
pertama kurang baik, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor sperti suhu,
dan proses aklimatisasi mencit pada kondisi yang baru. Pada hari kelima,
terjadi penambahan berat badan sebesar 0,3 gram setelah mengkonsumsi
sentrat sebanyak 33,2 gram dengan berat feses yang dihasilkan sebesar 2,9
gram sehingga efisiensi metabolismenya 91,2%, hal ini menunjukkan
bahwa efisiensi metabolisme yang terjadi di hari kedua sangat tinggi
dengan suhu sebesar 31oC, hal ini menunjukka semakin rendah suhu
lingkunga maka kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas akan
meningkat. Pada pengamatan terakhir berat badan mencit bertambah
sebesar 0,5 gram setelah mengkonsumsi sentrat sebanyak 13,2 gram
dengan berat feses 3,55 dan terjadi penurunan efisiensi metabolisme
sebesar 73,1%, hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh menurunnya
kualitas makanan maupun meningkatnya tingkat stress pada mencit.
Mencit pada perlakuan B (bengkuang) mengalami penambahan berat
badan sebesar 2,5 gram pada hari ketiga , dengan feses seberat 3,3 gram
dan efesiensi metabolisme yaitu 83,5%. Pada hari kelima terjadi
penambahan berat badan sebanyak 2,1 gram, dan t erjadi penurunan berat
feses sebesar81%, Di hari ketujuh hanya terjadi penambahan berat badan
sebanyak 0,1 gram setelah mencit mengkonsumsi bengkuang sebanyak 7
gram dan mengeluarkan feses sebeat 2,5 gram, sehingga efisiensi
metabolisme di hari ketiga yaitu 64,2%, dan efesiensi metabolisme di hari
ketiga ini menurun drastis dibandingkan 2 hari sebelumnya.
Pada perlakuan C (pakan jagung) terjadi penambahan berat badan
mencit sebanyak 1,2 gram setelah mengkonsumsi jagung sebanyak 24,2
gram pada hari ketiga dan mengeluarkan feses seberat 0,75 gram sehingga
efisiensi metabolismenya yaitu 96,9%. Pada pengamatan kelima terjadi
penurunan berat badan mencit sebesar 0,8 gram meskipun telah
mengkonsumsi jagung sebanyak 7,3 gram dan mengeluarkan feses seberat
0,005 gram, sehingga efisiensi metabolisme di hari kedua yaitu 99,9%
Pada hari ketujuh terjadi lagi penurunan berat badan mencit sebesar 0,2
gram meskipun mencit mengkonsumsi pakan lebih banyak dibandingkan
dengan hari kelima yang hanya 7,3 gram, yaitu sebesar 11 gram pada hari
ketiga, berat feses yang dikeluarkan mencit di hari ketiga yaitu seberat
0,015 gram, sehingga efisiensi metabolisme di hari ketujuh tetap 99,9%
ialah 99,9%.
Pada perlakuan D (pakan singkong), mencit mengalami penambahan
berat badan sebesar 1,1 gram di hari ketiga setelah mengkonsumsi 25
gram singkong dan mengeluarkan feses seberat 0,75 gram, sehingga
efisiensi metabolisme di hari pertama yaitu 97%. Pada hari kelima, mencit
mengalami penambahan berat badansebesar 0,9 gram dan mengeluarkan
feses seberat 0,025 gram, sehingga efisiensi metabolisme di hari kedua
ialah 99,7%. Pada hari ketujuh mencit mengalami penurunan berat badan
menjadi 8,5 gram meskipun dia mengkonsumsi singkong sebanyak 3 gram
dan mengeluarkan feses seberat 0,01 gram. Efisiensi metabolisme yang
didapatkan ialah 99,7.
Pada perlakuan E (ketela rambat) mencit mengalami peningkatan berat
badan dari 14,3 menjadi 10,6 setelah mengkonsumsi ketela rambat
sebanyak 17,8 gram, dan mengeluarkan feses seberat 0,8 gram dengan
efisiensi metabolisme pada hari ketiga ialah 95,5%.Pada hari kelima berat
badan mencit menurun 0,6 gram menjadi 10 gram, mencit mengkonsumsi
2,5 gram ketela rambat dan mengeluarkan feses 0,05 gram dan pada hari
ketujuh berat badan mencit mengalami penurunan lagi menjadi 9,75 gram
setelah mengkonsumsi 5,8 gram ketela rambat dan mengeluarkan feses
0,025 gram. Tingkat efisiensi metabolisme meningkat sebesar 98% .
Pada perlakuan F (mie instan) berat badan mencit mengalami
penambahan sebesar 1,5 gram pada hari pertama, dengan berat pakan
sebesar 7,15 gram dan mengeluarkan feses seberat 0,25 gram. Efisinsi
berada pada angka 96,5% Pada hari kelima mencit mengalami penurunan
berat badan menjadi 9,3 gram setelah mengkonsumsi 6,4 gram mie instan
dan mengeluarkan feses seberat 0,15 gram dengan efisensi metabolisme
sebesar 97,7%. Pada hari ketujuh mencit kembali mengalami penurunan
berat badan menjadi 9,2 gram, dengan berat feses seberat 0,01 gram.
Efisiensi metabolisme pada hari ketujuh sebesar 99,9%..
Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa besarnya
efisensi metabolisme pada mencit cenderung fluktuatif. Tingkat efesiensi
metabolism yang paling baik terletak pada perlakuan C(jagung),
D(singkong),E( ketela rambat), dan F (Mie instan). Umumnya tingkat
efesiensi metabolisme pada hewan dipengaruhi keadaan suhu, yang
mana semakin tinggi suhu lingkungan, semakin rendah
tingkat efisensi metabolismenya, dan apabila semakin
rendah suhu lingkungan, maka semakin tinggi tingkat
efisiensi metabolismenya, hali ini juga berkaitan dengan
sifat kerja enzim yang akan mengalami denaturasi apabila
bekerja pada suhu yang terlalu tinggi dan tidak efektif
apabila berada pada suhu terlalu rendah. Selain faktor itu
juga dipengaruhi oleh oleh aktivitas, umur, jenis kelamin,
berat badan, ukuran tubuh, stress, jenis makanan yang
dimetabolisme dan kebuntingan ( Eckert 1983).
Pada praktikum pengamatan Cacing Tanah (Pharetima sp.) yang
diletakkan pada tempat yang berbeda dapat diketahui bahwa pada tanah
pasir persentase jumlah cacing yang hidup sebanyak 0 %, hal ini
disebabkan kesepuluh cacing yang diletakkan pada tanah pasir 100%
mengalami kematian. Pada tanah kandang jumlah persentase cacing yang
hidup sebesar 10 % yang artinya hanya 1 cacing yang mampu untuk
bertahan hidup pada pengamatan kedua, dan persentase cacing mati yaitu
sebesar 90 %. Sedangkan pada perlakuan di media tanah kebun dan sawah
persentase cacing yang hidup sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan
cacaing tanah dapat hidup dengan baik di media tanah kebun dan sawah.
Umumnya kelimpahan cacing pada suatu lahan dipengaruhi oleh
ketersediaan bahan organik, keasaman tanah, kelembaban dan suhu atau
temperatur. Cacing tanah akan berkembang dengan baik bila faktor
lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Cacing ini hidup
didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin.
Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang
sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan
kelembaban cukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusak
yaitu berkisar 15%-30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan antara 15oC-25oC.
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna,
karena sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah
memerlukan bantuan bakteri untuk merubah/memecahkan bahan
makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya menyebabkan
cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada
yang membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila
makanan terlalu asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya pembengkakan tembolok cacing tanah dan
berakhir dengan kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan yang
terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian
mati. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah
antara 15% sampai 30%. Selain itu pengaruh suhu optimal juga
mempengaruhi jumlah cacing yang hidup dan mati.
VII. Jawaban Pertanyaan
1. Bagaimana interaksi antara jenis pakan dan media terhadap
metabolisme cacing tanah?
Jawab :
Interaksi antara jenis pakan dan media terhadap metabolisme cacing
tanah yaitu semakin baik jenis makan dan media yang diberikan maka
semakin baik metabolisme yang terjadi pada cacing tanah, contohnya
pada media tanah kebun yang menunjukkan penambahan berat total
7,4 gram, hal ini berbeda dengan tanah sawah dimana tidak terjadi
penambahan berat total (berat akhir sama dengan berat awal).
Seandainya jenis pakan atau media yang diberikan terhadap cacing
tanah lebih baik lagi daripada tanah kebun, maka tidak menutup
kemungkinan jika metabolisme yang terjadi pada cacing akan lebih
baik lagi.
2. Apabila menggunakan pakan dengan komposisi atau formula yang
berbeda mempengaruhi efisiensi metabolisme pada mencit?
Jawab :
Tentu saja menggunakan pakan dengan komposisi yang berbeda dapat
mempengaruhi efisiensi metabolisme pada mencit, karena semakin
sederhana komposisi pakan maka pembongkaran molekul-molekul
pada proses katabolisme akan terjadi lebih cepat untuk kemudian
dikonversikan menjadi energi, dan kemudian proses anabolisme terjadi
lebih cepat dalam pembentukan jaringan otot yang baru. Demikian
pula sebaliknya.
VIII. Simpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa
1. Pada pengamatn efisiensi metabolisme pada mencit (Mus
musculus),nilai EM pada setiap perlakuan dari pengamatan awal
hingga akhir cenderung fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya suhu, aktivitas makhluk hidup, jenis kelamin,
berat badan, ukuran tubuh, stress, jenis makanan yang
dimetabolisme.
2. Tingkat Efisiensi metabolisme yang paling baik terjadi pada
perlakuan C, D, E,F
3. Pada hasil pengamatan efesiensi metabolisme pada Cacing Tanah
(Pharetima sp.) diperoleh tingkat efesiensi metabolisme yang paling
baik adalah pada media tanah kebun dan sawah persentase cacing yang
hidup sebanyak 100%.
IX. Daftar Pustaka
Eckert, R. 1983. Animal Energetics and Temperature in:
Animal Physiology Mechansm and Adaptation. 2nd
Edition. WH Freeman and Company. New York, pp:23-
25
Jelantik, Ida Bagus., D. Made Citrawathi., Komang Maharta., I Made
Sutajaya. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Singaraja : Jurusan
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Pendidikan Ganesha.
Riawan, I Made Oka., D. Made Citrawathi., I. Made Sutajaya. 2016.
Penuntuk Praktikum Fisiologi Hewan. Singaraja : Undiksha.
Parameter
Rerata Berat
Berat Pakan Berat Feses Suhu
EM (%)
Perl Badan (gr) (gr) (gr) (C)
akua B B
B B B B B B B E E E
n P P B B B S S S S E
B B B B P P F M M M
k k F1 F2 F3 0 1 2 3 M2
0 1 2 3 k0 k1 0 0 1 3
2 3
1 1 1 1 6 6
9
4 4 1 1 3 0 2. 3. 3 3 3 3 2 6
A . 0 0 6 0
. . 5 6 . . 9 55 3 2 1 1 . 8.0.
5
2 5 2 5 5 2
1 1 1 8 6
7 9
0 0 3 2 3. 1. 2. 3 3 3 3 3 5
B . 0 . 7 0 0
. . . 0 3 8 45 3 2 1 1 . 1.1.
7 5
5 9 5 5 0
0. 9 9
9 8 8 2 7 0. 0.
1 0 3 3 3 3 6 9
C 8 . . . 0 4. . 0 7 01 0
1 0 3 2 1 1 . 9.9.
2 4 2 2 3 5 5
5 9 9
1 9
8 8 8 0. 0.
1 0 2 0. 3 3 3 3 9 9
D . . 0 . 3 0 7 0 0
0 . 5 01 3 2 1 1 7 9.4.
9 5 2 5 5
9 7
1 1 9 9
9 1 6 1 0. 0.
4 0 1 0. 3 3 3 3 5 8
E . 0 7. . . 0 0 02 0
. . 0 8 3 2 0 1 . 9.2.
7 7 4 7 5 5
3 6 5 5
1 9 9
8 9 9 9 7. 6 0. 0.
6 0. 3 3 3 3 6 9
F . . . . 0 1 . 0 2 1 0
. 01 3 2 0 1 . 7.6.
5 3 8 2 5 3 5 5
5 5 9

Anda mungkin juga menyukai