Diajukan Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1)
Disusun Oleh :
NIM : 0110311-048
Menyatakan bahwa Tugas Akhir ini merupakan hasil kerja saya sendiri dan bukan
merupakan duplikasi dari hasil karya orang lain.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini saya menggunakan acuan dari hasil
penelitian, materi kuliah dan buku-buku kepustakaan yang saya cantumkan
seluruhnya dalam daftar pustaka pada halaman akhir Tugas Akhir saya ini.
Apabila ternyata pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan saya ataupun sanksi lain yang
ditetapkan oleh Universitas Mercu Buana.
(Choirul Sholeh)
i
DAFTAR ISI
HAL
SURAT PERNYATAAN i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAKSI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
ii
ABSTRAKSI
Masalah jalan perkotaan umumnya adalah volume lalu-lintas yang padat dan
kesulitan pemilihan jalur alih (detour). Dengan demikian perlu dicari alternatif
baru untuk mempercepat proses pelaksanaan di lapangan. Biasanya sistem
perkerasan dibagi menjadi dua yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku.
Perkerasan pratekan-pracetak dapat digolongkan sebagai salah satu jenis
perkerasan kaku.
iii
DAFTAR GAMBAR
HAL
BAB II
BAB III
Gambar 3.1. Peta fisiografi daerah Jawa Barat (van Bemmelen, 1949) .......... III-2
Gambar 3.2. Peta geologi lembar Jakarta .......................................................... III-3
Gambar 3.3. Plasticity chart (sistem USCS) ruas Cakung-Cilincing ................ III-7
BAB IV
iv
DAFTAR TABEL
HAL
BAB II
BAB III
BAB IV
v
BAB I - PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
I -2
BAB I - PENDAHULUAN
Studi pustaka.
Diperoleh dari modul perkuliahan, literatur lain serta situs-situs
elektronik yang mendukung dalam penyusunan tugas akhir.
Data lapangan.
Berupa data lalu lintas dan data daya dukung tanah.
Analisa perencanaan, metode pelaksanaan, analisa biaya dan
perbandingan dengan metode lain berpedoman pada teori-teori yang
telah didapat selama perkuliahan dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan serta petunjuk dan bimbingan dari dosen pembimbing.
I -3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Pada saat tanah dibebani, maka beban akan menyebar ke dalam tanah
dalam bentuk tegangan tanah. Tegangan ini menyebar sedemikian rupa
sehingga dapat menyebabkan lendutan dan akhirnya keruntuhan.
Berdasarkan karakteristik menahan dan mendistribusikan beban, maka
perkerasan dapat dibagi atas perkerasan lentur (flexible pavement) dan
perkerasan kaku (rigid pavement). Perkerasan lentur umumnya terdiri dari
beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
Sedangkan perkerasan kaku umumnya hanya terdiri dari satu lapis dan
menggunakan semen sebagai bahan pengikat.
II - 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur
ditentukan dari lebar perkerasan menurut Tabel 2.1 di bawah ini :
II - 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
n
Lintas Ekivalen Akhir (LEA) = LHR
j =1
j (1 + i )UR xC j xE j
( LEP + LEA)
Lintas Ekivalen Tengah (LET) =
2
Lintas Ekivalen Rencana (LER) = LET x FP
dimana :
UR = Umur Rencana
j = Jenis Kendaraan
UR
FP = Faktor Penyesuaian, ditentukan dengan
10
II - 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II - 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II - 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II - 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Perkerasan kaku terdiri dari pelat beton semen portland dan lapisan
pondasi (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Perkerasan kaku memiliki
modulus elastisitas yang tinggi, dan mendistribusikan beban terhadap
bidang area tanah yang cukup luas, sehingga bagian terbesar dari kapasitas
struktur perkerasan diperoleh dari slab beton sendiri.
II - 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II - 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II - 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
S
Faktor keseragaman (Fk) = x 100% x 25%
k
dimana :
ko = Modulus reaksi tanah dasar yang mewakili suatu seksi.
k =
k Modulus reaksi tanah dasar rata-rata dalam
n
suatu seksi jalan.
k = Modulus reaksi tanah dasar tiap titik di dalam seksi jalan.
n = Jumlah data k.
S = standar deviasi, S =
( ) ( k )
n k2
2
n(n 1)
II - 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Untuk (i 0) maka R =
(1 + i )n 1
e
log(1 + i )
Jika setelah m tahun pertumbuhan lalu lintas tidak terjadi lagi,
R=
(1 + i )m 1 + (n m )(1 + i )m1
e
log(1 + i )
Untuk (i 0) jika setelah n tahun pertumbuhan lalu lintas berbeda
dengan sebelumnya (i / tahun).
R=
(1 + i')m 1 + (1 + i )m (1 + i')nm 1
e
log(1 + i ) e
log(1 + i ')
Hitung jumlah repetisi kumulatif tiap kombinasi konfigurasi pada lajur
rencana :
JSKN x % kombinasi terhadap JSKNH x Cd
II - 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Es
n = angka ekivalen antara baja dan beton =
Ec
F = koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan
dibawahnya.
Es = modulus elastisitas baja.
Ec = modulus elastisitas beton.
dimana :
Lcr = jarak teoritis antara retakan (m)
p = luas tulangan memanjang per satuan luas beban
fb = tegangan lekat antara tulangan dengan beton (MPa)
S = koefisien susut beton
ft = kuat tarik lentur beton
n = angka ekivalen antara baja dan beton
u = keliling penampang tulangan per satuan luas
4
tulangan =
d
II - 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II - 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II - 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II - 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II - 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. Tebal perkerasan,
Tebal perkerasan kaku konvensional secara umum ditentukan oleh
kekuatan pondasi, kekuatan beton, dan volume lalu lintas. Untuk suatu
perkerasan kaku pracetak-pratekan, tebal perkerasan adalah hal yang
lebih fleksibel. Dalam banyak kasus, penentuan tebal perkerasan
dilakukan dengan asumsi awal dan kemudian melakukan penyesuaian
jumlah prategang pada perkerasan sebagai kriteria desain. Walaupun
hubungan antara kekuatan pondasi dan kinerja perkerasan tidaklah
baik sekali dipahami untuk perkerasan kaku pracetak-pratekan,
ukuran-ukuran disain diasumsikan sama halnya pada perencanaan
perkerasan kaku konvensional.
II - 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5. Besarnya prategang.
Besarnya prategang mengacu pada kekuatan prategang yang
diberlakukan pada perkerasan baik pretensioning atau post-tensioning.
Besarnya prategang bervariasi sepanjang perkerasan yang
berhubungan dengan kehilangan prategang.
CR = P + W + C + F
dimana:
CR = kombinasi tekanan kritis, (+) = Tegangan, (-) = Tekanan.
P = efektif prestress pada tempat kritis.
W = tekanan yang dihasilkan oleh roda.
II - 23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Besarnya tegangan pada bagian atas dan bawah slab adalah berbeda
sehingga diperlukan analisa. Selain itu kontrol terhadap tegangan harus
dievaluasi terutama pada bagian tengah dan akhir dari suatu sistem
slab.
II - 24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar. 2.11. Kabel standar post-tension yang terpasang pada joint panel.
II - 25
BAB III DATA PERENCANAAN
BAB III
DATA PERENCANAAN
Penurunan kondisi atau laju kerusakan jalan ini, sangat tergantung dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor internal (geologi
dan lingkungannya), faktor eksternal (beban lalu lintas dan beban
tambahan), tipe pondasi dan perkerasan jalan, jenis dan mutu material,
jenis penanganan dan pemeliharaan yang dilakukan dan faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi kondisi jalan.
salah satu tempat Pembuangan Akhir Sampah kota Jakarta. Pada awalnya
rawa-rawa di daerah ini ditimbun dengan sampah dan material lainnya.
Berdasarkan peta geologi, batuan tanah dasar yang menyusun tanah ini
adalah endapan tanah lunak yang cukup tebal, sehingga sering mengalami
penurunan tanah dasar. Berkurangnya kekuatan daya dukung tanah dasar
ini akan mengakibatkan ketidakstabilan perkerasan jalan yang
memperlihatkan terjadinya retakan-retakan di permukaan perkerasan
bahkan muka jalan pun mengalami penurunan.
Lokasi
Gambar 3.1. Peta fisiografi daerah Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)
III - 2
BAB III DATA PERENCANAAN
(2) Satuan batuan Sedimen Plistosen yang terdiri dari batu pasir tufaan
dan konglomeratan, tuf dan tuf konglomeratan. Satuan ini berupa
endapan kipas aluvium dan endapan pematang pantai terhampar luas
di bagian Utara.
III - 3
BAB III DATA PERENCANAAN
Kriteria yang dipakai untuk menentukan suatu deposit tanah tergolong tanah
lunak adalah apabila memiliki kuat geser undrained (su) dari 0 sampai
dengan 40 kPa (British Standard 5930:1981) atau nilai konus sondir (qc)
kurang dari 6 kg/cm2. Tabel 3-2 di bawah ini membagi-bagi konsistensi
tanah berdasarkan tahanan konus sondir.
III - 4
BAB III DATA PERENCANAAN
sampah relatif besar (nilai Cc kurang lebih 0,4) namun tidak sebesar pada
deposit tanah lunak.
DCP (Dynamic Cone Penetrometer) adalah salah satu alat yang dapat
digunakan untuk menguji kekuatan (daya dukung) tanah dan lapisan
granular perkerasan jalan dengan cepat. Hasil pengujian ini dikorelasikan
dengan nilai CBR (California Bearing Ratio), jadi kekuatan struktural / daya
dukung tanah ini dinyatakan dalam bentuk nilai CBR (%). Nilai CBR
(California Bearing Ratio) merupakan perbandingan daya dukung suatu
material terhadap daya dukung pasir di California. Dengan menggunakan
persamaan korelasi, dari nilai CBR ini bisa diperoleh besaran Modulus
III - 5
BAB III DATA PERENCANAAN
Pengujian dilakukan pada badan jalan yang sudah rusak parah atau pada
perkerasan beraspal yang sudah terkelupas. Pengujian dilakukan dengan
interval 500 meter pada lokasi/segmen yang sudah ditentukan berdasarkan
hasil survey kondisi visual. Selain itu, pada tiap-tiap titik pengujian
dilakukan sampai kedalaman 75 cm dan dilakukan 3 kali (triple) untuk tiap
titiknya.
III - 6
BAB III DATA PERENCANAAN
90
80
CH
70
Plasticity index (%)
60
50
40
30 MH
CL Zone 1
20
Zone 2
10 Zone 3
ML
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
III - 7
BAB III DATA PERENCANAAN
III - 8
BAB III DATA PERENCANAAN
Dari hasil survei lalu lintas tahun 2007 pada pelaksanaan penyusunan data
URMS (Urban Roads Management System) Wilayah Kota Metropolitan
Jakarta pada Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum untuk ruas Jalan
Cakung-Cilincing didapat :
No. Jenis Kendaraan Kendaraan/hari
1. Bajaj 0
2. Sedan/Jip/Station wagon 12062
3. Mikro Bus 5497
4. Bus Kecil 1461
5. Bus Besar 166
6. Pickup 1644
7. Truk Ringan 1855
8. Truk Sedang 4638
9. Truk Berat 5448
10. Truk Trailer 6150
11. Sepeda motor 39575
12. Sepeda/Becak/Gerobak 1527
III - 9
BAB III DATA PERENCANAAN
III -10
BAB III DATA PERENCANAAN
Pengumpulan Data
dan
Standar Rujukan
Data
Jalan Cakung-Cilincing
Analisa Data
Perbandingan Teknis
Perbandingan Biaya
III -11
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
BAB IV
ANALISA PERENCANAAN
DAN METODE PELAKSANAAN
LHR
j =1
j (1 + i )UR xC j xE j = LEP (1+i) UR
IV - 1
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
(7423,980 + 7425,609)
= = 7424,7945
2
e. Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER): LET x FP
= 7424,7945 x (10/10) = 7424,7945
Tanah dasar
IV - 3
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
Pembentukan.
Perataan.
Pemadatan.
Pengujian.
Pemeliharaan permukaan yang telah selesai.
Disiapkan sampai material lapis pondasi diletakkan diatasnya.
Bila dijumpai material padas atau lapisan keras atau material yang
sukar dibongkar pada garis ketinggian tanah dasar pada pekerjaan
galian, harus digali 15 cm lebih dalam. Tidak diperbolehkan adanya
tonjolan-tonjolan padas dari permukaan tersebut. Seluruh pecahan
padas yang memiliki diameter > 15 cm dibuang. Profil galian dan
ketinggian akhir yang dikehendaki harus dicapai dengan mengurug
kembali dengan material pilihan sekaligus diikuti dengan pekerjaan
perataan, pengukuran ketinggian dan pemadatan sampai ketinggian
rencana dicapai.
IV - 4
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 5
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 6
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
Pemadatan hanya boleh dilakukan bila kadar air dari material beroda
dalam rentang antara 3% kurang atau lebih dari kadar air optimum
seperti yang ditentukan oleh AASHTO T180 metode D. Bila mesin
gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau
degradasi berlebihan pada pondasi agregat, Direksi Teknik dapat
memerintahkan penggunaan mesin gilas beroda karet untuk pemadatan
lapisan akhir. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi
dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, kecuali pada
bagian yang bersuperelevasi penggilasan dimulai dari bagian yang
rendah bergerak kearah bagian yang tinggi.
IV - 7
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 8
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
Analisa biaya konstruksi perkerasan jalan lentur yang dibahas dalam tugas
akhir ini pada biaya mata pembayaran konstruksi jalan dan konstruksi
yang berhubungan, antara lain :
1. LASTON.
2. ATB.
3. Lapis resap pengikat.
4. Lapis perekat.
5. Aggregat Kelas A.
6. Aggregat Kelas B.
Daftar kuantitas dan harga mata pembayaran utama dan mata pembayaran
yang berhubungan dengan konstruksi utama perkerasan jalan lentur adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Perkiraan Biaya Perkerasan Jalan Lentur
NOMOR HARGA JUMLAH
MATA URAIAN PEKERJAAN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
PEMBAYARAN (Rp.) (Rp.)
a b c d e f=(d xe)
IV - 9
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
4.1.4. Pemeliharaan
IV - 10
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
- Fog Seal
Fog Seal adalah penghamparan tipis aspal emulsi slow setting yang
diencerkan pada permukan aspal yang telah tua atau teroksidasi. Fog
Seal berharga murah dan digunakan untuk memperbaiki kelenturan
pada permukaan perkerasan hot mix. Hal ini memungkinkan menunda
perlunya surface treatment atau pelapisan ulang non struktural.
Fog seal direkomendasikan untuk jalan dengan lalu lintas rendah, yang
dapat ditutup selama 4 - 6 jam, hal ini untuk memungkinkan aspal
emulsi slow setting menjadi break dan setting.
- Bahan peremajaan
Bahan peremajaan perkerasan diharapkan untuk memperbaiki sifat asal
aspal yang telah tua dengan cara meningkatkan rasio awal antara
asphaltenes terhadap maltene. Banyak produk bahan peremaja sifatnya
milik produsen, sehingga menyulitkan untuk mengetahui gambaran
generik bahan tersebut. Namun kebanyakan bahan peremaja
mengandung maltene karena kuantitasnya menurun pada aspal
disebabkan proses oksidasi. Bahan peremaja menengah hilangnya
bagian halus material pada permukaan perkerasan dan mengurangi
terbentuknya retak tambahan, namun juga berdampak mengurangi
kekesatan sampai satu tahun lamanya. Oleh sebab itu bahan peremaja
IV - 11
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
Volume air void perkerasan hotmix yang akan diremajakan harus tidak
kurang dari 5 % untuk menjamin peresapan bahan peremaja ke dalam
perkerasan. Bila void kurang dari 5 %, maka bahan peremaja akan
mengisi rongga dan menyebabkan campuran menjadi tidak stabil.
- Slurry Seals.
Slurry seal merupakan campuran berbentuk bubur dari aspal emulsi,
air, agregat halus bergradasi baik dan mineral pengisi yang
dihamparkan seperti cat kental pada permukaan jalan. Slurry seal
IV - 12
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
Ada 3 (tiga) dasar gradasi agregat yang digunakan untuk slurry seal
antara lain :
1. Tipe I ( halus).
Jenis ini bergradasi agregat halus (kebanyakan lebih kecil dari
ukuran 2,36 mm (No.8) dan digunakan untuk mengisi retak kecil
permukaan dan menyediakan pelindung tipis pada permukaan
perkerasan. Tipe I ini kadang-kadang digunakan sebagai persiapan
untuk pelapisan hotmix selanjutnya. Slurry Tipe I ini umumnya
digunakan terbatas untuk lalu lintas rendah.
2. Tipe II (umum).
Jenis ini lebih kasar dari tipe I dengan ukuran agregat maksimum
6,4 mm (0,25 inci) dan digunakan untuk memperbaiki permukaan
eksisting perkerasan yang menunjukkan kerusakan raveling
moderat sampai berat akibat pelapukan atau memperbaiki
kekesatan. Tipe II slurry ini sering digunakan.
3. Tipe III (kasar).
Jenis ini yang bergradasi paling kasar dan digunakan untuk
mengatasi kerusakan permukaan parah. Karena ukuran agregatnya
besar, campuran ini dapat digunakan untuk mengisi cekungan yang
rendah untuk mencegah menggenangnya air dan mengurangi
terjadinya kemungkinan kendaraan hydroplaning.
- Makrosurfacing
Makrosurfacing adalah peningkatan bentuk dari slurry seal yang
menggunakan komponen bahan berbasis sama yaitu aspal emulsi, air,
agregat halus dan mineral pengisi dan dikombinasi dengan bahan
tambah polymer.
IV - 13
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 14
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 15
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 16
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 17
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 18
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
R=
(1 + i )n 1 = (1 + 0,05)10 1 = 12, 889
e
log(1 + i ) e
log(1 + 0,05)
JSKN = 365 x 27.238 x 12,889 = 128.140.762,4
Jumlah repetisi kumulatif tiap kombinasi konfigurasi/beban sumbu
pada lajur rencana = JSKN x % kombinasi terhadap JSKNH x Cd
IV - 19
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 20
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
Bila elevasi tanah dasar lebih rendah dari elevasi rencana, dilakukan
penimbunan dengan tanah yang bagus dan dipadatkan lapis demi lapis
dan kepadatannya dikontrol. Tebal tiap lapisan disesuaikan dengan
kapasitas alat yang ada dan disarankan tidak lebih dari 30 cm. Bila
tebal timbunan lebih dari 2 meter atau terletak di atas tanah dasar yang
jelek, untuk mengatasi penurunan disarankan menggunakan geotextile
atau stabilisasi tanah.
IV - 21
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 22
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
aman, lean concrete dilapis plastik sebelum plat beton dicor. Dalam
hal sub base berupa unbound material misalnya sirtu/agregat, maka
untuk menghindari meresapnya sebagian air semen dari beton ke
dalam lapisan sub base maka permukaan sub base (setelah dipadatkan)
perlu prime coat dengan aspal atau dilapis plastik sebelum plat beton
dihampar. Fungsi plastik atau prime coat bukan sebagai pelicin
sambungan, melainkan sebagai penghalang meresapnya air semen dari
beton ke dalam sub base.
Permukaan sub base yang akan menjadi acuan harus diperiksa dulu
kerataannya untuk menjamin ketepatan elevasi sepanjang acuan. Bila
lebar pengecoran dapat dijangkau oleh alat penghampar (fixed form
paver) maka acuan samping dapat langsung dipasang pada tepi-tepi
plat beton. Bentuk dari acuan samping dibuat sedemikian agar mudah
dibongkar pasang. Sebaiknya dilumasi dengan minyak bekisting.
IV - 23
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 24
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
Permukaan sub base dibasahi secukupnya agar tidak menyerap air dari
beton yang dapat mempengaruhi menurunnya slump. Setiap kali beton
akan dihamparkan selalu diperiksa dulu slump dan temperaturnya.
IV - 25
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
f. Finishing.
Finishing yang dimaksud disini adalah pekerjaan penyelesaian
permukaan beton base sehingga memperoleh hasil yang memuaskan
sebagai lapisan permukaan (surface course).
IV - 26
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
Ada 2 (dua) tipe texture yaitu arah melintang dan arah memanjang
jalan. Texture arah melintang penampilannya lebih bagus dan mudah
dilaksanakan. Untuk kepentingan pemakai jalan, texture arah
memanjang lebih baik karena akan mengurangi suara gesekan antara
ban dan permukaan jalan disamping mengurangi tingkat kerusakan
ban.
Untuk memperoleh tepi beton yang bagus dan menghindari serpih,
bagian tepi tersebut dibuat tumpul dengan alat edging tool. Sambungan
perlemahan yang dilaksanakan menggunakan gergaji harus dilakukan
pada saat beton berumur 8 18 jam sesudah penghamparan.
Sambungan beton, baik yang melintang atau yang memanjang
dibersihkan untuk diisi dengan joint sealant.
IV - 27
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
Analisa biaya konstruksi perkerasan jalan kaku yang dibahas dalam tugas
akhir ini pada biaya mata pembayaran konstruksi jalan dan konstruksi
yang berhubungan, antara lain :
1. Perkerasan beton.
2. Wet Lean Concrete (WLC).
3. Agregat Kelas B.
Daftar kuantitas dan harga mata pembayaran utama dan mata pembayaran
yang berhubungan dengan konstruksi utama perkerasan jalan kaku adalah
sebagai berikut :
4.2.4. Pemeliharaan
IV - 28
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 29
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 30
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 31
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 32
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 33
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 34
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 35
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 36
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
b. Tahap persiapan.
yang masih ada. Tahap ini berfungsi agar pengguna jalan tidak
mengalami kecelakaan pada saat melintas di permukaan jalan.
f. Tahap pemasangan joint dan memulai segmen berikutnya.
Satu sistem perkerasan jalan kaku pracetak-pratekan telah selesai,
banyaknya sistem yang dibuat tergantung panjang pelaksanaan
penanganan jalan. Apabila penanganan jalan melebihi dari satu sistem
perkerasan jalan kaku pracetak-pratekan, maka pemasangan dilatasi
pada segmen joint panel terakhir perlu dilakukan, kemudian dapat
dilaksanakan pemasangan base panel dan duct panel selanjutnya.
Setelah segmen-segmen telah terpasang, kendaraan dapat segera
melintasi perkerasan jalan kaku pracetak-pratekan dengan lancar.
Daftar kuantitas dan harga mata pembayaran utama dan mata pembayaran
yang berhubungan dengan konstruksi utama perkerasan jalan kaku
pracetak-pratekan adalah sebagai berikut :
IV - 38
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
(Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5 6 =5 x4
DIVISI 7. STRUKTUR
7.1 (7) Beton Mutu Sedang Dengan fc' = 20 Mpa (K-250) M3 116,95 650.500,00 76.075.975,00
7.2 (9) Pengadaan dan Pemasangan Unit Pracetak Panel Deck (2,4 x 8)m M2 8.000,00 378.500,00 3.028.000.000,00
labla
4.3.4. Pemeliharaan
IV - 39
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 40
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 41
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 42
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 43
BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN
IV - 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Analisa perkerasan jalan kaku didapat tebal perkerasan untuk plat beton =
30 cm, lapis WLC (Wet Lean Concrete) tebal = 10 cm, dan lapis pondasi
bawah (Sub base course) tebal = 20 cm. Analisa biaya konstruksi jalan
baru pada mata pembayaran utama menggunakan perkerasan jalan kaku
membutuhkan anggaran sebesar Rp. 3.732.920.000,00.
5.2. Saran
V- 2
DAFTAR PUSTAKA
Sta 2+000
Sta 3+000
U
Tugas akhir ini untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang pendidikan Strata 1 (S-1) Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Disusun Oleh :
Nama : Choirul Sholeh
Nomor Induk Mahasiswa : 0110311-048
Jurusan / Program Studi : Teknik Sipil
Dosen Pembimbing,
Ir. Alizar, MT