Anda di halaman 1dari 16

TES KOAGULASE

METODA MIKROBIOLOGI
TAHAP DASAR I : ORIENTASI

Presentan :Yan Ajie Nugroho

Pembimbing :

dr. B. Rina A. Sidharta, Sp.PK(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017

i
LEMBAR PENGESAHAN
TES KOAGULASE
METODA MIKROBIOLOGI
JENJANG I : TAHAP I : DASAR

Oleh
Yan Ajie Nugroho

Dipresentasikan Pada Tanggal

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh Pembimbing

dr. B. Rina A. Sidharta, Sp.PK(K)


NIP 196304221988122001

Kepala Bagian Patologi Klinik Kepala Program Studi Patologi Klinik

Fakultas Kedokteran UNS Fakultas Kedokteran UNS

dr. Dian Ariningrum, M.Kes, Sp.PK dr.B. Rina A. Sidharta, Sp.PK-K


NIP.197107202006042001 NIP 196304221988122001

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LembarPengesahan ........ ii
Daftar Isi ........ iii
Daftar Gambar. iv
BAB I. PENDAHULUAN ................... 1
BAB II. TES KOAGULASE 5
A. Tahap Pra Analitik...................... 5
B. Tahap Analitik......................................... 6
C. Tahap Pasca Analitik .................. 7
BAB III. SIMPULAN ..................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............. 12

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hasil reaksi Staphaurex rapid aglutination slide..... 3


Gambar 2. Hasil slide coagulase test.... 8
Gambar 3. Hasil tube coagulase test.... 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Staphylococcus aureus (S. aureus) menghasilkan koagulase yaitu suatu


protein yang menyerupai enzim dan dapat menggumpalkan plasma oksalat.
Koagulase memiliki aktivitas seperti protrombin yang dapat merubah fibrinogen
menjadi fibrin (Koneman, 2006). Fibrin yang terbentuk akan melapisi permukaan
dinding Staphylococcus untuk melindungi diri dari fagositosis (Brooks et al.,
2013; Pommerville, 2013). Tes koagulase adalah tes yang digunakan untuk
membedakan Staphylococcus aureus dengan coagulase negative Staphylococcus
(Acharya, 2012).
Terdapat 2 macam koagulase yaitu free coagulase dan bound coagulase.
Free coagulase akan merubah fibrinogen menjadi fibrin melalui aktivasi
coagulase reacting factor (CRF) di dalam plasma. Free coagulase adalah protein
serupa trombin yang terdapat dalam kultur filtrat. Ketika suatu suspensi bakteri
penghasil koagulase dicampurkan dalam sejumlah plasma dalam tabungakan
terbentuk clot. Free coagulase akan dilepaskan di sekeliling medium (Ochei et
al., 2010).
Bound coagulase dapat secara langsung merubah fibrinogen menjadi
fibrin tanpa memerlukan CRF, dan dideteksi dengan adanya clumping pada slide
test. Bound coagulase berhubungan dengan sel bakteri (Ochei et al, 2010). Bound
coagulase sering disebut juga clumping factor yang menempel pada dinding
bakteri dan tidak terdapat pada kultur filtrat. Hal ini menghasilkan perubahan
terhadap fibrinogen dan mempresipitasi sel staphylococcus yang menyebabkan
terjadinya gumpalan ketika suspensi bakteri bercampur dengan plasma (Acharya,
2012; Jawetz, 2013). Untaian fibrin terbentuk diantara sel bakteri yang
disuspensikan di dalam plasma (fibrinogen), menyebabkan penggumpalan yang
akan terlihat pada slide test (Koneman, 2006). Free coagulase adalah bentuk yang
paling konstan dari produk ekstraseluler. Biasanya direkomendasikan untuk

1
melakukan tube coagulase test pada semua hasil negatif slide coagulase test
(Ochei et al., 2010).
Kebanyakan strain dari S. aureus memiliki ikatan koagulase atau clumping
factor pada permukaan dinding sel. Beberapa strain yang negatif pada slide
coagulase test harus dikonfirmasikan dengan tube coagulase test karena strain
yang tidak menghasilkan clumping factor akan menghasilkan free coagulase.
Beberapa strain dari coagulase negative species seperti S. lungdunensis dan S.
schleiferi juga memproduksi clumping factor dan menyebabkan hasil positif pada
slide test (Koneman, 2006).
Slide coagulase test dilakukan untuk mendeteksi bound coagulase atau
clumping factor sedangkan tube test coagulase dilakukan untuk mendeteksi free
coagulase (Acharya, 2012). Slide coagulase test mendeteksi faktor penggumpalan
yang sebelumnya disebut koagulasi sel terikat. Faktor penggumpalan secara
langsung mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang menyebabkan aglutinasi.
Suspensi dari organisme dibuat pada slide dan dicampur dengan tetesan plasma.
Adanya aglutinasi menunjukkan hasil tes positif yang berarti mengindikasikan
Staphylococcus aureus.
Beberapa spesies staphylococcus koagulase negatif bisa menjadi
positif. Hasil negatif harus dikonfirmasi dengan tube coagulase test. Slide
coagulase test adalah metode utama yang digunakan untuk mengidentifikasi S.
aureus di laboratorium klinis namun memiliki beberapa keterbatasan. Sekitar 15%
strain S. aureus biasa dan banyak lagi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus
(MRSA) memberikan reaksi negatif. Beberapa spesies staphylococci koagulasi
negatif memberikan reaksi positif. Semua hasil slide coagulase test negatif harus
dikonfirmasi dengan menggunakan uji koagulasi tabung sebagai uji definitif untuk
S. aureus (Acharya, 2012).
Tube coagulase test mendeteksi staphylocoagulase yang bereaksi dengan
CRF. Coagulase-reacting factor adalah molekul mirip trombin.
Staphylocoagulase dan CRF bergabung dan secara tidak langsung akan mengubah
fibrinogen menjadi fibrin. Suspensi organisme diinkubasi dengan plasma pada
suhu 37C . Pembentukan bekuan dalam 4 jam menunjukkan hasil tes yang

2
positif. Tes positif menunjukkan S. aureus. Beberapa spesies staphylococcus
coagulase negatif bisa menjadi positif. Tabung hasil pemeriksaan negatif harus
disimpan semalam dalam suhu kamar. Beberapa spesies memiliki enzim yang
dapat menyebabkan penghancuran bekuan setelah inkubasi dalam waktu yang
lama (Acharya, 2012).
Alternatif lain selain tes koagulase adalah dengan metode latex aglutinasi.
Di laboratorium mikrobiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
(RSDM) menggunakan sediaan komersil Staphaurex. Staphaurex adalah suatu
prosedur rapid aglutination slide untuk membedakan staphylococcus yang
memiliki koagulase dan atau protein A, khususnya S. aureus dari staphylococus
yang tidak memiliki faktor-faktor tersebut. Pereaksi staphaurex terdiri dari latex
polystyrene partikel yang telah dilapisi dengan fibrinogen dan imunoglobulin G.
Saat dicampur pada slide dengan suspensi organisme S. Aureus, reaksi faktor
penggumpalan dengan fibrinogen, dan atau protein A dengan imunoglobulin G
menyebabkan aglutinasi cepat partikel latex. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya tanda aglutinasi memperlihatkan penggumpalan yang jelas terlihat
dari partikel latex dengan latar belakang seperti susu (Gambar 1A). Hasil negatif
diindikasikan bila pada latex tidak terjadi aglutinasi dan tampak seperti cairan
susu yang tetap tidak berubah sepanjang tes (Gambar 1B).

Gambar 1. Hasil reaksi Staphaurex rapid aglutination slide (Anonim, 2011)

3
Reaksi kasar atau berserabut tampak seperti noda putih atau benang
(Gambar 1C) dapat diartikan sebagai berikut:
1. Bila disertai latar belakang yang tampak seperti cairan susu maka
dianggap negatif
2. Bila disertai latar belakang yang jernih maka dianggap positif.

4
BAB II
TES KOAGULASE

A. Pra Analitik
1. Alat dan Bahan
a. Sediaan kuman Staphylococcus
b. Larutan natrium chlorida (NaCl) 0,9%
c. Larutan plasma
d. Ose
e. Lampu spiritus
f. Object glass
g. Tabung reaksi

2. Jenis plasma
Plasma manusia atau kelinci yang diperoleh dari darah segar. Darah
mengandung sitrat tidak boleh digunakan karena organisme yang
memanfaatkan sitrat akan melepaskan kalsium dan menyebabkan hasil tes
menjadi positif palsu, contohnya Streptococcus faecalis akan memberikan
hasil tes koagulase menjadi false positif. Plasma kelinci lebih disukai,
karena memberi pembekuan lebih baik, bebas dari inhibitor dan aman.
Plasma manusia mengandung natrium sitrat sebagai antikoagulan, dan
beberapa bakteri yang memanfaatkan sitrat seperti Enterococcus faecalis
dapat menghancurkan antikoagulan dan menyebabkan pembekuan. Hasil
yang salah atau positif palsu bisa terjadi jika plasma tidak steril (Acharya,
2012).
Plasma kelinci dapat diperoleh dengan sentrifugasi darah dimana
ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) 0,1% ditambahkan sebagai
antikoagulan. Sebagai alternatif, dapat diperoleh lypophilized dari pemasok
komersial dan dilarutkan dengan penambahan air. Plasma manusia dapat
diperoleh dari bank darah, namun darah tersebut harus diskrining dan

5
ditemukan bebas dari antigen dan antibodi (Hepatitis B, human
immunodeficiency virus (HIV). Simpan plasma pada suhu 4C dan apabila
akan digunakan harus dibiarkan terlebih dahulu hingga mencapai suhu
kamar (Ochei et al., 2010; Acharya, 2012).

3. Reagen
Meskipun plasma manusia atau kelinci yang diperoleh dari darah
segar dapat digunakan, sediaan produk komersial lyophilized
direkomendasikan karena lebih mudah dalam mempertahankan quality
control. Darah mengandung sitrat tidak boleh digunakan karena organisme
pengguna sitrat akan melepaskan kalsium dan menyebabkan hasil tes
positif palsu. Sebagai contoh, Streptococcus faecalis dapat memberikan
hasil tes positif palsu dalam hal ini. Produk yang direkomendasikan
diantaranya adalah:
a. Difco bacto coagulase plasma.
b. BBL coagulase plasma rabbit.
c. API staphase (Koneman, 2006).

4. Quality Control
Menggunakan tabung koagulase-positif dan koagulase-negatif yang
diketahui sebagai kontrol, dan larutan plasma tanpa diencerkan untuk
memastikan tidak menggumpal secara spontan (Acharya, 2012).

B. Analitik
1. Prinsip
Enzim koagulase menyebabkan plasma membentuk klot dengan cara
merubah fibrinogen menjadi fibrin (Ochei et al, 2010)

2. Prosedur Kerja (Engelkirk, 2008; Acharya, 2012).


Slide test (Bound coagulase):

6
a. Letakkan 1 tetes air destilasi steril atau NaCl fisiologis pada glass slide,
secara perlahan.
b. Emulsikan suspensi dari organisme yang akan diperiksa dengan tetesan
tetes air destilasi steril atau NaCl fisiologis dengan menggunakan loop
inokulasi atau applicator stick.
c. Letakkan 1 tetes larutan coagulase plasma di dekat tetesan dari suspensi
bakteri kemudian campurkan seluruhnya.
d. Miringkan slide dan dibolak-balik.
e. Lihat adanya pembentukan gumpalan granular presipitasi berwarna putih.

Tube test ( free coagulase):


a. Masukan 0,5 mL larutan plasma kelinci pada dasar test tube steril.
b. Tambahkan 0,5 dari kaldu kultur 18-24 jam organisme yang diuji.
c. Campurkan dengan cara memutar tabung dengan perlahan, hindari
mengaduk atau mengocok campuran.
d. Tempatkan tabung pada suhu 370 C.
e. Periksa adanya pembentukan clot.

C. Pasca Analitik
1. Intepretasi hasil
a. Slide coagulase test
Hasil reaksi positif biasanya dideteksi dalam 15-20 detik dengan
adanya gambaran granular presipitasi atau pembentukan gumpalan
berwarna putih. Hasil tes dianggap negatif jika gumpalan tidak terbentuk
setelah 2 atau 3 menit. Semua kultur dengan hasil negatif atau positif
lambat harus diperiksa dengan tube coagulase test karena beberapa
strain dari S. aureus menghasilkan free coagulase dimana tidak bereaksi
pada slide test (Koneman, 2006).

7
Gambar 2. Hasil slide coagulase test (Acharya, 2012).

b. Tube coagulase test


Reaksi dikatakan positif jika clot terlihat di dalam tabung. Tes
paling baik dilihat dengan memiringkan tabung. Clot atau gel akan berada
di dasar tabung apabila tes koagulase positif. Bakteri koagulase positif
yang kuat dapat membentuk clot dalam 1-4 jam, untuk itu dianjurkan
bahwa clot diobservasi pada interval 30 menit untuk 4 jam pertama tes.
Fibrinolisin kuat dapat dibentuk oleh beberapa strain S. aureus dan dapat
melarutkan clot segera setelah terbentuk, oleh karena itu hasil tes positif
dapat terlewatkan jika tabung tidak diobservasi pada interval yang sering.
Strain S. aureus lainnya mungkin hanya menghasilkan koagulase yang
mengakibatkan hasil positif lambat setelah 18-24 jam inkubasi, untuk itu
semua hasil tes negatif dalam 4 jam harus kembali diobservasi setelah 18-
24 jam inkubasi (Koneman, 2006).

8
Gambar 3. Hasil tube coagulase test (Acharya, 2012).

2. Kontrol
Kemampuan koagulase dari plasma yang digunakan dapat diuji dengan
menambahkan 1 tetes 5% kalsium klorida pada 0,5 ml plasma kelinci
rekonstitusi. Clot seharusnya terbentuk dalam 10-15 detik. Strain S. aureus
koagulase positif dan S. epidermidis koagulase negatif digunakan sebagai
organisme kontrol (Koneman, 2006).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil


Spesimen yang tumbuh pada media dengan kandungan garam tinggi
seperti agar mannitol-salt cenderung tidak mengemulsi dengan baik sehingga
memberi gambaran reaksi yang kasar atau berserabut dan mungkin relatif
rendah dalam kandungan protein dan koagulase (Engelkirk 2008; Anonim,
2011). Beberapa spesies Staphylococcus selain S. Aureus contohnya S.
hyicus dan S. intermedius bisa memberikan hasil positif palsu (Acharya, 2012).

9
Darah mengandung sitrat tidak boleh digunakan karena organisme yang
memanfaatkan sitrat akan melepaskan kalsium sehingga akan menyebabkan hasil
tes koagulase positif palsu (Anonim, 2011).

10
BAB III
SIMPULAN

1. Staphylococcus aureus menghasilkan koagulase yaitu suatu protein yang


menyerupai enzim dan dapat menggumpalkan plasma oksalat.
2. Tes koagulase adalah tes yang digunakan untuk membedakan S. aureus
dengan coagulase negative staphylococcus.
3. Prinsip tes koagulase yaitu bahwa enzim koagulase menyebabkan plasma
membentuk clot dengan cara merubah fibrinogen menjadi fibrin.
4. Terdapat dua macam metode tes koagulase yaitu slide coagulase test
dilakukan untuk mendeteksi bound coagulase atau clumping factor dan
tube test coagulase yang dilakukan untuk mendeteksi free coagulase.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011, Staphaurex Thermofisher Scientific. www.thermofisherc.com.

(diunduh 7 Agustus 2017).

Archarya T. 2012. Coagulase Test: Principle, procedure and interpretation.

www.microbeonline.com. (diunduh 7 Agustus 2017).

Brooks, Carrol, Butel. 2013. Jawetz, Melnick, & Adelbergs Medical

Microbiology 26th ed.

Engelkirk P. 2008. Laboratory Diagnosis of Infectious Diseases: Essentials of


Diagnostic Microbiology.

Koneman E. 2006. Koneman's Color Atlas and Textbook of Diagnostic


Microbiology. 6th ed.

Ochei J., Kolhatkar. 2010. Medical Laboratory Science : Theory And Practice.
New Delhi : Tata McGraw-Hill

Pommerville J. 2013. Body Systems Edition: Fundamentals of Microbiology.

12

Anda mungkin juga menyukai