TUNJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
utama karena kecelakaan pada anak, dan memerlukan pertolongan cepat di tempat
tempat kejadian sebelum sampai di rumah sakit dilanjutkan respons cepat dan
tatalaksana agresif tim ruang gawat darurat dan ruang intesif rumah sakit
1.2 Definisi
lingkungan dengan air sebagai salah satu peluang bahaya. Kongres dunia untuk
1
Drowning menjelaskan bahwa tenggelam adalah proses mengalami penurunan
kematian akibat asfiksia yang terjadi dalam 24 jam setelah peristiwa tenggelam di
air, sedangkan hampir tenggelam (near drowning) adalah korban masih dalam
keadaan hidup lebih dari 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air. Jadi,
1.3 Epidemiologi7
tenggelam fatal dan diperkirakan 5789 orang dirawat di departemen darurat rumah
tertinggi terjadi pada anak-anak usia 1-4 tahun (2,55/100.000) dan 15-19 tahun
juga berkaitan dengan faktor seperti jenis kelamin, penggunaan alcohol, riwayat
Sebagian besar (71%) kematian akibat tenggelam pada anak berusia di bawah
satu tahun terjadi di bak mandi, ketika bayi ditingal sendiri ataupun dengan
saudara yang lebih tua. Risiko utama lainnya pada kelompok usia ini adalah
ukuran ember di rumah (16%). Rata-rata anak berusia sembilan bulan dengan
berat tubuh bagian atas lebih berat dapat dengan mudah jatuh ke dalam ember
2
dengan kepala di bagian bawah sehingga dalam hitungan menit dapat
meninggal.
Kejadian tenggelam paling sering terjadi pada usia 1-4 tahun, oleh karena rasa
pedesaan kematian akibat tenggelam pada kelompok usia ini terjadi di parit
irigasi, kolam, atau sungai. Tenggelam adalah salah satu penyebab utama
Tenggelam pada anak usia sekolah lebih sering terjadi di badan air alami
seperti sungai, danau, dan laut. Tidak seperti pada usia presekolah, berenang
usia sekolah.
- Remaja
Angka kematian akibat tenggelam tertinggi kedua terjadi pada usia remaja 15-
19 tahun. Hampir 70% kejadian tenggelam terjadi di air tawar. Pada kelompok
usia ini kejadian kematian akibat tenggelam dipengaruhi jenis kelamin dan
ras. Fatal drowning 80% terjadi pada laki-laki, kejadian tenggelam pada laki-
laki 10 kali lebih besar dibanding pada wanita. Ketimpangan gender mungkin
terkait dengan perilaku pengambilan risiko pada laki-laki yang lebih besar,
3
penggunaan alcohol yang lebih banyak pada laki-laki, kurangnya persepsi
lebih tinggi dibanding perempuan. Pada tahun 2009, kejadian tenggelam pada
laki-laki kulit hitam usia 15-19 tahun dua kali lebih besar daripada laki-laki
kulit putih pada usia yang sama. Perbedaan paparan pelajaran tentang renang,
- Keadaan tertentu
hingga 19 kali lipat terjadi pada individu dengan epilepsy. Tenggelam pada
anak dengan kejang lebih sering terjadi di bathtubs dan kolam renang.
air.
- Penggunaan alkohol
4
- Olahraga dan rekreasi
kardiak. Pada 2012 United States Coast Guard melaporkan hampir 90%
pelampung.
1.4 Patofisiologi
antara lain adalah ketahan fisik, kemampuan berenang, keberadaan bantuan alat
pelampung, jarak untuk mencapai tempat yang aman, suhu air, usia, dan lain-lain.3
Cedera anoksia-iskemia7
mencoba ke permukaan. Selama tahap ini, sejumlah kecil air masuk hipofaring,
memicu spasme laring. Ada penurunan progresif saturasi oksigen darah arteri
depresi medulla menyebabkan apnea terminal. Dalam waktu yang sama akan
terjadi penurunan kardiak output dan suplai oksigen ke berbagai organ. Dalam 3-4
setelah cardiopulmonal arrest akan terjadi udem serebral. Udem serebral yang
iskemia.
5
Efek terhadap paru
secara besar-besaran dari rongga alveolus ke dalam pembuluh darah paru. Hal ini
dikarenakan tekanan osmotic di dalam pembuluh darah paru lebih tinggi daripada
Eritrosit yang mengalami lisis ini akan melepaskan ion kalium ke dalam sirkulasi
(hiperkalemi).
Apabila aspirasi air cukup banyak, akan timbul hemodilusi yang hebat. Keadaan
ini akan menyebabkan curah jantung dan aliran balik vena bertambah, sehingga
instabilitas alveolar sehingga terjadi kolaps paru.1 Pada inhalasi air laut, tekanan
osmotik cairan di dalam alveolus lebih besar daripada di dalam pembuluh darah.
Oleh karena itu, plasma darah akan tertarik ke dalam alveolus. Proses ini dapat
darah dengan laju nadi yang cepat, dan akhirnya timbul kematian akibat anoksia
dan insufiensi jantung dalam 3 menit. Keluarnya cairan ke dalam alveolus juga
alveoli dan sistem kapiler, sehingga terjadi penurunan kapasitas residu fungsional
6
dan edema paru.1-3 Akibat lebih lanjut lagi, dapat terjadi atelektasis karena
Bila korban mengalami aspirasi atau edema paru, dapat terjadi acute
isi lambung, patogenitas organism, bahan kimia beracun, dan benda asing lainnya
dan penurunan curah jantung. Hipertensi pulmoner dapat terjadi akibat pelepasan
mediator inflamasi.3
hipoksemia, dan pasien dapat tidak sadar. Efek lain dari hipoksia diantaranya
dilaporkan terdapat kelainan elektrolit yang ringan. Perubahan yang mencolok dan
7
penting adalah perubahan gas darah dan asam-basa akibat insufisiensi respirasi,
dan respiratorik. Kelainan yang lebih banyak terjadi adalah hipoksemia. Keadaan
yang segera terjadi setelah tenggelam dalam air adalah hipoventilasi dan
menurun drastis menjadi 40 mmHg dalam satu menit pertama, menjadi 10 mmHg
Disfungsi serebri dapat terjadi akibat kerusakan hipoksia awal, atau dapat
juga karena kerusakan progresif susunan saraf pusat yang merupakan akibat dari
kalsium ke dalam otot polos pembuluh darah, dan radikal bebas yang dibawa
oksigen.1,3
korban tetap mengapung dan menjaga kepala di atas air tanpa gangguan
pernapasan. Definisi air dingin bervariasi antara 15-20 C. Tenggelam dalam air
dingin korban akan mengalami syok air dingin serangkaian respon fisiologis
tubuh. Korban dengan hipotermia ringan memiliki suhu dari 34-36 C dengan
8
menyebabkan gangguan kognisi, koordinasi, dan kekuatan otot sehingga kurang
mungkin syok. Pada suhu tubuh <28 C, terjadi bradikardia ekstrim dengan
1.5 Tatalaksana
oleh durasi, waktu cepat tanggap penyelamatan pasien, dan keefektifan usaha
resusitasi. Pada kasus drowning, pasien dibagi menjadi dua kelompok sesuai
dengan keadaan saat di tempat kejadian. Kelompok pertama adalah anak yang
Kelompok kedua adalah anak yang mengalami henti jantung yang membutuhkan
keseimbangan asam basa, dan mencegah kerusakan sistim saraf pusat yang
9
lanjut.7 Segera setelah korban ditolong, harus dilakukan resusitasi jantung paru.
sakit dan untuk membalikkan keadaan anoksia dan mencegah cedera karena
hipoksia.7 Setiap menit yang dilalui tanpa pernapasan dan sirkulasi yang adekuat
yang tidak bergejala harus diobservasi, minimal selama 6-8 jam di rumah sakit
meningkatnya usaha napas dan meningkatnya PCO2 pada analisis gas darah.7
Kematian yang lambat dapat terjadi akibat atelektasis yang luas, edema paru akut,
Jalan napas harus bersih dari muntahan dan benda asing yang dapat
karena tertelan air, sehingga jika dilakukan dapat meningkatkan risiko regurgitasi
dan aspirasi. Bila diduga adanya benda asing, manuver chest compression atau
back blows lebih dianjurkan.1,7 Pada pasien yang belum bernapas spontan, dapat
diberikan napas bantuan mouth-to mouth atau mouth-to-nose sampai datang alat
bantu napas atau dengan masker bagging tekanan positif. Bila pasien dapat
10
arteri.1,3 Spina servikal dijaga bila terdapat kemungkinan cedera tulang leher.
Leher diposisikan dalam posisi netral. Pikirkan cedera servikal pada remaja,
kecelakaan bermotor, jatuh dari ketinggian, kekerasan dalam rumah tangga, tanda
klinis pada trauma sangat berat1,7 Sejalan dengan penyelamatan jalan napas dan
untuk resusitasi.7 Resusitasi jantung paru dilakukan pada pasien dengan hipotensi
berat, bradikardia, dan pulseless. Pantau EKG untuk deteksi dini aritmia dan awasi
basah yang masih melekat di badan setelah pasien berada di IGD atau di PICU.
Pada pasien yang tidak stabil seperti aritmia, lingkungan sekitar pasien
warmer.1,7 Akses vaskular harus segera dipasang jika dibutuhkan pengobatan dan
hampir setengahnya perburukan atau hipoksemia pada 4-8 jam setelah peristiwa
terbaik dilakukan pada membrane timpani karena berkorelasi kuat dengan suhu
11
atau radiant warmer.1,7 Lakukan pemantauan vital sign secara serial dan
oksigenase dengan pulse oximetry. Pasien drowning dengan risiko rendah dan
asimtomatik yang setelah observasi 6-8 jam didapatkan pemeriksaan fisik normal
Tatalaksana Kardiorespirasi
diperbaiki oksigenase dan ventilasi agar adekuat. Untuk mencapai itu dilakukan
resusitasi cairan dan agen inotropik untuk meningkatkan volume preload sehingga
meningkatkan stroke volume dan cardiac output. Hindari overloading cairan pada
paru. Pemantauan EKG wajib dilakukan untuk deteksi dini aritmia.7 Pada pasien
drowning di air bukan es dengan henti jantung yang persisten, dilakukan resusitasi
jantung paru secara agresif dan dilanjutkan jika menunjukkan perbaikan. Namun,
resusitasi dihentikan setelah 25-30 menit, tetapi penghentian ini tergantung dari
Tatalaksana Neurologi
Pasien drowning yang sadar dan awas saat berada di rumah sakit biasanya
oksigenase, ventilasi, perfusi, suhu inti tubuh, dan kadar gula darah. Pada pasien
12
intensif neurologi yang konvensional pada pasien drowning seperti pembatasan
pasien drowning. Jika ada kejang, maka berikan phenytoin atau fosphenytoin
terbagi 2-3 dosis. Phenytoin memiliki efek neuroprotektif, dan memulihkan edema
paru neurogenik. Pasien dengan koma terutama koma yang dalam sering tidak
bisa diselamatkan karena cedera hipoksia otak atau sembuh dengan kerusakan
Cari dan nilai tanda-tanda cedera, terutama pada pasien drowning karena
besar mengalami demam pada 48 jam pertama dan sembuh sendiri tanpa
antibiotik.7
Tatalaksana Hipotermia
Buang semua pakaian basah yang masih melekat di badan pasien. Lakukan
eksternal, atau aktif internal. Lakukan RJP pada pasien drowning dengan
hipotermia jika tidak ada denyut atau kompleks QRS tidak ada di EKG. Jika suhu
inti tubuh <30oC dan terjadi ventricular fibrillation, maka berikan defibrilasi
sambil menaikkan suhu inti tubuh >30oC, tetapi defibrilasi akan baru efektif jika
13
suhu inti tubuh >30oC. Setelah pasien sadar, lakukan pemantauan suhu tubuh
secara terus menerus. Jika pasien tetap tidak sadar, hentikan RJP.7
X-ray dada biasanya didapatkan gambaran edema antar sel atau edema
metabolik. Bila pasien menunjukkan hipotensi atau tidak ada respons, dianjurkan
Na bikarbonat (mEq) = berat badan (kg) x deficit basa (mEq) x 0,3. Jalan
napas harus dibersihkan dari kotoran dan dijamin tetap terbuka. Pada korban
hampir tenggelam yang banyak menelan air, risiko aspirasi muntahan sangat
besar. Oleh karena itu, lambung harus cepat dikosongkan dengan memakai pipa
nasogastrik.3
pressure (PEEP) dimulai sekitar 5 cm H2O, dapat di naikkan bertahap hingga 10-
ventrikel takikardi (VT) atau ventrikel fibrilasi (VF) 29% dan bradikardi 16%.
14
tanpa nadi. Obat-obatan kardioaktif mungkin diperlukan untuk memperbaiki ritme
memperbaiki fungsi jantung dan perfusi perifer, namun pada keadaan disfungsi
miokard pemberian cairan yang agresif mungkin dapat memperburuk edema paru.
pada penderita dengan disfungsi jantung atau hipotensi setelah kejadian hipoksik-
nebulisasi agonis-2 akan memberikan hasil yang baik. Pemberian antibiotik pada
saat awal tidak dianjurkan, meskipun seringkali air yang diaspirasi mengalami
kontaminasi. Oleh karena itu perlu pemeriksaan kultur darah, kultur sputum,
berdasarkan kultur darah atau sputum. Penggunaan obat steroid tidak dianjurkan
karena tidak ada bukti baik secara klinis maupun eksperimental yang
1.6 Prognosis
< 5menit, durasi RJP <10 menit, irama jantung sinus, pupil reaktif, respons
neurologi baik di tempat kejadian, sadar dalam 48-72 jam setelah kejadian.
Prediktor yang memengaruhi prognosis buruk antara lain, koma yang dalam,
15
apnea, refleks pupil tidak ada, hiperglikemik, waktu tenggelam >10 menit, dan
durasi RJP >10 menit. GCS kurang memiliki penilaian yang bermakna dalam
prognosis
16
1.7 Pencegahan
bersosialisasi, perhatian penuh dan fokus sepenuhnya saat mengawas anak. Tabel
17
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : AB
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No MR : 470291
Autoanamnesis
Seorang anak perempuan umur 11 tahun dirawat di Bangsal anak RSUD
Achmad Mochtar Bukittinggi sejak tanggal 16 April 2017 dengan :
Keluhan Utama:
Sesak napas sejak 4 jam sebelum masuk Rumah Sakit
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sesak napas sejak 4 jam sebelum masuk Rumah Sakit setelah tenggelam
Pasien awalnya bermain dan diajak berenang kemudian tenggelam. Lama
tenggelam lebih dari lima menit. Setelah tenggelam pasien tidak sadarkan
diri. Tidak ada yang mengawasi pasien saat kejadian. Tidak ada pagar,
penghalang, ataupun tanda peringatan dilarang berenang di tempat
kejadian.
Setelah ditemukan, pasien dilarikan ke Puskesmas Pakan Kamih dan
diberikan napas bantuan, oksigen, dan resusitasi minimal kemudian pasien
dirujuk ke RSAM Bukittinggi. Pasien sadar saat di perjalanan menuju
rumah sakit.
Setelah sadar pasien mengeluhkan ada rasa tercekik. Pasien batuk dan
keluar air dari mulut dan hidung dengan jumlah setengah gelas
Pasien mengatakan ada tertelan air tetapi sedikit
Pasien tidak menggunakan pelampung atau alat bantu renang
Pasien tidak bisa berenang
Muntah ada, tidak proyektil, berwarna kemerahan, sebanyak 1 gelas.
BAK berwarna kemerahan
18
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung dan kejang.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit keturunan,
kejiwaan, dan keganasan
Riwayat Kehamilan:
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, tidak
mengonsumsi obat-obatan/jamu, kontrol kehamilan teratur ke bidan, dan lama
hamil cukup bulan.
Riwayat Kelahiran:
Lahir spontan, ditolong bidan, saat lahir menangis kuat dengan berat badan
lahir 2900 gr panjang badan 41 cm
.
Riwayat Makanan dan Minuman:
ASI : 0-2 tahun
PASI : 6-8 bulan
Bubur susu : 6 bulan
Nasi Tim : 8 bulan
Nasi biasa : 1 tahun sampai sekarang
Riwayat Imunisasi:
imunisasi dasar lengkap
Riwayat Keluarga:
Ayah Ibu
Umur 44 tahun 46 tahun
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
Perkawinan Pertama Pertama
Penyakit yang pernah di
- -
derita
19
Perkembangan mental:
Isap jempol (-), gigit kuku (-), sering mimpi(-), mengompol (-), aktif sekali(-),
apati (-), membangkang (-), ketakutan (-).
Kesan : Pertumbuhan fisik dan perkembangan mental dalam batas normal.
Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital
Keadaan umum : Sakit berat
Kesadaran : Somnolen (GCS 14 E4V4M6)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 101x/i
Frekuensi napas : 61x/menit
Suhu : 35,9oC
Berat badan : 35 kg
Tinggi badan : 137 cm
Status gizi : BB/U : 94,5%
TB/U : 95,1%
BB/TB : 109%
Kesan : normal
Pemeriksaan Sistemik
Kulit : Teraba hangat
KGB : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Kepala : Bentuk bulat, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam
tidak mudah rontok.
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
20
Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Gigi & mulut : Bibir dan mukosa mulut basah
Leher : Tidak ditemukan kelainan
Dada :
o Paru : I : Normochest, simetris kiri dan kanan, retraksi -
Pa : fremitus kiri sama dengan kanan
Pe : Sonor
Au : Vesikuler, ronkhi +/+, wheezing -/-
o Jantung : I : Iktus tidak terlihat
Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : atas : RIC II, kiri : 1 jari medial LMCS RIC V,
kanan : linea sternalis dextra
Au : Irama teratur, bising (-)
Abdomen : I : distensi (-)
Pa : supel, hepar tidak ada pembesaran, lien tidak teraba
Pe : timpani
Au: Bising usus (+) normal
Punggung : Tidak ada kelainan
Alat kelamin : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2 detik
Pemeriksaan laboratorium:
1. Urinalisa
Warna kuning muda
Protein
Glukosa
Bilirubin
Urobilinogen
Benda keton ++
pH 6,5
Nitrit
Darah samar
21
Leukosit
Berat jenis 1,05
2. Kimia darah
Hb : 16 gr/dl
Eritrosit : 5,87 jt
Hematokrit: 43,9 %
Leukosit : 4160/mm3
Trombosit : 443.000
Na/K/Cl : 133,4/3,39/98,6
Glukosa : 154 mg/dl
3. Analisis Gas Darah
pH : 7,32
pCO2 : 39,4 mmHg
pO2 : 67,5 mmHg
SO2 : 91,5 %
HCO3- : 20,6 mmol/L
Pemeriksaan Radiologi
22
Diagnosis Kerja:
Pneumonia Aspirasi es Near drowning (nonfatal drowning)
Terapi:
IVFD RL 28 tpm
O2 10 l/menit NRM
Injeksi ceftriaxon 2x1 g iv
Injeksi bisolvon 3x1 amp iv
Injeksi ranitidine 2x50 mg iv
Injeksi vitamin K 3x1 amp iv
Injeksi kalnex 3x1 amp iv
Injeksi deksametason 3x1 amp iv
NGT
23
O2 1L/menit nasal kanul
Ceftriaxon 1x2 gr
Ranitidine 2x40 mg iv
Deksametason 3x5 mg iv
Diet ML 1000 kkal per oral
24
Follow up 19 April 2017
S/ : Hari rawatan ke-3, sesak napas tidak ada. Demam tidak ada. Nyeri perut
tidak ada. Muntah tidak ada. BAK ada, warna dan jumlah biasa. BAB ada.
O/ :
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Sadar
Nadi : 96x/menit
Nafas : 24x/menit
Suhu : 36,9oC
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
KGB : Tidak terdapat pembesaran
Mulut : Mukosa bibir dan mulut basah
Thorak : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : distensi (-), bising usus + normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
A/ Pneumonia Aspirasi ec Near drowning (nonfatal drowning)
P/
O2 1L/menit nasal kanul
Ceftriaxon 1x2 gr
Ranitidine 2x40 mg iv
Diet MB TKTP
25
BAB 3
DISKUSI
Pasien anak perempuan umur 11 tahun hari rawatan ke-3 di RSUD Ahmad
fisik. Pada anamnesis didapatkan keluhan utama sesak napas sejak 4 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan pasien bermain
dan diajak berenang kemudian tenggelam. Hal ini dapat menyingkirkan sesak
disebabkan pneumonia bakteri atau virus. Pasien tenggelam lebih dari lima menit,
tetapi pasien langsung sadar setelah mendapatkan resusitasi minimal dan langsung
sadar dalam waktu kurang dari 24 jam. Hal ini menunjukkan prognosis yang baik
pada pasien ini.1,7 Pasien menceritakan bahwa tidak ada pagar, penghalang,
juga mengatakan tidak membawa pelampung ataupun alat bantu renang. Pasien
juga mengatakan tidak bisa berenang. Hal ini menunjukkan faktor risiko
terjadinya drowning pada anak-anak.7 Pasien juga mengatakan bahwa saat sadar
shock dan terdapat sejumlah air yang tertelan sehingga terjadi gangguan
kompensasi aliran darah yang tidak seharusnya ke saluran cerna. Penyebab BAK
26
Pada pasien ini tidak terdapat defisit neurologis karena tidak ada gejala
Kemudian pasien cepat sadar dalam 24 jam setelah kejadian sehingga pada pasien
ini tidak terdapat cedera otak karena hipoksia, termasuk kerusakan batang otak.
Pada pasien juga tidak terdapat riwayat kejang dan epilepsi. Saat pasien di IGD
Pada pasien ini tidak terdapat tanda-tanda dari henti jantung karena pasien
jaringan yang baik yang ditandai dengan hasil AGD berupa pCO2 39,4 mmHg
(dalam batas normal), pO2 67,5 mmHg (dalam batas normal), dan SO2 : 91,5%,
dengan suhu tubuh 35,9% sehingga tidak perlu pemantauan EKG karena
pemantauan EKG dilakukan pada pasien yang tidak sadar, terdapat tanda-tanda
hipoventilasi dengan hasil AGD asidosis dan suhu tubuh <30oC. Pada keadaan
cukup besar.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Kallas H. Drowning and near drowning. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia:
Saunders; 2007. h. 321-30.
2. Zulkarnaen I. Hampir Tenggelam Dalam: NN Rahajoe, B Supriyatno, DB
Setyanto, penyunting Buku Ajar Respirologi Anak Edisi pertama Jakarta:Ikatan
Dokter Anak Indonesia;2008 hlm 427-32
3. Stevenson M, Rimajova M, Edgecombe D, Vickery K. Childhood drowning:
barriers surrounding private swimming pools. Pediatrics 2003:111;e 115-9.
4. Nasrullah M, Muazzam S. Drowning mortality in the United States, 1999-2006
J Community Health (2011) 36:69-75.
5. American Heart Association. Drowning. Circulation 2005;112:IV-133-IV-135.
6. Numa AH, Hammer J, Newth C. Near-drowning and drowning. . Dalam:
Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush A, penyunting. Kendig's disorders of
the respiratory tract in children. Edisi ke-7.Philadelphia: Saunders-Elsivier;
2006. hlm. 661-75..
7. Caglar D and Quan L. Drowning and Submersion Injury. Nelson textbook of
pediatrics. 20 edition. Philadelphia: Elsevier; 2016. p 561-8
28