Anda di halaman 1dari 71

FUTSAL

(Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan)

DISUSUN OLEH:

ZULKARNAIN BANCIN
030905042

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
ABSTRAKSI

Perkembangan Kota Medan yang begitu pesat memunculkan berbagai persoalan


yang kompleks, oleh karena itu dibutuhkan suatu solusi. Salah satunya adalah yang bersifat
menghibur sekaligus menyehatkan bagi masyarakat metropolitan, sehingga para pengusaha
atau pemilik modal berlomba-lomba untuk menawarkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan
saat ini, salah satunya adalah olahraga futsal.

Kajian ini berkenaan dengan suatu trend olahraga di Kota Medan, Sumatera Utara.
Kajian ini juga menfokuskan kepada kecenderungan anak muda Kota Medan untuk bermain
futsal. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan keberadaan para anak muda
Kota Medan yang gemar bermain futsal. Dengan demikian mereka tentunya membentuk
suatu komunitas yang berbasiskan futsal, yaitu tim futsal. Yang menjadi pertanyaan di sini
adalah mengapa mereka tertarik untuk bermain futsal, apa pandangan mereka terhadap
futsal itu sendiri, setelah bermain futsal apa yang mereka peroleh, dan mengapa futsal
dianggap penting dalam kehidupan mereka? Untuk menjawab hal tersebut, maka
penelitian ini dilakukan.

Adapun hasil penelitian ini menjelaskan bahwa yang sangat gemar untuk bermain
futsal adalah mereka yang umumnya hobi bermain sepak bola, dari para pemain sepak bola
ini pada umumnya adalah anak muda. Aktivitas mereka sehari-hari dari berbagai macam
profesi baik itu mahasiswa, pelajar, para Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan ada juga yang
bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta. Dari pekerjaan mereka tersebut ada suatu
kejenuhan, sehingga mereka bermain futsal untuk menghilangkan kejenuhan bekerja.
Melalui futsal, mereka dapat bertemu, beramah tamah, dan sebagai sarana untuk reuni
dengan teman lama. Tidak kalah pentingnya adalah futsal dijadikan sebagai trend sehingga
apabila mereka yang tidak bermain futsal maka mereka dianggap tidak mengikuti
perkembangan zaman.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
DAFTAR ISI

Abstraksi . .............................................................................................................. i

BAB I. PENDAHULUAN. .......................................................................................... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

I.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 5

I.3. Tujuan Penelitian...................................................................................... 6

I.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

I.5. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 7

I.6. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8

I.7. Metode Penelitian ..................................................................................... 12

I.8. Wawancara ............................................................................................... 13

1.8.1. Wawancara Mendalam ................................................................. 13

1.8.2. Wawancara Tidak Terstruktur....................................................... 14

1.9. Analisa Data ............................................................................................. 14

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................... 15

II.1. Sejarah Kota Medan ................................................................................. 15

II.2. Visi dan Misi Kota Medan........................................................................ 18

II.2.1. Visi Kota Medan.......................................................................... 18

II.2.2. Misi Kota Medan ......................................................................... 20

II.3. Letak Geografis ........................................................................................ 21

II.4. Kota Medan dan Perkembangannya .......................................................... 22

II.5 Fungsi Kota Medan ................................................................................... 24

II.6. Sekilas Mengenai Lokasi Penelitian.......................................................... 26

II.6.1. Lapangan Terminal Futsal............................................................ 27

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
II.6.2. Lapangan Elektrik Futsal ............................................................. 29

II.7. Keadaan Penduduk ................................................................................... 30

BAB III. FUTSAL ....................................................................................................... 32

III.1. Sejarah Futsal ......................................................................................... 32

III.2. Perkembangan Futsal di Indonesia .......................................................... 34

III.3. Perkembangan Futsal di Kota Medan ..................................................... 35

III.4. Aspek Penting dalam Futsal .................................................................... 36

III.4.1. Peraturan Permainan Futsal. ....................................................... 37

III.4.2. Pemain Futsal ............................................................................. 38

III.4.3. Waktu Permainan ....................................................................... 38

III.4.4. Lapangan Futsal dan Perlengkapan Futsal ................................... 39

BAB IV. TREND DAN KOMUNITAS FUTSAL DI KOTA MEDAN ..................... 44

IV.1. Trend Futsal ........................................................................................... 44

IV.2. Faktor Berkembangnya Futsal di Kota Medan ....................................... 48

IV.3. Komunitas Futsal .................................................................................... 50

IV.4. Tumbuhnya Komunitas Futsal di Kota Medan......................................... 52

IV.5. Pandangan Anak Muda Kota Medan terhadap Futsal ............................... 54

IV.6. Konsepsi Kelompok................................................................................ 57

BAB V. PENUTUP...................................................................................................... 60

V.1. Kesimpulan .............................................................................................. 60

V.2. Saran ....................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................................. 64

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat modern yang pola hidupnya terarah, tidak dipungkiri

menimbulkan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat, hal ini terjadi karena

adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu. Menurut

Soekanto kelompok-kelompok sosial tidak hanya terjadi pada orang-orang yang

bekerja dalam segi ekonomi, politik dan budaya tetapi pada akhirnya mucul

kelompok sosial yang dibentuk oleh sekelompok anak muda yang ternyata menjadi

gaya hidup generasi muda (1990), selanjutnya Soekanto menambahkan bahwa :

Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya


karena pada periode itu, seseorang meninggalkan tahap kehidupan
anak-anak, untuk menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap
kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum
adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami
pembentukan. Generasi muda sangat diperlukan belajar mengenai
nilai dan norma-norma masyarakatnya. Pada masyarakat bersahaja hal
itu tidak jadi masalah, karena anak memperoleh pendidikan dalam
lingkungan kelompok kekerabatan.

Generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan, yaitu

keinginan untuk melawan dan sikap yang apatis. Melawan dalam hal ini bersifat

positif yang dijelaskan sebagai bentuk perlawanan yang disertai dengan suatu rasa

takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang.

Apatis dalam hal ini dapat diakibatkan oleh rasa kecewa terhadap masyarakat.

Generasi muda dapat dikatakan sebagai generasi yang paling mudah

menerima masukan serta rangsangan yang aktual didalam lingkungannya. Masukan

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
dan rangsangan tersebut mereka dapatkan tidak hanya disebuah institusi formal,

seperti sekolah, akan tetapi pergaulan serta lingkunga sangat mempengaruhi dan

membentuk karakter generasi muda tersebut dalam merepresentasikan jiwa mudanya.

Identitas muda selalu mereka kaitkan dengan segala sesuatu yang bersifat ke-kini-

an dan baru (update) dan memiliki bentuk-bentuk pemberontakan dalam sudut

pandangnya sendiri (Almakki, 2008).

Kota-kota besar di Indonesia misalnya sekarang ini bermunculan sekelompok

generasi muda yang mempunyai gaya hidup yang sangat menyimpang dari norma-

norma masyarakat setempat, sekelompok generasi muda itu disebut dengan anak

punk. Gaya hidup berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi, mengutip

Irmawati yang mengatakan bahwa punk pada saat sekarang ini mengembangkan pola

dengan memanfaatkan media sebelum media memanfaatkan mereka. Dengan kata

lain punk berusaha untuk membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya

masing-masing (2007).

Psikolog asal Rusia, Pavel Semenov menyimpulkan bahwa manusia

memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, dengan

melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut

secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan

membuat sesuatu yang baru (seni), sehingga lebih lanjut dapat dikatakan bahwa seni

ini dapat menggambarkan suatu trend pada anak muda.

Ideologi secara harfiah diambil dari kata ideas dan logos yang berarti

buah pikiran murni dalam kehidupan. Trend dan ideologi berkembang sesuai dengan

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
tempat, waktu dan situasi sehingga dalam konteks permainan futsal sebagai suatu

trend dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat waktu dan situasi.

Futsal adalah sebentuk permainan bola (seperti sepakbola) yang terlahir dari

ketidakmampuan orang-orang dalam membuat lapangan bola kaki. Futsal adalah

permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing beranggotakan

lima orang, tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan

memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga

diizinkan memiliki pemain cadangan. Futsal tidak seperti permainan sepakbola

dalam ruangan lainnya, lapangan futsal memiliki batas garis bukan net atau papan.

Istilah futsal berasal dari kata Spanyol atau Portugis, yaitu football dan sala

(http://id.wikipedia.org), sejalan dengan perkembangan zaman, sepakbola tidak

hanya dimainkan dilapangan terbuka. Orang mulai melihat sepakbola dimainkan

dilapangan tertutup (indoor), rintisan ini dilakukan pada tahun 1930 saat Piala dunia

digelar di Uruguay. Olahraga baru ini dinamakan futebol de salao (bahasa Portugis)

atau futbol sala (bahasa Spanyol) yang memiliki makna yang sama, yakni sepakbola

ruangan. Kedua istilah sepakbola ruangan tersebut memunculkan singkatan yang

lebih mendunia, yaitu : futsal.

Fenomena futsal memiliki dampak yang luar biasa, hal ini dibuktikan melalui

ESPN-Star Sports yang menggelar event yang diklaim sebagai turnamen dengan

hadiah terbesar di dunia. Hampir setengah miliar rupiah diberikan kepada Brasil,

yang akhirnya menjadi tim terbaik dengan memukul Argentina 4-0 di final

(bolanews.com).

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Saat ini futsal sudah menjadi trend pada anak muda di kota-kota besar di

Indonesia, banyak dari kalangan anak muda merubah kebiasaan hidupnya dari

berdiam diri di rumah dengan sejumlah permainan elektronik seperti playstation

(PS), komputer (PC) dan sebagainya menjadi permainan yang bernuansa kesehatan.

Banyak alasan mengapa futsal digemari, selain untuk menjaga kebugaran, futsal juga

melatih mengelola emosi serta meningkatkan kemampuan kerjasama tim.

Secara teoritis, futsal melatih seseorang untuk cepat dalam mengambil

keputusan, aturan permainan menyebutkan bahwa tiap eksekusi (tendangan maupun

lemparan) harus dilakukan dalam rentang waktu empat detik, lebih dari rentang

waktu tersebut diganjar pelanggaran. Futsal juga membentuk seorang pemain agar

selalu fokus menerima dan mengumpan dan mencetak gol memang benar-benar

harus dilakukan dengan cepat dan matang. Untuk melatih kerjasama antara pemain

dan kekompakan tim, bagi sebagian pemain futsal, tidak hanya menjadi sebentuk

olahraga melainkan telah menjadi gaya hidup yang menark dan dinamis.

Trend atau gaya hidup permainan futsal merebak dikalangan anak muda di

hampir semua kota besar di Indonesia, seperti Kota Medan, demam futsal kini

melanda kota ini, olahraga futsal menyedot banyak peminat yang ingin bugar selepas

beraktifitas, bagaikan magnet, olahraga ini menarik semua kalangan untuk

mencobanya, dari sisi bisnis, futsal menjanjikan peluang yang besar (Adronafis,

2008). Futsal dijadikan olahraga sekaligus trend tidak hanya melanda anak muda

tetapi juga kalangan pejabat, alasannya sangat sederhana karena futsal hanya

membutuhkan lapangan dengan ukuran kecil dan membutuhkan pemain yang sedikit

dibandingkan dengan sepakbola, hal ini menjadi keuntungan bagi futsal, karena

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
dengan sedikit waktu, permainan futsal dapat dimulai. Fasilitas permainan futsal juga

menjadi tolak ukur lapangan futsal, seperti lapangan futsal ber-AC dan di Mall

memiliki tingkat prestise yang tinggi, selain itu permainan futsal juga digunakan oleh

sebahagian orang sebagai ajang reuni dan berbagi cerita, penduduk dunia maya juga

mulai keluar ke dunia nyata untuk bermain futsal (www.multiply.Inc).

Kota Medan termasuk dalam kota-kota besar di Indonesia, bahkan kota ketiga

terbesar setelah Jakarta dan Surabaya, sehingga Medan juga sebagai dasar dari

perkembangan futsal di tanah air. Anak-anak muda Kota Medan sudah mulai

mengalihkan hobinya dari hal yang tidak bermanfaat menjadi hal yang bermanfaat

dan lebih menyehatkan, perkembangan futsal di Kota Medan menjadi trend pada

generasi muda Kota Medan, sehingga banyak dari anak muda Kota Medan

menjadikan futsal sebagai ukuran baru dalam mengikuti trend yang terbaru, dengan

adanya futsal maka melahirkan pula geng-geng atau kelompok-kelompok yang

berdasarkan pada kelompok futsal.

I.2. Perumusan Masalah

Penelitian ini akan melihat bagaimana anak muda Kota Medan menjadikan

futsal sebagai sebuah trend, sementara keberadaan futsal di Kota Medan bisa

dikatakan masih baru dalam beberapa tahun terakhir ini, berdasarkan permasalahan

diatas, pertanyaan penelitian adalah :

1. Futsal, deskripsi mengenai futsal akan dijabarkan sebagai suatu dasar dalam

penjelasan mengenai futsal sebagai suatu trend, sebagai suatu permainan,

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
futsal beserta dengan kelengkapannya akan dijelaskan sebagai suatu yang

mendasar.

2. Apa yang mendorong anak muda Kota Medan untuk bermain futsal ?

3. Bagaimana anak muda Kota Medan membentuk kelompok-kelompok futsal ?

4. Bagaimana pandangan anak muda Kota Medan terhadap futsal ?

I.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian membutuhkan tujuan agar penelitian yang dilakukan

nantinya dapat berjalan dengan baik, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

melihat bagaimana anak muda Kota Medan memilih dan menjadikan futsal sebagai

olahraga yang diminati, selain itu juga penelitian ini berusaha untuk memberikan

pemahaman kepada masyarakat umum terhadap gaya hidup anak muda yang bersifat

positif dan bermanfaat bagi kesehatan anak muda itu sendiri, yang dalam hal ini

difokuskan terhadap olahraga futsal.

Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mempublikasikan

kepada masyarakat dalam bentuk jurnal ilmiah dan jika mendukung akan dibuatkan

menjadi sebuah buku mengenai pemilihan suatu trend dalam pergaulan anak muda di

Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian selain memiliki tujuan sebagai dasar dalam proses

kegiatannya juga dapat memberikan manfaat, adapun manfaat dari penelitian ini

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
adalah sebagai suatu usaha penelitian antropologis dalam melihat fenomena olahraga

futsal sebagai sebentuk trend bagi anak muda dan sebagai sebentuk komunitas yang

memiliki kesamaan pemikiran, diharapkan penelitian ini dapat memberikan

gambaran yang utuh dan menyeluruh mengenai gaya hidup anak muda pada saat ini,

selain itu penelitian ini juga bermanfat bagi dunia pendidikan, penelitian serta

sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga

terkait dalam melihat sebuah trend yang sedang berkembang pada anak muda Kota

Medan.

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan berlokasi di daerah Kota Medan yaitu pada

komunitas anak muda pecinta futsal, tim futsal Kota Medan dan beberapa lapangan

futsal yaitu Terminal Futsal yang terletak di Jalan Dr. Mansyur/Jalan SMTK dan

Elektrik Futsal yang terdapat di Jalan Karya Kasih, Medan Johor, hal ini dikarenakan

Kota Medan termasuk salah satu kota dengan tingkat perkembangan olahraga futsal

yang cukup tinggi, selain itu anak muda Kota Medan juga terkenal dengan trend dan

gaya hidup yang selalu mengikuti perkembangan zaman.

Pemilihan lokasi penelitian pada dua lapangan futsal dikarenakan kedua

lapangan tersebut merupakan salah satu cikal-bakal berkembangnya olahraga futsal

di Kota Medan serta kedua lapangan tersebut memiliki fasilitas yang lengkap dan

intensitas penggunaan yang tinggi dibandingkan dengan lapangan-lapangan futsal

lainnya di Kota Medan.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
1.6. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka diperlukan dalam suatu penelitian sebagai instrumen yang

menuntun penelitian dengan sebentuk konsep, teori dan metodologi, sehingga

penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat ilmiah dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini disusun secara sistematis agar

penelitian dapat berjalan dengan baik, adapun tinjauan pustaka secara sistematis

tersebut, adalah : konsep kebudayaan, sebagai dasar dalam melihat fenomena

olahraga futsal dalam konteks antropologi, selanjutnya adalah konsep trend dan gaya

hidup serta komunitas yang berhubungan dengan penelitian.

Antropologi berangkat dari suatu definisi kebudayan, sebagaimana

diungkapkan oleh Edward B. Taylor, yang memandang kebudayaan sebagai totalitas

pengalaman manusia. Kebudayaan atau peradaban diambil dari pengertian etnografi

yang luas sebagai suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,

keyakinan, seni, moral, hukum, adat-istiadat dan kapabilitas dan kebiasaan-kebiasaan

lainnya yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Saifuddin,

2006:82).

Nilai budaya adalah lapisan paling abstrak dengan ruang lingkup yang luas,

pada tingkatan ini ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang bernilai dalam

kehidupan masyarakat, sebagai suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi hidup

dalam alam pikir sebagian masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka amati

dan yang sangat bernilai dalam hidup, oleh karena itu, suatu sistem nilai budaya

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia

(Koentjaraningrat, 1990:8-25).

Skinner dalam Koeswara menjelaskan mengenai melihat tingkah laku

individu selalu berubah sepanjang hidupnya, baik itu berpengaruh dari faktor-faktor

bawaan dan lingkungan (1990), sejalan dengan pendapat tersebut juga dijelaskan

Maslow dalam Skinner bahwa berpegang pada anggapan keberubahan, yakni bahwa

kepribadian adalah sesuatu yang selalu ada dalam proses perubahan menuju taraf

yang lebih tinggi, individu adalah faktor penentu bagi tingkah laku dan

pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar dan bebas memilih atau

menentukan setiap tindakannya, manusia tidak pernah diam tapi selalu dalam proses

untuk mencari sesuatu yang lain dari sebelumnya, hal inilah yang menyebabkan

trend cepat berkembang dilingkungan masyarakat dikarenakan individu selalu ingin

berubah dari sebelumnya dengan berpatokan pada trend yang sedang berkembang

dilingkungannya.

Paradigma dualistik kontekstual memandang semua tingkah laku manusia

dipengaruhi oleh konteks ruang dan waktu, yaitu dimana ia bertempat tinggal, situasi

apa yang mempengaruhi dan kapan hal itu terjadi. Paradigma ini memunculkan

konsep wacana perkembangan (developmental niche) yang mengintegrasikan

penemuan-penemuan dari psikologi dan antropologi dengan hasil bahwa

perkembangan manusia tidak dapat dilepaskan dari konteks sosiokultural (Super dan

Harkness dalam Soekanto, 1984).

Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerus menerpa

kehidupan manusia akan menimbulkan berbagai pengaruh terhadap perkembangan

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
jiwa, khususnya anak-anak dan remaja. Pola perilaku mereka sedikit demi sedikit

dipengaruhi oleh apa yang mereka terima dan bisa jadi menyimpang dari tahap

perkembangan kejiwaan maupun norma yang berlaku. Muncul kecenderungan pada

masyarakat di kota-kota besar di Indonesia berusaha untuk menerima dan beradaptasi

dengan berbagai macam trend yang sedang berkembang (Yahman dalam Gerungan,

2004).

Manusia sebagai mahluk biologis dan mahluk sosial yang membutuhkan

inovasi baru dalam pemenuhan kebutuhannya, faktor biologis terlibat dalam setiap

kegiatan hidup manusia, faktor biologis juga dapat mempengaruhi perilaku manusia

dalam menentukan pilihan dan sikapnya terhadap sesuatu. Faktor biologis yang

mendorong perilaku manusia biasa disebut dengan motif biologis, antara lain seperti

kebutuhan akan makan dan minum, istirahat, kebutuhan seksual dan kebutuhan

memlihra kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya, sedangkan

faktor sosio-psikologis sebagai lawan dari faktor biologis, peranannya juga sangat

menentukan dalam membentuk perilaku sosial. Menurut W.I Thomas dan Florian

Znaniecki dalam Gerungan, 2004 :

Klasifikasi motif sosiologis antara lain : 1. Keinginan


memperoleh pengalaman baru, 2. Kenginan untuk mendapatkan
respon, 3. Keinginan akan pengakuan. Faktor eksternal dari penarik
perhatian (attention gender) salah satunya adalah kebaruan (novelty).
Hal-hal baru yang luar biasa yang berbeda akan menarik perhatian,
karena alasan inilah maka orang selalu mengejar sesuatu yang paling
baru, misalnya film yang baru beredar, novel yang baru terbit, model
pakaian yang terbaru dan sebagainya.

Trend secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu kecenderungan akan

sesuatu hal yang dipengaruhi oleh waktu dan tempat, selain itu trend sebagai

pembeda kelompok akan muncul dalam masyarakat yang terbentuk atas dasar

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
stratifikasi sosial. Trend menjadi simbol prestise dalam sistem stratifikasi sosial,

dengan kata lain trend dapat dipandang sebagai identitas bagi keanggotaan suatu

strata sosial, untuk dapat menangkap suatu trend dapat dilihat dalam perilaku dan

kegiatan yang biasa dilakukan oleh seseorang sampai kepada bahasa yang digunakan

untuk tujuan berkomunikasi dan juga untuk simbol identitas.

Ledakan teknologi informasi telah mengakibatkan banyaknya informasi yang

baru yang masuk dan menjadikannya sebagai suatu trend. Trend merupakan cara

bertindak yang bersifat mengikuti yang dilandasi pada pengalaman-pengalaman

seseorang dalam status dan peranannya dalam kehidupan, dengan kata lain trend

merupakan penanaman dan penerapan atas apa yang dia lihat dan dirasakan baru

sehingga seseorang itu bisa mengikutinya (Winarto, 1980), pada kenyataannya, trend

suatu masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh tempat tinggal dan lingkungannya, hal

ini didasarkan pada kenyataan bahwa lingkungan secara maupun tidak akan sangat

menentukan bagi terbentuknya gaya hidup.

Daerah perkotaan telah mendorong terciptanya trend-trend baru yang lebih

spesifik, trend yang terbentuk sangat ditentukan seberapa besarnya pengaruh media

teknologi dan informasi dan budaya asing yang diinovasikan kepada khalayak

umum, sehingga akan terefleksi trend baru bagi kelompok tertentu, cara dan trend

yang seperti inilah yang disebut Wirth dan Suparlan (1980) sebagai inovasi baru,

yaitu cara hidup masyarakat kota yang selalu berusaha dalam mengikuti hal yang

baru untuk mendapatkan kepuasan hidup.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Komunitas secara sederhana dapat sebagai suatu kelompok yang terdiri dari

individu dengan memiliki kesamaan pikiran, Redfield dalam Koentjaraningrat

(1990:139-140) mengatakan bahwa :

...empat sifat yang menjadi latar belakang dari senua


komuniti kecil, yaitu: distinctiveness, smallness, homogenity, dan all-
providing self-suffiency. Dengan perkataa lain, suatu komuniti kecil:
1. Mempunyai identitas yang khas, 2. Terdiri dari penduduk dengan
jumlah yang cukup terbatas sehingga masih saling mengenal sebagai
individu yang berkepribadian, 3. Bersifat seragam dengan diferensiasi
terbatas, dan 4. Kebutuhan hidup penduduknya sangat terbatas
sehingga semua dapat dipenuhi sendiri tanpa tergantung dari pasaran
luar.

1.7. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif yang berusaha


mengumpulkan data kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk
menjelaskan permasalahan yang akan dibahas nantinya. Untuk mencapai sasaran
yang akan dituju yang mendeskripsikan futsal sebagai sebuah trend anak muda Kota
Medan, sebagai suatu proses pendeskripsian hal ini sejalan dengan Goodenough :

When I speak of describing a culture, then formulating a set


of standards that will meet this critical test is what I have in mind.
There are many other things, too, that we anthropologists wish to
know and try to describe. We have often reffered to these other things
as culture, also consequently (1970:101).

Ketika berbicara tentang menguraikan suatu budaya,


kemudian merumuskan satu standar yang akan dihadapkan pada test
kritis ini adalah tujuan dari menguraikan suatu budaya. Ada banyak
hal lain, juga yang terkait dengan hal tersebut, maka kita sebagai
antropolog ingin mengetahui dan berusaha untuk menguraikan budaya
tersebut. Kita sering masuk ke berbagai hal lain dari perihal budaya,
hal ini merupakan konsekwensi dari menguraikan suatu budaya.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1.8. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan

Guba (1985:266), antara lain: mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

Mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu,

memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada

masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang

diperoleh dari orang lain, baik manusia, maupun bukan manusia (triangulasi) dan

memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh si

peneliti (Moleong, 2005:186), adapun dalam pengumpulan data ini menggunakan

beberapa teknik wawancara untuk mendapatkan data dari informan:

1.8.1. Wawancara Mendalam

Dalam penelitian ini wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh

data konsep futsal sebagai sebuah trend dengan berpedoman kepada interview guide

sebagai acuan dalam wawancara. Wawancara mendalam akan berfokus kepada futsal

yang diminati anak muda Kota Medan dan faktor-faktor pendukungnya.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
1.8.2. Wawancara tidak Terstruktur

Wawancara ini dilakukan tanpa adanya persiapan terlebih dahulu dan

biasanya apabila si peneliti secara kebetulan berjumpa dengan si informan, untuk

mendukung proses wawancara pada penelitian, akan digunakan pula alat pengumpul

data lainnya seperti tape recorder dan kamera sebagai dokumentasi.

Melengkapi data yang diperoleh dari penelitian, peneliti akan mencari data

kepustakaan, data kepustakaan itu dapat berupa buku-buku, majalah, surat kabar,

situs internet dan tulisan-tulisan lainnya, yang akan dipilah-pilah untuk kemudian

diambil sesuai dengan kepentingan kajian atau masalah yang dibahas, dengan tujuan

menambah pemahaman penulis terhadap permasalahan penelitian.

1.9. Analisa Data

Data yang diperoleh dari lapangan penelitian akan dianalisis secara kualitatif,

data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara akan disusun sesuai

dengan kategori-kategori tertentu, kemudian dilakukan penganalisaan hubungan dari

setiap bagian yang telah disusun untuk memudahkan saat mendeskripsikannya.

Deskripsi dilakukan secara holistik, yaitu semua data yang diperoleh akan

diklasifikasikan berdasarkan keterkaitannya dengan masalah penelitian, setelah itu

akan dianalisi secara mendalam sesuai dengan data yang dibutuhkan.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II.1. Sejarah Kota Medan

Pada penjelasan pendahuluan dalam bab II dimulai dengan sejarah Kota

Medan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan menyeluruh

terhadap lokasi penelitian ini yang terletak di dalam administratif Kota Medan.

Kehadiran kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan

sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya

daerah yang dinamakan sebagai Medan ini menuju pada bentuk kota metropolitan.

Sebagai hari lahir kota Medan adalah 1 Juli 1590 1, sampai saat sekarang ini usia kota

Medan telah mencapai 418 tahun.

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang

panjang, dimulai dari dibangun nya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru

Patimpus, kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan

Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus

adalah seorang putra Karo bermerga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri

Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang

Pintar", kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan

sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus,

1
Hari jadi Kota Medan dalam tulisan ini merunut pada tulisan yang terdapat dalam keterangan
resmi Pemerintahan Kota Medan dan Wikipedia.com.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang

tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang

diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat

diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota

Medan (http://id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 27-Desember-2007).

Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan

oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan

Kota Medan selanjutanya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera

Timur dari Bengkalis menuju Medan, tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya

diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915.

Secara historis, perkembangan kota medan sejak awal memposisikannya menjadi

jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli

dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan

tembakau dalam awal perkembanganya, telah mendorong berkembangnya Kota

Medan sebagai Pusat Perdagangan (eksport-import) sejak masa lalu.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambar 1 dan 2

Gambar 1 dan 2
Istana Maimoon Medan dan Monumen Guru Pattimpus di persimpangan
Jalan Gatot Subroto, Medan.
(Sumber : Penulis)

Keberadaan kota Medan tidak lepas dari peranan para pendatang asing yang

datang ke Medan sebagai pedagang maupun lainnya, peranan Nienhuys sebagai

pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Maryland atau

Marelan telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Medan. Nienhuys pada proses

perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat perdagangan

tembakau miliknya ke daerah Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal

dengan kawasan Gaharu.

Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan cikal-bakal

kota Medan seperti sekarang ini, sedang dijadikannya Medan menjadi ibukota dari

Deli juga telah mendorong Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai

saat ini, disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus ibukota

Sumatera Utara.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambaran umum kota Medan merupakan sekilas penjelasan mengenai

keberadaan kota Medan sebagai kawasan yang menjadi fokus lokasi penelitian ini,

sebagai pusat pemerintahan kota Medan memiliki 21 daerah kecamatan dan 151

daerah kelurahan (http://id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 27-Desember-

2007).

II.2. Visi dan Misi Kota Medan

Untuk mewujudkan pembangunan kota Medan yang lebih terarah, terencana,

menyeluruh, terpadu, realistis dan dapat dievaluasi, maka perlu dirumuskan rencana

strategik sebagai broad guide line penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

pembinaan kemasyarakatan di kota Medan untuk lima tahun kedepan.

Rencana strategik yang ditetapkan sekaligus menjadi strategi dasar bagi

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan kota, serta

memberikan orientasi dan komitmen bagi penyelenggaraan pemerintahan.

Dengan demikian, di samping adanya rencana pembangunan kota yang

handal, perlu adanya pengukuran capaian kinerja sebagai bentuk akuntabilitas publik

guna menjamin peningkatan pelayanan umum yang diinginkan.

II.2.1. Visi Kota Medan

Pembangunan kota Medan merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan

secara bertahap dan berkesinambungan untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Oleh karena itu visi merupakan simpul dalam upaya menyusun rencana strategis

pembangunan kota. Sebagai gambaran identitas masa depan kota Medan maka,

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
perumusan visi itu didasarkan pada pertimbangan :

1. Prasyarat pembangunan kota, seperti berkembangnya demokrasi dan

partisipasi, mendorong penegakan hukum, keadilan sosial dan ekonomi,

pemerintahan yang kuat, efisien dan efektif, birokrasi yang kreatif dan

inovatif, stabilitas politik dan keamanan yang kondusif, pelayanan publik

yang prima, pemerataan pembangunan dan pembangunan kota yang

berkelanjutan.

2. Masalah dan tantangan serta kebutuhan pembangunan kota Medan dalam

rangka mewujudkan kemajuan kota Medan yang metropolitan.

3. Kebijakan pembangunan nasional, sektoral dan regional yang mendorong

perkembangan kota Medan sebagai pusat pertumbuhan dan

pengembangan Indonesia bagian barat.

4. Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi.

5. Nilai-nilai luhur, norma dan budaya yang telah lama dianut seluruh warga

kota Medan.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambar 3
Kantor Walikota Medan
(Sumber : Penulis)

II.2.2. Misi Kota Medan

Untuk mempertegas tugas dan tanggung jawab pembangunan dari seluruh

stakeholder maka visi pembangunan kota dijabarkan ke dalam misi yang jelas,

terarah dan terukur. Misi ini menjelaskan tujuan dan saran yang ingin dicapai dalam

pembangunan kota sehingga diharapkan seluruh stakeholder dapat mengetahui dan

memahami kedudukan dan peran masing-masing masyarakat dalam pembangunan.

Adapun misi kota Medan adalah :

1. Mewujudkan percepatan pembangunan daerah pinggiran, dengan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk kemajuan dan kemakmuran

yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota.

2. Mewujudkan tata pemerintahan yang lebih baik dengan birokrasi yang

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
lebih efisien, efektif, kreatif, inovatif dan responsif.

3. Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan

4. sosial, ekonomi, budaya. Membangun dan mengembangkan pendidikan,

kesehatan serta budaya daerah.

Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalam kehidupan berbangsa

dan bermasyarakat

II.3. Geografis

Koordinat geografis kota Medan adalah 3 30' - 3 43' LU dan 98 35' - 98

44' BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian

2,5 - 37,5 m di atas permukaan laut.

Adapun batas-batas Kota Medan yaitu:

Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua, Namorambe,

Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal, Hamparan Perak,

Kabupaten Deli Serdang

Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan, Tembung,

Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

Dari Uraian diatas dapat dilihat bahwa Kota Medan dikelilingi oleh kabupaten Deli

Serdang, maka pada tahun 1973 tepatnya pada Peratutan Pemerintah No 22 Tahun

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
1973, Kota Medan diperluas dengan mengintegrasikan sebagian wilayah kabupaten

Deli Serdang yang letaknya langsung berbatasan dengan Kota Medan.

Kota Medan sendiri menjadi kota induk dari beberapa kota satelit di sekitarnya

seperti Kota Binjai, Lubuk Pakam, Deli Tua dan Tebing Tinggi. Luas Kota Medan

saat ini adalah 265,10 km. Sebelumnya hingga tahun 1972 Medan hanya

mempunyai luas sebesar 51,32 km, namun kemudian diedarkan Peraturan

Pemerintah No. 22 Tahun 1973 yang memperluas wilayah Kota Medan dengan

mengintegrasikan sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang.

II.4. Kota Medan dan Perkembangannya

Saat ini Kota Medan terus berkembang sebagai pusat Trans-Sumatera,

bahkan dapat dikatakan sebagai jalur transportasi yang strategis untuk menuju daerah

lain bagi penduduk sekitarnya, di sebelah utara terdapat pelabuhan laut yaitu

Pelabuhan Belawan yang berfungsi pelabuhan antar pulau untuk menuju daerah lain

di dalam wilayah kepulauan Indonesia dan sebagai pelabuhan laut internasional

untuk menuju negara lain di dunia, khususnya Asia dan lebih khusus Asia Tenggara.

Pada bagian selatan juga terdapat pelabuhan udara yang bertarap internasional yaitu

Bandar udara Polonia. Bandara ini berfungsi untuk melayani penumpang menuju

daerah lain yang bersifat domestik maupun penerbangan yang bersifat internasional

sebagai penghubung Kota Medan dengan negara lain, seperti Malaysia, Singapura

dan Arab Saudi.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambar 4

Jalan Balaikota Medan

(Sumber : Penulis)

Jalur transportasi darat juga memegang peranan penting untuk daerah

sekitarnya, hal ini disebabkan Kota Medan menjadi kota tujuan dari kota-kota lain,

baik kota di dalam Propinsi Sumatera Utara maupun di luar Propinsi Sumatera

Utara. Ada 4 (empat) jalur penting menuju dan keluar dari inti Kota Medan, yaitu :

* Sebelah utara terdapat jalan propinsi yaitu Jalan Kolonel Laut Yos Sudarso,

jalan ini menuju daerah kawasan industri yang dikenal dengan nama Kawasan

Industri Medan (KIM), jalan ini juga menuju Pelabuhan Laut Belawan.

* Sebelah selatan terdapat jalan nasional yaitu Jalan Letjend. Jamin Ginting,

jalan ini menuju kota pariwisata Berastagi dan dilanjutkan ke daerah lainnya seperti

ke Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
* Sebelah barat terdapat jalan nasional yaitu Jalan Jendral Gatot Subroto,

melalui jalan ini dapat menuju provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan

melewati Kota Binjai dan Kabupaten Langkat.

* Sebelah timur terdapat jalan nasional yaitu Jalan Sisingamangaraja XII,

jalan ini merupakan jalur terpanjang menuju kota-kota lainnya di Propinsi Sumatera

Utara bahkan menuju antarpropinsi juga antarpulau khususnya ke Pulau Jawa yang

merupakan tempat pusat pemerintahan RI, yaitu DKI Jakarta.

II.5. Fungsi Kota Medan

Saat ini Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan Kota Medan tidak

terlepas dari dimensi historis, ekonomi, dan kerakteristik kota itu sendiri, yaitu

sebagai kota yang mengemban fungsi luas dan besar serta sebagai kota metropolitan

ketiga setelah Jakarta dan Surabaya (Yin, 2000). Lebih jauh dijelaskan Yin bahwa

realitasnya Kota Medan memiliki fungsi yaitu:

1. Sabagai pusat pemerintahan daerah, baik itu pemerintahan Propinsi Sumatera

Utara maupun pemerintahn Kota Medan. Selain itu sebagai tempat kedudukan

perwakilan atau konsultan negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai

perwakilan perusahaan, bisnis, dan bank.

2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat Sumatera

Utara dan propinsi tetangga, seperti rumah sakit, sekolah / perguruan tinggi, stasiun

TVRI, RRI dan lain-lain. Selain itu termasuk juga berbagai fasilitas yang

dikembangkan swasta, khususnya pusat-pusat perdagangan.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
3. Sebagai pintu gerbang regional, nasional dan internasional, kepariwisataan untuk

kawasan Indonesia bagian barat.

Berdasarkan hal tersebut maka sudah sewajarnya Kota Medan dijuluki kota

metropolitan yang mengalami perkembangan yang cukup pesat dibandingkan kota-

kota lainnya di luar Pulau Jawa. Wujud perkembangan ini antara lain ditandai dengan

bertambahnya berbagai tempat-tempat hiburan, pusat-pusat perbelanjaan, dan sarana-

sarana olahraga yang lengkap. Hal ini sangat dimungkinkan karena para pemilik

modal melihat Kota Medan sebagai kota yang memilki potensi besar sebagai tempat

membuka suatu usaha.

Padatnya kegiatan masyarakat Kota Medan menuntut mereka untuk mencari

suatu tempat yang dapat menghilangkan rasa jenuh dan penat, yaitu salah satunya

dengan solusi untuk mencari tempat berolahraga yang nyaman. Saat ini tempat-

tempat olahraga di Kota Medan bisa dikatakan lengkap, mulai dari lapangan

sepakbola, basket, badminton, tenis lapangan, tenis meja, lapangan golf, kolam

renang dan lapangan futsal yang lagi ngetrend di kota ini.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambar 5
Jalan Zainul Arifin Medan
(Sumber : Penulis)

II.6. Sekilas Mengenai Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lapangan Terminal Futsal yang terletak di Jalan Dr

Mansyur/SMTK, Medan dan lapangan Elektrik Futsal yang terletak di Jalan Karya

Kasih Medan Johor, pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas beberapa

pertimbangan, yaitu : tersedianya berbagai fasilitas pendukung lapangan futsal yang

menjadi nilai tambah bagi suatu lapangan futsal, seperti : lapangan dengan rumput

sintesis, pendingin ruangan (AC), lampu penerangan yang memadai, ruang ganti

pemain, dan lain sebagainya, selain tersedianya fasilitas-fasilitas tersebut, pemilihan

lokasi juga didasarkan pada intensitas penggunaan lapangan futsal.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Lapangan futsal yang menjadi lokasi penelitian ini dapat memberikan

deskripsi mengenai olahraga futsal, trend futsal dikalangan anak muda Kota Medan

hingga pada komunitas-komunitas futsal. Kedua lapangan futsal (Terminal Futsal

dan Elektrik Futsal) terletak kurang lebih 10 Km dari pusat Kota Medan.

Terminal Futsal dibangun pada awal tahun 2007, Elektrik Futsal dibangun

pada pertengahan tahun 2007 2, dapat dikatakan bahwa kedua lapangan futsal ini

merupakan salah satucikal-bakal tumbuh dan berkembangnya olahraga dan lapangan

futsal di Kota Medan, sehingga kedua lapangan memegang peran penting dalam

mengembangkan olahraga futsal di Kota Medan.

II.6.1. Sejarah Lapangan Terminal Futsal

Pada awal Tahun 2007 dimulailah pengerjaan lapangan ini, setelah setahun

kemudian maka lapangan ini sudah bisa dipakai tepatnya pada Bulan Juli 2008

walaupun masih dalam tahap pengerjaan, pembangunan lapangan Terminal futsal

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti : 1. Adanya kecenderungan/minat yang

tinggi pada anak muda Kota Medan untuk bermain futsal, 2. Lokasi terletak didekat

kampus Universitas Sumatera Utara, 3. Karena disekitar lokasi tersebut terdapat

tempat-tempat wisata kuliner Kota Medan.

Fasilitas lainnya yang terdapat di Terminal futsal adalah : Hall, lapangan

badminton, bilyard, kafetaria, bola pantai dan bisbol, air panas dan air dingin, store

counter seperti Adidas, Nike, tempat launching produk, tempat latihan karate, musik

akustik, dan fasilitas Wi fe.

2
Keterangan mengenai kedua lapangan futsal (Terminal Futsal dan Elektrik Futsal) didapatkan dari
hasil wawancara dengan pemilik lapangan futsal.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambar 6 dan 7
Lapangan Terminal Futsal. (Sumber : Penulis)

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Adapun yang menjadi para pekerja atau karyawan di sini adalah masyarakat

setempat karena dengan hadirnya Terminal Futsal ini dapat membuka lapangan kerja

bagi masyarakat sekitarnya dikarenakan Terminal futsal membutuhkan karyawan

untuk menjalankan usaha ini agar berjalan sebagaimana mestinya.

II.6.2. Sejarah Lapangan Elektrik Futsal

Berawal dari kecintaan kepada dunia olahraga khususnya futsal. H.

Suherman, S.H., M.Si mendirikan lapangan Elektrik futsal sebagai sarana olahraga

bagi anak muda Kota Medan, hal ini didasari bahwasanya futsal merupakan suatu

olahraga yang sedang menjadi trend dan sebagai bentuk olahraga populer.

Lapangan ini mulai pembangunan pada bulan Juli tahun 2007 dan bisa di

pakai pada awal tahun 2008, adapun alasan mengapa Elektrik Futsal didirikan di

daerah Johor ini karena setiap tanah yang kosong langsung di bangun suatu

perumahan dan tidak adanya sarana olahraga yang mendukung di wilayah ini

sehingga tercetuslah ide untuk mendirikan sebuah lapangan futsal yang diberi nama

lapangan Futsal Elektrik, untuk medukung kebutuhan akan olah raga bagi warga

komplek perumahan di daerah Johor. Fasilitas pendukung lainnya antara lain seperti

Cafe, parkir kendaraan yang luas, dan kamar mandi yang bersih.

Hadirnya lapangan ini sangat didukung oleh pemerintah setempat di mulai

dari Kepala Lingkungan, Lurah, dan Camat, ini tebukti dengan pemberian izin yang

dipermudah dan beberapa kali mereka sekedar melihat orang bermain futsal. Adapun

para pekerja adalah masyarakat setempat, seperti penjaga malam, petugas

kebersihan, penjaga kafe, dan koordinator lapangan.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambar 8

L apangan Elektrik Futsal. (Sumber : Penulis)

II.7. Keadaan Penduduk

Penduduk kota Medan dapat digolongkan pada kategori masyarakat

heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama, ras dan

golongan. Komposisi masyarakat kota Medan terdiri atas Melayu, Batak

(Mandailing, Toba, Karo, Pak-pak, Simalungun, Angkola), Jawa, Aceh, Tionghoa,

India (Tamil, Sikh).

Komposisi masyarakat kota Medan yang heterogen terbagi-bagi atas

beberapa lokasi, hal ini disebabkan karena pada awalnya lokasi tersebut merupakan

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
daerah awal tumbuh dan berkembangnya suku tersebut di kota Medan. Perbedaan

lokasi tersebut bukan merupakan gambaran penduduk yang terpecah-belah

melainkan sebagai wujud persatuan etnisitas yang dimiliki setiap masyarakat di kota

Medan.

Luas kota Medan yang mencapai 265,10 km dan terdiri dari 21 daerah

kecamatan yang terpecah lagi pada 155 daerah kelurahan. Kepadatan penduduk kota

Medan mencapai 2.036.018 jiwa, dengan tingkat kepadatan 7.681 jiwa/km.

Gambar 9

Padatnya penduduk Kota Medan seperti yang terlihat di Jalan Putri Hijau. (Sumber : Penulis)

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
BAB III

FUTSAL

III.1. Sejarah Futsal

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-

masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang

lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap

regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola

dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan. Futsal

turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah "futsal" adalah istilah

internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, football dan sala.

Sepakbola adalah cabang olahraga populer di Indonesia bahkan di dunia, hal

ini dibuktikan dengan banyaknya penggemar permainan sepakbola dan pada

sebahagian besar negara di dunia memiliki liga pertandingan sepakbola. Olahraga

sepakbola muncul dan berkembang pada zaman yunani kuno

(www.wikipedia.com/football) dan berkembang pada awal abad ke-19 di Inggris

Raya, pada awal abad ke-19 pertandingan sepakbola telah dilaksanakan dengan

mempertandingkan tim-tim dari tiap-tiap negara dari berbagai belahan dunia yang

diberi nama Jules Rimet, yaitu seorang berkewarganegaraan Perancis yang

mendedikasikan hidupnya demi perkembangan sepakbola hal inilah yang nantinya

menjadi cikal-bakal pertandingan sepakbola dunia atau world cup.

Futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos

Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan,

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
terutamanya di Brasil. Ketrampilan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat

dilihat dalam gaya terkenal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil di luar

ruangan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil, contohnya,

mengembangkan bakatnya di futsal. Sementara Brasil terus menjadi pusat futsal

dunia, permainan ini sekarang dimainkan di bawah perlindungan Fdration

Internationale de Football Association di seluruh dunia, dari Eropa hingga Amerika

Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, dan Oseania.

Pertandingan internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguay

menjuarai Piala Amerika Selatan pertama. Enam perebutan Piala Amerika Selatan

berikutnya diselenggarakan hingga tahun 1979, dan semua gelaran juara disapu habis

Brasil. Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika pertama

tahun 1980 dan memenangkannya lagi pada perebutan berikutnya tahun pada 1984.

Kejuaraan Dunia Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum

anggota-anggotanya bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil,

tahun 1982, berakhir dengan Brasil di posisi pertama. Brasil mengulangi

kemenangannya di Kejuaraan Dunia kedua tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita

kekalahan dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia.

Pertandingan futsal internasional pertama diadakan di AS pada Desember

1985, di Universitas Negeri Sonoma di Rohnert Park, California.

Perkembangan olahraga sepakbola cukup pesat dikarenakan peralatan dan

peraturan yang sederhana, pada proses perkembangan sepakbola muncul berbagai

varian dari olahraga sepakbola itu sendiri, seperti sepakbola pantai, sepakbola

ruangan, extreme football dan futsal. Seiring perkembangan teknologi dan

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
penyampaian informasi, sepakbola dan berbagai variannya menjadi berkembang

dengan cepat, hal ini berlaku bagi futsal yang merupakan varian dari olahraga

sepakbola dengan peraturan yang kontemporer.

Futsal adalah sebentuk permainan bola yang terlahir dari ketidakmampuan

orang-orang dalam membuat lapangan bola kaki. Futsal adalah permainan bola yang

dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing beranggotakan lima orang, tujuannya

adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki.

Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan.

Istilah futsal berasal dari kata Spanyol atau Portugis, yaitu football dan sala

(http://id.wikipedia.org), sejalan dengan perkembangan zaman, sepakbola tidak

hanya dimainkan dilapangan terbuka. Orang mulai melihat sepakbola dimainkan

dilapangan tertutup (indoor), rintisan ini dilakukan pada tahun 1930 saat Piala dunia

digelar di Uruguay. Olahraga baru ini dinamakan futebol de salao (bahasa Portugis)

atau futbol sala (bahasa Spanyol) yang memiliki makna yang sama, yakni sepakbola

ruangan. Kedua istilah sepakbola ruangan tersebut memunculkan singkatan yang

lebih mendunia, yaitu : futsal.

III.2. Perkembangan Futsal di Indonesia

Futsal sebagai salah satu jenis olahraga yang berkembang pada saat ini

merupakan olahraga dengan peralatan dan peraturan yang sederhana, hal ini terlihat

dari jumlah pemain futsal yang terdiri dari lima orang dan peraturan yang tidak

sekompleks peraturan sepakbola yang berjumlah sebelas orang pemain.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Futsal muncul dan berkembang di Indonesia dimulai sekitar tahun 2004, yang

ditandai dengan seringnya digelar pertandingan sepakbola ruangan, namun pada saat

itu istilah futsal belum populer karena penamaan untuk permainan itu adalah

sepakbola ruangan. Format permainan sepakbola ruangan dan futsal memiliki

kesamaan yang identik, pada tahun 2006 sepakbola ruangan dipopulerkan dengan

istilah futsal, hal ini terkait dengan semakin merebaknya pertandingan sepakbola di

televisi beserta dengan elemen-elemen pendukung dari olahraga sepakbola,

perkembangan ini ditandai dengan masuknya sekolah-sekolah sepakbola asing ke

Indonesia dengan kelas khusus futsal.

Cikal-bakal futsal di Indonesia dimulai dari Planet Futsal Indonesia yang

terletak di Pondok Indah Jakarta, dikarenakan dikawasan tersebut banyak berdiam

masyarakat asing (ekspatriat) sehingga futsal berkembang dari sekedar perbincangan

menjadi sebentuk olahraga yang populer dikalangan anak muda. Pada saat ini Planet

Futsal Indonesia masih menjadi tolak ukur perkembangan futsal di Indonesia dan

menjadi penyelenggara tetap kompetisi futsal yang berskala nasional, hal ini

dibuktikan dengan masuknya tim futsal Indonesia pada kompetisi futsal internasional

yang diselenggarakan oleh ESPN di Spanyol (www.futsal-indonesia.co.id/page_1_)

III.3 Futsal di Kota Medan

Perkembangan futsal di Kota Medan tidak lepas dari pengaruh perkembangan

futsal di Jakarta, hal ini disebabkan Jakarta masih menjadi barometer bagi daerah-

daerah lainnya di Indonesia. Setelah futsal masuk dan berkembang di Indonesia pada

tahun 2004, Kota Medan juga turut mengembangkan olahraga futsal melalui

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
kehadiran lapangan futsal sebagai sarana untuk latihan dan bertanding serta melalui

kemampuan pemain futsal yang pada awalnya merupakan pemain sepakbola, dengan

adanya kehadiran pemain sepakbola dalam perkembangan futsal hal ini menjadikan

futsal dengan cepat berkembang dikalangan anak muda Kota Medan dikarenakan

anak muda Kota Medan melihat dan belajar langsung dengan para pemain sepakbola

yang memainkan futsal di waktu senggang mereka.

Terminal futsal merupakan lapangan futsal yang pertama didirikan di Kota

Medan pada awal tahun 2007, kemudian disusul dengan berdirinya lapangan Elektrik

futsal di daerah Medan Johor, kedua lapangan ini merupakan salah satu cikal-bakal

tumbuh dan berkembangnya olahraga futsal di Kota Medan. Perkembangan futsal di

Kota Medan tidak lepas dari peminat olahraga futsal yang mayoritas anak muda, hal

ini berpengaruh terhadap perkembangan futsal yang cukup signifikan.

III.4. Aspek Penting Dalam Futsal

Pembahasan mengenai futsal secara holistik memerlukan usaha

pendeskripsian terhadap hal-hal apa saja yang menjadi aspek penting dan

mendukung olahraga futsal, hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil

penggambaran tentang futsal secara keseluruhan.

Aspek penting yang akan dideskripsikan mengenai futsal meliputi : peraturan

permainan futsal, lapangan futsal, pemain futsal, waktu permainan futsal dan lain-

lain.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
III.4.1. Peraturan Permainan Futsal

Peraturan permainan futsal didasarkan pada peraturan sepakbola

konvensional selain karena memiliki bentuk dasar permainan yang sama, keduanya

juga berinduk pada organisasi sepakbola dunia atau FIFA. Peraturan-peraturan dalam

futsal meliputi waktu permainan yang berlangsung dalam jangka waktu 2x25 menit

dengan dua kali waktu istirahat kurang lebih 15 menit, sedangkan dalam sepakbola

konvensional waktu pertandingan berlangsung dalam 2x45 Menit dengan waktu

istirahat sekitar 15 menit. Dalam olahraga futsal tidak dikenal istilah out yaitu bola

keluar dari lapangan pertandingan seperti pertandingan sepakbola konvensional hal

ini dikarenakan lapangan futsal berbentuk bujur sangkar dengan pada keempat

sisinya dipagar besi dengan tujuan agar bola tidak keluar dari lapangan pertandingan,

selain itu pagar besi tersebut juga dapat menjadi bagian dari permainan futsal.

Dalam pertandingan futsal tidak boleh melakukan kontak fisik dengan

pemain lawan, apabila hal ini terjadi maka akan dilakukan tendangan penalti, dengan

catatan bahwa apabila telah terjadi lima kali pelanggaran maka akan dilakukan

tendangan penalti. Apabila bola keluar dari lapangan pertandingan futsal maka akan

dilakukan tendangan kedalam tidak seperti pertandingan sepakbola konvensional

yang menggunakan lemparan bola kedalam.

Pemain futsal yang melakukan pelanggaran akan diberikan peringatan berupa

kartu kuning namun apabila melakukan pelanggaran keras maka akan diberikan kartu

merah dan pemain tersebut harus keluar dari lapangan, apabila hal ini terjadi maka

pemain cadangan akan masuk menggantikan posisi pemain yang keluar setelah 10

menit, jumlah pemain dalam pertandingan futsal tidak boleh kurang dari 5 orang.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Pemain cadangan atau pemain pengganti dapat berjumlah 7 orang sehingga satu tim

futsal terdiri dari 12 orang, setiap pemain yang diganti dalam satu pertandingan dapat

kembali masuk dalam pertandingan tersebut setelah 10 menit pertandingan

dilanjutkan.

III.4.2. Pemain Futsal

Pemain futsal terdiri dari 5 orang pemain yang terdiri dari 1 orang penjaga

gawang dan 2 pemain bertahan serta 2 pemain penyerang, keseluruhan pemain futsal

memiliki kesempatan untuk mencetak gol pada gawang lawan tanpa terkecuali, dan

pada futsal posisi pemain hanyalah petunjuk dalam permainan sehingga bisa

terjadi rotasi posisi pemain dalam pertandingan futsal terkecuali posisi penjaga

gawang.

Setiap tim futsal terdiri dari 5 orang pemain dengan cadangan berkisar 3-5

orang, tergantung pada hasil kesepakatan sebelum bertanding diantara kedua tim

futsal.

III.4.3. Waktu Permainan

Permainan atau pertandingan futsal dilakukan dalam rentang waktu 2x25

menit dengan waktu istirahat selama kurang lebih 15 menit, apabila pertandingan

futsal berjalan dengan hasil seri atau imbang maka akan dilakukan perpanjangan

waktu selama 2x7 menit, dalam rentang waktu 2x7 menit tidak terjadi gol maka akan

dilakukan tendangan penalti dengan masing-masing tim melakukan 5 kali tendangan

penalti apabila 5 kali tendangan penalti masih menghasilkan nilai imbang maka akan

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
dilakukan 3 kali tendangan penalti tambahan, setelah 3 kali tambahan tendangan

penalti juga menghasilkan hasil imbang dilakukan 2 kali tendangan penalti

tambahan, apabila 2 kali tendangan penalti pun menghasilkan hasil imbang mka akan

dilakukan toas atau lempar koin untuk menentukan tim yang memenangkan

pertandingan

III.4.4. Lapangan Futsal dan Perlengkapan Futsal

Lapangan permainan:

1. Ukuran: panjang 25-42 m x lebar 15-25 m

2. Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-

ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 3 m lingkaran tengah; tak ada tembok

penghalang atau papan

3. Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari setiap pos

4. Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang

5. Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang

6. Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi

tribun dari pelemparan

7. Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m

8. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambar 10

Gawang dan lapangan futsal. (Sumber : Penulis )

Bola

1. Ukuran: #4

2. Keliling: 62-64 cm

3. Berat: 390-430 gram

4. Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama

5. Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu, tak berbahaya)

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambar 11

Bola futsal. ( Sumber : penulis )

Jumlah pemain

1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 5, salah satunya penjaga

gawang

2. Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan: 2

3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 7

4. Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas

5. Metode pergantian: "pergantian melayang" (semua pemain kecuali penjaga

gawang boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan saja; pergantian penjaga

gawang hanya dapat dilakukan jika bola tak sedang dimainkan dan dengan

persetujuan wasit)

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Perlengkapan pemain:

Kaos bernomor, celana pendek, kaus kaki, pelindung lutut, dan alas kaki bersolkan

karet

Gambar 12

Seorang pemain futsal dan perlengkapannya. ( Sumber : Penulis )

Lama (Waktu) permainan

1. Lama: dua babak 20 menit; waktu diberhentikan ketika bola berhenti dimainkan.

waktu dapat diperpanjang untuk tendangan pinalti

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
2. Time-out: 1 per regu per babak; tak ada dalam waktu tambahan

3. Waktu pergantian babak: maksimal 10 menit

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
BAB IV

TREND DAN KOMUNITAS FUTSAL DI KOTA MEDAN

Olahraga futsal merupakan suatu jenis olahraga yang pada saat sekarang ini

menjadi olahraga favorit dikalangan anak muda, hal ini dikarenakan olahraga

tersebut dapat dilakukan dengan cara yang efisien dan hanya membutuhkan bola

sebagai objek permainan. Sebagai suatu cabang olahraga yang populer pada saat

sekarang ini, futsal menjadi trend dikalangan anak muda Kota Medan dan

berimplikasi pada terbentuknya komunitas-komunitas futsal dikalangan anak muda,

trend dan komunitas futsal di Kota Medan akan dijabarkan secara konseptual

antropologi pada bab ini.

IV.1. Trend Futsal

Berbicara mengenai trend maka tidak lepas dari proses pendefinisian trend

yang menjadi dasar pemikiran, trend dapat diartikan sebagai suatu proses

kecenderungan akan sesuatu hal yang dipengaruhi oleh aspek waktu dan tempat,

sehingga trend dapat terjadi dalam rentang waktu sesaat dalam suatu tempat atau

lokasi tertentu, selain itu trend juga diartikan sebagai pembeda kelompok yang

muncul dalam masyarakat yang terbentuk dari adanya stratifikasi sosial, dalam

konteks trend futsal dikalangan anak muda Kota Medan, futsal muncul sebagai trend

dengan dasar kegiatan yang memiliki kecenderungan aspek waktu dan tempat serta

sebagai suatu pembeda kelompok yang muncul dalam masyarakat, secara sederhana,

futsal adalah jenis olahraga yang memiliki anggota (pemain) dimana anggotanya

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
tersebut merupakan faktor pendukung dari munculnya sebuah trend pada olahraga

futsal, dengan munculnya futsal menjadi trend atau kecenderungan terhadap futsal

yang dilakukan oleh sekelompok atau individu maka hal ini memerlukan proses

penyebaran mengenai futsal secara kolektif yang nantinya akan menjadi suatu

identitas bagi keanggotaannya.

Gambar 13

Tim Arjuna sedang melakukan pemanasan sebelum bermain futsal. (Sumber : Penulis)

Trend olahraga futsal secara konseptual sejalan dengan pendapat Winarto

yang mengatakan bahwa :

Trend merupakan cara bertindak yang bersifat mengikuti


yang dilandasi pada pengalaman-pengalaman seseorang dalam status
dan peranannya dalam kehidupan, dengan kata lain, trend seseorang
itu merupakan penanaman dan penerapan apa yang dia lihat dan
rasakan baru sehingga seseorang itu bisa mengikutinya. (1980)

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Berdasarkan pendapat Winarto tersebut maka futsal adalah suatu tindakan yang

diterapkan dari apa yang dilihat dan dirasakan serta dilakukan oleh individu maupun

sekelompok orang dengan upaya-upaya penyebaran terhadap trend itu sendiri, hal ini

ditegaskan oleh Radfield dalam Danandjaja, yang mengatakan bahwa :

Trend suatu masyarakat sebenarnya adalah semacam human


type (tipe manusia) yang dapat dikenal dengan segera. Tersebar
dimana-mana, bersifat sementara dan timbul sebagai akibat inovasi
baru terhadap permasalahan yang ada. Trend seperti ini pun dasarnya
dikembangkan oleh adanya adaptasi dari masyarakat dalam rangka
meniru hal yang baru yang diakibatkan oleh timbulnya daerah
perkotaan.

Sebagai tipe manusia maka trend dapat dikenal segera melalui tindakan dan

simbol-simbol yang muncul dari trend tersebut, hal ini terlihat dari trend futsal

dikalangan anak muda Kota Medan yang melakukan tindakan permainan atau

pertandingan futsal dan menggunakan simbol-simbol dari futsal tersebut dalam

kehidupan sehari-hari, hal ini diungkapkan oleh Aulia (24 tahun) salah seorang

informan :

Kami selalu berlatih dan bertanding futsal seminggu dua kali


disini (lapangan Terminal futsal), kami yang main semuanya kawan-
kawan dekat rumah, jadi orang-orang dirumah udah tau kalo kami
mau latihan futsal karena kami kalo mau latihan atau tanding, kami
selalu bawa bola sendiri sama sepatu futsal.

Dengan adanya pernyataan dari informan ini maka diperoleh bahwa futsal

sebagai trend merupakan suatu tindakan dalam hal ini permainan atau pertandingan

futsal dan membawa simbol-simbol dari trend tersebut melalui tindakan mereka

dengan membawa bola dan sepatu futsal, sehingga lingkungan sekitar dapat menilai

simbol tersebut melalui atribut atau peralatan yang mereka gunakan ketika akan

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
bermain atau bertanding futsal, dengan adanya simbol atau atribut yang menjadi

penanda suatu trend tersebut maka hal ini sejalan dengan pendapat Parson dalam

Geertz mengenai sistem simbol yang mengatakan bahwa :

A system of beliefs held in common by members of a


collectivitywhich is oriented to the evaluative integration of the
collectivity, by interpretation of the empirical nature of the
collectivity and of the situation in which it is placed, the processes by
which it developed to its given state, the goals to which its members
are collectively oriented, and their relation to the future course of
events (Talcott Parsons dalam Clifford Geertz, 1973:251).

Suatu sistem dari kepercayaan disimpan umum oleh anggota


dari suatu keseluruhanyang mana hal sistem kepercayaan
diorientasikan kepengintegrasian yang evaluatif dari keseluruhan,
dengan penafsiran dari sifat empiris dari keseluruhan tentang situasi
dimana hal tersebut ditempatkan, proses pengembangan status yang
diberi, keberhasilan bagi anggotanya yang mana adalah secara
bersama- diorientasikan, dan hubungan mereka kepada kelakuan
peristiwa yang masa depan.

Dengan pendapat Parson tersebut maka simbol atau atribut dari trend futsal

yang dipergunakan oleh anggotanya merupakan suatu sistem yang tersimpan secara

kognitif dan dimanifestasikan dalam penggunaan simbol atau atribut dan menjadi

miliki kolektif atau bersama, dengan adanya penggunaan simbol atau atribut dan

tindakan maka dalam konteks ini, futsal menjadi suatu trend yang muncul dikalangan

anak muda Kota Medan, dan hal ini sejalan dengan trend sebagai proses inovasi baru,

yaitu cara hidup masyarakat kota yang selalu berusaha dalam mengikuti sesuatu hal

yang baru untuk mendapatkan kepuasan dalam hidup (Wirth dalam Suparlan, 1980).

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
IV.2. Faktor Berkembangnya Futsal di Kota Medan

Futsal sebagai suatu cabang olahraga yang berasala dari perkembangan

olahraga sepakbola konvensional merupakan suatu cabang olahraga kreasi (baru)

yang berhasil memancing minat generasi muda diseluruh dunia dan di Medan,

pertumbuhan dan perkembangan olahraga futsal didorong oleh beberapa faktor yang

akan dideskripsikan sebagai berikut :

1. Efisiensi, dalam hal ini berarti bahwa olahraga futsal adalah suatu jenis

olahraga yang tidak memerlukan persiapan serta peraturan permainan yang rumit,

dengan kata lain dapat dikatakan bahwa olahraga ini hanya memerlukan suatu

peraturan dan perlengkapan yang sederhana atau mudah didapat.

2. Murah, pengertian murah dalam konteks ini bahwa olahraga futsal dapat

digolongkan pada suatu permainan olahraga yang dapat dimainkan dengan

penggunaan dana yang minim, sebagai komparasi adalah olahraga bulutangkis,

dimana dalam olahraga tersebut setiap pemain harus memiliki perlengkapan

individual yang mahal secara finansial, seperti : raket, bola, sepatu hingga tas untuk

raket.

3. Merakyat, dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana olahraga ini dapat

dimainkan seluruh lapisan mayarakat tanpa melihat strata sosial, tua-muda dapat

memainkan permainan futsal, hal ini didukung dengan lapangan permainan futsal

yang dapat menggunakan lapangan yang tersedia disekitar tempat tinggal (ukuran

lapangan bersifat tentatif).

4. Waktu, sebagai suatu jenis olahraga, futsal merupakan olahraga yang bebas

dari dimensi waktu sehingga waktu penggunaan atau permainan tidak memiliki

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
batas, secara sederhana dapat dikatakan permainan futsal dapat dimainkan pada

waktu pagi, siang, sore maupun malam.

Faktor-faktor pendorong muncul dan berkembangnya olahraga futsal

menimbulkan suatu konsekuensi, yaitu munculnya komunitas dengan basis olahraga

futsal. Kota Medan memiliki beragama komunitas futsal yang tersebar, sebagai

cabang olahraga yang populer (trend) dan memiliki konsekuensi munculnya bentuk

komunitas berbasis futsal diungkapkan salah seorang informan, yaitu Davit, 25

Tahun, Mahasiswa :

Main futsal dapat dilakukan kapan saja karena lapangan


terbuka 24 jam, semua lapangan di medan membuka lapangan selama
24 jam sehingga semua orang dapat bermain futsal kapan pun dia mau
tapi harga sewa lapangan futsal biasanya tergantung kapan waktu
penggunaannya, kalau pagi lebih murah daripada sore atau malam.

Hal senada juga diungkapkan informan lainnya, Seebo, 23 Tahun, karyawan

Swasta :

Tiap malam kamis dua minggu sekali kami bemain futsal


disini (Terminal Futsal), kami udah jadi member jadi kami dapat
jadwal tetap, ... kawan-kawan juga suka maen karena tidak ada
batasan kapan mau maen dan sesuai dengan kantung anak muda
sekalian juga bisa kumpul-kumpul atau kadang jumpa sama kawan.

Keterangan yang dihimpun dari hasil wawancara terhadap informan

memberikan suatu gambaran bahwa olahraga futsal yang tumbuh dan berkembang

telah berhasil menggunakan trend atau kecenderungan yang tumbuh dikalangan anak

muda Kota Medan sehingga semakin mengokohkan permainan futsal sebagai

permainan anak muda yang menginginkan persaingan (kompetisi) sehat melalui

olahraga futsal.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Faktor-faktor pendorong futsal yang telah diungkapkan sebelumnya

merupakan serangkaian faktor pendorong yang timbul dari olahraga futsal tersebut.

IV.3. Komunitas Futsal

Futsal adalah sebentuk kegiatan olahraga yang dilakukan secara

berkelompok, dimana dalam kegiatannya, futsal membutuhkan 5 orang dalam satu

tim dan 10 orang atau 2 tim dalam suatu pertandingan futsal, dengan adanya

kelompok atau tim yang terdiri dari beberapa individu sehingga futsal dapat

dikatakan sebagai suatu komunitas yang memiliki suatu pemikiran dan tindakan yang

sama, yaitu futsal. Sebagai sebentuk kegiatan bersama-sama, futsal dilihat sebagai

bentuk komunitas yang memegang konsekuensi yang jelas terhadap konsep

komunitas, adapun faktor-faktor pembentuk dan pendukung dari terbentuknya suatu

komunitas akan dijabarkan sebagai suatu proses pendeskripsian futsal sebgai sarana

komunitas yang berbasiskan pada trend futsal dikalangan anak muda Kota Medan.

Komunitas sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat :

Sebagai suatu kesatuan manusia, komunitas tentu saja


mempunyai rasa kesatuan seperti yang dimiliki hampir semua
kesatuan manusia lainnya, namun perasaan kesatuan dalam komunitas
itu biasanya sangat tinggi, sehingga ada rasa kepribadian kelompok,
yaitu perasaan bahwa kelompoknya itu memiliki ciri-ciri kebudayaan
atau cara hidup yang berbeda dengan kelompok lainnya. (1997:143)

dengan demikian futsal sebagai bentuk kegiatan yang menghasilkan bentuk

komunitas pada anggotanya (pemain) dengan adanya perasaan saling memiliki (sense

of belonging) yang tinggi diantara anggota komunitas, terbentuknya suatu komunitas

pada dasarnya diawali oleh adanya satu tujuan dan maksud yang sama diantara setiap

anggotanya, hal ini didukung melalui faktor pendukung dari terbentuknya suatu

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
komunitas, yaitu : para anggotanya masih saling mengenal satu sama lain dan

bergaul secara intensif, dalam konteks futsal, dimanifestasikan pada bentuk

hubungan yang timbul diantara anggota satu tim futsal maupun pada tingkat yang

lebih luas, yaitu sesama pemain futsal yang disatukan dalam permainan futsal,

hubungan intensif yang timbul dari permainan dan pertandingan menimbulkan

keterkaitan antara pemain futsal dalam kehidupan sosial mereka, berikutnya adalah

komunitas sebagai bentuk hubungan yang kecil sehingga setiap bagian dan kelompok

khusus atau lainnya yang ada didalamnya tidak terlalu berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya, hal ini terlihat pada hubungan antar komunitas futsal, setiap

tim futsal memiliki perbedaan dengan tim lainnya namun diantara mereka telah

disatukan dalam futsal dan ini menjadi modal dasar dari terbentuknya komunitas

futsal dikalangan anak muda Kota Medan, setelah faktor para anggota saling

mengenal dan tidak terlalu berbedanya antara satu kelompok, faktor berikutnya

adalah para anggota kelompok dapat menghayati berbagai lapangan kehidupan

mereka dengan baik, dengan sederhana dapat diartikan sebagai proses memahami

diantara satu tim futsal dengan tim futsal lainnya, perbedaan yang muncul diantara

tim futsal tidak menjadi separasi diantara tim futsal lainnya, hal tersebut dilihat

sebagai suatu bentuk kekayaan bentuk tim futsal yang ada.

Komunitas futsal merupakan bentuk dari hubungan yang timbul dari interaksi

sosial diantara dua kelompok atau lebih yang memiliki ciri khusus, dalam hal ini ciri

khusus tersebut adalah futsal (proses kegiatan dan aspek-aspek lainnya yang

berkaitan dengan futsal), hal ini dijelaskan oleh Pettigrew dalam Sunarto (2000:145)

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
yang mendefinisikan intergroup relations (hubungan antar kelompok) sebagai ...the

social interactions between any two or more groups.

Proses hubungan diantara kelompok atau tim futsal membangun secara

struktur komunitas futsal sehingga komunitas futsal tumbuh dan berkembang dengan

pesat hal ini semakin didukung dengan berkembangnya olahraga futsal sebagai trend

dikalangan anak muda Kota Medan, hubungan antar kelompok yang menciptakan

sebentuk komunitas dalam konteks komunitas futsal dijelaskan dalam bagan berikut :

IV.4. Tumbuhnya Komunitas Berbasiskan Futsal

Tumbuh dan berkembangnya komunitas dengan basis olahraga futsal

merupakan suatu gejala konsekuensi dari trend atau kecenderungan terhadap

olahraga futsal tersebut. tumbuhnya suatu komunitas secara konsepsi merupakan

suatu wadah atau berkumpulnya beberapa individu dengan latar-belakang pemikiran,

kegiatan yang sama, dimana tiap-tiap individu bergabung dan saling berinteraksi satu

sama lain.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Komunitas futsal yang bermunculan adalah suatu hal yang umum terjadi,

komunitas secara konseptual telah diungkapkan sebelumnya namun komunitas

memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi suatu bentuk

komunitas yang utuh, hal ini sejalan dengan pendapat Redfield dalam

Koentjaraningrat (1990:140) yang menyatakan bahwa sebagai suatu bentuk

komunitas kecil diperlukan setidknya 4 faktor yang menjadi latar-belakang

tumbuhnya komunitas kecil, yaitu : adanya identitas yang khas, adanya anggota

komunitas yang terbatas dan memiliki intensitas yang tinggi, saling mengenal antar

anggota dan komunitas, seragam dengan memiliki perbedaan terbatas, anggota yang

terbatas dan dapat memenuhi kebutuhan komunitas tanpa tergantung pada komunitas

lain.

Penjelasan mengenai faktor-faktor tumbuhnya komunitas berbasiskan futsal

adalah :

1. identitas yang khas, hal ini didefinisikan dalam konteks penulisan ini sebagai suatu

keharusan yang menjadi faktor utama terbentuknya komunitas dengan basis olahraga

futsal. Komunitas futsal yang tumbuh dan berkembang memiliki aspek utama, yaitu

memiliki minat terhadap olahraga futsal sehingga individu yang memiliki minat

terhadap olahraga futsal dapat membentuk suatu komunitas dengan beberapa

individu lainnya yang memiliki minat yang sama terhadap futsal.

2. anggota dan identitas, adalah hal mutlak yang harus muncul dan tampak dari suatu

komunitas, pada olahraga futsal, tiap-tiap anggota komunitas futsal memiliki minat

terhadap futsal dan memiliki identitas komunitas selain dari minat terhadap futsal

yang dapat menjadi simbolisasi dari komunitas tersebut, pada umumnya identitas

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
suatu komunitas disimbolkan melalui nama komunitas dan perilaku komunitas, hal

ini sejalan dengan pendapat informan dilapangan, Handoko, 23 Tahun, Mahasiswa

yang menyatakan bahwa :

Aku bermain futsal dengan kelompok aku sendiri, kelompok


kami namanya The Bandits, kelompok kami sudah terkenal kalau
untuk Kota Medan, semua pertandingan futsal kami ikuti bahkan
sampai luar negeri tapi tidak semua orang dapat bergabung dengan
The Bandits dan kelompok The Bandits hanya kami (11 orang)
yang terdiri dari kelompok lain yang latihan di lapangan yang sama.

Secara eksplisit dapat dilihat bahwa komunitas futsal yang terbentuk memiliki

simbolisasi terhadap nama yang mereka bawa dan setiap komunitas futsal berbeda

antar satu sama lain akan tetapi semua itu tetap disatukan dalam futsal, selain itu

jumlah anggota komunitas terbatas pada kalangan itu saja, adapun masuknya

individu lain dalam komunitas tersebut membutuhkan proses yang panjang karena

pada umumnya bentuk komunitas futsal bersifat eksklusif dan memiliki pemikiran

yang sama dalam satu komunitas, hal ini sejalan dengan pendapat Redfield dalam

Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa suatu komunitas memerlukan dan

membutuhkan anggota yang terbatas dan mengenal setiap anggota antara satu sama

lain dengan baik hal ini didukung juga dengan perlunya intensitas yang tinggi untuk

semakin mempererat hubungan diantara sesaama anggota komunitas.

IV.5. Pandangan Anak Muda Kota Medan Terhadap Futsal

Anak Muda dalam konteks penelitian ini difokuskan pada generasi dengan

rentang usia dari 20 hingga 30 tahun, hal ini didasarkan karena dalam rentang usia

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
tersebut seorang individu masih memiliki kecenderungan untuk mengikuti

perkembangan atau trend.

Beragam pendapat dikemukakan oleh para informan dilapangan mengenai

pandangan mereka terhadap futsal dan kaitannya dengan futsal sebagai trend dan

sebagai bentuk komunitas, adapun pendapat informan adalah sebagai berikut :

Yudi, 17 Tahun, Pelajar SMU :

Futsal adalah suatu jenis olahraga yang berkembang dari


sepakbola, aturan dan perlengkapan futsal mengikuti dengan apa yang
digunakan dalam pertandingan sepakbola biasa, ... saya bermain
dengan kelompok saya sendiri yang satu sekolah sama saya karena
kami sama-sama suka futsal jadi anak dari sekolah lain tidak bisa jadi
anggota kelompok futsal kami tapi kami biasanya gabung sama
kelompok lain yang satu lapangan sama kami, ... kami ikut main futsal
karena kami rasa futsal sejalan dengan jiwa kami, jiwa anak muda dan
semua anak sekolah kayak kami rata-rata main futsal.

Dudik, 28 Tahun, Karyawan Swasta :

Main futsal sudah seperti kebutuhan, setiap dua kali


seminggu wajib main futsal, selain sehat juga untuk mengisi waktu
luang, sekalian ketemu sama kawan-kawan. Main futsal biasanya
sama teman kerja, jarang main sama orang lain selain tidak kenal juga
tidak enak main sama orang lain, main futsal selain untuk
mengeluarkan keringat juga mengikuti trend sekarang ini, bukannya
latah tapi kalau positif hasilnya kan bagus juga.

Dani, 25 Tahun, Pegawai Negeri Sipil :

... kalau main futsal, mainnya dengan teman-teman kuliah


saja karena tidak enak main sama kawan kerja, selain sudah kenal
lama juga sebagai ajang pertemuan. Nama komunitas futsal kami
Ilegal yang mainnya kawan-kawan kuliah dulu, kalau anak luar
tidak bisa bergabung karena tidak kenal juga karena belum tentu
mainnya bisa sejalan. Kami main futsal karena pada awalnya futsal ini

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
dimainkan sama pemain sepakbola luar negeri jadi kami mengikuti
apa yang mereka mainkan.

Markus, 24 Tahun, Pemain Sepakbola :

Main futsal sudah sering, tiap latihan sama klub pasti main
futsal tapi dulu bukan futsal namanya, namanya latihan game saja,
tapi semenjak muncul istilah futsal yang jadi futsal namanya, selain
untuk menjaga kondisi, futsal juga untuk mengikuti apa yang sedang
in-sekarang ini, mainnya sama kawan satu klub untuk menjaga
kekompakkan tim, ... futsal sebagai bentuk trend sepakbola bagus
karena anak muda tahunya tidak hura-hura saja, biar bisa sehat dan
jaga kondisi tubuh serta ketemu sama kawan.

Gambar 14
Penulis bersama Tim Medok FC. (Sumber : Penulis)

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Gambar 15
Penulis berpose dengan para PNS yang baru saja bermain futsal pada malam hari di
Lapangan Deli Futsal, Deli Plaza Medan. ( Sumber : Penulis )

IV.6. Konsepsi Kelompok

Kelompok secara antropologis dapat didefinisikan sebagai bentuk kumpulan

beberapa individu yang terikat pada satu kesamaan, keterikatan antar satu individu

dengan individu lain menciptakan suatu hubungan yang bersifat kognitif hal ini

dikarenakan hubungan yang timbul merupakan suatu hubungan yang bersifat nyata

namun tidak memiliki wujud secara kebendaan.

Dalam antropologi konsep mengenai kelompok memiliki hubungan dengan

komunitas yang merupakan bentuk lanjut dari sebuah bentuk kelompok, dikarenakan

komunitas berdiri diatas beberapa kelompok yang bergabung menjadi suatu

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
komunitas, dalam konteks penelitian ini, kelompok-kelompok anak muda yang

memiliki kegemaran terhadap olahraga futsal bergabung menjadi suatu bentuk

komunitas yang didasarkan pada beberapa aspek, seperti :

1. Lapangan atau tempat

2. Karakter permainan

3. Asal hubungan.

Penjelasan mengenai ketiga aspek tersebut adalah : pertama mengenai lapangan atau

tempat, faktor tempat dapat menjadi faktor yang menentukan terbentuknya suatu

komunitas, pada umumnya berkumpulnya beberapa individu dan kelompok pada

suatu lokasi dan memiliki tingkat pertemuan yang tinggi dapat menimbulkan suatu

sikap memiliki antara satu sama lainnya atau dengan kata lain muncul hubungan

diantara para individu dan kelompok terhadap lokasi tersebut, dalam konteks

penelitian ini, lapangan futsal telah menjadi lokasi ajang pertemuan diantara individu

dan anggota kelompok selain sebagai tempat latihan dan bertanding futsal, kedua

mengenai karakter permainan, karakater permainan dapat menjadi aspek yang

menentukan dalam suatu hubungan, hal ini diakibatkan kesamaan karakter dalam

futsal, seperti permainan yang bertempo cepat, lambat, menyerang dan bertahan.

Karakter permainan ini menjadi suatu ikatan dalam menyatukan individu maupun

kelompok dalam olahraga futsal, Asal hubungan, faktor ini juga memegang peranan

yang sangat penting dikarenakan sebelum membentuk suatu kelompok futsal atau

pada proses pembentukan suatu kelompok futsal terlebih dahulu individu memiliki

hubungan yang tercipta diantara individu lainnya atau dengan kata lain hubungan

lain yang tercipta diantara individu merupakan modal penting dalam proses

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
pembentukan kelompok futsal dan pada umumnya pembentukan kelompok menjadi

lebih mudah apabila telah terjadi hubungan sebelumnya diantara individu dan

kelompok.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan dan saran sangat penting dalam suatu penelitian, hal ini untuk

dapat memberikan jawaban dari suatu penelitian yang dilakukan selain itu saran

diberikan agar dapat mengembangkan sesuatu hal menjadi bentuk yang lebih baik.

Kesimpulan dan saran sangat penting pada akhir penelitian, karena kedua hal

tersebut mempengaruhi kondisi penelitian. Kesimpulan memuat hal-hal apa saja

yang menjadi kata akhir dalam penelitian ini, sedangkan saran merupakan kumpulan

masukan maupun kritikan terhadap fokus penulisan yang dapat membangun dan

memperbaiki fokus penulisan sejenis dikemudian hari.

V.1. Kesimpulan

Futsal sebagai bentuk olahraga memiliki kaitan sebagai bentuk trend dan

komunitas dengan dasar futsal tersebut, trend dapat diartikan sebagai suatu proses

kecenderungan akan sesuatu hal yang dipengaruhi oleh aspek waktu dan tempat,

sehingga trend dapat terjadi dalam rentang waktu sesaat dalam suatu tempat atau

lokasi tertentu, selain itu trend juga diartikan sebagai pembeda kelompok yang

muncul dalam masyarakat yang terbentuk dari adanya stratifikasi sosial sedangkan

komunitas dapat diartikan sebagai suatu wadah yang membawahi beberapa

kelompok dengan tujuan dan pemikiran yang sama dan memiliki intensitas interaksi

yang tinggi.

Faktor trend dan terbentuknya komunitas dari olahraga futsal adalah faktor

yang muncul dari perkembangan olahraga futsal itu sendiri, hal ini menjadi nilai

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
tambah dari olahraga futsal selain sebagai bentuk olahraga yang bertujuan untuk

menyeimbangkan antara kerja otak dan otot yang dapat menciptakan kondisi tubuh

yang sehat.

Penelitian yang telah dilakukan dengan fokus pada futsal sebagai trend dan

bentuk komunitas di kalangan anak muda Kota Medan memiliki tujuan penelitian,

yaitu :

1. Pendefinisian mengenai futsal, usaha pendefinisian futsal telah dilakukan

pada bab 3 penulisan skripsi ini, futsal sebagai aspek utama dalam penelitian ini

dideskripsikan secara menyeluruh sehingga hal-hal yang terkait dengan futsal

sebagai suatu cabang olahraga, seperti apa itu futsal, peraturan dalam permainan dan

pertandingan futsal hingga pada perlengkapan yang digunakan dijabarkan untuk

mendapatkan hasil deskripsi mengenai futsal yang lengkap dan menyeluruh, dalam

konteks antropologis, usaha pendefinisian mengenai futsal dan aspek lain yang

terkait merupakan suatu proses pendeskripsian secara etnografi dalam lingkup yang

kecil dan dapat dipergunakan dalam melihat sebentuk komunitas yang sejenis.

2. Faktor pendorong anak muda Kota Medan untuk bermain futsal,

pertanyaan penelitian ini merupakan pertanyaan penelitian yang diajukan untuk

mendapatkan data mengenai faktor-faktor pendorong dari futsal sehingga anak muda

menjadikan futsal sebagai suatu trend dan berimplikasi pada terbentuknya suatu

komunitas. Penjelasan mengenai faktor pendorong anak muda Kota Medan untuk

bermain futsal telah dideskrpsikan dalam bab 4 penulisan skripsi, yang mencakup

trend, faktor pendorong trend, komunitas futsal, faktor terbentuknya komunitas

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
dengan basis futsal dan pandangan anak muda Kota Medan terhadap futsal sebagai

trend dan bentuk komunitas.

3. Bagaimana anak muda Kota Medan membentuk kelompok-kelompok

futsal adalah pernyataan penelitian berikutnya, hal ini telah dijawab melalui bab 4

tulisan ini, hal ini berkaitan dengan pertanyaan penelitian sebelumnya (no.2).

terbentuknya kelompok-kelompok futsal melalui minat terhadap futsal dan bermain

dilapangan yang sama telah menciptakan suatu proses interaksi yang berujung pada

terbentuknya komunitas dengan futsal sebagai basis utamanya.

4. Pandangan anak muda Kota Medan terhadap futsal juga telah dijabarkan

dalam bab 4 penulisan skripsi ini, proses penjabaran mengenai pandangan anak muda

Kota medan terhadap futsal merupakan usaha yang dilakukan oleh penulis untuk

mendapatkan gambaran yang nyata dan berasal dari informan yang diperoleh

dilapangan penelitian sehingga data yang diungkapkan dalam penelitian ini

merupakan data yang diperoleh langsung dari informan dilapangan, proses ini

merupakan dari bagian pengungkapan dan penulisan pernyataan informan sebagai

subjek dari penelitian yang dilakukan.

V.2. Saran

Saran yang timbul dari penelitian yang telah dilakukan dengan judul Futsal;

suatu trend dan bentuk komunitas anak muda Kota Medan adalah :

1. Sebagai bentuk trend dengan pengertian suatu proses kecenderungan akan sesuatu

hal yang dipengaruhi oleh aspek waktu dan tempat, sehingga trend dapat terjadi

dalam rentang waktu sesaat dalam suatu tempat atau lokasi tertentu, selain itu trend

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
juga diartikan sebagai pembeda kelompok yang muncul dalam masyarakat yang

terbentuk dari adanya stratifikasi sosial, hal ini dapat memberikan saran bahwa futsal

sebagai trend merupakan suatu tindakan yang bernilai positif dan berguna bagi anak

muda maupun semua orang karena futsal adalah bentuk olahraga dan dapat menjadi

filter bagi anak muda yang rentan dalam pergaulan.

2. Sebagi bentuk komunitas, futsal dapat menjadi alternatif bentuk komunitas dalam

masyarakat, hal ini akibat dari bentuk komunitas yang telah ada tidak atau belum

berhasil menampung ide-ide dan aspirasi yang dimiliki oleh para anggotanya.

3. Pendeskripsian terhadap olahraga futsal merupakan suatu penulisan skripsi dalam

bidang antropologi yang berguna bagi penelitian sejenis dan menjadi masukan bahwa

lingkup antropologi juga dapat membahas mengenai futsal sebagai trend dan bentuk

komunitas, hasil akhir yang ingin dicapai adalah aspek dan lapangan penelitian

dalam antropologi tidak terbatas, sehingga pendeskripsian futsal dalam konteks

antropologi merupakan usaha penjabaran secara etnografi mengenai olahraga futsal.

4. Futsal sebagai trend dan bentuk komunitas dapat menjadi alternatif kegiatan bagi

generasi muda dan semua kalangan sebagai suatu kegiatan yang positif, tepat guna

dan bermanfaat bagi semua orang serta dapat dilakukan dimana saja, hal ini perlu

perhatian khusus dari pihak yang ingin terlibat didalamnya sebagai suatu usaha

menangkal pengaruh negatif yang muncul pada pola hidup dan pergaulan yang

terkontaminasi dari pengaruh negatif, seperti : pergaulan bebas, narkoba, dan lain

sebagainya.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James. Antropologi Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.

Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2004.

Geertz, Clifford. The Intepretation of Culture. USA: Basic Books Inc, 1973.

Geertz, Hildred. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta: ---, 1976.

Goodenough, Ward E. Description and Comparison in Cultural Anthropology.


United States Of America: Cambridge University Press, 1970.

Ibrahim, Idi Subandy. Ectasy Gaya Hidup. Bandung: Mizan, 1997.

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1996.

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi II. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1997.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press, 1990.

Koeswara, E. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco, 1991.

Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T. Remaja


Rosdakarya, 2005.

Saifuddin, Achmad. Fedyani. Antropologi Kontemporer; Suatu Pengantar Kritis


Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana Predina Media Group, 2006.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada,
1990.

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi; Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2000.

Suparlan, Parsudi. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan. Jakarta: Rajawali Press,


1980.

Situs Internet :

Adronafis, Hidayatullah. Fenomena Futsal; Bisnis, Gengsi dan Ruang Publik.


www.wikimu.com, diakses pada Selasa, 17/03/2009.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Almakki, Zamzami. Distro dan Gaya Hidup Anak Muda Masa Kini. www.zamzami-
almakki.blog.friendster.com, diakses pada Selasa, 17/03/2009.

Fariz. Fenomena Futsal Brand Global. www.fariz.blogspot.com, diakses pada Selasa,


17/03/2009.
Irmawati. Fenomena Kelompok Anak Muda Bergaya Punk.
www.irma.blogspot.com, diakses pada Selasa, 17/03/2009.

Tim Wikipedia. Football. http://www.wikipedia.com/history_football_, diakses pada


Senin, 05/05/2009.

Tim Wikipedia. Futsal. http://id.wikipedia.org/futsal_, diakses pada Senin,


05/05/2009.

Tim Wikipedia. Pemko Medan. http://id.wikipedia.org/wiki/Medan, diakses pada


Senin,
05/05/2009.

Http://www.bolanews.com/, diakses pada Senin, 05/05/2009.

Http://www.futsal-indonesia.net.id/page_1_php/, diakses pada Senin, 05/05/2009.

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
DAFTAR INFORMAN

Nama : H Suherman SH, M.Si.


Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta (Kepala Manager Elektrik Futsal)

Nama : Denny Panggabean


Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta (Kepala Manager Terminal Futsal)

Nama : Jimmy Harahap


Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta

Nama : Aulia
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa

Nama : David
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa

Nama : Seebo
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta

Nama : Handoko
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa

Nama : Yudi
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Pelajar

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.
Nama : Dudik
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta

Nama : Dani
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : PNS

Nama : Markus
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Pemain sepakbola

Zulkarnain Bancin : Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan), 2009.

Anda mungkin juga menyukai