Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SD 2

“ KOPERASI ”

DOSEN PENGAMPU

Dr. H. Metroyadi, SH, M.Pd.

Zain Ahmad Fauzi, M.Pd.

KELAS 2D

OLEH : KELOMPOK 1

Helwa Ayuni : 1910125120049

Kamsiah : 1910125120029

Muhammd Risal Herrpindi : 1910125310089

Noor Halifah Rizqi : 1910125220074

Novia Wahdah : 1910125120039

Siti Rahmah : 1910125220004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada kami untuk
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul ” KOPERASI ”. Selawat serta salam
tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan sebaik-baiknya
teladan bagi kita semua.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan Terimakasih kepada Bapak Dr. H.
Metroyadi, SH, M.Pd. dan Bapak Zain Ahmad Fauzi, M.Pd. Selaku Dosen mata kuliah Ilmu
Pengetahuan Sosial SD 2 yang telah memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga
makalah ini dapat disusun dengan baik.
Banyak kekurangan yang harus kami perbaiki dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami meminta saran dan kritik yang membangun untuk memacu kami lebih baik lagi Sekali
lagi kami ucapkan terimakasih.

Wassalamuaaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh.

Banjarmasin, 07 Februari 2020


Penyusun,

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iv
BAB I......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 3
1. AWAL PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA.3
2. MACAM – MACAM KOPERASI DI INDONESIA................................................... 11
3. PENGERTIAN DAN KRITERIA AMALGAMASI....................................................17
4. TATA CARA PELAKSANAAN PENGGABUNGAN (AMALGAMASI)................18
5. MANFAAT KOPERASI.............................................................................................. 22
6. MAKNA DAN SIMBOL KOPERASI......................................................................... 24
BAB III.....................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................28
Kesimpulan.......................................................................................................................... 28
Saran.....................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 29

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lambang Koperasi................................................................................................. 24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1........................................................................................................................................6
Tabel 2........................................................................................................................................8
Tabel 3........................................................................................................................................8

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koperasi merupakan bentuk perusahaan organisasi dimana tujuan utama nya
bukan mencari keuntungan tetapi mencari kesejahteraan dari anggotanya. Koperasi
sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di
bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotannya.
Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha
bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka
usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas
tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
perkumpulan-perkumpulan Koperasi.
Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan Koperasi, karena Koperasi
di dalam sistem perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di Indonesia belum
memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif dan kuat. Hal ini
disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan struktural dalam penguasaan faktor
produksi khususnya permodalan.
Sekelompok orang bertekad untuk mendirikan sebuah koperasi terlebih dahulu
perlu memahami maksud dan tujuan pendirian koperasi, untuk itu perwakilan dari pendiri
dapat meminta bantuan kepada Dinas Koperasi dan UKM ataupun lembaga pendidikan
koperasi lainnya untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan serta pelatihan mengenai
pengertian, maksud, tujuan, struktur organisasi, manajemen, prinsip-prinsip koperasi, dan
prospek pengembangan koperasi bagi pendiri. Setelah mendapatkan penyuluhan dan
pelatihan perkoperasian, para pendiri sebaiknya membentuk panitia persiapan
pembentukan koperasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan koperasi sejak zaman Belanda hingga sekarang?
2. Menjelaskan macam-macam koperasi di Indonesia?
3. Bagaimana proses Amalgamasi koperasi di Indonesia?
4. Bagaimana tata cara pendirian koperasi di Indonesia?

1
5. Menjelaskan manfaat koperasi di Indonesia?
6. Menjelaskan makna dan simbol koperasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan koperasi sejak zaman Belanda hingga sekarang.
2. Untuk mengetahui macam-macam koperasi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui proses Amalgamasi koperasi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui tata cara pendirian koperasi di Indonesia.
5. Untuk mengetahui manfaat koperasi di Indonesia.
6. Untuk mengetahui makna dan simbol koperasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. AWAL PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA


A. Masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda

1.) Mulai Bertumbuh


Pakar koperasi dan beberapa kalangan berpendapat bahwa sesungguhnya bentuk-
bentuk koperasi yang konkret di Indonesia baru mulai tumbuh pada era kebangkitan nasional,
yaitu pada awal-awal tahun 1900-an. Dimulai dari berdirinya koperasi rumah tangga
(konsumsi), yang didirikan oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional di kalangan Boedi Oetomo
pada tahun 1908, Kemudian disusul dengan bedirinya toko-toko Adil pada tahun 1913 oleh
tokoh-tokoh Serikat Dalam Islam, Serikat Islam dan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya,
seperti dari PNI, Partindo dan sebagainya di awal tahun 1900-an, Sebagai bagian dari strategi
perjuangan mencapai kemerdekaan. Di samping itu tipisnya solidaritas dan loyalitas anggota
juga telah mengakibatkan toko-toko yang didirikan kurang dimanfaatkan oleh anggotanya
sendiri.
Berkembangnya sistem penjualan dengan cara kredit oleh took-toko swaata non-
koperasi kepada pembeli yang tidak punya uang tunai, juga manjadi sebab lain tersaingnya
toko-toko koperasi pada saat itu. Ada informasi penting lain mengenai kondisi awal koperasi
di Indonesia sebagaimana disampaikan oleh Drs.Hendroyogi, M.Sc., dalam buku Aza –azas,
teori dan praktek koperasi, Edisi Revisi 2002. Menurutnya sebelum ada Undang-Undang
Perkoperasian tahun 1915, Koperasi di Indonesia diberikan status badan hukum sebagai
Zedelijik Lichaam (Staatsbland 1870 nomor 64, sesuai bunyi Undang-Undang tahun 1855
yang berlaku di Negeri Belanda). Sebagian contoh ada tiga buah koperasi pemilik/penanam
kopi di Lembang Lemburawi dan Poseli, yang didirikan dengan surat keputusan pemerintah
tertanggal 31 Desember 1917 Nomor 58, yang diberikan rech persoon menurut Staatsblad
1870 Nomor 64 tersebut.

3
2.) Peraturan Perkumpulan Koperasi Nomor 431 Tahun 1915

Mulai bertumbuhnya semangat masyarakat untuk berkoperasi serta bermunculannya


berbagai koperasi tersebut telah mendorong pemerintah penjajah Hindia Belanda untuk
segera memperlakukan Verordening op de Cooperative Vereeniging, Berdasarkan Koninklijik
Besluit 7 April 1915, atau sering disebut dan lebih dikenal sebagai: Peraturan tentang
Pekumpulan-perkumpulan Koperasi, atau Staatsblad nomor 431 tahun 1915 (yang sebenarnya
sama persis dengan Undang-Undang tahun 1876 yang berlaku di Nederland). Undang-
Undang ini antara lain memuat peraturan tentang tata cara mendirikan koperasi oleh
kalangan masyarakat pri-bumi saat itu dirasakan amat berat, rumit dan mahal, antara lain
maisalnya:
1) Koperasi yang akan didirikan harus dimintakan ijin terklebih dahuu kepada
Gubernur Jenderal Belanda di Batavia;
2) Anggaran Dasarnya harus ditulis dalam bahasa Belanda;
3) Akta Pendiriannya harus dibuat dihadapa Notaris;
4) Biaya pendirian dan pengesahannya dapat dikatakan terlalu tinggi bagi badan
usaha yang relatif masih lemah seperti koperasi;

Biaya yang relatif dinilai mahal tersebut dapat digambarkan dengan contoh sebagai berikut:
“Suatu koperasi kredit yang bermodal kerja F1 500,- dengan kemampuan memberi
penjaman maksimal F1.10.- per anggota, dengan berlakunya peraturan perundangan tersebut,
koperasi yang bersangkutan harus memperoleh badan hukum, untuk itu harus mengeluarkan
biaya: (a) pada Notaris F1.115.- ; (b) Izin pemerintah colonial termasuk biaya
pengumumannya pada Berita Negara dan Surat Kabar F1.31,50; (c) pengeluaran untuk pajak
usaha F1.25;” (GKartasapoetra dkk, 1987). Sebagai gambaran, uamg senilai F1.50,- adalah
setara dengan Sembilan kwintal besar saat itu, oleh karenanya masyarakat Indonesia pada
umumnya sangat antipati dengan undang-undang tersebut. Keadaan serupa sebenarnya juga
terjadi di negeri Belanda. Disana, undang-undang perkoperasian tahun1876 tersebut juga
tidak banyak ditaati oleh masyarakat Belanda. Banyak koperasi yang didirikan setelah tahun
1876 yang masig meggunakan undang-undang lain, yaitu undang-undang tantang
persekutuan dan yayasan (Company and Societie Act, tahun 1855). Alasannya menurut
masyarakat koperasi di negeri Belanda, bahwa dengan menggunakan undang-undang 1855,
dinilai lebih mudah prosedur dan murah biayanya, bila dibandingkan dengan bila

4
menggunakan undang-undang 1876. Oleh karenanya kelak, pada tahun 1925 undang-undang
tersebut juga diamandemen.

3.) Peraturan Mengenai Perkumpulan Koperasi Bumiputera. (Lembaga Negara


Nomor 91 Tahun 1927)

Menanggapi sikap antisipasi dari “kaoem boemipoetera” (baca:bangsa Indonesia) saat


itu terhadap Peraturan Perkumpulan Koperasi nomor 431 tahun 1915 tersebut, pemerintah
Hindia Belanda pada tahun 1920 membentuk Komisi Koperasi yang dipimpin oleh Prof. Dr.
JH Boeke, untuk menampung aspirasi kaum pribumi (bangsa Indonesia) dalam berkoperasi.
Dan sebagai hasil kerja dari komisi tersebu, antara lain lahir Regeling Inlandsche
Cooperative Vereeniging, atau sring disebut dan lebih dikenal dengan sebutan: Peraturan
Tentang Perkumpulan Koperasi Bumiputera Nomor 91 Tahun 1927, yang khisis berlaku bagi
kaum bumiputera (baca: bangsa Indonesia). Berdasarkan undang-undang tersebut pemerintah
segera membentuk Cooperative Dienst (Jawatan Koperasi) pada tahun 1930 di bawah
Departement van Binnenlandshe Bestuur (Departemen Dalam Negeri). Kemudian pada tahun
1935 jawatan tersebut berada dibawah naungan Department van Economische Zaken
(Departemen Perekonomian), dan pada tahun 1939 digabung menjadi Dienst voor
Cooperative enr Binnenlandsche Handel, (Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri).
Sebagai Kepala Jawatan Koperasi yang pertama, pemrintah menunjuak Prof. Dr. JH Boeke
(yang saai itu sebagai Adviseur Voor Volkscredit, yang pernah mengetuai Komisi Koperasi).
Sejak itu masyarakat pribumi yang akan berkoperasi tidak perlu lagi ke notaris, tetapi cukup
mendaftarkan pada pemerintah (Jawatan Koperasi) dengan biaya yang akan lebih murah yaitu
hanya F1.3,- dan banyak kemudahan lain.
Pemerintah Hindia Belanda saat itu juga membentuk Dana Jaminan (Garantie Funds)
dengan modal awal dari pemerintah sebesar F1.120.000,- untuk menjadi dana
penjamCentinan bagi koperasi yang meminjam uang atau kredit kepada Bank Rakyat.
Dengan berlakunya undang-undang tersebut, maka mulailah secara resmi keterlibatan
pemerintah terhadap koperasi di Indonesia.

Studie Club, 1927

Pada tahun 1927 Dr Soetomo, di Surabaya mendirik Studie Club, yang kelak, pada
tahun 1932 namanya duganti menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (P.B.I). pada tahun 1039
berfusi lagi dengan beberapa perkumpulan lain dan menjelma menjadi Partai Indonesia Raya,

5
Parinda. Tujuan utamanya semula adalah mempelajari masalah perkoperasian. Tetapi
kemudian juga bersedia mengadakan kerja sama dengan Jawatan Koperasi dengan
membentuk Komisi Pengawasan Koperasi, khusus di Jawa Timur, namun perjuangan
Parindra mualai dicurigai Belanda, dan dianggap memiliki tujuan-tujuan politik. Pemerintah
Hindia Belanda mulai mengimbangi dengan membentuk beberapa Credit Centrale (Pusat
Koperasi Kredit) di Batavia, Malang, Tasikmalaya, Surabaya dan beberapa tempat lainnya.
(G.Kartasapoetra dkk, 1987).
Semangat berkoperasi mulai memanas lagi, tatkala pada tahun 1929 Partai Nasional
Indonesia, menyelenggarakan kongkres koperasi di Jakarta. Para pelajar yang pernah belajar
di Eropa (Belanda) turut menyemarakkan berdirinya koperasi. Kalau pada tahun 1927, baru
terdaftar 1(satu) koperasi, berkembang menjadi 22 koperasi pada tahun 1928 Pada tahun
1930 tercatat ada 89 koperasi yang terdaftar, dengan anggota sebanyak 7.848 orang dan
simpanan sebesar F1.101.296. Pada tahun 1938 dan 1939, masing-masing menjadi 540 dan
574 koperasi, dengan anggota sebanyak masing-masing 40.237 orang dan 52.228 orang
dengan simpanan anggota masing-masing F1.633.082 dan F1.850.671.

Tabel 1
Perkembangan Koperasi Tahun 1927 - 1939

No Urut Tahun Jumlah


1 1927 1 -
2 1928 22 -
3 1930 89 7.841
4 1938 540 40.237
5 1939 574 52.216

Bulan Desember 1932 pemerintah Hindia Belanda menerbitkan SUrat Keputusan


Pemerintah Nomor 29 yang dimuat dalam Staatsablad nomor 634 tahun 1932, yang
menetapkan bahwa koperasi yang dibentuk berdasarkan Staatsablad Tahun 1927 Nomor 91,
bebas pajak selama 10 tahun semenjak didirikan.

4.) Peraturan Umum Mengenai Perkumpulan Koperasi Tahun 1933, Staatsblad Nomor 108
(Algemeene Regeling op de Cooperative Vereeniiging).

6
Berhubung Undang-undang Koperasi tahun 1876 yang berlaku di negeri Belanda
diganti dengan Undang-undang Koperasi tahun 1925, maka pada tanggal 11 Maret 1933
pemerintah Hindia Belanda, melalui Gouvernement Besluit nomor 21 Tahun 1933,
menerbitkan Algemeene Regeling op de cooperative Vereeniinging, sebagaimana termuat
dalam Staatsblad No.108, untuk menggantikan Peraturan Perkumpulan Koperasi Nomor 431
Tahun 1915 (Verordening op de Cooperative Verreniging) Staatsblad nomor 431 tahun 1915.

5.) Moedere Centrale, GAPKI

Tahun 1936, beberapa Pusat Koperasi Indonesia, atas anjuran Jawatan Koperasi,
mendirikan Gabungan Koperasi yang diberi nama “Moeder Centrale” yang kemudian diganti
dengan Gabungan Pusat Koperasi Indonesia (GAPKI). Pembentukan organisasi tersebut,
menurut versi pemerintah, adalah dimaksudkan untuk memperkuat penyiapan permodalan
bagi koperasi. Tetapi gabungan tersebut oleh sementara kalangan dicurigai sebagai alat
pemerintah Hindia Belanda untuk mengintip kemungkinan-kemungkinan adanya muatan
politis dalam tubuh gerakan koperasi. Undang-undang Tahun 1939 Nomor 717, Tentang
Maskapai Andil Bumiputera (Ordonantie op Inlandsche Maatscaapij op Andeelen 1939
No.717).
Tahun 1929 pemerintah Hindia Belanda membentuk Tim, yang dipimpin oleh
Prof.Mr. J.B.Zeylemaker yang ditugasi untuk ditugasi untuk meneliti tentang kemungkinan
masih diperlukannya peraturan badan hukum pribumi (rechtpersoon) lain, selain recht
persoon atau bahan hukum koperasi sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang nomor
91 Tahun 1927. Sebagai hasil kerja dari tim tersebut, pemerintah Hindia Belanda kemudian
menerbitkan ordonasi Maskapai Andil Bumiputera. Ordonasi tersebut pada dasarnya
memberikan kesempatan, peluang bagi masyarakat bumiputera untuk dapat melakukan
kegiatan ekonomi atau membuka usaha dengan badan hukum (echtpersoon) pribumi tetapi
tidak dalam bentuk koperasi.

6.) Keadaan Koperasi Pada Tahun 1940

13 tahun berlakunya undang-undang koperasi tahun 1927, jumlah koperasi telah


berkembang menjadi 656 unit, dengan jumlah anggota sebanyak 52.555 orang, yang terdiri
dari mereka yang berasal dari pegawai, sekitar 47 persen petani, 20 persen buruh, 9 persen
dan pedagang, sekitar persen.

7
Tabel 2
Keadaan Koperasi Pada Tahun 1940

1. Jumlah Koperasi (unit): 656


2. Jumlah Anggota (orang): 52.555
Terdiri dari
a. Pegawai : 24.701 orang
b. Buruh : 4.730 orang
c. Pedagang : 9.985 orang
d. Petani : 10.511 orang
e. Lainnya : 2.628 orang
3. Jumlah : 52.555 orang
Sumber : G. Karta Saputra, dkk, 1987, Koperasi Indonesia

Semuanya tidak dapat berkembang baik. Karenanya 82 di antaranya, atau sekitar 12


persen terpaksa harus dibubarkan, pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 1938, yaitu
sejumlah 144 unit koperasi, dan 50 persen di antaranya adalah koperasi para pesiunan, yang
bergerak di bidang simpan pinjam.(G.Kartasapoetra dkk.,1987). Sebagian besar koperasi
pada saat itu memang merupakan koperasi yang bergerak di bidang perkreditan atau simpan
pinjam (sekitar 77 persen), ada juga koperasi konsumsi, tetapi jumlahnya sedikit dan tak
berkembang. Di samping itu ada juga koperasi yang melayani pemasaran dan pembelian
bahan-bahan baku yang diperlukan oleh anggota untuk proses produksinya. Akan tetapi
koperasi jenis itupun banyak yang mengalami nasib seperti halnya dengan koperasi konsumsi.
Yang masih bertahan antara lain koperasi batik Trusmi Cirebon, Persatuan Perusahaan Batik
Bumiputera Surakarta, Koperasi Batik Pekalongan, Koperasi Teh di Sukabumi (Madoe
Tawon), Koperasi Pertenunan Majalaya (Saudara Oesaha), dan sebagainya.

7.) Masa Pendudukan Jepang

Bulan Maret 1942, bala tentara Jepang mendarat. Dan dimulailah apa yang pada saat
itu dikenal sebagai jaman pendudukan Jepang. Keadaan tidak banyak berubah, bahkan data
mengenai keberadaan Koperasi sulit diperoleh. Hanya sedikit hal yang dapat diketahui, antara
lain bahwa jumlah koperasi pada tahun 1941 mencapai 721 unit dan pada tahun 1942
bertambah sedikit menjadi 728 unit.

Tabel 3

8
Keadaan Koperasi Masa Tahun 1941 – 1942

No Tahun Jumlah koperasi (unit) Jumlah Anggota (orang)


1 1941 721 -
2 1942 728 -
Sumber: Moh. Hatta: Koperasi Membangun-Membangun Koperasi, PPKN, Jakarta 1973

Masa itu, keterlibatan pemerintah tetap berlanjut, karena UU 91/1927 dinyatakan


tetap berlaku. Jawatan Koperasi tetap dipertahankan dengan nama ala Jepang, Syomin
Kumiai Tyo Dyomusyo (di tingkat pusat) dan Syomin Kumiai Tyo Sodansya (untuk tingkat
daerah). Ada satu peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah militer pendudukan Jepang saat
itu, yang meskipun bukan khusus untuk koperasi, tetapi berlaku juga bagi koperasi sebagai
suatu perkumpulan, yaitu Peraturan No. 23 tahun 1942 yang antara lain pada pasal: 2
menegaskan bahwa untuk mendirikan suatu perkumpulan (termasuk koperasi), serta bila akan
menelenggarakan persidangan atau rapat-rapat perkumpulan, mak para pendiri atau
pengurusnya wajib memperoleh ijin terlebih dahulu dari Residen.
Tanggal 1 April 1943, semua pegawai Jawatan Koperasi daerah (kecuali pemimpin,
Jawa Barat dan Jawa Tengah) diserahkan kepada dan bekerja langsung di bawah perintah
Syuchokan. Dengan demikian hubungan langsung antara kantor pusat dan daerah menjadi
terputus. (D. Danoewikarsa, 1977). Pada bulan Agustus 1944, pemerintah pendudukan
Jepang menggelar kebijakan baru dengan membentuk Jumin Kaizaikyoku (Kantor
Perekonomian Rakyat). Dan Jawatan Koperasi masuk dalam naungan kantor tersebut, dengan
sebutan “KUMIAKA”. Sedangkan koperasi yang disebut dengan nama KUMIAI, oleh
pemerintah pendudukan Jepang ditugasi mendistribusikan barang pemerintah kepada rakyat.
Di samping itu masih ada tugas lain yang tidak ringan yaitu mengumpulkan (membeli)
seperti kapas, jarak, iles-iles dan lain sebagainya, untuk kepentingan Jepang dalam
“Pepeprangan Asia Timur Raya”.
Bulan Februari 1945, selama dua bulan pemerintah pendudukan Jepang,
menyelenggarakan kursus koperasi di Jakarta bagi pegawai negeri yang ditunjuk oleh
Shucokan (Residen). Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memberi bekal keterampilan bagi
pejabat pemerintahan pada koperasi, dan tujuannya tampaknya tidak terlalu jauh dari
kepentingan Jepang untuk memenangkan Peperangan Asia Timur Raya.

9
MELETAKKAN DASAR EKONOMI KERAKYATAN

Struktur perekonomian rakyat pada masa kolonialisme Belanda dan Jepang yang
sangat memprihatinkan, telah meyentuh hati para pemimpin bangsa saat itu. Oleh karenanya
mereka sepakat untuk melahirkan suatu pemikiran yang arif yang dapat mewujudkan suatu
sistem ekonomi yang dianggap tepat untuk dibangun kelak di alam kemerdekaan yang tengah
diperjuangkan itu. Sistem ekonomi yang dituju adalah sistem ekonomi yang dapat
mewujudkan kemakmuran bersama, yang member peluang kepada rakyat banyak untuk dapat
menjalankan kegiatan usahanya secara adil, yang dapat mengentaskan kemiskinan yang
bertumpu pada kegotong-royongan dan kebersamaan, yang bernafaskan Pancasila sebagai
falsafah bangsa. Mereka selanjutnya juga sepakat untuk memasukkannya ke dalam rumusan
Rancangan Undang-Undang Dasar yang saat itu tengah disusun, yang di dalamnya juga
tercantum mengenai Pancasila, sebagai Dasar Negara.
Lima sila dalam Pancasila secara integralistik harus menjiwai sekaligus terpancar
dalam tatanan dan wujud perekonomian nasional. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa,
dan sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, adalah dasar bagi sistem ekonomi
kerakyatan. Sementara itu sila ketiga, Persatuan Indonesia adalah semangat dan jiwa ekonomi
rakyat. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, adalah cara untuk mencapai ekonomi kerakyatan. Sedangkan
sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah tujuan atau gambaran
sistem ekonomi kerakyatan yang ingin dicapai melalui proses desentralisasi dan otonomi,
sehingga memungkinkan terwujudnya upaya pemerataan yang lebih adil menuju
kemakmuran bagi semua anggota masyarakat dan bukannya kemakmuran orang seorang.
Dengan demikian maka wujud perekonomian yang hendak dituju adalah perekonomian yang
senantiasa memperhatikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Ketuhanan Yang Maha Esa,
yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Pemikiran-pemikiran yang demikian itu pulalah yang telah melahirkan kesepakatan
dari para “founding father” untuk memuat pasal 33 UUD 1945 sebagai dasar untuk
membangun perekonomian nasional. Undang-undang tersebut memuat dasar-dasar demokrasi
ekonomi menuju terwujudnya sistem ekonomi rakyat di alam Indonesia Merdeka.

10
2. MACAM – MACAM KOPERASI DI INDONESIA

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk pengelompokkan koperasi. Cara-cara
atau kriteri-kriteria yang digunakan untuk pengelompokkan itu tentunya dari suatu negara ke
negara lain berbeda-beda. Pengelompokkan atau klasifikasi koperasi atau istilah apa pun yang
digunakan, memang diperlukan mengingat adanya banyak perbedaan-perbedaan yang
ditemukan di antara sesama koperasi, baik yang menyangkut ciri, sifat, fungsi ekonominya,
lapangan usaha, ataupun afiliasi keanggotaannya dan sebagainya. Untuk memisah-misahkan
koperasi yang serba heterogen itu satu sama lainnya, indonesia dalam sejarahnya
menggunakan berbegai dasar atau kriteria seperti: lapangan usaha, tempat tinggal para
anggota, golongan, dan fungsi ekonominya. Dalam perkembangannya kriteria yang
dipergunakan berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Koperasi bertujuan memajukan kesejchteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya scrta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 3 UU No. 25/1992 tentang Tujuan Koperasi). Landasan
koperasi Indonesia yang melandasi aktifitas koperasi di Indonesia yaitu:
1.) Landasan Idiil = Pancasila
2.) Landasan Mental = Setia kawan dan kesadaran diri sendiri
3.) Landasan Struktural dan gerak UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 3)

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 PP 60/1959, maka terdapatlah 7 jenis koperasi


(Pasal 3) yaitu:

1) Koperasi Desa
Dalam Pasal 5 mengatakan yang dimaksud dengan Koperasi Desa ialah koperasi yang:
a. Anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai kepentingan yang sama
ataupun yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang satu sama lain ada sangkut-
pautnya secara langsung
b. Pada dasarnya menjalankan aneka usaha.
Jadi, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 5 ini
Koperasi Desa adalah multipurpose cooperatives,dalam arti bahwa koperasi tersebut
mempunyai lebih dari satu jenis usaha.

11
2) Koperasi Pertanian
Koperasi ini beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang-orang yang terlibat
dalam usaha pertanian. Koperasi pertanian melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan kegiatan pertanian. Misalnya, penyuluhan pertanian, pengadaan bibit unggul,
penyediaan pupuk, obat-obatan, dan lain-lain.
3) Koperasi Peternakan
Koperasi yang usahanya berhubungan dengan komodi peternakan tertentu.
4) Koperasi Perikanan
Koperasi yang usahanya berhubungan dengan komodi perikanan tertentu.
5) Koperasi Kerajinan atau Industri
Koperasi yang melakukan usaha dalam bidang kerajinan atau industri.
6) Koperasi Simpan Pinjam atau Kredit
Koperasi ini membantu paraanggota untuk memperoleh kredit atau pinjaman uang.
Bunga pinjaman sangat ringan. Anggota koperasi yang membutuhkan pinjaman dapat
mengajukan permohonan kepada koperasi. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan
cara mengangsur.
7) Koperasi Konsumsi
Koperasi ini menyediakan kebutuhan pokok para anggota. Contoh kebutuhan pokok
yang disediakan adalah beras, gula, kopi, tepung, dan sebagainya. Barang-barang
yang disediakan harganya lebih murah dibandingkan toko lainnya.

Ir. Kaslan A. Tohir, dalam bukunya menyebutkan adanya pengelompokkan dari bermacam-
macam koperasi menurut Klasik hanya mengenal adanya 3 jenis koperasi, yaitu:

1) Koperasi Pemakaian
Koperasi warung, koperasi sehari-hari, koperasi distribusi, warung andil dan sebaginya.
Tujuan dari koperasi ini ialah membeli barang-barang yang dibutuhkan anggota-
anggotanya dan membagi barang-barang itu kepada mereka.
2) Koperasi Penghasil atau Produksi
Tujuan dari koperasi ini ialah mengerjakan suatu pekerjaan bersama-sama.
3) Koperasi Simpan Pinjam
Tujuan dari koperasi ini adalah memberikankesempatan kepada anggotanya untuk
menyimpan dan meminjam uang.
Cara pengelompokkan koperasi dalam 3 jenis seperti tersebut, banyak macam koperasi
lainnya yang tidak termasuk dalam salah satu dari 3 jenis tersebut, yang selanjutnya

12
dikelompokkan dalam koperasi jenis lainnya. Dengan memperhatikan pada produk dari
pengelompokkan menurut klasik tersebut maka dapat dikatakan bahwa kriteria yang
digunakan adalah fungsi ekonominya. Sebelumnya juga telah dikemukakan oleh Bapak
Margono Djojohadikoesoemo, dalam bukunya yang disebutkan sebagai berikut:
1) Spaar dan credit cooperatie, untuk koperasi simpan pinjam/kredit.
2) Verbruiks atau winkwl cooperatie, untuk koperasi pemakaian.
3) Productie cooperatie, untuk koperasi penghasil atau produksi.

Disamping itu Bapak Margono juga menyebutkan adanya beberapa jenis koperasi lain, di
antaranya:
1) Koperasi Pemberantas Utang (schulbevrydigings cooperatie)
Tujuan didirikannya koperasi ini adalah melenyapkan utang-utang kaum produsen
kecil yang sudah bertahun-tahun lamanya tergadai sawah, kebun kelapa, kebun mangga
dan kebun jeruknya. Disamping itu koperasi ini jua mengurus penjualan barang-barang
yang dihasilkan bersama-sama. Pendapatan yang diperoleh sebagian dibagikan kepada
anggota dan sisanya dipergunakan untuk mengangsur utang kepada Algemene Volkscrediet
bank.
2) Koperasi Lumbung
Ada 4 macam koperasi lumbung, yaitu:
a. Lumbung Bibit
Tujuannya adalah memajukan hal pemakaian bibit yang baik dan terpilih. Biasanya
bibit-bibit itu dipilih dari padi anggota-anggotanya sendiri, yang disimpan di dalam
lumbung perkumpulan.
b. Lumbung Ijon
Koperasi ini memberikan kredit uang kepada petani, tetapi dibayar kembali dengan
padi, dan padi tersebut akan dijual oleh lumbung pada waktu harga padi sedang naik.
c. Lumbung Kredit
Cara kerja lumbung ini sama seperti lumbung desa, yaitu memberi kredit atau
pinjaman berupa padi kepada petani dan dikembalikan dalam bentuk padi pula.
d. Lumbung Pajak
Para petani itu mempunyai kewajiban membayar pajak atas tanah yang dimiliki yang
disebut landrente. Padi yang akan dijual oleh petani tersebut ditahan oleh koperasi,
sambil menunggu datangnya harga yang pantas. Hasil dari penjualan tersebut oleh

13
koperasi dibayarkan kepada pajak dan jika ada sisanya dibagi-bagikan kepada
anggota-anggotanya yang terkait.
Pengelompokkan menurut cara klasik seperti tersebut di atas telah menghasilkan
jenis-jenis koperasi tunggal usaha (single puepose). Memang dalam perkembangannya
banyak koperasi-koperasitunggal usaha untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang makin
meluas dari anggotanya, berkembang menjadi koperasi serba usaha. Pada umumnya koperasi-
koperasi serba usaha di Indonesia itu dimulai padari koperasi kredit.
Memasuki era tahun 1970-an dan seterusnya bermacam-macam jenis koperasi baik
tingkatan primer maupun sekunder bermunculan bersamaan dengan meluasnya kriteria yang
digunakan dalam penjenisan, seperti berikut:
1) Bank Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN)
Didirikan oleh 9 buah koperasi tingkat Induk yang berkedudukan di Jakarta, yaitu:
a. Induk Koperasi TNI Angkatan Darat (INKOPAD)
b. Induk Koperasi TNI Angkatan Laut (INKOPAL)
c. Induk Koperasi TNI Angkatan Udara (INKOPAU)
d. Induk Koparasi Kepolisian (INKOPAL)
e. Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN)
f. Induk Koperasi Perikanan Indonesia (IKPI)
g. Induk Koperasi Veteran Republik Indonesia (INKOVERI)
h. Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI)
2) Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK)
Tahun 1970, pemerintah dalam hal Departemen Transmigrasi dan Koperasi telah
mendirikan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK). Kelahiran lembaga ini dengan
sendirinya disambut dengan gembira oleh gerakan koperasi, kerena sebagaimana kita
ketaahui umumnya koperasi-koperasi di Indonesia mengalami kesulitan dalam mencari
kredit dari bank, karena tidak memiliki jaminan yang cukup atas kredit yang dimintanya.
Tugas utama dari LKJJ di antaranya adalah:
a. Memberikan jaminan kepada Bank atas kredit yang diminta oleh koperasi.
b. Berpartisipasi dalam permodalan koperasi.

Tahun 1980 peranan dari LKJJ ini ditingkatkan dengan didirikannya Perum
Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) dan dengan berdirinya Perum tersebut,
LKJJ dibubarkan. Kemudian pada tahun 200, namanya diganti lagi menjadi Perum
Sarana Pengembangan Usaha dan berada dibawah naungan Kantor Menneg BUMN.

14
3) Koperasi Asuransi Indonesia (KAI)
Didirikan pada tanggal 20 Oktober 1976 dengan nama Koperasi Jaminan Karya
Rakyat, yang kemudian diubah menjadi Koperasi Asuransi Kredit Indonesia pada tahun
1980. Koperasi ini memberikan berbagai jenis asuransi bagi anggota-anggota koperasi
dan masyarakat umum. Koperasi-koperasi pendiri dari KAI adalah:
a. INKOPAD
b. IKPN
c. IKPI
d. Puskud Jawa Barat
e. Puskud Jawa Tengah
f. Puskud Jawa Timur
g. GKBI
h. Puskud Mataram D.I. Yogyakarta
i. Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan dan Koperasi Wanita Wijaya Kusuma
Surabaya
4) Koperasi Unit Desa (KUD)
Tujuan dari pembentukan Koperasi Unit Desa ini adalah:
a. Menjamin terlaksananya program peningkatan produksi pertanian, khususnya
produksi pangan secara efektif dan efisien.
b. Memberi kepastian bagi para petani produsen khususnya, serta masyarakat desa
pada umunya, bahwa mereka tidak hanya mempunyai tanggung jawab untuk ikut
serta meningkatkan produksi sendiri, tetpi juga secara nyata dapat memetik dan
menikmati hasilnya guna meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraannya.
5) Koperasi Jasa Audit (KJA)
Koperasi Jasa Audit yang pertama didirikan adalah KJA Nur’aini di Yogyakarta
pada tanggal 20 Januari 1982 dan kemudian pada tahun itu juga bermunculan KJA
diberbagai daerah. Kelahiran koperasi-koperasi Jasa Audit membutuhkan persiapan yang
cukup lama. Dimulai dengan lahirnya gagasan dari staf pengajar Akademi Koperasi
Nasional (AKOPNAS) pada awal tahun 1970, yang dipimpin oleh Sdr. Drs. Wahyu
Sukotjo yang ditindaklanjuti dengan penugasan untuk membuat suatu survei identifikasi
sistem akuntansi, Badan Pemeriksa dan Audit bersama oleh koperasi. Tujuan dari
pendirian KJA ini adalah:
a. Menjaga dan melindungi kepentingan koperasi maupun pihak lain yang
berkepentingan dengan koperasi.
15
b. Menyehatkan ekonomi, keuangan tata laksana, usaha dan organisasi koperasi.
c. Memampukan ke arah swadaya, swakerta, dan swasembada sesuai dengan azas
dan sendi-sendi dasar koperasi.
6) Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI)
Pada tahun 1990 KPI ini mula-mula didirikan oleh 10 buah koperasi dan kini
anggotanya telah menjadi 24 buah koperasi. Jenis usaha ini merupakan jeni baru bagi
gerakan koperasi di Indonesia.
7) Leasing (sewa-guna atau sewa-beli barang modal)
Dengan cara ini pelanggan bisa menggadaikan peralatan yang umumnya untuk
memeperolehnya memerlukan modal besar, seperti untuk pembelian mesin-mesin,
kendaraan, atau penyewaan jangka panjang tanpa membebani investasi modal jangka
panjang.
8) Factoring (anjak piutang)
Transaksi keuangan jangka pendek, dengan dasar diskonto ditambah premi risiko
atas kepastian cairnya piutang.
9) Consumer finance
Pembiayaan untuk keperluan konsumen atau perorangan, yang dapat digunakan
di antaranya untuk pembelian kendaraan, rumah, dan sebagainya.
10) Venture capital (modal ventura)
Ini menyangkut kegiatan investasi dimana perusahaan modal ventura biasanya
bertindak sebagai pemodal minoritas dalam perusaan mitranya. Jangka waktu maksimal
penyertaan modal sampai modal harus ditarik kembali adalah 10 tahun.
11) Koperasi Distribusi Indonesia (KDI)
Sebagai akibat dari krisis moneter yang melanda perekonomian Indonesia
menjelang akhir abah ke-20, terjadilah lonjakan harga serta kelangkaan bahan pokok
sehari-hari. Menghadapi keadaan yang demikian ini, koperasi-koperasi sekunder tingkat
nasional pada tanggal 19 Juli 1998 membentuk konsorsium Distribusi Indonesia. Pada
tanggal 1 September 1998 sampai dengan 31 Desember 1999 jumlah anggota KDI adalah
13 Induk-Induk Koperasi. Misi dan komitmen KDI adalah:
a. Membentuk jaringan distribusi yang solid dalam menyalurkan kebutuhan
masyarakat dengan melibatkan seluruh gerakan koperasi usaha kecil dan
menengah, semua pelayanan tersebut ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan KDI dan jajarannya dalam upaya mewujudkan kelancaran distribusi
barang dan jasa yang diperlukan masyarakat.
16
b. Berupaya untuk tetap konsisten menyalurkan sinergi antara koperasi baik
hubungan horisontal maupun vertikal untuk memberikan kekuatan dalam
mengoptimalkan mata rantai distribusi yang dibentuk koperasi daan UKM

3. PENGERTIAN DAN KRITERIA AMALGAMASI

A. Pengertian penggabungan (amalgamasi) dan peleburan berdasarkan Undang-Undang


Perkoperasian sebagai berikut:

1) Penggabungan adalah bergabungnya satu koperasi atau lebih dengan koperasi lain
menjadi satu koperasi.
2) Peleburan adalah penyatuan dua koperasi atau lebih, menjadi satu koperasi baru. Dalam
dunia usaha istilah penggabungan dikenal pula dengan istilah amalgamasi. Oleh karena
itu ada yang berpendapat bahwa amalgamasi dapat dilaksanakan dalam bentuk
konsolidasi, merger dan dalam bentuk akuisisi, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Amalgamasi dalam bentuk konsolidasi
Dikenal dengan istilah penggabungan adalah perbuatan hukum suatu
perseroan atau perusahaan yang menggabungkan diri menjadi satu dengan
perseroan atau perusahaan lain yang telah ada. Mengingat koperasi tersebut
adalah juga merupakan badan usaha, maka istilah amalgamasi dalam bentuk
konsolidasi dapat diterapkan pula bagi koperasi yang memiliki tingkat viability
yang lemah bergabung atau konsolidasi dengan koperasi yang memiliki
viability yang kuat menjadi satu koperasi.
b. Amalgamasi dalam bentuk merger
Dikenal dengan istilah peleburan adalah proses peleburan dua atau
lebih perseroan atau perusahaan menjadi satu perseroan atau perusahaan yang
benar-benar baru. Istilah tersebut diterapkan pula bagi koperasi yang tingkat
viabilitynya kurang kuat disatu pihak dimerger atau dilebur dengan koperasi
yang telah memiliki tingkat viability yang sangat kuat.
c. Amalgamasi dalam bentuk akuisisi
Perbuatan hukum oleh perseroan atau badan hukum yang mengambil
alih seluruh atau sebagian besar saham suatu perseroan yang dapat
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Istilah
tersebut direalisasikan bagi koperasi yang memiliki unit usaha atau usaha

17
otonom diakuisisi oleh satu koperasi. Realisasinya adalah jual beli
kepemilikan atau transfer tersebut dilaksanakan setelah memperoleh
persetujuan dan rapat anggota. Berhubung istilah yang digunakan dalan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah
penggabungan dan peleburan, maka selanjutnya dalam pedoman ini digunakan
istilah penggabungan dan peleburan.

B. Persyaratan koperasi yang dapat melakukan penggabungan dan peleburan sebagai


berikut:
1) Berbadan hukum.
2) Memiliki bentuk yang setingkat (koperasi primer dengan primer, koperasi sekunder
dengan sekunder).
3) Tidak sedang perkara dipengadilan.
4) Memiliki keinginan untuk melakukan penggabungan atau peleburan yang dinyatakan
melalui Keputusan Rapat Anggota masing-masing koperasi.
5) Memiliki kekayaan (asset) sama atau lebih besar dari pada kewajiban koperasinya dan
minimal memenuhi kriteria audittable.
6) Memiliki potensi untuk ditingkatkan.

4. TATA CARA PELAKSANAAN PENGGABUNGAN (AMALGAMASI)

1) Tahap Pertama.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pertama dalam melakukan penggabungan
koperasi sebagai berikut:
a. Para pengurus koperasi yang akan menggabungkan koperasinya mengadakan
pertemuan untuk memperoleh kesepakatan terhadap rencana penggabungan koperasi
dan hasil pertemuan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Rapat Penggabungan.
b. pengurus koperasi yang akan bergabung, memberikan penjelasan kepada anggota
masing-masing dan pihak-pihak terkait mengenai maksud dan tujuan melaksanakan
penggabungan tersebut.
c. Pengurus koperasi akan bergabung, masing-masing melaksanakan kegiatan sebagai
berikut:

18
 Melakukan penelitian terhadap neraca, administrasi. Organisasi dan usaha
koperasi masing-masing.
 Melakukan pengkajian tentang berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi
dengan adanya penggabungan koperasi tersebut.
 Merumuskan kegiatan pokok yang akan diusulkan dalam rapat
penggabungan, dengan maksud agar penggabungan koperasi menjadi tertib,
mengandung kepastian hukum dan berhasil dengan baik.
d. Koperasi-koperasi yang akan bergabung menyelenggarakan rapat anggota masing-
masing dan menetapkan hal-hal sebagai berikut:
 Menunjuk wakil yang diberi kuasa untuk duduk dalam panitia penggabungan,
dan diberi wewenang menanda tangani perjanjian penggabungan serta
melaksanakan tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan penggabungan
tersebut.
 Menetapkan rencana tentang penyatuan dan pemindahan aktiva dan pasiva
koperasi yang bersangkutan yang akan diusulkan dalam rapat penggabungan.
 Menetapkan rencana tentang tata cara penyelesaian tagihan kepada kreditur,
pembayaran simpanan anggota dan ganti rugi kepada pohak ketiga, yang
akan diusulkan dalam rapat penggabungan.
e. Pengurus koperasi yang akan bergabung menyampaikan salinan Keputusan Rapat
Anggota tersebut kepada angoota masing-masing, kreditur dan pihak terkait serta
pejabat dalam rangka pemberitahuan tentang status koperasi yang akan bergabung.
f. Pengurus koperasi yang bergabung mengumumkan Keputusan Rapat Anggota tersebut
dan dilaporkan kepada Kantor Kelurahan atau Desa, Kecamatan setempat, atau mdia
masa paling lambat 2 (dua) minggu sejak tanggal Keputusan Rapat Anggota.
g. Setiap anggota koperasi yang akan bergabung apabila tidak bersedia menjadi anggota
koperasi hasil penggabungan, menyampaikan pendapatnya secara tertulis kepada
pengurus koperasinya masing-masing dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah menerima
salinan Keputusan Rapat Anggota.
h. Setiap kreditur koperasi dapat menyampaikan secara tertulis pengihan sejumlah uang
yang menjadi hakanya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sesudah menerima pemberian
penggabungan koperasi kepada pengurus koperasi disertai bukti-bukti tertulis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tembusan
kepada pejabat Depkop dan PPK serempat.

19
i. Pihak atau pihak-pihak lain yang karena perubahan status tersebut yang mungkin akan
mengalami kerugian, dapat mengajukan permintaan ganti rugi dalam waktu paling
lambat 1 (satu) bulan setelah adanya Keputusan Rapat Anggota. Pengajuan tersebut
disampaikan kepada koperasi yang bersangkutan disertai tembusan kepada pejabat
Depkop dan PPK dengan bukti-bukti tertulis, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2) Tahap Kedua
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap kedua dalam melakukan penggabungan
koperasi sebagai berikut:
a. Selain kegiatan pada tahap pertama selesai dilaksanakan, maka pada tahap kedua
diselenggarakan rapat penggabungan koperasi yang dihadiri para kuasa dari masing-
masing koperasi yang akan bergabung.
b. Rapat penggabungan memutuskan tentang:
 Susunan panitia penggabungan yang keanggotaanya berasal dari masing-
masing koperasi yang akan bergabung.
 Tata cara pengalihan keanggotaan dan masing-masing koperasi yang akan
bergabung kepada koperasi yang akan menerima penggabungan.
 Tata cara pengalihan aset dan kewajiban koperasi yang akan bergabung
kepada koperasi yang menerima penggabungan.
c. Panitia penggabungan yang telah terbentuk mempunyai tugas:
 Membuat rancangan perjanjian penggabungan koperasi.
 Memutuskan koperasi yang akan menerima penggabungan dan menetapkan
status koperasi-koperasi yang menggabungkan diri.
 Menetapkan permodalan koperasi dan besarnya simpanan-simpanan
anggotanya.
 Menetapkan pembayaran tagihan kepada kreditur dan ganti rugi kepada
pihak ketiga serta menetapkan besarnya ganti rugi kepada anggota koperasi
yang tidak menghendaki penggabungan, termasuk dalam hal ini penetapan
tentang cara-cara penyelesaian kerugian dan kredit-kredit kepada pihak
ketiga termasuk kredit macet dan koperasi-koperasi yang akan bergabung.
 Menetapkan tata tertib pemilihan pengurus dan pengawas koperasi hasil
penggabungan.
 Menetapkan satus pengelola dan karyawan yang akan menggabungkan diri.

20
 Menetapkan rancangan anggaran dasar koperasi yang menerima
penggabungan.
 Menyelenggarakan Rapat Anggota penggabungan koperasi.
3) Tahap Ketiga
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ketiga dalam melakukan penggabungan
koperasi sebagai berikut:
a. Rapat anggota penggabungan koperasi dihadiri oleh seluruh anggota koperasi yang
bersedia ikut bergabung pada koperasi yang disetujui sebagai koperasi penggabungan.
b. Dalam Rapat Anggota penggabungan koperasi selanjutnya diputuskan:
 Rancangan perjanjian penggabungan, yang disusun oleh panitia
penggabungan.
 Pengesahan rancangan perubahan anggaran dasar koperasi hasil
penggabungan, yang disusun oleh panitia penggabungan.
 Pengesahan keputusan pembayaran atas simpanan-simpanan koperasi yang
bergabung meliputi:
c. Pembayaran kembali simpanan kepada anggota-anggota yang menyatakan tidak
bersedia menjadi anggota koperasi hasil penggabungan.
d. Tata cara penyelesaian tentang tuntutan ganti rugi dan penyelesaian kredit dan para
kreditur yang akan menjadi tanggungan koperasi hasil penggabungan.
e. Tata cara pengalihan asset koperasi yang bergabung kepada koperasi yang disetujui
sebagai penggabungan koperasi.
f. Pelaksanaan penandatanganan surat perjanjian penggabungan dilakukan oleh kuasa
Rapat Anggota masing-masing koperasi yang bergabung.
g. Para pengurus koperasi memberitahukan dan melaksanakan pembayaran simpanan
kepada anggota dan kepada kreditur serta ganti rugi kepada pihak ketiga yang dirugikan.
h. Pengalihan aktiva dan pasiva koperasi yang bergabung kepada koperasi yang menerima
penggabungan, dimuat dalam Berita Acara pengalihan aktiva dan pasiva penggabungan
koperasi.
i. Pengalihan aktiva dan pasiva dimaksud dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah kewajibannya dibayarkan terlebih dahulu kepada seluruh kreditur koperasi yang
bersangkutan.

4) Tahap Keempat

21
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap keempat dalam melakukan penggabungan
koperasi sebagai berikut:
a. Pengurus koperasi yang menerima penggabungan menyampaikan permohonan
pengesahan perubahan anggaran dasar kepada pejabat Departemen Koperasi dan PPK
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pejabat Departemen Koperasi dan PPK melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap
berkas permohonan perubahan anggaran dasar koperasi yang menerima penggabungan,
meliputi:
 Isi anggaran dasar.
 Neraca penggabungan.
 Berita acara rapat penggabungan dan surat perjanjian diantara koperasi-
koperasi yang bergabung.
 Bukti pelunasan atas kewajiban-kewajiban yang telah dibayarkan kepada
anggota dan pihak ketiga.
c. Pejabat Departemen Koperasi dan PKK mengeluarkan surat keputusan pengesahan atau
penolakan perubahan anggaran dasar dimaksud berdasarkan hasil penelitian dan
pemeriksaan atas berkas permohonan penggabungan koperasi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Pengurus masing-masing koperasi segera menyelenggarakan rapat pembubaran
koperasi setelah menerima surat keputusan pengesahan perubahan anggaran dasar
koperasi hasil penggabungan.
e. Surat keputusan pengesahan perubahan anggaran dasar koperasi hasil penggabungan
diumumkan dalam Berita Negara RI sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

5. MANFAAT KOPERASI

1) Koperasi berusaha meningkatkan kesejahteraan anggota dan kemakmuran masyarakat, bukan


mengejar keuntungan pribadi. Misalnya koperasi menyediakan kebutuhan sehari-hari.
Tujuannya untuk memudahkan anggota mendapatkan barang dengan harga murah.
2) Koperasi menghapus pemerasan dan penindasan. Misalnya bunga pinjaman yan tidak
memberatkan anggota.
3) Koperasi dikelola secara terbuka. Artinya, semua anggota berhak mengetahui administrasi
dan kegiatan koperasi.

22
4) Koperasi berusaha mengembangkan usaha disegala bidang, sehingga dapat memperluas
lapangan kerja.
5) Koperasi berperan serta mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan anggota
maupun masyarakat melalui kegiatan pelatihan.
6) Koperasi merupakan dasar untuk memperkokoh perekonomian rakyat.

Usaha koperasi dilakukan bersama, dan dibangun dengan modal bersama. Dengan
demikian, diharapkan koperasi akan lebih maju dibandingkan badan usaha lainnya. Di dalam
koperasi, kebutuhan pokok para anggota koprasi dapat dengan mudah diperoleh. Anggota
koperasi tidak lagi berbelanja ke tempat lain. Merek dapat berbelanja diwarung usaha milik
koperasi. Di warung koperasi harga barang lebih murah. Di samping itu, dengan berbelanja
dikoperasi, para anggota ikut mengembangkan dan memajukan usaha koperasinya.
Anggota koperasi yang sudah memiliki usaha sendiri tetap kekurangan modal, dapat
memperoleh kredit pinjaman dari koperasi. Koperasi pada umumnya memberikan kredit
lunak kepada anggotanya. Uang kredit tersebut digunakan oleh anggota koperasi untuk
mendukung usahanya. Misalnya, seorang anggota koperasi memiliki usaha perikanan lele dan
kekurangan modal. Ia dapat mengajukan penambahan modal ke koperasi. Dengan
memperoleh modal dari koperasi, maka anggota tersebut dapat mengembangkan usahanya.
Partisipasi anggota dalam mengkontribusikan sumber-sumber dayanya, salah satunya
adalah pemupukan modal, memberikan kesempatan kepada Koperasi untuk memproduksi
barang dan jasa, menjalankan organisasi, dan membeli fasilitas atau sarana produksi. Oleh
karena itu semakin besar modal Koperasi tersebut maka semakin besar pula peluang Koperasi
untuk memperluas jang-kauan usahanya sehingga akan semakin meningkatkan kualitas
pelayanan atau memperbesar volume usahanya. Partisipasi (Wati) dalam pengambilan
keputusan maupun pengawasan akan mendorong pengurus Koperasi untuk lebih
bertanggungjawab dan meningkatkan dedikasinya untuk kepentingan Koperasi. Kepentingan
itu diwujudkan melalui peningkatan manajemen seperti kerapihan dan kelengkapan
administrasi maupun pembukuan, tertibnya pembagian SHU dan pemilikan perangkat
organisasi, tertibnya imbalan kepada personil yang menduduki jabatan dalam Koperasi
maupun dalam penyelenggaraan pertemuan dengan anggota. Partisipasi anggota dalam
menikmati manfaat, yaitu memanfaatkan segala sarana dan prasarana serta pelayanan yang
disediakan oleh Koperasi untuk kesejahteraan para anggotanya.

23
6. MAKNA DAN SIMBOL KOPERASI

Gambar 1. Lambang Koperasi

Simbol yang ada pada lambang koperasi yaitu :

a. Pohon Beringin, melambangkan sifat kemasyarakatan dan persatuan yang kokoh


b. Bintang dan Perisai, melambangkan Pancasila sebagai landasan idil
c. Timbangan, melambangkan sifat adil
d. Gerigi Roda, melambangakan kerja atau usaha yang terus -menerus
e. Padi dan Kapas, melambangkan kemakmuran yang hendak dicapai
f. Rantai, melambangkan persahabatan dan persatuan yang kuat
g. Warna merah dan putih, melambangkan sifat nasional koperasi
h. Tulisan “Koperasi di Indonesia”, melambangkan kepribadian koperasi rakyat Indonesia.

24
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kata koperasi berasal dari dua kata yaitu co dan operation. Co artinya bersama
sedangkan operation bekerja. Jadi, koperasi berarti bekerja bersama-sama. Bagi Koperasi,
asas gotong-royong berarti bahwa pada koperasi terdapat keinsyafan dan kesadaran semangat
bekerja sama dan tanggung jawab bersama terhadap akibat dari karya tanpa memikirkan
kepentingan diri sendiri, melainkan selalu untuk kebahagian bersama.
Drs. Mohmmad Hatta sebagai bapak koperasi sangat gigih menyarankan masyarkat
menjadi anggota koperasi. Pemerintah RI pun terus berupaya membina dan mengembangkan
koperasi sampai sekarang.
Koperasi bersifat terus menerus, Bertujuan menyejahterakan anggota khususnya dan
masyarakat pada umumnya, Berbadan hukum dan Membayar simpanan pokok dan simpanan
wajib.

Saran
Semakin berkembangnya zaman harus membuat koperasi lebih tertantang untuk
membenahi fasilitas dan sumber daya manusia serta manajemen lebih baik. Karena kalau
tidak koperasi akan terus meredup apalagi di jaman era globalisasi sekrang ini. Dibuthkan
juga sosialisasi dan pendidikan koperasi kepada masyarakat agar dapat melahirkan kader-
kader koperasi yang dapat diandalkan. Diharapkan juga kerja sama dari pemerintah dan
gerakan koperasi itu sendiri untuk dapat membuat koperasi menjadi lebih baik sehingga
koperasi dapat memenuhi kebutuhan masayarakat dan dapat mewujudkan kesejahtraan para
anggotanya dan juga masyarakat.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Umar, N. S. (2007). IPS Terpadu Untuk Sekolah Dasar Kelas 4. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Dr. Thontowi, M. (2016, september). MATERI PENYULUHAN KOPERASI DAN UMKM.
Dipetik februari 11, 2020, dari Pengabdian Kepada Masyarakat:
http://artikel.ubl.ac.id/index.php/PKM/article/view/662/1186
Drs. Hendrojogi, M. (2010). Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers.
Listyaningrum, D. N. (t.thn.). Jurnal Koperasi. Dipetik februari 11, 2020, dari academia.edu:
https://www.academia.edu/14385907/Jurnal_Koperasi
Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia. (1998, Februari 18).
KEPUTUSAN MENTERI KOPERASI DAN PEMBINAAN PENGUSAHA KECIL
REPUBLIK INDONESIA . Dipetik Februari 8, 2020, dari PEDOMAN
PELAKSANAAN PENGGABUNGAN DAN PELEBURAN KOPERASI :
http://www.depkop.go.id/uploads/tx_rtgfiles/KOP07KEPMEN_1998_361KEPMII199
8__PENGGABUNGAN_KOP.PDF
Ropke, P. D. (2012). Ekonomi Koperasi (Kedua ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saputri, A. W. (2011). Inovasi Guru Tanpa Batas IPS TERPADU Kelas IV, V, VI.
Yogyakarta: Kendi Mas WEdia.
Soesilo, M. I. (2008). Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia. Jakarta Selatan: PT. Wahana
Semesta Intermedia.
Sutmasa, G. (2011, oktober 11). Koperasi dan Badan Usaha Koperasi. Dipetik februari 11,
2020, dari academia.edu:
https://www.academia.edu/5464157/KOPERASI_DAN_BADAN_USAHA_KOPER
ASI
Wati, M. A. (t.thn.). PELAYANAN DAN MANFAAT KOPERASI, SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA. Dipetik februari 11, 2020, dari academia.edu:
https://www.academia.edu/6513022/PELAYANAN_DAN_MANFAAT_KOPERASI
_SERTA_PENGARUHNYA_TERHADAP_PARTISIPASI_ANGGOTA

29

Anda mungkin juga menyukai