Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP

RISIKO JATUH PADA LANSIA DI POSYANDU


LANSIA MENUR PALBAPANG
BANTUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
NISA AMALINA
201210201124

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP


RISIKO JATUH PADA LANSIA DI POSYANDU
LANSIAMENURPALBAPANG
BANTUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Nisa Amalina
201210201124

Telah Disetujui oleh Pembimbing

Pada Tanggal:

29 Agustus 2016

Suri Salmiyati, S.Kep., Ns., M.Kes.


PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP RISIKO JATUH PADA
LANSIA DI POSYANDU LANSIA MENUR PENI PALBAPANG BANTUL1

Nisa Amalina, Suri Salmiyati

INTISARI

Latar Belakang: Jatuh merupakan masalah utama kemunduran fisik yang dialmi oleh
lansia yang dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik, dan psikologis.
Tujuan: Mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap risiko jatuh pada lansia di
Posyandu Lansia Menur, Palbapang, Bantul Yogyakarta
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimen dengan
metode One Group Pre test Post test Design. Sampel 17 responden yang diambil dengan
teknik random sampling. Teknik pengumpulan data dengan functional reach test dan
dianalisis dengan Wilcoxon Match Pair.
Hasil Penelitian: Diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon Match Pair didapatkan nilai
p=0,000 lebih kecil dari 0,005.
Simpulan: Ada pengaruh senam ergonomis terhadap risiko jatuh pada lansia di
Posyandu Lansia Menur, Palbapang, Bantul, Yogyakarta.
Saran: Bagi lansia diharapkan untuk melaksanakan dan menerapkan senam ergonomis
untuk mengurangi risiko jatuh.

Kata kunci : risiko jatuh, lansia, senam ergonomis


Kepustakaan : 6 buku (2007-2012), 2 skripsi, 1 jurnal, 3 website
Jumlah halaman : iv, 10 halaman, 6 tabel

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta
THE EFFECT OF ERGONOMIC GYMNASTIC OF FALLING RISK IN
ELDERLY AT MENUR PENI ELDERLY HEALTH SERVICE
PALBAPANG BANTUL1

Nisa Amalina2, Suri Salmiyati3

ABSTRACT

Background: Falling becomes the main problem of physical deficiency in elderly


which can cause several kinds of injuries, physical damage, and psychological
disturbance.
Objective: the study was aimed to investigate the effect of ergonomic gymnastic on
falling risk in elderly at Menur Peni Elderly Health Service Palbapang, Bantul,
Yogyakarta.
Research Method: The study employed pre-experimental design with one group pre
test post test design. The samples, 17 respondents, were taken by random sampling
technique. Data collecting technique used functional reach test and was analyzed with
Wilcoxon Match Pair.
Research Result: The result of Wilcoxon Match Pair test obtained p value =0.000
smaller than 0.005.
Conclusion: There was effect of ergonomic gymnastic on falling risk in elderly at
Menur Peni Elderly Service Palbapang Bantul Yogyakarta
Suggestion: It is expected that elderly conduct and apply ergonomic gymnastic to
reduce the falling risk.

Keywords : risk fall, elderly, ergonomic gymnastic


Bibliography : 6 books (2007-2012), 2 researchs, 1 journals, 3 websites
Number of pages : iv, 10 pages, 6 tables

1
Title of the Undergraduate Thesis
Student of School of Nursing, Faculty of Health Sciences, Aisyiyah University of Yogyakarta
2

Lecturer of School of Nursing, Faculty of Health Sciences, Aisyiyah University of Yogyakarta


3
PENDAHULUAN orang (55,6%), riwayat penyakit
sebanyak 20 orang (62,5%) dan
Secara global jumlah penduduk riwayat pengobatan sebanyak 24 orang
lansia di dunia saat ini diperkirakan ada (57,1%).
500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 Menurut Probosuseno (2006),
tahun dan diperkirakan pada tahun risiko jatuh yang terjadi pada lansia
2025 akan mencapai 1,2 milyar jiwa berusia lebih dari 65 tahun sebesar 30-
(Bandiyah, 2009). Meningkatnya 50 %, jatuh berulang sebanyak 50%,
harapan hidup dipengaruhi oleh risiko cedera jatuh menyerang lansia
majunya pelayanan kesehatan, wanita sebanyak 80% dan lansia laki-
menurunnya angka kematian bayi dan laki sebanyak 20%. Gangguan sistem
anak, perbaikan gizi dan sanitasi, serta kardiovaskuler seperti hipertensi
meningkatnya pengawasan terhadap sebanyak 10% dari seluruh jumlah
infeksi penyakit (Nugoho, 2008). lansia di dunia. Dalam hal ini risiko
Peningkatan lansia berdampak pada cedera jatuh menempati urutan pertama
populasi lansia yang semakin banyak masalah kemunduran fisik yang
masalah yang sering terjadi akibat dialami oleh lansia. Jatuh dapat
peningkatan jumlah populasi lansia, mengakibatkan berbagai jenis cedera,
seperti kemunduran fisik, psikologis kerusakan fisik, dan psikologis.
dan sosial. Pemerintah juga ikut andil dalam
Nadzam (2009) melaporkan masalah lansia. Depkes (2013)
survey yang dilakukan oleh Morse mencantumkan kegiatan-kegiatan
tentang kejadian pasien jatuh di dalam pembinaan lansia meliputi upaya
Amerika Serikat. Hasil survey promotif, preventif, kuratif, dan
menunjukan 2,3-7% per 1000 lansia rehabilitatif. Namun disisi lain
jatuh dari tempat tidur setiap hari. pengetahuan masyarakat yang kurang
Survey tersebut menunjukan bahwa 29- mengenai proses menua sebagai hal
48% pasien mengalami luka, dan 7,5% yang wajar dan tidak adanya perhatian
dengan luka-luka serius. Konggres XII khusus saat gejala-gejala tersebut
PERSI di Jakarta pada tanggal 8 muncul mengakibatkan semakin
November 2012 melaporkan bahwa memburuknya keadaan lansia.
kejadian pasien jatuh di Indonesia pada Terjadinya jatuh pada lansia juga
Bulan JanuariSeptember 2012 sebesar dianggap wajar oleh masyarakat.
14%. Mereka tidak mengetahui akibat yang
Hasil penelitian yang dilakukan dapat ditimbulkan.
Tuti (2011) di Panti Sosial Tresna Salah satu senam yang dapat
Wredha Unit Abiyoso, Pakem, Sleman, dilakukan adalah dengan senam
Yogyakarta, lansia yang memenuhi ergonomis. Senam ergonomis
kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak merupakan senam yang dapat langsung
46 orang dengan proporsi kejadian membuka, membersihkan, dan
jatuh sebanyak 24 orang (52,2%). mengaktifkan seluruh sistem-sistem
Faktor risiko terjadinya jatuh adalah tubuh seperti sistem kardiovaskuler,
kemih, persendian dan reproduksi
umur, paling banyak terjadi pada
(Wratsongko, 2008). Hasil studi
kelompok umur 75-90 tahun sebanyak
pendahuluan yang dilakukan peneliti di
11 orang (55%), jenis kelamin terjadi Posyandu Lansia Menur, Palbapang,
pada lansia laki-laki sebanyak 10 orang Bantul tercatat berjumlah 67 lansia.
(58,8%). Kelainan kognitif, terjadi Lansia perempuan berjumlah 53 dan
pada lansia yang menderita kelainan lansia laki-laki 14. Menurut kader
kogntif sedang sebanyak 7 orang posyandu, sebagian lansia pernah
(70%), hipotensi postural sebanyak 5
mengalami jatuh dikarenakan terpeleset Risiko Pre test Post test Selisih
sejumlah 32 lansia. Jatuh F % F % F %
Berisiko 17 100 2 11,8 -15 -88,23
METODE PENELITIAN Tidak 0 0 15 88,2 +15 100
berisiko
Rancangan penelitian Pre-
Jumlah (n) 17 100 17 100 - -
eksperimental Designs, dengan metode
One Group Pre test Post test Design. Pada tabel 4.2 diketahui bahwa
Sampel dalam penelitian ini sejumlah berdasarkan hasil penelitian dengan
29 lansia dengan teknik simple random functional reach test sebelum
sampling. Teknik pengumpulan data pemberian terapi senam ergonomis
menggunakan pengukuran functional (pre test), seluruh responden lansia
reach test. Analisis data menggunakan diketahui memiliki risiko jatuh
uji Wilcoxon Match Pair. sebanyak 17 responden (100%). Akan
tetapi setelah pemberian terapi senam
HASIL ergonomis (post test), sebagian besar
Tabel 4.1 Karakteristik Responden di responden atau sebanyak 15 responden
Posyandu Lansia Menur, diketahui tidak lagi berisiko jatuh
Palbapang, Bantul Tahun 2016 (88,23%).
Karakteristik f (%) Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Risiko
Usia Jatuh pada Lansia Sebelum (Pre
45-59 tahun 0 0 test) Dilakukan Senam
60-69 tahun 8 47,1 Ergonomis Berdasarkan
> 70 tahun 9 52,9 Karakteristik Responden di
Total 17 100 Posyandu Lansia Menur,
Jenis Kelamin Palbapang, Bantul Tahun 2016
Perempuan 10 58,8 Karakteristik Risiko Jatuh
Laki-laki 7 41,2 Risiko Tidak
Total 17 100 Berisiko
Tingkat Pendidikan F % F %
SD/sederajat 11 64,7
Usia
SMP/sederajat 1 5,9
45-59 tahun 0 0 0 0
SMA/sederajat 5 29,4
60-69 tahun 8 47,1 0 0
Total 17 100
> 70 tahun 9 52,9 0 0
Pada tabel 4.1 diketahui bahwa Total 17 100 0 0
karakteristik responden sebagian besar Jenis Kelamin
responden adalah berusia >70 tahun Perempuan 10 58,8 0 0
sebanyak 9 responden (52,9%), Laki-laki 7 41,2 0 0
berjenis kelamin perempuan sebanyak Total 17 100 0 0
10 responden (58,8%) dan
Pendidikan
sebanyak 11 responden(64,7%). SD/sederajat 11 64,7 0 0
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Risiko
SMP/sederajat 1 5,9 0 0
Jatuh pada Lansia Sebelum (Pre
test) dan Setelah (Post test) SMA/sederajat 5 29,4 0 0
dilakukan Senam Ergonomis di Total 17 100 0 0
Posyandu Lansia Menur, Berdasarkan tabel 4.3 diketahui
Palbapang, Bantul Tahun 2016 bahwa ditinjau dari seluruh
karakteristik usia, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan, seluruh responden
diketahui memiliki risiko jatuh dan SMA/sederajat diketahui tidak berisiko
tidak ada responden yang tidak berisiko jatuh.
jatuh Tabel 4.5 UjiNormalitas Data Risiko
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Risiko Jatuh Pada Lansia dengan Uji
Jatuh Pada Lansia Setelah (Post Shapiro Wilk di Posyandu Lansia
test) Dilakukan Senam Menur, Palbapang, Bantul Tahun
Ergonomis Berdasarkan 2016
Karakteristik Responden di Data (p) Keterangan
Posyandu Lansia Menur, Pre test 0,000 Distribusitidak
Palbapang, Bantul Tahun 2016 normal
Post 0,026 Distribusitidak
Risiko Jatuh test normal
Risiko Tidak
Berisiko Hasil pengujian normalitas data
F % F % pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa
Usia data pre test dan post test memiliki
45-59 tahun 0 0 0 0 nilai signifikansi (p) kurang dari 0,05
60-69 tahun 0 0 8 100 yaitu 0,026. Nilai signifikansi (p) yang
> 70 tahun 2 22,2 7 77,8 besarnya kurang dari 0,05menunjukkan
Total 2 11,8 15 88,2 bahwa data tidak terdistribusi normal
(Arikunto, 2010). Sehingga analisis
Jenis Kelamin
perbedaan sebelum dan sesudah
Perempuan 1 10 9 90 dilakuan perlakuan yaitu berupa
Laki-laki 1 14,3 6 85,7 senamer gonomis terhadap risiko jatuh
Total 2 11,8 15 88,2 pada lansia di Posyandu Lansia Menur,
Tingkat Palbapang, Bantul menggunakan
Pendidikan analisis data non-parametrik yaitu
SD/sederajat 2 18,2 9 81,9 dengan uji Wilcoxon Match Pair.
SMP/sederajat 0 0 1 100 Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Match
SMA/sederajat 0 0 5 100 Pair Risiko Jatuh Pada Lansia di
Posyandu lansia Menur,
Total 2 11,8 15 88,2
Palbapang, Bantul Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui Data Rata- (p) Keterangan
bahwa ditinjau dari karakteristik usia, rata
responden yang berusia 60-69 tahun Pre test 4,529 Ada
seluruhnya tidak berisiko jatuh saat 0,000
Post test 6,147 pengaruh
post test dan responden yang berusia >
70 tahun masih ada 2 diketahui Hasil pengujian Wilcoxon Match
berisiko jatuh saat post test. Menurut Pair padatabel 4.4 menunjukkan nilai
jenis kelaminnya, sebagian besar signifikansi sebesar 0,000. Nilai
responden baik yang perempuan (90%) signifikansi (p) yang besarnya kurang
maupun laki-laki (88,2%) diketahui dari 0,05 menunjukkan adanya
tidak berisiko jatuh saat post test. perbedaan yang signifikan antara data
Menurut tingkat pendidikannya, pre test dan post test (Arikunto, 2010).
sebagian besar responden (81,9%) Nilai rata-rata data post test yang lebih
yang berpendidikan SD/sederajat tinggi dibandingkan data pre test
diketahui tidak berisiko jatuh. menunjukkan bahwa terjadi
Sementara itu seluruh responden yang peningkatan skor hasil functional reach
berpendidikan SMP/sederajat dan test atau penurunan risiko jatuh dari
pre test ke post test. Demikian
sehingga dapat disimpulkan adanya rendah pada penelitian menjelaskan
pengaruh yang signifikan dari minat lansia yang rendah dalam
perlakuan senam ergonomis terhadap mengikuti Posyandu di Posyandu
penurunan risiko jatuh pada usia lanjut. Lansia, Menur, Palbapang, Bantul.
1. Karakteristik Responden 2. Risiko Jatuh pada Lansia di
Depkes RI (2013), lansia Posyandu Lansia Menur,
meliputi pra lansia kelompok usia Palbapang, Bantul Sebelum
45-59 tahun, lansia antara 60-69 Pemberian Terapi Senam
tahun, lansia berisiko kelompok Ergonomis
usia >70 tahun. Pada penelitian ini Sebelum mendapatkan
berdasarkan tabel 4.1 sebagian terapi senam ergonomis, hasil
besar responden lansia diketahui functional reach test menurut tabel
berusia >70 tahun (52,9%) dan 4.2 menunjukkan bahwa seluruh
responden lansia lainnya diketahui responden lansia diketahui
berusia 60-69 tahun (47,1%). memiliki risiko jatuh. Risiko jatuh
Kemunduran fisik yang pada lansia yang tinggi pada
menyebabkan lansia menjadi penelitian ini sejalan dengan hasil
kurang lincah, lamban, kehilangan penelitian Astriyana (2012) yang
kesetimbangan dan mudah lelah menemukan risiko jatuh pada
tersebut sangat berbahaya karena lansia di Ngadisono, Kadipiro,
akan meningkatkan risiko jatuh Surakarta dengan persentase
pada lansia. mencapai 73,33%. Kemunduran
Penelitian ini, seluruh fisik dikatakan sebagai masalah
responden diketahui memiliki utama bagi lansia, hal ini
risiko jatuh meskipun 47,1% ditunjukkan dengan menurunnya
responden lansia diketahui berusia tingkat esterogen secara signifikan
kurang dari 70 tahun. Hal ini mempengaruhi massa tulang.
menunjukkan bahwa kemunduran Salah satu masalah kemunduran
fisik lansia pada penelitian ini fisik adalah kemunduran jaringan
terjadi lebih awal dibandingkan tulang dan otot. Kemunduran
temuan Fuller (2010). jaringan tulang dan otot
Kemunduran fisik yang lebih cepat menyebabkan lansia rentan
tersebut dapat disebabkan karena terserang osteoporosis, kekakuan
dominasi responden perempuan tulang dan sendi, dan kehilangan
pada penelitian ini yang mencapai kekuatan otot.
58,8%. Perempuan memiliki risiko Risiko jatuh pada lansia
mengalami penurunan kemampuan merupakan kondisi kemunduran
fisik yang lebih cepat fisik yang umum terjadi pada
dibandingkan laki-laki setelah lansia. kondisi kesulitan
memasuki masa menopause. kesetimbangan yang umum terjadi
Risiko penurunan kondisi fisik pada lansia dapat dicegah dengan
tersebut juga didukung oleh tingkat adanya latihan fisik. Latihan fisik
pendidikan responden lansia yang pada lansia harus memenuhi
rendah di mana sebagian besar kriteria frequency, intensity, time,
responden lansia diketahui hanya type (FITT) yang berarti harus
berlatar belakang pendidikan SD terencana, teratur, tidak terlalu
(64,7%). Hanya 29,4% responden lama dan tidak terlalu melelahkan
lansia saja yang diketahui berlatar (Ambardini, 2008).
belakang pendidikan SMA. Tingkat 3. Risiko Jatuh pada Lansia di
pendidikan responden lansia yang Posyandu Lansia Menur,
Palbapang, Bantul Setelah Hasil penelitian ini sejalan
Pemberian Terapi Senam dengan hasil penelitian Putri (2014)
Ergonomis dan Astriyana (2012). Secara umum
Setelah mendapatkan terapi senam ergonomis sebagaimana senam
senam ergonomis, hasil functional lainnya dapat membantu tubuh tetap
reach test menunjukkan bahwa bugar dan segar karena melatih tulang
sebagian responden atau sebanyak tetap kuat seehingga kekuatan otot,
15 lansia diketahui tidak lagi daya tahan otot, kelenturan, dan
berisiko jatuh (88,2%). Hanya 2 keseimbangan lansia dapat dilatih
responden lansia saja yang (Kusnanto., Indrawati., dan Mufidah
diketahui masih memiliki risiko 2007). Secara khusus senam
jatuh (11,8%). Peningkatan skor ergonomis yang diadaptasi dari
functional reach test yang terjadi gerakan-gerakan sholat memang
pada seluruh responden lansia pada dapat meningkatkan keseimbangan
penelitian ini mengindikasikan tubuh. Gerakan sholat dalam senam
keefektivan terapi senam ergonimis melibatkan pergerakan
ergonomis pada lansia. Lansia sendi dan otot konsentrik serta otot
yang masih mengalami risiko eksentrik yang berperan dalam
jatuh, durasi terapi senam stabilitas postural dan keseimbangan.
ergonomis dapat diperpanjang
mengingat telah terjadi KETERBATASAN PENELITIAN
peningkatan skor sebesar 1 inchi 1. Penelitian ini menggunakan
sampai 1,5 inchi pada kedua lansia instrument pengukuran risiko jatuh
tersebut. dengan menggunakan functional
4. Pengaruh Senam Ergonomis reach test yang kurang peka
Terhadap Penurunan Risiko Jatuh terhadap gangguan risiko jatuh
pada Lansia di Posyandu Lansia ringan sampai sedang sehingga
Menur, Palbapang, Bantul risiko jatuh yang ditampilkan pada
Hasil pengujian Wilcoxon penelitian ini hanya risiko jatuh
Match Pair pada tabel 4.6 tinggi.
menunjukkan adanya pengaruh 2. Distribusi data yang tidak normal
yang signifikan dari senam pada penelitian menyebabkan data
ergonomis terhadap penurunan hanya dapat dianalisis dengan
risiko jatuh pada lansia di menggunakan statistik non-
Posyandu Lansia Menur, parametrik yang memiliki tingkat
Palbapang, Bantul (p<0,05). kecermatan lebih rendah daris
Berdasarkan hasil functional reach tatistik parametrik.
test (FRT), sebelum mendapatkan
terapi senam ergonomis (pre test)
seluruh responden lansia diketahui KESIMPULAN
memiliki risiko jatuh (100%).
Akan tetapi setelah menerima 1. Seluruh lansia sebanyak 17 lansia
terapi senam ergonomis (post test), (100%) di Posyandu lansia menur,
sebagian besar responden lansia palbapang, bantul Yogyakarta
diketahui tidak lagi berisiko jatuh memiliki risiko jatuh sebelum
(88,2%) dan hanya (11,8%) saja dilakukan senam ergonomis.
yang masih memiliki risiko jatuh 2. Sebagian besar lansia atau
meskipun mereka telah mengalami sebanyak 15 lansia (88,2%) lansia
peningkatan indeks FRT. di Posyandu lansia menur,
palbapang, bantul Yogyakarta
tidak memiliki risiko jatuh setelah Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan
dilakukan senam ergonomis. Keperawatan Gerontik. Nuha
3. Seluruh lansia di Posyandu Lansia Medika , Yogyakarta
Menur, Palbapang, Bantul
Yogyakarta mengalami penurunan Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan
risiko jatuh setelah melakukan Dasar. Badan Penelitian dan
senam ergonomic sdengan rata- pengembangan Kesehatan
rata penurunan sebesar 1,618. Kementrian Kesehatan RI ,
4. Ada pengaruh senam ergonomis Jakarta.
terhadap risiko jatuh pada lansia di Fuller, G.F. (2010). Falls in the
Posyandu Lansia Menur, Elderly. Am Fam Physician
Palbapang, Bantul Yogyakarta 1(61): 2159-2168.
(p<0,05). Kusnanto., Indrawati., dan Mufidah.
(2007). Peningkatan Stabilitas
SARAN Postural La.nsia Melalui Balance
1. Bagi Lansia Exercise, UNAIR, Surabaya
Lansia disarankan untuk secara rutin,
minimal satu minggu sekali melakukan Nadzam, D. M. (2009). Celebrating
senam ergonomis untuk meningkatkan nurse: Operating at the sharp
kelenturan otot dan keseimbangan end of safe patient care. In:
badan guna mengurangi terjadinya http://www.jointcommission.org,
risiko jatuh. diakses 1 November 2015 pukul
2. Bagi Posyandu Lansia Menur, 21.00 WIB.
Palbapang, Bantul, Yogyakarta
Posyandu lansia disarankan untuk Nugroho, W. 2008. Keperawatan
mempromosikan senam ergonomis Gerontik dan Geriatrik. Edisi
yang masih relatif baru bagi para lansia dua, EGC, Jakarta.
sebagai tindakan intervensi pada lansia
yang memiliki risiko jatuh dan juga Probosuseno. 2006 . Buku Ajar
sekaligus untuk meningkatkan minat Keperawatan Gerontik, Edisi
lansia. dua, Jakarta.
Sugiyono. 2012 . Metode Kuantitatif
DAFTAR PUSTAKA Kualitatif Dan R&D, Alfabeta,
Ambardini, R.L. (2008). Aktivitas Bandung.
Fisik Pada Lanjut Usia dalam Tuti. (2011). Proporsi dan Faktor
http://staff.uny.ac.id/sites/default/ Risiko Kejadian Jatuh Pada
files/132256204/Aktivitas%20Fis Lansia Di Panti Sosial Tresna
ik%20Lansia.pdf, diakses 14 Wredha Unit Abiyoso, Pakem,
Agustus 2016
Sleman, Yogyakarta.
Astriyana. (2012). Pengaruh Latian
Keseimbangan terhadap Wratsongko, M. 2008. Sholat Jadi
penurunan Risiko Jatuh pada Obat. Jakarta, Elex Media
Lansia. Skripsi dipublikasikan. Komputindo, Jakarta.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai