Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Sindrom Kleine-Levin (KLS) adalah penyakit langka yang ditandai dengan episode
berulang hypersomnia dan berbagai derajat gangguan perilaku atau kognitif, perilaku makan
dan hiperseksualitas.1 Penyakit ini terutama menyerang remaja laki-laki. Meskipun tidak ada
penelitian berbasis populasi yang melaporkan prevalensi KLS. Penyakit ini umumnya
dianggap sebagai penyakit yang sangat langka. Kasus pertama KLS dilaporkan oleh Brierre
de Boismont pada tahun 1862. Perlu dicatat bahwa kasus ini terjadi beberapa dekade sebelum
epidemi ensefalitis pada tahun 1916-1927. Beberapa kasus hipersomnia rekuren pertama kali
dikumpulkan dan dilaporkan di Frankfurt oleh Kleine.2 Levin menekankan hubungan lama
somnolen dengan kelaparan yang tidak wajar pada tahun 1929 dan 1936.3,4 Critchley
meninjau 15 kasus yang telah diterbitkan sebelumnya, menambahkan 11 dari kasus
pribadinya, terutama marinir muda di Angkatan Laut Kerajaan Inggris tempat dia bertugas
selama Perang Dunia II dan memberi nama eponymous untuk penyakit ini "Sindrom Kleine-
Levin.5 Sindrom Kleine-Levin didefinisikan lebih lanjut oleh Schmidt pada tahun 1990,
yang menetapkan kriteria diagnostik berikut: (1) predominan pada pria remaja, (2) onset pada
masa remaja, (3) hipersomnia periodik, (4) hiper / mega / polifagia, (5) perubahan perilaku
dan psikologis yang terkait, hilangnya gejala klinis secara spontan dan (6) penyakit
neurologis atau psikiatri lainnya. Pada tahun 1990, kriteria diagnostik untuk sindrom Kleine-
Levin dimodifikasi dalam Klasifikasi Internasional Gangguan Tidur, di mana ia didefinisikan
sebagai sindrom yang terdiri dari kambuhan episode mengantuk berulang yang bertahan
beberapa hari, yang mungkin atau mungkin tidak terkait dengan hyperphagia dan perilaku
abnormal (ICSD 1990).6

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Sindrom Kleine-Levin (Kleine-Levin Syndrome disingkat KLS) adalah penyakit


syaraf yang langka, dimana penderita tidak bisa mengontrol rasa kantuknya. Penderita bisa
tertidur selama berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bisa berbulan-bulan,
tergantung pada berapa lama penyakit itu muncul dan kambuh. Sindrom Kleine-Levin ini
pertama kali diberi nama dan dilaporkan secara ilmiah oleh Willi Kleine dan Max Levin pada
tahun 1925. Sindrom ini pertama kali ditemukan oleh dokter Prancis Pierre Edm Chauvot
de Beauchmoda pada tahun 1786.1

2.2 ETIOLOGI

Sama seperti penyakit langka lainnya, masih belum ada penjelasan terkait apa
sebenarnya yang menyebabkan terjadinya penyakit ini. Tetapi gejala-gejala yang muncul
pada sindrom ini mengindikasikan adanya malfungsi kerja bagian hipotalamus dan thalamus
pada otak. Kedua bagian ini pada otak berperan dalam mengatur nafsu makan serta tidur.7

Patologi hipotalamus yang mendasari disarankan oleh peran penting struktur ini
dalam mengatur tidur, nafsu makan, dan perilaku seksual. Namun, tidak ada kelainan
hipotalamus yang konsisten yang telah diidentifikasi. Pencitraan struktural otak dan evaluasi
cairan cerebrospinal (CSF) dan marker inflamasi serologis tidak biasa.7
Electroencephalographic (EEG) melambat sangat penting dalam banyak kasus selama
episode, tanpa aktivitas epilepsi.7 Hipoperfusi otak yang membaur, sebagian besar terfokus
pada daerah thalamic dan frontotemporal telah dilaporkan.8 Faktor penyebab viral dan
autoimun telah disarankan, berdasarkan laporan onset gejala sering mirip saat flu dan faktor
pengendapan yang paling sering terjadi (70%).9 Dalam beberapa laporan kasus, lesi inflamasi
di thalamus, diencephalon, dan otak tengah pada neuropatologi postmortem menunjukkan
adanya infeksi virus.10,11 Dalam beberapa kasus, kelainan pada metabolisme serotonin dan
dopamin telah dilaporkan menunjukkan adanya ketidakseimbangan neurotransmiter di jalur
serotonergik atau dopaminergik.12,13

2
2.3 EPIDEMIOLOGI

Prevalensi KLS yang sebenarnya tidak diketahui, namun dianggap sebagai penyakit
yang sangat langka, yang mungkin mempengaruhi satu dari satu juta. Pencarian literatur oleh
Arnulf dkk. di PubMed antara tahun 1962 dan 2004 dalam bahasa Inggris dan bahasa non-
Inggris menemukan 186 kasus.7 Sebagian besar kasus dilaporkan terjadi di negara-negara
barat, di antara seperenam pasien ditemukan di Israel, menunjukkan bahwa warisan Yahudi
dapat memberikan kerentanan terhadap penyakit ini.14 Pria lebih sering terkena daripada
wanita, dengan rasio jenis kelamin 2:1.7 Penyakit ini banyak menyerang remaja. Dalam satu
meta-analisis, usia rata-rata pada onset penyakit adalah 15 tahun (kisaran, 4-80 tahun),
dengan 81% kasus dimulai pada dekade kedua.15 Kasus yang dimulai sebelum pubertas jarang
terjadi. Sebagian besar kasus bersifat sporadis, namun di beberapa keluarga KLS multipleks
telah dilaporkan.16,17 Saat menentukan sebagai sekunder, pasien KLS memiliki gejala
neurologis sebelum onset penyakit yang bertahan selama interval bebas dari gejala KLS.
Penyelidikan terhadap 186 kasus KLS yang dilaporkan sampai tahun 2004 menemukan
bahwa 18 kasus KLS bersifat sekunder dan 168 adalah yang utama.7

2.4 PATOFISIOLOGI

Sindrom Kleine Levin terjadi akibat hipotalamus terganggu. Ia adalah bagian di dalam
otak yang mengatur mekanisme tidur, suhu, nafsu makan, dan perilaku seksual. Akibatnya,
mekanisme tubuh dalam mengatur jam biologis menjadi kacau.7

2.5 TANDA DAN GEJALA

Biasanya kekambuhan dan gejala pada penderita sindrm Klein Levine akan muncul
secara tiba-tiba tanpa dapat diprediksi.
- Hipersomnia
Hipersomnia, yang merupakan gejala klinis utama KLS, adalah wajib untuk diagnosis
dan hadir dalam semua kasus. Durasi tidur yang biasa selama episode berkisar antara 12
sampai 24 jam / hari (rata-rata: 18,62 jam, median: 18 jam).7 Gejala prodromik termasuk
kelelahan yang sangat luar biasa, seperti merasa tertarik ke tempat tidur, atau enggan untuk
bangun di pagi hari.18
- Bangun beberapa saat dalam episode
Beberapa penulis mencatat bahwa pasien mereka tetap terangsang, terbangun secara
spontan untuk buang air dan makan minum, namun akan tertidur lagi setelahnya. Selain itu

3
penderita mudah tersinggung atau agresif saat terbangun atau terhindar dari tidur. Kebutuhan
akan tidur sangat intens dan pada akhir sebuah episode19,20
-
Gangguan Kognitif
Mayoritas pasien memiliki gangguan kognitif seperti kebingungan, konsentrasi,
perhatian, dan cacat memori. Ini terbukti saat diwawancarai selama episode (seperti
tanggapan abnormal terhadap pertanyaan) termasuk mengalami kebisuan, tanpa ucapan
spontan, menggunakan kalimat bersuku dua atau pendek dengan kosa kata terbatas, memiliki
bahasa stereotip yang kacau, kekanak-kanakan, lambat untuk berbicara dan memahami.
Banyak pasien melaporkan amnesia kejadian yang terjadi saat terjadi serangan antara
episode. Dalam beberapa kasus dilaporkan, penurunan akademik dan disfungsi memori
ringan dan tahan lama antara episode.21,22
- Sukar membedakan antara mimpi dan kenyataan
Disorientasi Persepsi yang berubah selalu hadir dan bisa mempengaruhi semua indra,
dengan perasaan bahwa hal itu tidak nyata, seperti mimpi.7
- Saat bangun dapat bertingkah seperti anak kecil, kebingungan, disorientasi, letargi hingga
apatis.7
- Lebih sensitive terhadap banyak hal misalkan : bunyi/suara dan cahaya23
- Hiperseksual23
- Nafsu makan meningkat23
- Sindrom sleeping beauty ini merupakan sebuah siklus. Tiap episode dapat berlangsung
selama beberapa hari, beberapa minggu, bahkan beberapa bulan. Ketika suatu episode
berlangsung, penderita tidak dapat melakukan pekerjaan layaknya orang normal seperti
misalnya pergi ke kantor atau ke sekolah. Karena lebih dari setengah harinya akan
digunakan untuk tidur. Mereka juga tidak bisa mengurus dirinya sendiri karena meskipun
mereka terbangun, tetapi kemudian mereka akan merasa terlalu lelah, tidak punya tenaga,
dan mengalami disorientasi.23

4
Tabel 2.1 Gejala sindrom Kleine Levin

Gejala Persentase (kisaran)


Hipersomnia 100
Gangguan kognitif 96-100
Abnormalspeech 60-94
Kebingungan 51-91
Amnesia 48-66
Halusinasi 14-27
Delusi 16-35
Mengonsumsi gangguan perilaku 80-95
Megaphagia 62-66
Meningkat minum 6.4-16
Hiperseksualitas 48-53
Meningkatnya masturbasi 29
Kemajuan seksual yang tidak diinginkan 17
Sifat lekas marah 65-92
Depresi 48-53
Meningeal dan gejala otonom 6-89

2.6 DIAGNOSIS24
Dalam mendiagnosis kasus ini, diagnosisnya sepenuhnya bersifat klinis. Penundaan
diagnostic rata-rata untuk diagnosis Kleine-Levin Syndrome (KLS) yang tepat adalah empat
tahun. Ini berarti untuk mendiagnosis penderita sindrom Kleine Levine biasanya dapat
dibutuhkan kurang lebih sekitar 4 tahun kekambuhan terjadi sehingga dapat mejadi diagnosis
yang akurat.
Di antara episode, mereka yang didiagnosis dengan KLS tampaknya berada dalam
kesehatan yang sempurna tanpa bukti adanya disfungsi perilaku atau fisik. Seorang pasien
KLS akan memiliki gejala A, satu atau lebih gejala B, dan pola yang dijelaskan di C.
A. kriteria klinis yang penting yaitu episode rekuren hipersomnia berat (2-31 hari)
B. Pasien harus mengalami setidaknya satu gejala dibawah ini selama episode
1. Gangguan kognitif seperti perasaan tidak sadar, kebingungan, halusinasi dan
berkhayal, pendiam.
2. Perilaku abnormal seperti mudah tersinggung, agresif, perilaku aneh/ganjil
3. Megaphagia dengan makan kompulsif
4. Hyper-seksualitas dengan perilaku tidak tepat atau aneh

5
C. Diselingi dengan lama tidur, kognitif, perilaku, dan mood seperti pada orang normal.
Tes medis pada pasien KLS terutama ditujukan untuk menyingkirkan epilepsi (EEG),
lesi otak fokus (brain imaging), dan meningitis atau ensefalitis (analisis CSF) sebagai
penyebab potensial. Juga dapat disertakan pemeriksaan hormone untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab endokrinologis hipersomnia rekuren.24

2.7 PENATALAKSAAN25

Sampai saat ini, tidak ada pengobatan definitif untuk Kleine-Levine Syndrome (KLS).
Dari berbagai laporan kasus yang ada, berbagai obat telah digunakan selama episode penyakit
KLS, namun kebanyakan tidak memiliki manfaat yang berarti. Berbagai stimulant (termasuk
methylphenidate, modafinil, pemoline-piracetam-meclofenoxate, D-amfetamin, efedrin,
metamfetamin, amfetamin, dll) dapat digunakan untuk mengobati rasa kantuk pasien dengan
KLS, tapi sayangnya obat-obatan tersebut tidak memperbaiki fungsi kognisi atau unsur lain
dari keadaan mental yang berubah. Pengobatan dengan amfetamin tingkat respon pengobatan
yang ditemukan pada penderita KLS adalah 71% dibandingkan dengan obat-obatan stimulant
lain. Pengobatan dengan Litium juga telah dilakukan percobaan. Lithium nampaknya mampu
memperbaiki perilaku abnormal dan pemulihan gejala secara signifikan (mengurangi durasi
episode) dengan tingkat respon dengan sebesar 41%. Dalam beberapa laporan kasus, respon
yang baik ditunjukkan penderita KLS terhadap penggunaan lithium, namun ketika obat
dihentikan, gejala akan muncul kembali. Saat lithium diberikan kembali, maka kondisi
penderita KLS kembali membaik . Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kemiripan
antara sindrom Kleine-Levin dan gangguan bipolar (mis., Kambuhan episode dan perubahan
mendadak dari suasana hati yang tertekan selama episode hingga hypomania pada akhir
episode pada beberapa pasien). Manfaat serupa juga diperhatikan dengan carbamazepine
dalam beberapa laporan kasus. Respons terhadap pengobatan seringkali terbatas, dan tidak
ada bukti untuk mendukung penggunaan terapi ini. Berbagai laporan kasus menggunakan
obat-obatan seperti flumazenil, chlorpromazine, levomepromazine, trifluoperazine,
haloperidol, thioridazine, clozapine, dan risperidone dan ternyata tidak efektif. Terapi
elektrokonvulsif dan terapi koma insulin tidak berpengaruh pada gejala KLS (dan bahkan
memperburuk kebingungan dalam kasus terapi electroconvulsive).

6
Tabel obat-obatan yang dilaporkan memiliki efek terhadap pasien dengan KLS

2.8 KOMPLIKASI25

Sejauh ini belum ada literatur yang menjelaskan mengenai komplikasi KLS, namun
rata-rata penderita KLS mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti kebingungan, tidak
dapat berkonsentrasi, dan menurunnya kemampuan memori otak. Hal ini banyak dibuktikan
terhadap pasien KLS yang memiliki respon abnormal terhadap pertanyaan atau perintah yang
diberikan.

2.9 PROGNOSIS25

Setelah onset khas antara usia 15-30 tahun, hypersomnia primer (seperti KLS) yang
tidak diobati memiliki kecenderungan menjadi kronis. Hipersomnia idiopatik adalah kelainan
seumur hidup tanpa kecenderungan untuk berhenti secara spontan. Konsekuensi penyakit ini
sebagian besar bersifat sosial dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Rasa kantuk pada pasien
hypersomnia bisa menyebabkan depresi, dan perlu diperhatikan pada anak-anak, rasa kantuk
bisa tunjukkan dengan munculnya hiperaktivitas.

7
BAB III
KESIMPULAN

Sindrom Kleine-Levin adalah penyakit syaraf yang langka, dimana penderita tidak
bisa mengontrol rasa kantuknya dan masih belum diketahui penyebabnya namun
berhubungan dengan malfungsi kerja bagian hipotalamus dan thalamus pada otak yang
mengatur nafsu makan serta tidur.
Tanda gejala sindrom klein levin ini yaitu hipersomnia, bangun dengan rangsangan
kemudian akan tertidur kembali, gangguan kognitif, disorientasi, sensitif terhadap cahaya,
hiperseksual, nafsu makan meningkat, lekas marah dan lain sebagainya. Untuk mendiagnosis
sindrom ini yaitu dengan diagnosa klinis.
Sampai saat ini, tidak ada pengobatan definitif untuk Kleine-Levine Syndrome (KLS).
Dari berbagai laporan kasus yang ada, berbagai obat telah digunakan selama episode penyakit
KLS, namun kebanyakan tidak memiliki manfaat yang berarti. Berbagai stimulant (termasuk
methylphenidate, modafinil, pemoline-piracetam-meclofenoxate, D-amfetamin, efedrin,
metamfetamin, amfetamin, dll) dapat digunakan untuk mengobati rasa kantuk pasien dengan
KLS, tapi sayangnya obat-obatan tersebut tidak memperbaiki fungsi kognisi atau unsur lain
dari keadaan mental yang berubah.
Komplikasi sindrom klein levin yaitu mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti
kebingungan, tidak dapat berkonsentrasi, dan menurunnya kemampuan memori otak.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Hauri P, editor. American Academy of Sleep Medicine. The International Classification


of Sleep DisordersRevised Diagnostic and Coding Manual. Chicago, IL: American
Academy of Sleep Medicine; 2005. p. 297.
2. Kleine W. Periodische schlafsucht. Monats Psychiatr Neurol. 1925;57:285320.
3. Levin M. Narcolepsy (Gelineaus syndrome) and other varieties of morbid somnolence.
Arch Neurol Psychiat. 1929;22:1172200.
4. Levin M. Periodic somnolence and morbid hunger: A new syndrome. Brain.
1936;59:494504.
5. Critchley M. Periodic hypersomnia and megaphagia in adolescent males. Brain.
1962;85:62756. [PubMed]
6. Thorpy MJ. Chairman. International Classification of Sleep Disorders: Diagnostic and
Coding Manual. Diagnostic Classification Steering Committee. American Sleep
Disorders Association. 1990
7. Arnulf I, Zeitzer J, File J, Farber N, Mignot E. Kleine-Levin syndrome: A systematic
review of 186 cases in the literature. Brain. 2005;128:276376. [PubMed]
8. Huang YS, Guilleminault C, Kao PF, Liu FY. SPECT findings in the Kleine-Levin
syndrome. Sleep. 2005;28:95560. [PubMed]
9. Merriam AE. Kleine-Levin syndrome following acute viral encephalitis. Biol Psychiatry.
1986;21:13014. [PubMed]
10. Dauvilliers Y, Mayer G, Lecendreux M, Neidhart E, Peraita-Adrados R, Sonka K, et al.
Kleine-Levin syndrome: An autoimmune hypothesis based on clinical and genetic
analyses. Neurology. 2002;59:173945. [PubMed]
11. Fenzi F, Simonati A, Crosato F, Ghersini L, Rizzuto N. Clinical features of KleineLevin
syndrome with localized encephalitis. Neuropediatrics. 1993;24:2925. [PubMed]
12. Chesson A, Levine S, Kong LS, Lee S. Neuroendocrine evaluation in Kleine-Levin
Syndrome: Evidence of reduced dopaminergic tone during periods of hypersomnolence.
Sleep. 1991;14:22632. [PubMed]
13. Koerber RK, Torkelson R, Haven G, Donaldson J, Cohen SM, Case M. Increased
cerebrospinal fluid 5-hydroxytryptamine and 5- hydroxyindoleacetic acid in Kleine-
Levin syndrome. Neurology. 1984;34:1597600. [PubMed]

9
14. Gadoth N, Kesler A, Vainstein G, Peled R, Lavie P. Clinical and polysomnographic
characteristics of 34 patients with Kleine-Levin syndrome. J Sleep Res. 2001;10:33741.
[PubMed]
15. Huang YS, Arnulf I. The Kleine-Levin Syndrome. Sleep Med Clin. 2006;1:89103.
16. Janicki S, Franco K, Zarko R. A case report of Kleine-Levin syndrome in an adolescent
girl. Psychosomatics. 2001;42:3502. [PubMed]
17. Katz JD, Ropper AH. Familial Kleine-Levin syndrome: Two siblings with unusually
long hypersomnic spells. Arch Neurol. 2002;59:195961. [PubMed]
18. Prabhakaran N, Murthy GK, Mallya UL. A case of KleineLevin syndrome in India.
Br J Psychiatry. 1970;117:5179. [PubMed]
19. Gallinek A. The KleineLevin syndrome. Dis Nerv Syst. 1967;28:44851. [PubMed]
20. Russell J, Grunstein R. KleineLevin syndrome: A case report. Aust N Z J Psychiatry.
1992;26:11923. [PubMed]
21. Sagar RS, Khandelwal SK, Gupta S. Interepisodic morbidity in KleineLevin
syndrome. Br J Psychiatry. 1990;157:13941. [PubMed]
22. Masi G, Favilla L, Millepiedi S. The KleineLevin syndrome as a neuropsychiatric
disorder: A case report. Psychiatry. 2000;63:93100. [PubMed]
23. Landtblom AM, Dige N, Schwerdt K, Safstrom P, Granerus G. Short-term memory
dysfunction in KleineLevin syndrome. Acta Neurol Scand. 2003;108:3637.
[PubMed]
24. Huang YS, Lin YH, Guilleminault C. Polysomnography in Kleine-Levin syndrome.
Neurology. 2009;70:795801. [PubMed]
25. Ramdurg S. Kleine-Levine Syndrome: Etiology, diagnosis, and treatment. Ann Indian
Acad Neurol.2010 oct-dec; 13(4): 241-246. Available online:
http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/PMC3021925/

10

Anda mungkin juga menyukai