Drs.Taufik Hidayat, MT
Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
ABSTRAK
Al-Quran dan Hadist merupakan dasar untuk mendirikan bangunan masjid. Tafsir
dari ayat - ayat Al-Quran dan Hadist sahih tersebut umumnya mempunyai visi jauh
Kedepan sesuai perkembangan jaman serta lebih bersihat stimulus/ rangsangan guna
untuk dipikirkan dan dikembangkan.
Masjid tidak hanya sebagai tempat sholat secara sendiri (Munfarid) tetapi juga
sebagai tempat sholat bersama (Jamaah), serta merupakan tempat berlangsungnya
berbagai kegiatan keagamaan dan ibadah lainnya. Masjid sering juga dijuluki sebagai
Pusat ibadah dan kebudayaan Islam.
Saat ini nampaknya belum ada kesesuaian aturan dalam perwujudan bangunan
masjid seperti : arti masjid, landasan/ niat untuk mendirikan bangunan masjid, lokasi
bangunan masjid pada masyarakat, pendiri, pemilik, pelaksana dan donatur
bangunan masjid, pemakai/ pemakmur bangunan masjid, menghargai/ mencintai
bangunan masjid. Begitu pula dengan fisik bangunan masjid seperti : arah hadap shaf
sholat pada bangunan masjid, tempat sholat pria dan wanita, tempat imam dan
mimbar, tempat adzan dan menara, serambi, tempat wudhu/ mandi/ wc untuk pria
dan wanita, bahan bangunan, bentuk/ gambar/ hiasan pada bangunan masjid.
Dalam Al-Quran dan Hadits, tidak ditemukan ketentuan yang lengkap dan jelas
tentang bentuk dan ukuran bangunan masjid yang seharusnya, tetapi memuat kaidah
mengenai bagaimana beribadah dan kegiatan apa saja yang boleh atau tidak boleh
dikerjakan di dalam bangunan masjid. Al-Quran dan Hadist merupakan dasar untuk
mendirikan bangunan masjid, tapi dalam kenyataan penggunaan Al-Quran dan
Hadist sebagai dasar perancangan bangunan masjid masih sangat terbatas.
Umumnya masyarakat masih beranggapan bahwa Al-Quran dan Hadist hanya
mengatur masalah ibadah ritual semata, padahal lebih banyak mengatur masalah
kehidupan manusia didunia.
Berdasar pada permasalahan tersebut di atas, tulisan ini bermaksud mencari aturan
untuk mewujudkan bangunan masjid menurut tafsir ayat Al-Quran dan Hadist, serta
melihat proses transformasi ayat tersebut kepada bangunan masjid dengan metode
tafsir tematik, yaitu menetapkan tema tema yang berhubungan dengan masjid,
kemudian dilihat/ diidentifikasi dengan tafsir ayat Al-Quran dan Hadist beserta
riwayat/ penjelasan turunnya, kemudian disarikan. Proses ini ditanyakan/ diujikan/
disahkan pada ulama baik dari kalangan akademik maupaun profesional.
1
TAUFIK HIDAYAT, BANGUNAN MASJID MENURUT AL QURAN DAN HADIST
ABSTRACT
Al-Quran ( The Koran ) and Hadist are principle for a building of the mosque. The
Interpretation of verses in Koran and Hadist Sahih, Generally have point of view as
far on the front in accordance with period developments and more characteristic of
stimulsnt for thought and developed.
The Mosque does not Only as Place of Sholat in alone manner, but Also in collective
manner, and the mosque is place of to continue several of Religious and the other
wrship activity. The mosque often named as Islami Center .
Since earlier days there are no fixed provisions related to mosques especially in the
function, the background on how a mosque is build, the location of the building in the
society, the developer and owner, the contractor, the donator, etc. To the physical
building sch as the direction of the building, the room or man and woman to do ritual
prays, the room for imam (leader of communal prayer) and speakers platform or
pulpit (mihrab) to give speeches, the room to take ritual ablution before prays (wudhu)
or bath, the toilet, ornament, picture and material of the building.
Although Al-Quran and Hadist (The Chief source of guidance for understanding
religious questions) are the basic reference to build a mosque, the use of them is
rarely done. Most people think that Al-Quran and Hadist are only the rule for prayers
(sholat), Whereas they are more of a guidance for the human life in the world. Al-
Quran and Hadist do not mention explicity a complete and exact form and
measurment of mosques but may describe the princi[le the principle of how rituals are
served and all activities that are allowed to perform in a mosque.
Based on the above problems this study is to find somekind of concept or guidance to
design mosque which is appropriate to the Al-Quran and Hadist and analyzing the
transformation process of its verses to the selected mosque.
The solution to the problems is performed by using Thematic tafsir method that is, by
determining themes related to mosques and identification of verses (ayat) of Al-Quran
and Hadist related to the building and the historical background. The themes are
summarized and examined by the Ulamas ( Moslem relegious teacher or leader ) by
they are scholars as well as professionals.
TAUFIK HIDAYAT, BANGUNAN MASJID MENURUT AL QURAN DAN HADIST
PENDAHULUAN
MASALAH ARTI TAFSIR AYAT AL-QURAN DAN HADIST
Al-Quran dan Hadist merupakan dasar untuk mendirikan sebuah bangunan masjid.
Tafsir dari ayat Al-Quran dan Hadist tersebut sering terjadi perbedaan arti, hal ini
disebabkan karena ayat tersebut mempunyai visi sesuai keadaan jaman/ mengikuti
perkembangan jaman dan mempunyai visi yang jauh kedepan, serta lebih bersifat
stimulus/rangsangan untuk dipikirkan dan dikembangkan. Dalam memahami tafsir Al-
Quran, tidak jarang terdapat perbedaan pendapat atau bahkan keliru dalam pemahaman
tentang maksud firman-firman Allah SWT. Para ulama menggaris bawahi tafsir (Acmad
Sunarto, 1992) adalah :
Penjelasan tentang arti atau maksud firman-firman Allah sesuai dengan
kemampuan manusia dan bahwa kepastian arti ayat tidak mungkin atau hampir
tidak mungkin dicapai kalau pandangan hanya tertuju kepada ayat tersebut
secara sendiri-sendiri".
Sesuai yang dinyatakan oleh Dr.M.Quraish Shihab (1994) dalam bukunya Membumikan
Al-Quran :
Pada saat Alquran diturunkan, Rasulullah saw, yang berfungsi sebagai mubayyin
(pemberi penjelasan), menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang arti dan
kandungan Al-Quran, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami atau
samar artinya. Keadaan ini berlangsung sampai dengan wafatnya Rasulullah saw,
walaupun harus diakui bahwa penjelasan tersebut tidak semua kita ketahui akibat
tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau karena memang Rasulullah saw.
Sendiri tidak mejelaskan semua kandungan Al-Quran.
Pada masa Rasulullah SAW. Para sahabat menanyakan persoalan yang tidak jelas
kepada Rasulullah saw, maka setelah wafatnya, mereka melakukan ijtihad, begitu juga
pada masa saat ini dan akan datang. Ijtihad berarti pencurahan segenap kemampuan
untuk mendapatkan sesuatu, yaitu penggunaan akal sekuat mungkin untuk menemukan
sesuatu keputusan hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara eksplisit dalam Al-
Quran dan as-Sunnah. Rasulullah SAW. Pernah bersabda kepada Abdullah bin Masud
(Miftah Faridl, 1982) :
Berhukumlah engkau dengan Al-Quran dan as-Sunnah, apabila sesuatu
persoalan itu engkau temukan pada dua sumber tersebut. Tapi apabila engkau
tidak menemukannya pada dua sumber itu, maka ijtihadlah. Kepada Ali bin Abi
Thalib beliau pernah menyatakan : Apabila engkau berijtihad dan ijtihadmu
salah, maka engkau mendapatkan dua pahala. Tetapi apabila ijtihadmu salah,
maka engkau hanya mendapatkan satu pahala.
Sabda tersebut diatas memperlihatkan akan kebebasan dari agama Islam dalam
mengartikan tafsir, selama aturan atau hukum tidak terdapat dikedua sumber tadi.
Kedudukan Ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak absolut,
karena ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif.
2. Keputusan yang ditetapkan oleh Ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi tidak
berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa/tempat tapi tidak berlaku bagi orang
lain. Berlaku untuk satu masa/tempat tapi tidak berlaku pada/masa/tempat yang lain.
3. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab urusan
ibadah mahdhah hanya diatur oleh allah dan rasulullah.
TAUFIK HIDAYAT, BANGUNAN MASJID MENURUT AL QURAN DAN HADIST
RUMUSAN MASALAH
Dengan masalah tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu :
a. Bagaimana Pedoman untuk mendirikan sebuah bangunan masjid menurut Al-Quran
Hadist
b. Bagaiman merubah aturan ibadah menjadi aturan untuk mendirikan bangunan masjid
dan konsekuensi apa yang akan dihadapi
c. Bagaimana cara untuk mengumpulkan ayatayat Al-Quran dan Hadist yang
berhubungan dengan bangunan masjid atau ayat yang dapat digunakan untuk
bangunan masjid.
d. Setelah ayat Al-Quran dn Hadist yang berhubungan dengan bangunan masjid atau
ayat yang dapat digunakan untuk bangunan masjid terkumpul, bagaimana menguji
kebenaran/sahnya setiap simpulan dari setiap kumpulan ayat tersebut dan
bagaimana menguji simpulan setiap kumpulan pada bangunan masjid yang telah
ada.
BATASAN MASALAH
Wilayah penulisan dibatasi :
a. Tafsir Al-Quran yang dipergunakan adalah terjemah Al-Quran Tafsir Al Maragi
beserta penjelasannya.
b. Tafsir Hadist yang dipergunakan ialah Hadis ; Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Ahmad,
Bulughul Maram (kumpulan kadist) dan hadis lainnya yang beredar di Indonesia yang
telah di syahkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, penggunaan tafsir
ayat Al-Quran dan Hadist dilakukan bersama ahli ilmu tafsir sekaligus sebagai
responden.
c. Tafsir ayat-ayat Al-Quran dan Hadist yang diidentifikasi adalah: ayat yang
berhubungan dengan bangunan masjid atau yang dapat dipergunakan untuk
bangunan masjid, dengan cara diaplikasikan kedalam sebuah perancangan
bangunan masjid.
d. Tafsir ayat-ayat Al-Quran dan Hadist yang berkaitan dalam perwujudan sebuah
bangunan masjid antara lain berkaitan dengan ; arti masjid (sejarah), landasan/niat
untuk mendirikan bangunan masjid, lokasi bangunan masjid pada masyarakat,
pendiri, pemilik, pelaksana dan donatur bangunan masjid, pemakai, pemakmur
bangunan masjid, menghargai/mencintai bangunan masjid, arah bangunan masjid,
tempat sholat untuk pria dan wanita, tempat imam dan mimbar, tempat untuk adzan
dan menara, serambi, tempat wudhu, mandi, wc, untuk pria dan wanita, bahan
bangunan, bentuk, gambar dan hiasan pada bangunan masjid.
e. Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman akan arti dan makna dalam
penggunaan/pemilihan tafsir ayat/dalil Al-Quran dan Hadist terhadap bangunan
masjid, maka (telah) diadakan kuesioner berupa ; pengujian/diskusi/persetujuan/
wawancara terstruktur dengan para ulama profesional yang memahami arti dan
makna tafsir ayat/dalil Al-Qutan dan Hadist, dan secara tidak langsung merupakan
pengesahan.
TUJUAN
Tujuan akhir dari penulisan ini adalah :
a. Diharapkan mendapat suatu kejelasan, persamaan pendapat tentang tafsir Al-Quran
dan Hadist yang dapat digunakan untuk merancang sebuah bangunan masjid,
TAUFIK HIDAYAT, BANGUNAN MASJID MENURUT AL QURAN DAN HADIST
TINJAUAN UMUM
Al-Quran
Al-Quran adalah kitab/wahyu/kalam Allah, merupakan mujizat yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw, mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu
pengetahuan, kisah-kisah, falsafah, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan
tata cara hidup manusia, baik sebagai makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial.
Setiap muslim diperintahkan untuk berpegang teguh pada prinsip-prinsip Al-Quran yang
bernilai abadi. Al-Quran adalah undang-undang syariat dan sumber hukum, yang harus
ditaati dan diamalkan oleh setiap muslim. Didalamnya termuat masalah-masalah halal-
haram, serta amar maruf nahi munkar, serta Al-Quran sebagai sumber inspirasi sastra,
akhlak, korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya. Arti Al-Quran
menurut pendapat yang paling kuat yang dikemukakan Dr.Subhi Al Salih berarti
Bacaan, asal kata Qaraa. (Al-Quran dan terjemah, Dep. Agama RI., 1990).
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23
tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah, yang dimulai pada malam 17
Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus tahun 610 masehi di gua Hira. Pada
waktu itu Nabi saw telah berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun bulan matahari
(syamsiah) dan diakhiri pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriah atau tanggal 8
juni tahun 632 Masehi yaitu bertepatan kembalinya Nabi Muhammad s.a.w kehadirat
Allah s.w.t dalam usia 63 tahun. Nabi Lahir pada tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah
atau tanggal 20 April tahun 569 M.
Al-Quran, terdiri dari 30 Juz dengan 114 Surat, 6.263 ayat yang populer adalah 6.666
ayat, yang menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain
menyangkut alam raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan tersebut
sering disebut ayat-ayat kauniyah.
Seandainya (Al-Quran ini) datangnya bukan dari Allah, niscaya mereka akan
menemukan didalam (kandungan)-Nya ikhtilaf (kontradiksi) yang banyak (QS 4 :
82)
QS 4. An-Nisa : 174
Hai Manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
tuhanmu, ( Muhammad dengan Mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang (Al-Quran).
QS 6. Al-An-Am : 92
Dan ini (Al-Quran) adalah kitab yang telah kami turunkan yang berkahi,
membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi
peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makah) dan Orang-orang yang
diluar lingkungannya. Orang-Orang yang beriman kepada adanya kehidupan
akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Quran), dan mereka selalu memelihara
sholat mereka.
QS 6. Al-An-Am : 115
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan
adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang
Maha Mengetahui.
Hadist
Hadist adalah segala perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad saw.
Pengertian Hadis identik dengan Sunnah, yang secara etimologi berarti jalan atau tradisi,
sebagaimana dalam Al-Quran (Al-Isra : 77)juga dapat berarti :
- Undang undang atau peraturan yang tetap berlaku
- Cara yang diadakan
- Jalan yang telah dijalani
- Keterangan
Sunnah adalah sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Quran dan as-Sunnah/
Hadist sama-sama sebagai sumber Hukum islam, namun diantara keduanya terdapat
perbedaan-perbedaan yang cukup Prinsipil. Perbedaan-Perbedaan tersebut (Faridl
Miftah, 1982) antara lain ialah :
a. Al-Quran merupakan nilai kebenaran yang absolut/mutlak, sedangkan Al-Hadist
adalah Zhanni (kecuali Hadist mutawatir).
b. Seluruh Ayat Al-Quran harus dijadikan sebagai pedoman hidup. Tetapi tidak semua
Hadist harus kita jadikan pedoman hidup. Di samping itu ada Hadis yang shahih ada
pula Hadis yang Dhaif.
c. Al-Quran sudah pasti otentik lafazh dan maknanya, sedangkan Hadist tidak
seluruhnya.
d. Apabila Al-Quran berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang
ghaib maka setiap muslim wajib mengimaninya. Tetapi tidak harus demikian apabila
masalah-masalah tersebut diungkapkan oleh Hadist.
TAUFIK HIDAYAT, BANGUNAN MASJID MENURUT AL QURAN DAN HADIST
Menurut sebagian besar para ulama ada 7 ( tujuh) kitab hadist yang dinilai terbaik
(Miftah Faridl, 1982) yaitu :
1. Ash-Shahih Bukhari
2. Ash-Shahih Muslim
3. Ash-Sunan Abu Dawud
4. Ash-Sunan Nasai
5. Ash-Sunan Tirmidzi
6. As-Sunan Ibnu Majah
7. Al-Musnad Imam Ahmad
Masjid
Masjid berarti tempat sujud. Musholla berarti tempat sholat, semua permukaan bumi
adalah mesjidnya ummat islam, yaitu setiap muslim boleh melakukan sholat disemua
tempat, kecuali kuburan dan tempat najis, Hadist yang diceritakan oleh Tirmizi dari Abi
Said Al-Chudri berbunyi bahwa tiap potong tanah itu adalah masjid. Dalam Hadis yang
lain bahwa nabi muhammad s.a.w menerangkan : Telah dijadikan tanah (bumi) itu
masjid bagiku, tempat sujud. Dengan keterangan ini jelas bahwa arti masjid itu
sebenarnya tempat sujud, bukan hanya mengenai sebuah, temapt atau bangunan ibadah
tertentu. Setiap potong permukaan bumi, terbatas dengan sesuatu tanda atau tidak,
beratap atau tidak beratap, bagi umat islam sebenarnya dapat dinamakan masjid, jika
disana digunakan untuk shalat/ dimana tempat meletakkan dahi sujud menyembah
tuhan. Akan tetapi pada saat ini kata masjid sudah mempunyai suatu arti yang tertentu
yaitu ; suatu rumah, suatu gedung atau suatu lingkungan tembok, yang dipergunakan
sebagai tempat mengerjakan shalat, baik untuk shalat lima waktu maupun untuk
sembahyang jumat atau shalat Hari raya bila hujan.
Masjid yang pertama dibangun ialah Masjidil Haram/ Kabah (QS 3 : 96) dibangun
oleh nabi ibrahim as (QS 2 : 127),(QS 2 : 125). Kemudian menyusul Masjidil Aqsa
Dipalestina, dibangun oleh Nabi Sulaiman dan Nabi Dawud. Maka Pantaslah apabila
masjid pertama dijadikan sebagai pusat arah shalat muslimin (QS : 150). Adapun masjid
lain yang mendapatkan kedudukan khusus dalam Islam (selain masjidil Haram dan
Masjidil Aqsa) ialah Masjid nabawi di Madinah
Al-Quran surat Ali imran, 3 : 96 ;
Sesungguhnya mula-mula dibangun (untuk beribadah) manusia, ialah Baitullah yang
Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia
TAUFIK HIDAYAT, BANGUNAN MASJID MENURUT AL QURAN DAN HADIST
Metode tafsir tematik merupakan salah satu cara untuk dapat menyelesaikan/
memutuskan akan kesesuaian sebuah tema dengan Al-Quran dan Hadist. Semua ayat
yang berkaitan, dihimpun. Kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas serta didukung
oleh fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
METODOLOGI
Pengertian dan definisi dari beberapa kata atau istilah yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas. Pengertian Bangunan dapat diartikan tempat, untuk
melaksanakan suatu aktifitas tertentu. Kata Menurut dapat diartikan sesuai dengan,
Sedangkan pengertian menurut pada penelitian ini lebih banyak berarti sesuai dengan,
berdasarkan atau penggalian bangunan masjid berdasarkan Al-Quran dan Hadist,
sedangkan kata Tafsir ialah merupakan arti/ terjemahan dari Al-Quran dan Hadist yang
berasal dari bahasa Arab, dalam arti lain terjemahan/ tafsir Al-Quran dan Hadist yang
telah dibahasa Indonesiakan.
Dalam penulisan ini tidak akan banyak diungkap tentang bagaimana cara membangun
masjid secara lengkap dan rinci, tetapi dicoba dicari aturan atau konsep yang utama
dalam mendirikan bangunan masjid, ini disebabkan karena Al-Quran adalah undang-
undang syariat dan sumber hukum bagi setiap muslim, yang memuat masalah-masalah
haram, serta amar maruf nahi munkar, serta Al-Quran sebagai korektor dan
penyempurna terhadap kitab-kitab allah sebelumnya. Ayat-ayat Al-Quran tersebut
mempunyai visi sesuai keadaan jaman/mengikuti perkembangan jaman dan mempunyai
visi yang jauh kedepan, lebih bersifat stimulus/rangsangan untuk dipikirkan dan
dikembangkan, sehingga masalah bangunan masjid kemungkinan akan ditemukan
sejumlah ayat yang sangat sedikit, itupun lebih banyak berupa ayat tidak langsung.
Observasi
Obyek penulisan ini adalah kumpulan tafsir Al-Quran dan Hadist yang berhubungan
dengan bangunan masjid yang dikelompokkan sesuai masalah/ tema yang disarikan.
Proses ini diidentifikasi dengan metode tafsir tematik yang dikatakan oleh Prof. Dr. Abdul
Hay Al-Farmawly pada tahun 1997, yang diungkapkan kembali oleh Dr. M. Quiraish
Shihab dalam buku Membumikan Al-Quran, terhadap sebuah bangunan masjid, yaitu
yang berhubungan dengan ; Arah bangunan masjid, Tempat Sholat untuk Pria dan
Wanita, Tempat imam dan Mimbar, Tempat Adzan dan menara, Teras/ Selasar, Tempat
Wudhu/ Mandi/ WC untuk pria dan Wanita, Bahan Bangunan Masjid, serta bentuk/
Gambar/ Hiasan dan Ornamen Bangunan Masjid. Dengan Sendirinya Pemilihan ayat/
dalil Al-Quran dan Hadist tersebut dilakukan berdasarkan pada tema-tema tersebut.
Hasil dari penerapan Metode Tafsir Tematik disarikan kemudian diujikan dengan cara
ditanyakan kepada para ulama baik dari kalangan akademik maupun profesional, Hasil
uji setiap tema tersebut dapat dianalisa pada bangunan masjid, untuk memperoleh
simpulan tentang kesuaian aturan/ Konsep dan fisik bangunan masjid.
TAUFIK HIDAYAT, BANGUNAN MASJID MENURUT AL QURAN DAN HADIST
mendirikan fisik bangunan masjid, sesuai dengan tema-tema yang telah ditentukan ,
kemudian ditanyakan kepada ulama profesional.
Bangunan Masjid
Arah Hadap Bangunan Masjid ( Arah hadap shaf sholat pada bangunan Masjid) :
Hukumnya sholat menghadap ke kiblat/ Kabah (Masjidil Haran) adalah wajib/ Harus,
Walaupun bangunan masjid tersebut tidek persis menghadap ke Masjidil Haram/ Kabah,
sehingga sebaiknya (bila dimungkinkan) posisi bangunan Masjid, harus persis
menhadap/ mengarah ke Masjidil Haram/ Kabah.
Serambi :
Kita dilarang menyusul pandangan (memandang wanita) yang pertama dengan
pandangan berikutnya, sehingga sebaiknya unuk membantu menahan/ menghalangi
pandangan dari dalam bangunan masjid maupun dari teras, atau untuk menghalangi ke
tempat orang berlalulalang sebaiknya dihalangi oleh sesuatu sehingga umat yang
sedang beribadah lebih konsentrasi kedalam ruangan, terutama pada waktu ibadah pada
posisi duduk/ lasehan diatas lantai.
PENUTUP
Dari pembahasan bangunan masjid menurut Al-Quran dan Hadist dapat disimpulkan :
Tafsir ayat-ayat Al-Quran dan Hadist dapat digunakan sebagai pedoman untuk
mendirikan sebuah bangunan masjid meskipun hanya pada bagian-bagian yang penting
saja, dan mampu memberikan arahan dalam mewujudkan sebuah banguna masjid,
walaupun arahan tersebut masih bersifat umum.
Penggunaan metode tafsir Tematik, masih memerlukan pemikiran kembali yaitu berfikir
secara global/ keseluruhan dan memerlukan sikap obyektif dalam mengamati setiap
tema, yaitu antara dengan tafsir Al-Quran, Penjelasan tafsir Al-Quran dan Hadist yang
digunakan. Usaha terseut dilakukan dalam rangka merubah aturan ibadah menjadi
aturan untuk mewujudkan bangunan masjid. Pelaksana metode tersebut dilakukan
melalui membaca, mempelajari dan mengumpulkan ; tafsir ayat-ayat Al-Quran dan
Hadist secara Langsung, tata cara ibadah dalam bangunan masjid, tatacara shalat
termasuk tata cara berwudu, tulisan para ulama tentang bangunan masjid beserta tafsir
ayat-ayat Al-Quran dan Hadist yang digunakan, serta tulisan para pakar arsitektur
bangunan masjid. Hasil dari penulisan ini masih memberikan kelonggaran yang cukup
luas dalam menafsirkan akan simpulan dari hasil setiap sari tema.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, 1992. Terjemah Tafsir Al-Quran, Penerbit CV. Toha Putra
Semarang, Jl Kauman 16, Semarang Indonesia.
Abubakar, Haji (Meulaboh Atjeh), 1955, Sejarah Masjid, Diterbitkan Oleh Fa. Toko buku
Adil Sudimara Bandjarmasin.
Baidan Nashruddin DR, 1998, Metodologi Penafsiran Al-Quran, Penerbit Glagah UH,Di
Cetak Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.
Farid Miftah, Drs, 1984, Masjid, Pustaka, Perpustakaan Salman ITB, Bandung
Fauziyah Mz. Ba, 1993, Hadist-Pilihan Bukhori, Penerbit Bintang Timur, Surbaya.
Mamur Daud, 1986, Terjemah Hadist Shahih Muslim, Penerbit Widjaya Jakarta.
Rochym Abdul, 1983, Mesjid dalam karya Arsitektur Nasional Indonesia, Penerbit
Angkasa Bandung.
Sunarto Achmad skk,1992, Tarjamah Shahih Bukhari, Penerbit CV. Asy Syifa,Semarang
Sidi Gazalba, Drs, 1994, Masjid Pusat Ibadat dan Kenudayaan Islam, Pustaka Al Husna,
Kebon Sirih Barat Jakarta Indonesia.
TAUFIK HIDAYAT, BANGUNAN MASJID MENURUT AL QURAN DAN HADIST