Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH STUDI KASUS

EDUKASI INFORMASI OBAT

Disusun oleh :

1. Amila Dina (15/382113/FA/10489)


2. Anami Riastri (15/382116/FA/10492)
3. Anita Rahma Diansari (15/382119/FA/10495)
4. Arief Adi Nugroho (15/382122/FA/10498)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017
BAB I

STUDI KASUS

Patient Education: Addressing Cultural Diversity and Health Literacy Issues

Mr. T, seorang pria Asia berusia 78 tahun, dirawat di rumah sakit karena retensi urin akut dan
gagal jantung kongestif. Sebuah kateter Foley dipasang untuk meringankan retensi urin, dan
pasien diminta untuk bed rest. Saat perawat yang sedang jaga berkeliling, perawat Mr. T
terkejut melihat Mr. T sedang berjongkok di tempat duduk toilet untuk buang air besar. Perawat
tersebut menegur Mr. T karena bangun dari tempat tidur tanpa bantuan dan karena berjongkok
di tempat duduk toilet duduk. Mr. T menginap semalam di rumah sakit dan pulang esoknya
sekitar pukul 5 sore dengan kateter Foley masih terpasang. Mr. T pulang dengan resep baru
berupa furosemide dua kali sehari, digoksin satu kali sehari, dan kalium sekali sehari
BAB II

TAHAP EDUKASI PASIEN

A. ASSESSMENT
Tujuan dari assessment adalah untuk mendapat informasi penting sesuai kebutuhan dan
kekhawatiran pasien.
Hasil assessment
1. Kebutuhan pasien
Mr. T adalah seorang pasien yang mengalami gagal jantung kongestif dan retensi
urin akut. Mr. T membutuhkan kateter Foley untuk mengeluarkan urin dan
memerlukan beberapa pengobatan untuk masalah tersebut.
2. Support
Mr. T tinggal bersama istri dan menantu perempuannya sehingga kedua orang
tersebut dapat membantu Mr. T dalam menjalani perawatan kesehatan yang
dilakukan.
3. Skills
Mr. T memiliki literasi kesehatan yang rendah, perlu penjelasan tentang perawatan
penggunaan kateter, penggunaan obat dan efek samping yang mungkin terjadi.
4. Belief dan attitudes
Mr. T telah berumur 78 tahun dan merupakan orang Asia. Di beberapa budaya,
mendiskusikan tentang masalah personal yang terkait kesehatan dengan orang yang
berusia lebih muda atau berbeda gender dianggap tidak tepat,
5. Cultural behavior
Pasien mungkin memiliki isu kultural yang berkaitan dengan gender, hubungan
keluarga, dan sick role yang menyebabkan pasien tidak mau menantu perempuannya
untuk mengosongkan kantong urinnya.
Pasien adalah orang Asia yang terbiasa berjongkok untuk buang air besar. Pasien
berjongkok di tempat duduk toilet duduk, sehingga perlu dipastikan bahwa pasien
aman.
Evaluasi penilaian
1. Melakukan evaluasi atas kebutuhan dan kekhawatiran (needs and concerns)
2. Melakukan evaluasi atas kemampuan (skills)
3. Melakukan evaluasi atas sikap (beliefs and attitudes)
4. Melakukan evaluasi atas kebiasaan (behavior)
B. PLANNING
Planning dilakukan untuk membuat rencana edukasi yang akan diberikan kepada pasien.
1. Menentukan tujuan edukasi
Perlu melibatkan bersama keluarga pasien (terutama istri pasien) dalam terapi dan
monitoring terapi sehingga dapat ditetapkan tujuannya :
a. Mr T dapat menggunakan kateter foley dengan tepat dan terawat dan dapat menjaga
area genital supaya tetap bersih
b. Mr. T dapat mengosongkan urinary drainage bag
c. Mr. T mengetahui alasan penggunaan terapi beserta keuntungan dan kerugian
d. Mr. T mengetahui waktu harus meminum obat dan potensi-potensi dari efek samping
terapi yang dijalani
e. Mr. T mengetahui waktu harus menghubungi tenaga medis ketika efek samping
tertentu
f. Tanda dan gejala penyakit Mr. T dapat mereda dan mencegah terjadi komplikasi
penyakit lain
2. Menetapkan rencana pelaksanaan edukasi dan memilih materi edukasi
Dilakukan konseling dan diskusi secara menyeluruh dan mendetail, bila perlu dilakukan
secara rutin di waktu awal penggunaan dan tentunya melibatkan peran keluarga pasien
(terutama istri pasien). Materi tersebut meliputi :
a. Materi terkait penggunaan kateter Foley, pentingnya menjaga kebersihan area
genital dan cara merawat kebersihan area genital dan kateter
b. Materi terkait cara pengosongan urinary drainage bag
c. Materi terkait informasi mengenai terapi yang digunakan yang meliputi keuntungan,
kerugian, potensi efek samping, waktu harus meminum obat dengan tepat, dll
d. Memberikan kontak tenaga medis yang bisa dihubungi segera
e. Memberikan instruksi tertulis maupun gambar yang dapat membantu perawatan
yang dijalani pasien
f. Mencari penerjemah yang sesuai dengan kondisi pasien
3. Mengevaluasi rencana
a. Melakukan evaluasi atas kebutuhan dan kekhawatiran (needs and concerns)
b. Melakukan evaluasi atas kemampuan (skills)
c. Melakukan evaluasi atas sikap (beliefs and attitudes)
d. Melakukan evaluasi atas kebiasaan (behavior)
C. IMPLEMENTING
Mengimplementasikan rencana yang sudah dibuat dalam tahap planning.
1. Sebelum edukasi
Menyiapkan list informasi apa saja yang akan dijelaskan
Memastikan ruangan yang digunakan untuk mengedukasi nyaman, pencahayaan
cukup, tidak bising, dan tidak banyak orang di ruangan tersebut. Bila
memungkinkan, posisi pasien sama atau sejajar dengan apoteker/edukator
(misalnya sama-sama duduk)
Diusahakan ada orang dekat pasien yang menemani selama proses edukasi untuk
menerangkan pada pasien jika masih kebingungan (ada interpreter). Bisa istri
pasien, anak, menantu, atau orang dekat lain yang dipercaya pasien
Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti serta
mendemonstrasikan apa yang harus dilakukan agar pasien lebih memahami apa
yang disampaikan. Dipastikan pula tidak memberikan informasi yang berlebihan.
Menyediakan media penyampaian lain, seperti print out atau video. Perlu
dipastikan, print out dan video memiliki penjelasan yang jelas
2. Saat penjelasan/edukasi
Memastikan pasien mengetahui alasan dan tujuan penggunaan kateter Foley, cara
menggunakan, serta cara menjaga kebersihan genital
Memperagakan cara memakai kateter Foley dan cara membersihkan atau
mengosongkan urinary drainage bag
Memastikan kepatuhan pasien dalam minum obat, bisa meminta bantuan istri
pasien atau orang dekat pasien lainnya (anak/menantu)
Memberitahu hal apa saja yang harus dilakukan, hal-hal yang harus dihindari, dan
akibat atau efek samping yang mungkin terjadi
Memberikan kontak apoteker/edukator kepada pasien atau interpreter jika ada hal-
hal yang tidak diinginkan terjadi
Jika memungkinkan, pasien diminta mengulangi informasi yang sudah
disampaikan. Pastikan pasien sudah memahami poin penting dari proses terapi
3. Setelah edukasi (evaluasi proses implementasi)
Memastikan pasien benar-benar menerapkan skill baru dari inforrmasi yang telah
disampaikan
Skill baru apa yang diperoleh pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya
Skill baru yang mana yang akan mempengaruhi dan persepsi pasien
Perilaku pasien yang mana yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan ke depannya

D. DOCUMENTING
Setelah ketiga tahap edukasi pasien yang meliputi assessment, planning, implementing
selesai dilakukan tahap documenting. Tahap ini bertujuan untuk memastikan pasien
memahami tujuan dan proses dilakukannya terapi. Pada kasus ini edukator berkewajiban
unutk menilai tingkat pemahaman dari Mr.T Proses evaluasi dilakukan dengan cara:
1. Bertanya langsung dan meminta Mr. T dan/atau keluarganya untuk mengukangi apa
yang telah disampaikan
2. Tidak langsung dengan memberikan blangko kuisioner

Hasil terapi yang dilakukan oleh Mr. T didokumentasikan dalam medical record sebagai
rujukan tenaga kesehatan lainnya ketika akan melanjutkan terapi.
BAB III

PENUTUP

1. Dalam melakukan tiap tahapan edukasi pasien terdapat evaluasi yang akan
menentukan tindakan selanjutnya.
2. Dalam kasus Mr. T kenyamanan dalam proses edukasi merupakan hal yang penting.
DAFTAR PUSTAKA

Margaret Chang, MN, RN; Ann E. Kelly, MSN, APRN, Patient Education: Addressing
Cultural Diversity and Health Literacy Issues, Urol Nurs, 2007;27(5):411-417, diakses
dari http://www.medscape.com/viewarticle/564667_1.

Anda mungkin juga menyukai