Anda di halaman 1dari 17

1

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

LAPORAN RESMI

PENENTUAN JUMLAH SEL MIKROORGANISME

I. Tujuan
Tujuan dari percobaan penentuan jumlah sel mikroorganisme ini adalah:
1. Memonitor pertumbuhan bakteri dalam media yang ditunjukkan dengan
kekeruhan media.
2. Mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan
metode counting chamber.
II. Data Pengamatan
II.1 Metode Turbidimetri
Tabel II.1 Data Pengamatan Metode Turbidimetri
Faktor Pengenceran %T Optical Density (OD)
1:1 25,9 0,5867
1:2 48,6 0,3134
1:4 69,8 0,1561
1:8 74,3 0,129
1:16 93,4 0,02965

Optical density untuk pengenceran 1:1 = 2 – log %T


= 2 – log 25,9
= 0,5867
Optical density untuk pengenceran 1:2 = 2 – log %T
= 2 – log 48,6
= 0,3134

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
2
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Optical density untuk pengenceran 1:4 = 2 – log %T


= 2 – log 69,8
= 0,1561
Optical density untuk pengenceran 1:8 = 2 – log %T
= 2 – log 74,3
= 0,129
Optical density untuk pengenceran 1:16 = 2 – log %T
= 2 – log 93,4
= 0,02965
II.2 Metode Couting Chamber
Massa ragi = 1 gram
Tabel II.2 Data Pengamatan Metode Counting Chamber Pengenceran 10.000x
Kotak Jumlah
Run Total
A B C D E sel kotak
1 3 1 4 12 14 34 6,8
2 3 13 12 1 5 33 6,6
3 2 3 7 11 10 33 6,6
Total 20

Jumlah sel ragi rata-rata = 20 sel/kotak : 3 = 6,67 sel/ kotak


Jumlah sel ragi = 6,67 sel/kotak x 25 kotak/mm2 = 166,67 sel/ mm2
= 166,67 sel/ mm2 x (1/0,1mm) = 1666,67 sel/mm3
Jumlah sel ragi pada pengenceran 10.000x = 1666,67 sel/mm3 x (1000 mm3/1ml) =
1,67 x 106 sel/ ml
Jadi jumlah sel ragi pada pengenceran 10.000x adalah 1,67 x 106 sel/ml sampel.
Tabel II.3 Data Pengamatan Metode Counting Chamber Pengenceran
100.000x
Kotak Jumlah
Run Total
A B C D E sel kotak
1 1 5 4 6 3 19 3,8
2 1 5 3 5 4 18 3,6
3 0 3 4 5 4 16 3,2
Total 10,6

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
3
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Jumlah sel ragi rata-rata = 10,6 sel/kotak : 3 = 3,53 sel/ kotak


Jumlah sel ragi = 3,53 sel/kotak x 25 kotak/mm2 = 88,333 sel/ mm2
= 88,333 sel/ mm2 x (1/0,1mm) = 883,333 sel/mm3
Jumlah sel ragi pada pengenceran 100.000x = 883,333 sel/mm3 x (1000 mm3/1ml)
= 8,83 x 105 sel/ ml
Jadi jumlah sel ragi pada pengenceran 100.000x adalah 8,83 x 105 sel/ ml sampel.
Tabel II.4 Data Pengamatan Metode Counting Chamber Pengenceran
1.000.000x
Kotak Jumlah
Run Total
A B C D E sel kotak
1 1 0 2 0 1 4 0,8
2 2 1 1 1 0 5 1
3 2 1 0 1 0 5 0,8
Total 2,6

Jumlah sel ragi rata-rata = 2,6 sel/kotak : 3 = 0,533 sel/ kotak


Jumlah sel ragi = 0,533 sel/kotak x 25 kotak/mm2 = 13,333 sel/ mm2
= 13,333 sel/ mm2 x (1/0,1mm) = 133,333 sel/mm3
Jumlah sel ragi pada pengenceran 1.000.000x = 133,333 sel/mm3 x (1000
mm3/1ml) = 1,33 x 105 sel/ ml
Jadi jumlah sel ragi pada pengenceran 1.000.000x adalah 1,33 x 10 5 sel/ ml
sampel.

III. Pembahasan
Percobaan penentuan jumlah sel mikroorganisme bertujuan untuk
mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan metode
turbidimetri dan counting chamber. Dalam menentukan jumlah sel
mikroorganisme, terdapat banyak metode yang dapat digunakan. Secara garis
besar, metode-metode ini dikategorikan menjadi metode langsung dan tidak
langsung. Contoh dari metode langsung adalah metode plate count, metode
filtrasi, metode MPN (most probable number) dan metode counting chamber.
Sedangkan contoh metode tidak langsung antara lain berupa metode turbidimetri,
metode metabolic activity dan metode dry weight.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
4
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

(Tortora, 2010, hal 174-179)


III.1 Metode Turbidimetri
Tujuan dari percobaan penentuan jumlah sel mikroorganisme dengan metode
turbidimetri adalah memonitor pertumbuhan bakteri dalam media yang
ditunjukkan dengan kekeruhan media.
Metode turbidimetri yaitu melihat jumlah bakteri dengan mengukur densitas
optik dari media. Prinsip dasar metode turbidimetri adalah jika cahaya mengenai
sel, maka cahaya dipantulkan dan cahaya yang tidak mengenai sel akan
diteruskan. Jumlah cahaya yang diteruskan proporsional (berbanding lurus)
dengan transmitan, sedangkan cahaya yang dipantulkan berbanding terbalik
dengan transmitan atau berbanding lurus dengan absorbansi.
(Kosim, 2010, hal 3)
Metode turbidimetri merupakan metode yang sederhana dan dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat. Namun metode ini juga memiliki kekurangan
yakni keterbatasannya untuk menghitung jumlah sel mikroorganisme dalam kultur
yang sekaligus mengandung material selain mikroorganisme itu sendiri. Selain
itu, kultur yang akan diukur harus cukup padat agar mampu dilewati instrumen
turbiditas. Metode ini juga tidak bisa digunakan untuk menentukan jumlah kultur
yang masih hidup karena tidak bisa membedakan antara kultur yang masih dalam
fase hidup ataupun kultur yang telah mati.
Pada praktikum ini, digunakan alat yang disebut spektrofotometer. Jenis
alat spektrofotometer yang digunakan adalah spekrofotometer Visible 1104 RS.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
5
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Gambar III. 1 Spekrofotometer Visible 1104 RS

Pada alat ini ada beberapa istilah yang biasa digunakan yakni absorbansi,
absorpsivitas, dan transmitan. Absorbansi adalah daya serap suatu sampel
terhadap cahaya. Biasanya dinyatakan dengan rumus

A = logP0/P .....................................................(III.1)
dengan P0 adalah daya cahaya yang masuk dan P adalah daya cahaya yang
diteruskan lewat sampel. Absorpsivitas adalah sebuah tetapan dari rumus
Bouguer-Beer bila konsentrasi dalam gram perliter dan panjang lintasan dalam
centimeter.
A=abc atau a=A/bc.............................................(III.2)
Satuan a adalah liter per mol per centimeter. Transmitan adalah fraksi dari daya
radiasi yang diteruskan oleh suatu sampel. Transmitan sering dinyatakan sebagai
suatu presentase dengan rumus
%T=(P/P0) x 100%................................................(III.3)
(Underwood, 2002, hal 393-394)
Pada percobaan ini, bakteri yang digunakan adalah suspensi bakteri
Escherichia coli. Bakteri ini berbentuk batang dan panjang, serta hidup berkoloni.
Bakteri ini memiliki organel eksternal yaitu vili yang merupakan filamen tipis
untuk menangkap substrat spesifik dan flagela yang merupakan filamen tipis dan
lebih panjang untuk berenang.
(Takeuchi, 2005, hal 1)
Pada spektrofotometer, cahaya dengan panjang gelombang tertentu
dilewatkan melalui sampel suspensi bakteri menuju detektor sensitif cahaya.
Semakin banyak jumlah mikroorganisme, maka semakin sedikit cahaya yang
mencapai detektor (Gambar III.2). Sebaliknya, semakin sedikit jumlah
mikroorganisme maka semakin banyak cahaya yang mencapai detektor (Gambar
III.3). Perubahan penerimaan cahaya ini akan ditampilkan oleh spektrofotometer
dalam skala percentage of transmission (%T). Spektrofotometer juga
menampilkan skala absorbansi (A) atau biasa disebut pula sebagai optical density
(OD).

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
6
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Gambar III.2 Skema Prinsip Kerja Spektrofotometer terhadap Tabung Reaksi


dengan Suspensi Bakteri

Gambar III.3 Skema Prinsip Kerja Spektrofotometer terhadap Tabung Reaksi


Tidak Berisi Suspensi Bakteri

(Tortora, 2010, hal 178-179)


Langkah pertama dari percobaan ini adalah menyiapkan seluruh peralatan
terutama spektrofotometer dan memasang spektrofotometer pada panjang
gelombang 686 nm. Alasan penggunaan panjang gelombang 686 nm karena
merupakan panjang gelombang serapan maksimum dari nutirent broth sehingga
pengukuran pada panjang gelombang ini dapat menghasilkan absorbansi
maksimum. Namun pada percobaan kali ini, karena kurangnya ketelitian dalam
mengatur dan membaca skala pada panjang gelombang, maka panjang gelombang
yang digunakan adalah 692 nm. Kesalahan penggunaan panjang gelombang ini
mengakibatkan ketidakakuratan besarnya nilai %T dan absorbansi.
(Kusumawardhani, 2015, hal 713)

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
7
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Selanjutnya, menyiapkan 6 buah tabung reaksi yang sudah dilabeli 1:1,


1:2, 1:4, 1:8, 1:16 dan blanko pada masing-masing tabung. Nilai tersebut adalah
faktor pengenceran yang menyatakan perbandingan jumlah biakan dengan jumlah
total media. Setelah itu mengisi 4 ml media nutrient broth cair pada seluruh
tabung kecuali tabung dengan label 1:1. Kemudian mengambil 8 ml suspensi
bakteri Escherichia coli pada tabung reaksi kosong. Selanjutnya adalah
memindahkan 4 ml suspensi bakteri ke tabung reaksi 1:1 dan 4 ml sisanya ke
tabung reaksi 1:2. Lalu memastikan larutan homogen dengan dilakukan
pengocokan dengan cara menaruh tabung reaksi diantara kedua telapak tangan
dan menggerakkan kedua telapak ke arah depan belakang secara bergantian.
Kemudian, 4 mL suspensi bakteri dari tabung reaksi 1:2 kemudian dipindahkan ke
dalam tabung reaksi 1:4 dan mengocoknya hingga merata. Pemindahan 4 mL
suspensi bakteri juga dilakukan dari tabung reaksi 1:4 ke tabung reaksi 1:8 dan
yang terakhir yaitu dari tabung reaksi 1:8 ke dalam tabung reaksi 1:16 serta
mengocoknya hingga merata.
Proses pengenceran suspensi bakteri ini perlu menghasilkan larutan yang
homogen atau merata untuk mempermudah proses analisa dengan
spektrofotometer. Hal ini dikarenakan larutan yang homogen memudahkan
cahaya pada spektrofotometer melakukan transmisi menuju detektor cahaya.
Sedangkan proses pengencerannya sendiri dilakukan guna menurunkan
konsentrasi larutan yang berisi suspensi bakteri yang akan dihitung nilai %T –
nya. Selain itu, pengenceran ini diperlukan agar kaidah hukum Beer berlaku
dimana hukum Beer hanya berlaku pada konsentrasi yang rendah.
(Underwood,2002,hal 392)
Setelah pengenceran dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan alat
spektrofotometer. Spektrofotometer dihidupkan dan dikalibrasi dengan blanko,
yaitu kuvet berisi media nutrient broth cair tanpa suspensi bakteri di dalamnya
pada panjang gelombang 692 nm hingga persen transmitan menunjukkan angka
100%. Kemudian mulai dilakukan pembacaan nilai absorbansi dan persen
transmitan pada tiap sampel 1:1, 1;2, 1:4, 1:8, dan 1:16. Setiap kali berganti

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
8
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

sampel harus dilakukan kalibrasi dengan blanko pada spektrofotometer untuk


menghindari galat atau kesalahan data pada hasil yang terukur nantinya.
Setelah percobaan dilakukan, didapatkan hasil berupa nilai %T untuk
masing-masing faktor pengenceran. Kemudian, dilakukan perhitungan nilai
optical density (OD) menggunakan persamaan:
OD = 2 – log %T.............................................(III.4)
(Tortora,2010, hal 178)
Optical density merupakan jumlah cahaya yang diserap dan dihamburkan
oleh sel dalam larutan. Persamaan (III.4) didapatkan dari nilai log %T larutan
blanko dikurangi oleh nilai log %T media nutrient broth berisi suspensi bakteri.
Pengurangan dari kedua nilai %T ini akan mendapatkan nilai dari optical density
atau jumlah cahaya yang diserap dan dihamburkan oleh sel bakteri dalam larutan.
Karena nilai %T dari larutan blanko adalah 100%, maka didapatkan persamaan :
OD = log(100) - log %T
OD = 2 - log %T
dimana semakin banyak mikroorganisme dalam suatu larutan maka nilai A akan
semakin besar dan %T makin kecil, sesuai dengan hubungan A=log (1/T)
(Underwood, 2002, hal 394)
Berdasarkan persamaan OD = 2 – log %T, maka secara teoritis apabila
ditarik hubungan antara nilai OD dan faktor pengenceran akan diperoleh grafik
yang memiliki gradien negatif. Pada percobaan ini diperoleh grafik dengan regresi
-0,1299x+0,6325 (gambar III.4). Semakin banyak sel mikroorganisme yang
berada di dalam larutan maka akan semakin sedikit cahaya yang diteruskan
sehingga nilai %T akan semakin kecil sedangkan nilai OD akan semakin besar.
Gambar III.4 diplot berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,
yakni untuk pengenceran 1:1 didapatkan OD sebesar 0,5867, pengenceran 1:2
diperoleh OD sebesar 0,3134, untuk pengenceran 1:4 OD sebesar 0,1561, untuk
pengenceran 1:8 OD sebesar 0,129 dan untuk pengenceran 1:16 OD sebesar
0,02965. Kesalahan penggunaan gelombang bukan 686 nm membuat hasil dari
%T yang didapat tidak sesuai dari seharusnya.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
9
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Pada percobaan ini, nilai %T yang lebih besar ini membuat nilai OD yang
dihasilkan lebih kecil. Berikut ini merupakan grafik hubungan nilai OD terhadap
faktor pengenceran:

Gambar III.5 Grafik Hubungan antara Faktor Pengenceran terhadap Optical


Density
Berdasarkan grafik tersebut diperoleh hasil bahwa kepekatan suatu larutan
berbanding lurus dengan nilai OD-nya. Hal ini sesuai dengan pernyataan teoritis,
yakni semakin banyak jumlah mikroorganisme, maka cahaya yang diserap akan
semakin besar dengan ditunjukkan kenaikan nilai absorbansi (A) namun diikuti
dengan cahaya yang ditransmisi semakin sedikit, dibuktikan dengan nilai %T
semakin kecil. Hal ini dikarenakan terdapat hubungan A = log (1/T) dengan nilai
%T.
III.2 Metode Counting Chamber
Percobaan dengan metode ini memiliki tujuan untuk menghitung jumlah
sel mikroorganisme dengan metode counting chamber. Metode counting chamber
merupakan perhitungan jumlah mikroorganisme menggunakan bantuan
mikroskop dan hemasitometer. Metode counting chamber memiliki kelebihan
karena alat bernama hemasitometer yang digunakan dalam metode ini memiliki
harga yang tidak mahal sehingga umum dipergunakan dalam laboratorium.
(Chen, 2011, hal 719)

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
10
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Namun metode counting chamber ini memiliki kekurangan, antara lain :


1. Tidak bisa digunakan untuk menghitung sel hidup karena tidak dapat
membedakan sel hidup dan sel mati.
2. Sulit mengamati sel-sel yang sangat kecil melalui mikroskop sehingga
kemungkinan ada sel yang tidak terhitung sangat besar.
3. Presisi sulit untuk diperoleh.
4. Lebih sesuai untuk digunakan pada suspensi sel hasil pengenceran sel awal
yang lebih pekat.
(Tortora,2010, hal 176)
Hemasitometer terbuat dari kaca optik khusus yang memungkinkan
peletakan suspensi sel bakteri dalam volume tertentu diatasnya dan kemudian
jumlah sel bakteri dapat dihitung menggunakan bantuan mikroskop.
(Chen, 2011, hal 719)
Gambar III.6 Hemasitometer

Hemasitometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah sel


mikroorganisme yang terdiri dari beberapa kamar hitung. Kamar hitung yang
sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis bagi “Improved Neubauer”. Luas
seluruh bidang yang dibagi adalah 9 mm 2 dan bidang ini dibagi menjadi sembilan
“bidang besar” yang luasnya masing-masing 1 mm2.
Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 “bidang sedang” yang luasnya
masing-masing 1/4 x 1/4 mm2. Bidang besar yang letaknya di tengah-tengah
berlainan pembaginya. Bidang besar dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu
dibagi lagi menjadi 16 “bidang kecil”. Dengan demikian jumlah bidang kecil itu
seluruhnya 400 buah masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm2.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
11
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Tinggi kamar hitung yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan
kaca penutup yang berpasangan adalah 1/10 mm. Maka volume tiap bidang
menjadi:
1 bidang kecil =1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000 mm3
1 bidang sedang =1/4 x 1/4 x 1/10 = 1/160 mm3
1 bidang besar =1 x 1 x 1/10 = 1/10 mm3
Seluruh bidang yang dibagi =3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm3
(www.digilib.unimus.ac.id)
Keseluruhan ruang akan tampak seperti gambar di bawah ini:

Gambar III.7 Gambar Tampak Atas Ruang dalam Hemasitometer


(www.invitrogen.com)
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini ialah menimbang
ragi Saccharomyces cerevisiae sebanyak 1 gram menggunakan neraca analitik.
Ragi yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam tabung
reaksi hingga volumenya mencapi 10 ml lalu dikocok hingga terbentuk larutan
homogen. Larutan ini berfungsi sebagai biakan murni. Langkah berikutnya ialah

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
12
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

melakukan pengenceran 10x, 100x, 1.000x, 10.000x, 100.000x dan 1.000.000x ke


dalam 6 buah tabung reaksi yang telah disediakan sebelumnya. Pengenceran 10x
dilakukan dengan cara memasukkan 1 ml biakan murni dan menambahkan dengan
aquadest 9 ml. Kemudian untuk pengenceran 100x dilakukan dengan cara
mencampurkan 1 ml hasil pengenceran 10x dan menambahkan aquadest sebanyak
9 ml. Demikian seterusnya hingga pengenceran 1.000.000x.

Gambar III.8 Teknik Pengenceran


Langkah berikutnya ialah menghitung jumlah sel ragi untuk variabel
pengenceran 10.000x, 100.000x dan 1000.000x. Perhitungan hanya dilakukan
pada ketiga pengenceran tersebut karena metode counting chamber tidak cocok
untuk menghitung suspensi sel dengan kepekatan rendah.
(Tortora, 2010, hal 176)
Langkah perhitungan sel dengan metode ini diawali dengan cara
meneteskan larutan pada pengenceran 10.000x ke atas hemasitometer dan
kemudian menutup hemasitometer dengan deck glass. Pengamatan pada
percobaan ini menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 40x
sehingga perbesaran total yang digunakan adalah 400x karena perbesaran lensa
okuler adalah 10x. Dalam melakukan pengamatan, dilakukan penghitungan
jumlah sel terhadap 5 buah kotak yang diberi nama A, B, C, D, dan E dengan
pembagian kotak A berada di pojok kiri atas, kotak B berada di pojok kanan atas,
kotak C berada di tengah, kotak D berada di pojok kiri bawah, dan kotak E berada
di pojok kanan bawah. Pemilihan kotak ini dikarenakan kelima kotak berada pada
ujung-ujung dan tengah dan diasumsikan kotak tersebut mewakili keseluruhan
kotak pada hemasitometer. Dipilihnya 5 kotak juga untuk mengantisipasi
kesalahan dalam perhitungan jika hanya diambil satu sampel kotak saja.
Penghitungan sel dilakukan sebanyak tiga kali, kemudian hasilnya dirata-rata.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
13
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Pengulangan perhitungan ditujukan untuk menambah keakuratan hasil percobaan.


Setelah selesai, prosedur diulangi kembali untuk larutan dengan pengenceran
100.000x dan 1.000.000x.

A B

D E

Gambar III.9 Gambar Pemilihan Kotak Hitung


Melalui hasil pengamatan, untuk pengenceran 10.000x didapatkan rata-
rata jumlah sel/kotak sebesar 6,67 sehingga jumlah sel ragi sebesar 166,67
sel/mm2 atau 1,67x106 sel/ml sampel. Sedangkan untuk pengenceran sebesar
100.000x diperoleh rata-rata jumlah sel/kotak sebesar 3,53 sehingga jumlah sel
ragi sebesar 88,333 sel/mm2 atau 8,83x105 sel/ml sampel. Untuk pengenceran
sebesar 1.000.000x didapatkan rata-rata jumlah sel/kotak sebesar 0,533 sehingga
jumlah sel ragi sebesar 13,333 sel/mm2 atau 1,33x105 sel/ml sampel.
Melalui hasil pengamatan, dapat diperoleh grafik hubungan antara
pengenceran dengan jumlah sel sebagai berikut:

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
14
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Gambar III.10 Grafik Pengenceran terhadap Jumlah Sel


Pada gambar III.10 terlihat bahwa jumlah sel mikroorganisme berbanding
lurus dengan kepekatan larutan. Dengan demikian semakin encer suatu larutan
maka jumlah sel ragi di dalamnya juga semakin sedikit dan semakin pekat sebuah
larutan maka semakin banyak jumlah sel ragi yang ada di dalamnya. Namun,
dengan metode turbidimetri ini tidak bisa mengetauhi jumlah sel mikroorganisme
secara kuantitatif. Hal itu juga dijelaskan pada literatur hubungan antara optical
density terhadap jumlah sel mikroorganisme dengan grafik di bawah ini.

Gambar III.11 Grafik Hubungan Optical Density terhadap Konsentrasi Sel


Berdasarkan Literatur
(Madigan, 2012, hal 132)
Dari gambar III.10 juga dapat dihitung jumlah sel induk dengan cara
mengalikan jumlah sel pada masing-masing pengenceran dan pengencerannya.
Pada pengenceran 10.000x, didapatkan jumlah sel sebanyak 1,67 x 106 sel/ml

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
15
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

sehingga 1,67 x 106 sel/ml x 10.000 didapakan hasil jumlah sel induk pada
pengenceran 10.000x sebanyak 1,67 x 1010 sel/ml. Langkah perhitungan yang
sama diterapkan untuk pengenceran 100.000x dan 1.000.000x. Jumlah sel induk
pada pengenceran 100.000x adalah 8,83 x 1010 sel/ml dan pada pengenceran
1.000.000x adalah 1,33 x 1011 sel/ml.
Jumlah sel induk pada masing–masing variabel pengenceran memiliki
nilai yang berbeda, padahal seharusnya jumlah sel induk pada masing-masing
variabel pengenceran adalah sama karena pengenceran dilakukan secara beruntut
dari satu indukan saja. Ketidaksamaan ini dapat terjadi karena adanya kekurang
telitian saat proses pengenceran maupun saat perhitungan jumlah sel pada
hemasitometer di bawah mikroskop. Hal ini sesuai dengan kekurangan dari
metode counting chamber, yaitu presisi perhitungan yang susah diperoleh karena
tidak dapat membedakan sel hidup dan sel mati.
(Tortora,2010, hal 176)

IV. Jawaban Pertanyaan


1. Apakah hubungan antara OD dengan jumlah sel pada kultur ?
Jawab:
Optical density menunjukkan konsentrasi (jumlah bakteri) yang terdapat
dalam sampel yang diuji. Semakin besar optical density berarti semakin
banyak pula jumlah bakteri dalam sampel, begitu pula sebaliknya.
(Tortora, 2010, hal 178)
2. Apakah diperlukan untuk membuat suatu hubungan antara perhitungan
jumlah sel antara metode I (dillution) dan metode II (turbidimetri) ?
Jawab:
Ya, karena pada metode dilution hanya didapatkan data mengenai jumlah
sel mikroorganisme dalam suatu suspensi, sedangkan pada metode
turbidimetri didapatkan data optical density. Ternyata dengan pendekatan
tertentu dengan limit, terdapat hubungan secara linear antara jumlah sel
mikroorganisme dengan optical density. Sehingga dapat ditentukan sebuah
kurva kalibrasi untuk menentukan jumlah sel mikroorganisme dari optical

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
16
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

densitynya. Akan tetapi, karena mikroorganisme yang digunakan dalam


percobaan ini berbeda, metode turbidimetri mencari optical density
menggunakan bakteri Escherichia coli sedangkan untuk jumlah sel
menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae. Maka pada percobaan ini,
hubungan antara metode dilution dengan metode turbidimetri tidak dapat
ditentukan.
(Hogg, 2005, hal 95)
V. Kesimpulan
1. Pada metode turbidimetri didapatkan kesimpulan bahwa untuk memonitor
pertumbuhan bakteri dalam media dapat ditunjukkan dengan kekeruhan
media melalui nilai %T yang didapatkan pada masing-masing tingkat
kekeruhan. Agar dapat memonitor pertumbuhan bakteri, pengamatan
seharusnya dilakukan beberapa kali dengan rentang waktu tertentu. Semakin
keruh media, semakin banyak bakteri yang terdapat di dalamnya. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin besar nilai %T dan pengenceran, nilai optical
density yang didapat akan semakin kecil.
2. Pada metode counting chamber didapatkan kesimpulan semakin banyak
jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah sel
mikroorganisme dalam sampel. Pada metode ini juga didapatkan jumlah sel
induk pada pengenceran 10.000x sebanyak 1,67 x 10 10 sel/ml, pada
pengenceran 100.000x sebanyak 8,83 x 1010 sel/ml, dan pada pengenceran
1.000.000x sebanyak 1,33 x 1011 sel/ml.

Daftar Pustaka
Kosim, Muhammad. 2010. Pengaruh suhu pada protease dari bacillus subtilis.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Kusumawardhani, Nury dkk. 2015. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
dan pH Optimum dalam Pembuatan Tes Kit Sianida berdasarkan
Pembentukan Hidrindantin. Kimia Student Journal. Volume 1, No.1,
http://kimia.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jikub/article/view/578.27
Maret 2016.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
17
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Madigan, Michael. T. 2012. Biology of Microorganism Thirteenth Edition. San


Fransisco : Pearson Education, Inc
Takeuchi, Shoji. 2005. Controlling the Shape of Filamentous Cells of Escherichia
coli. Tokyo : The University of Tokyo.
Tedjo, Aryo. 2010. Determining of Cilastin and Imipenem Concentration in the
Drt Injection Preparate by Derivative Spectrophoytometry. Jakarta :
UHAMKA.
Tortora, Gerrard J. dkk. 2010. Microbiology An Introduction Tenth Edition.San
Fransisco : Pearson Benjamin Cummings.
Underwood, A.L. dan R.A. Day, Jr. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Yu-Wei Chen dan Pei-Ju Chiang, 2011 , Automatic Cell Counting for
Hemocytometers through Image Processing. World Academy of Science
:Engineering and Technology.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php diakses tanggal 26/03/2016 pukul 10.15
http://www.invitrogen.com/cellculturebasics diakses pada tanggal 26/03/2016
pukul 13.20.

Laboratorium Mikrobiologi Teknik


Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai