Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN MATEMATIKA SD 1
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN

Dosen Pengampu :
Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd.

Disusun oleh
Kelompok 8/3C
1. Rahma Natatama K7116152
2. Rinda Suci Amalia K7116167
3. Rizkie Ika Fauziyyah K7116172
4. Sochib Yusuf Alamin K7116190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Matematika SD 1.
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada pihak-pihak yang turut membantu
dan memberi dukungan terhadap kepenulisan makalah ini, terutama:
1. Dra. Siti Kamsiyatu, M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan
Matematika SD yang telah memberikan bimbingan dalam kepenulisan
makalah ini.
2. Teman-teman kelompok 8 yang telah membantu dalam kepenulisan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Sekian, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat
bagi pembaca

Surakarta, 21 November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................... i
Kata pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2
Bab II Pembahasan .................................................................................................. 3
A. Pengertian Pecahan ....................................................................................... 3
B. Lambang Bilangan Pecahan ......................................................................... 3
C. Penjumlahan Pecahan ................................................................................... 6
D. Pengurangan Pecahan ...................................................................................11
Bab III Penutup ..................................................................................................... 14
A. Simpulan ...................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................ 14
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pecahan merupakan salah satu kajian inti dari materi matematika yang
dipelajari peserta didik di Sekolah Dasar (SD). Pembahasan materinya
menitikberatkan pada pengerjaan (operasi) hitung dasar yaitu penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian, baik untuk pecahan biasa
maupun campuran .
Pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, konsep pecahan dan
operasi merupakan konsep yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Akan
tetapi menurut Muhsetyo, dkk (2004:3.32) kenyataan di sekolah dasar
menunjukkan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan memahami pecahan
dan operasinya, dan banyak guru Sekolah Dasar menyatakan mengalami
kesulitan untuk mengajarkan pecahan .Para guru cenderung menggunakan
cara yang mekanistik, yaitu memberikan aturan secara langsung untuk
dihafal, diingat dan diterapkan.
Pembelajaran secara mekanistik berdampak pada ketidakbermaknaan
proses belajar siswa karena matematika disajikan terpisah dari konteks yang
bisa dipahami siswa pada awal pembelajaran.Sehingga konsep matematika
akan cepat dilupakan oleh siswa dan siswa pun akan sulit menerapkan konsep
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bilangan pecahan?
2. Bagaimana lambang bilangan pecahan?
3. Bagaimana penjumlahan pada bilangan pecahan?
4. Bagaimana pengurangan pada bilangan pecahan?

1
2

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari bilangan pecahan
2. Mengetahui lambang bilangan pecahan
3. Mengetahui penjumlahan pada bilangan pecahan
4. Mengetahui pengurangan pada bilangan pecahan

D. Manfaat
1. Menginformasikan pengertian dari bilangan pecahan
2. Menginformasikan lambang bilangan pecahan
3. Menginformasikan penjumlahan pada bilangan pecahan
4. Menginformasikan pengurangan pada bilangan pecahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bilangan Pecahan
Kata pecahan yang berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti
memecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau bagian dari
keseluruhan. Bilangan pecahan adalah bilangan yang menyatakan sebagai
bilangan pecahan dari suatu pecahan. Bilangan pecahan memiliki pembilang
dan juga penyebut. Pada bentuk bilangan ini, pembilang dibaca terlebih
dahulu baru disusul dengan penyebut (Sukayati, 2014).

B. Lambang Bilangan Pecahan


Penulisan lambang pecahan meliputi 2 bagian yaitu pembilang dan
penyebut yang dipisahkan oleh garis lurus () dan bukan garis miring (/).
1 1 1
Contoh 2, 3, dan seterusnya, bukan 1/2, 1/3, 1/4. Ketika menyebutkan suatu
4

bilangan pecahan, diantara pembilang dan penyebut harus disisipkan kata


3
"per". Misalkan untuk bilangan maka dapat disebut dengan "tiga per lima"
5
1
begitu juga dengan bilangan dapat disebut "satu per empat" atau
4

"seperempat" (Sukayati, 2014).


1. Sebuah lingkaran dibagi menjadi 2 bagian yang sama luasnya, maka
daerah yang diberi bayang-bayang menyatakan 1 bagian dari 2 bagian atau
1
setengah yang diberi lambang 2 dan dibaca satu per dua atau

seperdua atau setengah.

3
4

2. Sebuah bujur sangkar dibagi menjadi 4 bagian yang sama luasnya, maka
daerah yang diberi bayang-bayang menyatakan 1 bagian dari 4 bagian atau
1
seperempat yang diberi lambang 4 dan dibaca satu per empat atau

seperempat.

3. Sebuah bujur sangkar dibagi menjadi 4 bagian yang sama luasnya, maka
daerah yang diberi bayang-bayang menyatakan 2 bagian dari 4 bagian atau
2
dua per empat yang diberi lambang . Terlihat bahwa nilai
4
2 2 1
bilangan 4 sama dengan setengah. Maka dan merupakan dua bilangan
4 2

yang ekuivalen atau seharga.


5

Jadi dua pecahan yang ekuivalen adalah dua pecahan yang lambangnya
berbeda tetapi mempunyai nilai pecahan yang sama. Secara umum pecahan
a
dilambangkan sebagai b dengan a dan b bilangan bulat dan b 0.

Bilangan pecahan memiliki beberapa macam jenis, diantaranya :


1. Pecahan sederhana
Pecahan sederhana yaitu pecahan yang pembilang dan penyebutnya
merupakan bilangan-bilangan bulat.
2 4 11
Contoh: 3, 9, 15, dst.

2. Pecahan murni
Pecahan murni adalah pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari
penyebut.
1 1 3
Contoh: 2, 3, 4, dst.

3. Pecahan tidak murni


Pecahan tidak murni adalah pecahan yang pembilangnya lebih besar
daripada penyebut.
7 12 4
Contoh: 5, 10, 3, dst.

4. Pecahan mesir
Pecahan mesir adalah pecahan yang memiliki pembilang 1.
1 1 1 1
Contoh: 2, 3, 4, 5, dst.
6

5. Pecahan campuran
Pecahan campuran ialah suatu bilangan yang terbentuk atas bilangan acah
dan pecahan biasa.
1 1 3
Contoh: 4 2, 7 3, 9 4, dst. (Siti Kamsiyati, 2012)

C. Penjumlahan Bilangan Pecahan


Penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan memerlukan alat peraga
yang lebih canggih dari pada alat peraga yang digunakan untuk bilangan
cacah, sebab dalam hal ini berhubungan dengan pasangan bilangan,
penamaan kembali sehingga penyebutnya sama dan penjumlahan hanya pada
pembilangnya. Pengajaran perlu sama dan penjumlahan hanya pada
pembilangnya. Pengajaran perlu hati-hati untuk menghindarkan murid dari
1 1
kesalahpahaman, seperti yang terjadi pada penjumlahan berikut : + =
2 3
1+1 2
=
2+1 5

Pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan di kelas


rendah, diawali dengan pecahan-pecahan yang penyebutnya sama dan dengan
alat peraga daerah pecahan seperti yang telah diuraikan di muka.
1. Pecahan dengan Penyebut Sama
1 1
Contohnya dalam mencari + , dilakukan dengan kartu bilangan
3 3

pecahan bentuk persegi panjang (atau juring lingkaran) sebagai berikut :


a. Mengambil kartu bilangan pecahan yang terbagi atas 3 bagian besar
1
dengan 1 daerah terbayang-bayang yang berlabel dan 2 daerah
3

lainnya kosong (putih) sebagai bilangan pecah tertambah


1
b. Mengambil 1 potongan daerah yang lepas sebagai penambah
3

kemudian letakkan pada kartu yang pertama tadi di daerah yang


masih kosong
2
c. Terlihat bahwa kartu bilangan pecahan menunjukkan 3
1 1 1+1 2
d. Jadi 3 + = =
3 3 3
7

Cara diatas dapat juga dikerjakan dengan cara menggambar daerah


pecahan berupa persegi panjang.
a. Menggambar daerah persegi panjang dan membagi menjadi 3 bagian
yang sama besar
b. Memberikan baying-bayang pada 1 daerah pertiga dan menuliskan
1
label 3. Daerah baying-bayang sebagai tertambah

c. Memberi bayang-bayang lagi pada 1 daerah pertiga dengan warna


yang berbeda dari yang pertama. Daerah baying-bayang yang kedua
sebagai penambah.
2
d. Hasil terakhir menyatakan jumlah yakni 3

Cara menerangkan tersebut dilakukan beberapa kali dengan


bilangan-bilangan pecahan yang berbeda siswa memahaminya tanpa
alat peraga, dan siswa mengetahui algoritma penjumlahan bilangan
pecahan yang mempunyai algoritma sama, yakni:
+
+ =

Penggunaan alat peraga sifatnya hanya menghantarkan siswa untuk
memahami konsep. Bila siswa telah emahami, maka guru tidak perlu
lagi menggunakan alat peraga
2. Pecahan dengan Penyebut Berbeda
1 1
Untuk mencari 2 + 3 dilakukan dengan mengarahkan kepada siswa untuk
1 1
mencari lebih dahulu pecahan-pecahan yang ekuivalen dengan dan
2 3

yang keduanya mempunyai penyebut yang sama. Kemudian siswa


disuruh mengerjakannya seperti contoh-contoh yang telah diberikannya.
1 1 3 2 3+2 5
Jadi 2 + 3 = 6 + 6 = =6
6

Untuk lebih memahami algoritma, langkahnya dapat diperpanjang


dengan mengacu pada hukum yang menyatakan bahwa sebuah pecahan
tetap ekuivalen bila pembilang dan penyebut dikalikan denga bilangan
yang sama. Jadi langkah yang akan panjang sebagai berikut :
8

1 1 13 12 3 2 3 + 2 5
+ = + = + = =
2 3 23 32 6 6 6 6
Jika kedua pecahan mempunyai penyebut yang tidak sama dan kedua
penyebut tersebut tidak koprim (FPB kedua penyebut tersebut 1), maka
kedua pecahan dijadikan menjadi pecahan-pecahan yang ekuivalen
dengan penyebut KPK dan kedua penyebut
5 7
+ =
18 27
18 = 2x32
24 = 2x3x4
KPK [18,24] = 2x32x4 = 74
Jadi
5 7 54 73 20 21 20 + 21 41
+ = + = + = =
18 24 184 243 74 74 74 74
3. Pecahan Campuran
Bila kedua pecahan merupakan pecahan-pecahan campuran maka
penyelesaiannya digunakan hukum komutatif (pertukaran) dan hukum
asosiatif (pengelompokan)
5 7 5 7
23 18 + 31 24 = (23 + 18) + (31 + 24)
5 7
= (23 + 31) + (18 + 24)
20 21
= 54 + (72 + 72)
20+21
= 54 + ( )
72
41
= 54 + 72
41
= 5472
9

Pada penjumlahan yang hasilnya suatu pecahan tidak murni (pembilang


lebih besar dari penyebut), seyogyanya diubah menjadi pecahan
campuran, agar siswa terbiasa menyerdehanakan bentuk pecahan.
7 7 7
+ + =
8 10 12
8 = 23
10 = 2x5
12 = 22x3
KPK [8,10,12] = 120

7 7 7 715 712 710


+ + = + +
8 10 12 815 1012 1210
105 84 70
= + +
120 120 120
259
120
240 + 19
120
240 19
+
120 120
19
2+
120
19
2
120

4. Sifat Penjumlahan Pecahan


Sifat-sifat penjumlahan bilangan pecahan sama dengan sifat-sifat
penjumlahan pada bilangan bulat, yaitu
a. Sifat Tertutup
Sifat tertutup maksudnya bahwa pada penjumlahan dan pengurangan
pecahan akan selalu menghasilkan bilangan pecahan juga. Hal ini
dapat dituliskan bahwa untuk setiap bilangan pecahan a dan b,
berlaku a + b = c dengan c juga bilangan pecahan
Contoh :
10

3 1 5
+ =
4 2 4
b. Komutatif
Penjumlahan dan pengurangan dua bilangan pecahan selalu
diperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut
dipertukarkan tempatnya. Hal ini dapat dituliskan bahwa untuk
setiap bilangan pecahan a dan b, selalu berlaku a + b = b + a.
Contoh :
3 1 1 3
+ = +
4 2 2 4
c. Asosiatif
Sifat asosiatif (pengelompokan) pada penjumlahan dan pengurangan
pada bilangan pecahan menyatakan bahwa untuk setiap bilangan
pecahan a, b, dan c, berlaku (a + b) + c = a + (b + c).
Contoh :
3 1 3 1 3 1
2 + = (2 + ) + = 2 + ( + )
4 2 4 2 4 2
d. Unsur Identitas
Bilangan 0 (nol) merupakan unsur identitas pada penjumlahan dan
pengurangan pada bilangan bulat maupun pecahan. Artinya, untuk
sebarang bilangan pecahan apabila ditambah 0 (nol), hasilnya adalah
bilangan pecahan itu sendiri. Hal ini dapat dituliskan bahwa Untuk
sebarang bilangan pecahan a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a.
Contoh :
1 1 1
+0= 0+ =
2 2 2
e. Invers
Invers suatu bilangan pecahan artinya lawan dari bilangan pecahan
tersebut. Suatu bilangan dikatakan mempunyai invers jumlah,
apabila hasil penjumlahan bilangan tersebut dengan inversnya
(lawannya) merupakan unsur identitas yaitu 0 (nol). Invers dari
bilangan pecahan a adalah bilangan pecahan a, sedangkan invers
11

dari bilangan pecahan a adalah bilangan pecahan a. Dengan kata


lain, untuk setiap bilangan pecahan selain nol pasti mempunyai
invers, sedemikian sehingga berlaku a + (a) = (a) + a = 0.
Contoh :
1 1 1 1
+ ( ) = ( ) + = 0
2 2 2 2

D. Pengurangan Bilangan Pecahan


1. Pecahan dengan Penyebut Sama
1 1
Contoh lainnya yaitu mencari = . dilakukan peragaan dengan
3 4

kartu bilangan pecahan


a. Mengambil kartu bilangan pecahan yang terbagi atas 4 bagian yang
sama besar dengan 3 daerah terbayang-bayang yang masing-masing
1
daerah 4 sebagai bilangan pecahan terkurang (yang dikurangi)
1
b. Mengambil 1 potongan daerah yang lepas dan berwarna putih
4

sebagai pengurang, kemudian meletakkan pada kartu yang pertama


tadi di daerah yang sudah ada baying-bayangnya, tepat pada satu
daerah bayang bayang
c. Sisa derah terbayang-bayang menunjukkan selisihnya (hasil
2
pengurangnan) yakni 4.
3 1 2
d. Jadi 4 4 = 4

Catatan :
Cara menerangkan tersebut dilakukan beberapa kali dengan bilangan-
bilangan pecahan yang berbeda siswa memahaminya tanpa alat peraga,
dan siswa mengetahui algoritma penguranga bilangan pecahan yang
mempunyai algoritma sama, yakni:

=

12

Penggunaan alat peraga sifatnya hanya menghantarkan siswa untuk


memahami konsep. Bila siswa telah emahami, maka guru tidak perlu lagi
menggunakan alat peraga.
2. Pecahan dengan Penyebut Berbeda
Bila penyebut tidak sama, maka harus menyamakan penyebutnya
terlebih dahulu. Yaitu dengan mengacu pada hukum yang menyatakan
bahwa sebuah pecahan tetap ekuivalen bila pembilang dan penyebut
dikalikan denga bilangan yang sama. Jadi langkah yang akan panjang
sebagai berikut
7 3 75 38 35 24 11
= = =
8 5 85 58 40 40 40
Jika kedua pecahan mempunyai penyebut yang tidak sama dan kedua
penyebut tersebut tidak koprim (FPB kedua penyebut tersebut 1), maka
kedua pecahan dijadikan menjadi pecahan-pecahan yang ekuivalen
dengan penyebut KPK dan kedua penyebut
7 5
=
24 18

18 = 2x32
24 = 2x3x4
KPK [18,24] = 2x32x4 = 74
Jadi
7 5 73 54 21 20 21 20 1
= = = =
24 18 243 184 74 74 74 74

3. Pecahan Campuran
Bila kedua pecahan merupakan pecahan-pecahan campuran maka
penyelesaiannya digunakan hukum komutatif (pertukaran) dan hukum
asosiatif (pengelompokan)
1 3 1 3
5 2 = (5 + ) + (2 + )
2 4 2 4
1 3
(5 2) + ( )
2 4
13

1 3
= 3+ 2 4
1 3
= 2+1 + 2 4
3 1
= 2+1 4 + 2
4 3 1
= 2+ 4 4 + 2
1 1
= 2+4 + 2
1 2
= 2+4 + 4
3
= 24
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bilangan pecahan adalah bilangan yang menyatakan sebagai bilangan
pecahan dari suatu pecahan. Bilangan pecahan memiliki pembilang dan juga
penyebut. Pada bentuk bilangan ini, pembilang dibaca terlebih dahulu baru
disusul dengan penyebut. Penulisan lambang pecahan meliputi 2 bagian yaitu
pembilang dan penyebut yang dipisahkan oleh garis lurus () dan bukan garis
1 1 1
miring (/). Contoh , , dan seterusnya, bukan 1/2, 1/3, 1/4. Ketika
2 3 4

menyebutkan suatu bilangan pecahan, diantara pembilang dan penyebut harus


3
disisipkan kata "per". Misalkan untuk bilangan maka dapat disebut dengan
5
1
"tiga per lima" begitu juga dengan bilangan dapat disebut "satu per empat"
4

atau "seperempat". Penjumlahan dan pengurangan pada pecahan dilakukan


pada penjumlahan dengan penyebut sama, penyebut berbeda, dan operasi
campuran.

B. Saran
Sebagai seorang calon pendidik hendaknya setiap mahasiswa dapat
memahami setiap materi yang kelak akan diajarkan di sekolah dasar termasuk
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Mahasiswa juga diharapkan
dapat menggunakan alat peraga yang dapat memahamkan konsep pecahan
dengan benar kepada siswa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kamsiyati, Siti. 2012. Pembelajaran Matematika I untuk Guru SD dan Calon


Guru SD. Surakarta: UNS Press.
Sukayati. 2014. Pembelajaran Konsep Dasar Pecahan. (Diambil dari
www.pondokmatematikasd.com diakses pada 19 November 2017 pukul 19.55
WIB)

15

Anda mungkin juga menyukai