Anda di halaman 1dari 35

MODUL PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN

PENDANAAN TERORISME

TUJUAN

Dalam modul ini anda dipandu untuk mampu mengenal anti pencucian uang dan pendanaan
terorisme di Indonesia.

PENDAHULUAN

Pada Modul ini akan membantu Anda untuk memahami pencucian uang dan pendanaan
terorisme sebagai kejahatan, proses penegakan hukum, dan kewajiban berbagai pihak untuk
mendukung penegakan hukum pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Modul ini berisi beberapa materi diantaranya meliputi:

10 bagian modul yang terangkum dalam tiga tema yaitu, mengenai kejahatan pencucian
uang, pendanaan terorisme, dan pengaturan pencucian uang di Indonesia.
Quiz untuk setiap akhir bagian modul.
Tes pendahuluan dan tes akhir modul.

TES PENDAHULUAN

Berikut adalah Tes Pendahuluan, pada bagian ini Anda akan diminta menjawab 10 (sepuluh)
pertanyaan untuk menjadi pengantar sebelum Anda mengikuti modul.

Pertanyaan 1.

Apa saja yang bisa dilakukan oleh pelaku kejahatan untuk mencuci uangnya:

a) Menyimpan uang hasil tindak pidana di bank dengan memberikan informasi dan
identitas palsu
b) Menyebarkan uang hasil tindak pidana dengan mentransfer ke beberapa orang tanpa
adanya transaksi yang mendasari
c) Membeli rumah mewah di atas namakan orang lain
d) Semua benar

Tanggapan 1.

Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Pencucian uang dapat dilakukan
dengan banyak cara diantaranya dengan menyembunyikan asal usul agar orang lain tidak
mengetahuinya dengan menempatkannya di perbankan, atau menyamarkan dengan dibelikan
barang-barang atas nama orang lain.

Benar : Benar !

Pertanyaan 2.

Salah satu tujuan orang melakukan pencucian uang adalah ?

a) menyembunyikan uang atau kekayaan yang diperoleh dari kejahatan dan menghindari
penegakan hukum
b) meningkatkan keuntungan secara legal dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum
c) Meningkatkan jaringan bisnis untuk kemajuan usahanya
d) uang yang tadinya kotor atau lusuh, setelah dicuci menjadi bersih dan rapi.

Tanggapan 2.

Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Salah satu tujuan dari orang
melakukan pencucian uang adalah agar penegak hukum tidak dapat menelusuri asal usul harta
hasil kejahatannya yang telah disembunyikan atau disamarkan.

Benar : Benar !

Pertanyaan 3.

Mengapa kejahatan pencucian uang perlu diperangi ?

a) agar pelaku kejahatan tidak dapat dengan mudah menikmati hasil kejahatan mereka
sehingga motivasi untuk melakukan kejahatan berikutnya semakin menurun.
b) agar kestabilan sistem keuangan Indonesia dapat lebih terjaga
c) jawaban a dan b salah
d) jawaban a dan b benar

Tanggapan 3.

Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Pencucian uang harus ditindak tegas
tidak hanya untuk mencegah pelaku kejahatan menikmai harta hasil kejahatan, tetapi juga
menjaga kestabilan sistem keuangan suatu negara.

Benar : Benar !

Pertanyaan 4.

Apa dasar hukum pemberantasan pencucian uang di Indonesia yang berlaku sekarang ?
a) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang
b) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
c) Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
d) Undang-Undang No.25 Tahun 2003 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Tanggapan 4.

a) Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Pencucian uang diatur dalam
undang-undang tersendiri, yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Benar : Benar !

Pertanyaan 5.

Apa lembaga khusus yang dibentuk oleh undang-undang untuk menerima pelaporan dan
melakukan analisis transaksi keuangan ?

a) Kejaksaan Agung Republik Indonesia


b) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
c) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
d) Kepolisian Republik Indonesia

Tanggapan 5.

Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Undang-undang 8 tahun 2010
mengamanatkan pembentukan lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK)

Benar : Benar!

Selamat, Anda telah menjawab seluruh pertanyaan dengan baik.

BAGIAN PERTAMA : PENGENALAN PENCUCIAN UANG

1.1. TUJUAN

Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

a. Arti dari pencucian uang


b. Tujuan pelaku kejahatan melakukan pencucian uang
c. Dampak pencucian uang
d. Konsep follow the money dan pemberantasan pencucian uang secara global
e. Keberadaan PPATK dalam pemberantasan pencucian uang

1.2. MODUL TENTANG PENGENALAN PENCUCIAN UANG

1.2.1. APAKAH PENCUCIAN UANG?

Apabila ada statistik mengenai data uang atau harta kekayaan dari berbagai macam tindak pidana,
misalnya pencurian, penggelapan pajak, korupsi, atau pembalakan hutan, tentu jumlahnya
sangatlah besar.

pencurian

penyelundupan
penggelepan
pajak
uang hasil
tindak
pidana

Pembalakan
korupsi
LIar

Ketika seseorang menerima uang suap, ia menerima uang dalam jumlah besar. Apabila ia
langsung menggunakan uang tersebut bisa jadi ia dicurigai banyak orang. Oleh karena itu, agar
perbuatan menerima suapnya tidak diketahui, pelaku kejahatan tersebut perlu juga untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usulnya.

Perbuatan menyamarkan atau menyembunyikan uang atau harta kekayaan dari hasil tindak
pidana tersebut dikenal dengan nama PENCUCIAN UANG.

Uang Hasil
Orang Simpan
Tindak Bank
Uang
Pidana
Caranya, uang hasil kejahatan tadi bisa saja disimpan di bank atas nama orang lain, bisa
disetorkan secara tunai atau ditransfer ke berbagai rekening yang berbeda atas nama orang-orang
yang berbeda pula, bisa juga dipakai untuk menambah modal usaha atau bisnis legal.

Setelah dicuci, harta kekayaan hasil kejahatan tersebut yang seolah-olah berasal dari kegiatan
yang sah. Kemudian dapat lebih leluasa digunakan oleh pelaku.

1.2.2. MENGAPA PELAKU KEJAHATAN MENCUCI UANG ?

Pencucian uang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan, diantaranya :

Pertama, menyembunyikan uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan. Hal
ini agar uang atau kekayaan tersebut tidak dipermasalahkan secara hukum dan tidak disita oleh
pihak yang berwajib atau juga agar tidak dicurigai banyak orang.

Kedua, menghindari penyelidikan dan/ atau tuntutan hukum. Pelaku kejahatan ingin
melindungi atau menghindari tuntutan hukum dengan cara menjauhkan diri mereka sendiri
dari uang/kekayaan hasil kejahatan, misalnya dengan menyimpannya atas nama orang lain.

Ketiga, meningkatkan keuntungan. Pelaku kejahatan bisa saja mempunyai beberapa usaha lain
yang legal. Seringkali, uang hasil kejahatan disertakan ke dalam perputaran usaha-usaha mereka
yang sah tersebut. Akibatnya, uang hasil kejahatan bisa melebur ke dalam usaha atau bisnis
yang sah, menjadi lebih sulit terdeteksi sebagai hasil kejahatan, dan juga dapat meningkatkan
keuntungan bisnis yang sah tersebut.

Dengan melakukan pencucian uang, penerima suap tadi dapat leluasa menggunakan uangnya
tanpa dicurigai. Misalnya, dengan pura-pura mendapatkan warisan yang ditransfer melalui bank.
Selain itu, uang hasil suap yang seharusnya jadi barang bukti bahwa pelaku nemerima suap pun
bisa disamarkan dengan disimpan di bank atas nama orang lain. Akibatnya, penegak hukum akan
kesulitan melakukan penyelidikan.

Uang Hasil Tindak Orang Simpan


Bank
Pidana Uang

Detektif Menggunakan
Kaca Pembesar
1.2.3. MENGAPA PENCUCIAN UANG HARUS DIBERANTAS ?

Selain untuk menjerat pelaku kejahatan, ada beberapa alasan kenapa pencucian uang harus
dicegah dan diberantas, yaitu diantaranya:

Mengembangkan kejahatan. Bila pelaku kejahatan berhasil mencuci uang hasil kejahatannya,
dia dapat menikmati kekayaan yang dihasilkan ataupun digunakan untuk mengembangkan
kejahatan dan organisasi kejahatannya. Tentu hal ini akan sangat merugikan masyarakat.

Merongrong stabilitas sistem keuangan. Banyaknya uang illegal yang secara cepat masuk ke
dalam negeri, berpindah-pindah, dan meninggalkan industry keuangan nasional tanpa
didampingi kegiatan ekonomi produktif yang sepantasnya, cenderung dapat meningkatkan
instabilitas sistem keuangan, menciptakan distorsi ekonomi, dan menyulitkan otoritas moneter
dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar.

Menimbulkan resiko pada intermediasi yang digunakan untuk pencucian uang. Jasa-jasa
yang diberikan oleh bank sebagai Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dapat dipakai sebagai sarana
pencucian uang dapat menimbulkan berbagai risiko. Misalnya Penyedia jasa Keuangan seperti
bank yang digunakan sebagai sarana atau sasaran pencucian uang, dapat berakibat rusaknya
reputasi, keterlibatan dalam masalah hukum, serta terganggunya operasional dan likuiditasnya.

1.2.4. FOLLOW THE MONEY DAN UPAYA PEMBERANTASAN PENCUCIAN


UANG SECARA GLOBAL ?

Follow The Money

Pendekatan follow the money merupakan istilah lain bagi Pendekatan Anti Pencucian Uang, yaitu
mendahulukan mencari uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana dibandingkan dengan
mencari pelaku kejahatan. Setelah hasil tindak pidana diperoleh melalui pendekatan analisa
transaksi keuangan (financial analysis) kemudian dicarilah pelakunya dan tindak pidana yang
dilakukan.

Beberapa manfaat atau kelebihan yang didapatkan melalui pendekatan follow the money adalah:

1. jangkauannya lebih jauh sehingga dirasakan lebih adil;

2. dapat dilakukan dengan diam-diam, sehingga lebih mudah, dan risiko lebih kecil karena
tidak berhadapan langsung dengan pelaku yang kerap memiliki potensi melakukan
perlawanan;

3. pendekatan merampas hasil kejahatan mengurangi atau menghilangkan motivasi orang


untuk melakukan tindak pidana.

4. Adanya insentif pengecualian ketentuan rahasia bank dan ketentuan kerahasiaan lainnya.
Pemberantasan pencucian uang bagian dari upaya global menghadapi kejahatan

Peran dan tanggungjawab Indonesia dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang memberikan kontribusi yang riil dalam kancah tata pergaulan internasional. Tindak pidana
ini merupakan persoalan dan perhatian warga dunia. Untuk itu, berbagai organisasi
internasional dan regional telah dibentuk untuk memeranginya.

Menurut perkiraan beberapa lembaga international, pencucian uang secara global diperkirakan
mencapai sekitar USD 1 triliun sampai USD 2,5 triliun per tahun. Jumlah ini sangat besar
mengingat nilai keseluruhan produk barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia (PDB
Indonesia) pada tahun 2007 hanya mencapai sekitar USD 435 milyar.

1.2.5. BAGAIAMANA KEBERADAAN PPATK DALAM PEMBERANTASAN


PENCUCIAN UANG ?

Dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, PPATK
menerima beberapa laporan dari Pihak pelapor, yaitu Transaksi Keuangan Mencurigakan,
Transaksi Keuangan Tunai, dan transfer dana internasional dari Penyedia Jasa Keuangan, serta
transaksi senilai Rp. 500 juta atau lebih dari Penyedia barang dan atau Jasa. Dari Direktorat
Jenderal bea dan Cukai, PPATK juga menerima laporan pembawaan uang tunai dan atau
instrumen pembayaran senilai Rp 100 juta rupiah atau lebih baik yang masuk atau keluar wilayah
Republik Indonesia. Semua laporan di atas menjadi sumber utama PPATK dalam melakukan
analisis dan pemeriksaan. Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana pencucian uang dan atau
tindak pidana asal, PPATK meneruskannya kepada Penyidik yang berwenang dalam bentuk
Laporan Hasil Analisis (LHA) atau Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Keseluruhan laporan
dari Pihak Pelapor di atas bersifat rahasia, sedangkan LHA dan LHP sebagai informasi intelijen
yang wajib dirahasiakan juga.

Undang-undang yang mengatur tindak pidana pencucian uang telah beberapa kali disempurnakan.
Pertama kali dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang, selanjutnya diubah dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003. Pada tahun
2010, pengaturan pemberantasan tindak pidana pencucian uang digantikan melalui Undang-
undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang.

1.3. RINGKASAN

Pencucian uang adalah semua perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan agar nampak seolah-olah sebagai
harta yang sah.
Tujuan pelaku kejahatan melakukan pencucian uang terutama untuk mempersulit
penegak hukum dalam mengungkap perbuatan pidananya dan akhirnya pelaku pencuci
uang dengan leluasa dapat memanfaatkan hasil kejahatannya baik untuk kegiatan yang
sah atau untuk membiayai kejahatannya.
Dampak pencucian uang antara lain dapat menumbuhsuburkan kejahatan, merongrong
stabilitas sistem keuangan, dan meningkatkan risiko bagi lembaga keuangan.
Pendekatan follow the money merupakan istilah lain bagi Pendekatan Anti Pencucian
Uang, yaitu mendahulukan mengejar uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana
dibandingkan dengan mencari pelaku kejahatan.
Keberadaan PPATK dimaksudkan sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia.

1.4. QUIZ

1. Diantara pernyataan di bawah ini mengenai definisi pencucian uang (money laundering),
manakah yang paling sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia:
a. Pencucian uang adalah suatu bentuk usaha untuk memberikan layanan pencucian pakaian
b. Perbuatan terhadap uang hasil tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan tentang asal-usul uang hasil kejahatan
sehingga tampak seolah-olah berasal dari tindakan yang sah.
c. Suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum dalam rangka mencuci
uang yang semula kotor dan lusuh sehingga menjadi bersih.
d. Ketiga-tiganya jawaban a, b dan c benar.
2. Perlunya diciptakan suatu system atau rezim anti money laundering di suatu Negara, karena
mempunyai dampak terhadap sektor perekonomian, yaitu:
a. Dapat mengakibatkan instabilitas sistem keuangan.
b. Distorsi terhadap sistem persaingan bebas dan mempersulit pengendalian moneter.
c. Meningkatnya risiko bagi lembaga keuangan.
d. Ketiga-tiganya jawaban a, b dan c benar.
3. Pernyataan dibawah ini adalah tidak sesuai dengan paradigma baru dalam pemberantasan
kejahatan money laundering:
a. Follow the money.
b. Follow the suspect harus lebih diutamakan dari pada follow the money.
c. Hasil kejahatan merupakan titik terlemah dari rantai kejahatan.
d. Menghilangkan motivasi pelaku kejahatan dengan menghalangi untuk menikmati hasil
tindak pidana.
4. Dasar hukum yang mengatur keberadaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) sebagai focal point dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang (money
laundering) di Indonesia, adalah:
a. Undang-undang No. 12 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana
telah diuabah dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2003.
b. Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
c. Undang-undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
d. Ketiga-tiganya jawaban a, b dan c salah.
5. Diantara pernyataan di bawah ini adalah bukan merupakan tugas dari PPATK yang
diamanatkan oleh ketentuan perundang-undangan:
a. Mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi tentang transaksi
keuangan yang dilaporkan oleh penyedia jasa keuangan, kemudian PPATK
melakukan penyidikan dugaan tindak pidana pencucian uang.
b. Mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh PPATK sesuai
undang-undang.
c. Membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi Kuangan yang Mencurigakan
(suspicious transaction).
d. Ketiga-tiganya jawaban a, b dan c salah.

BAGIAN KEDUA : TIPOLOGI PENCUCIAN UANG

1.1. TUJUAN

Modul bagian kedua yaitu Tipologi bertujuan untuk menjelaskan :

a. Apa saja tipologi pencucian uang


b. Bagaimana praktik masing-masing tipologi pencucian uang dilakukan

1.2. MODUL MENGENAI TIPOLOGI PENCUCIAN UANG

1.2.1. TIPOLOGI PENCUCIAN UANG

Pencucian uang dapat dilakukan dengan modus operandi yang sangat beragam, mulai dari
menyimpan uang di bank hingga membeli rumah mewah atau saham. Namun, pada dasarnya
seluruh modus tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis tipologi, yang tidak selalu
terjadi secara bertahap, tetapi bahkan dilakukan secara bersamaan. Ketiga tahapan tipologi
tersebut yaitu: penempatan (placement), pemisahan/pelapisan (layering), dan penggabungan
(integration).

Penempatan (placement) adalah upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan
tindak pidana ke dalam sistem keuangan.
Pemisahan/ pelapisan (layering) adalah memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya, yaitu
tindak pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul dana. Dalam kegiatan ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa
rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lain melalui serangkaian
transaksi yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan menghilangkan jejak sumber
dana tersebut.

Penggabungan (integration) adalah upaya menggabungkan atau menggunakan harta kekayaan


yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai jenis
produk keuangan dan bentuk material lainnya, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis
yang sah, ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana.

Modus operandi pencucian uang dari waktu ke waktu semakin kompleks menggunakan
teknologi dan rekayasa keuangan yang cukup rumit. Hal itu terjadi baik pada tahap placement,
layering, maupun integration, sehingga dalam penanganannya membutuhkan peningkatan
kemampuan secara sistematis dan berkesinambungan.

Ilustrasi tahapan pencucian uang dapat terjadi

1.2.2. PENEMPATAN

Penempatan

Penempatan (placement) adalah tahapan pertama dalam pencucian uang, yaitu ketika harta hasil
tindak pidana pertama kali masuk ke dalam sistem keuangan atau berubah bentuk. Dengan
perkembangan teknologi sistem keuangan, setelah mendapatkan harta hasil tindak pidana, pelaku
kejahatan memiliki banyak sekali pilihan untuk melakukan proses penempatan (placement) harta
kekayaannya. Beberapa modus penempatan tersebut diantaranya :
Menempatkan uang dalam sistem perbankan
Menyelundupkan uang atau harta hasil tindak pidana ke negara lain
Melakukan konversi harta hasil tindak pidana
Melakukan penempatan secara elektronik
Memecah-mecah transaksi dalam jumlah yang lebih kecil (structuring)
Menggunakan beberapa pihak lain dalam melakukan transaksi (smurfing)

Penempatan: Menempatkan Uang dalam Sistem Perbankan

Penerima suap misalnya, dapat melakukan penempatan hasil suapnya dengan menyimpannya di
bank. Baik menggunakan namanya sendiri atau orang lain.

Tidak jarang pula hal ini kemudian diikuti dengan pengajuan kredit atau pembiayaan. Kemudian
menyetorkan uang pada penyedia jasa keuangan sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan
audit trail.

Penempatan: Menyelundupkan Uang atau Harta Hasil Tindak Pidana ke Negara Lain

Pelaku kejahatan dapat juga melakukan penempatan dengan melakukan pembawaan tunai
melewati negara. Penerima suap tersebut, misalnya bisa membawa harta hasil suapnya ke negara
lain, kemudian ditukarkan dengan mata uang yang berbeda.

Pembawaan tunai ini dapat dilakukan dengan memperlakukannya sebagai barang-barang


ekspedisi atau dengan terlebih dahulu dikonversi ke dalam bentuk barang berharga seperti emas
atau perhiasan. Sehingga pembawaan hasil kejahatan ke negara lain tersebut bisa dilakukan
banyak cara, baik itu melalui ekspedisi, maupun dibawa secara sendiri dengan kendaraan pribadi.

Karakteristik lainnya adalah dengan membawa harta hasil tindak pidana tersebut ke negara-
negara yang tidak memiliki pengaturan mata uang yang ketat.

Penempatan: Melakukan Transfer Secara Elektronik

Penempatan juga dilakukan dengan cara melakukan transfer secara elektronik. Dengan dilakukan
secara elektronik transfer uang dapat dilakukan hanya dalam hitungan menit ke manapun,
termasuk melintasi berbagai negara. Kecepatan proses peralihan harta atau aset dan lintas batas
negara dan yurisdiksi membuat proses penelusuran aset menjadi sangat rumit.

Sebagai contoh, pelaku tindak pidana dapat mengirimkan uang melalui jasa pengiriman uang
(alternative remittance) yang secara elektronik langsung terkirim ke lembaga pengiriman uang di
luar negeri. Rekanan pelaku cukup membawa identitasnya ke lembaga pengiriman uang yang
menerima uangnya di luar negeri. Dalam transaksi atau kegiatan transfer tersebut, uang tidak
perlu berpindah secara fisik.

Penempatan: Melakukan Konversi Harta Hasil Tindak Pidana


Salah satu modus penempatan yang lazim dilakukan adalah dengan melakukan konversi harta
hasil tindak pidana. Konversi ini dilakukan umumnya dengan cara merubah bentuk asal harta
hasil tindak pidana, misalnya dengan melakukan pembelian atau merubah mata uangnya.

Tahapan ini umumnya juga dilakukan dengan melibatkan orang lain. Misalnya, penerima suap
akan menyerahkan uang yang diterimanya kepada orang yang ia percayai. Baik itu rekanan, anak
buah, keluarga, atau pihak lain.

Rekan yang menerima uang tunai hasil suap tersebut kemudian melakukan pembelian barang-
barang berharga. Baik itu emas, mobil mewah, rumah, atau bahkan barang berharga lain seperti
lukisan atau barang antik. Penerima suap tadi kemudian menerima uang yang telah berubah
menjadi barang tadi seolah-olah sebagai pemberian. Sehingga asal-usul harta kekayaan menjadi
lebih samar.

1.2.3. PEMISAHAN (LAYERING)

Pemisahan (layering)

Pemisahan atau pelapisan (layering) adalah tahapan kedua dari perbuatan pencucian uang.
Dalam tahapan ini, uang hasil tindak pidana dipindahkan, disebarkan, dan disamarkan untuk
menyembunyikan asal usulnya. Pemisahan tersebut dapat dilakukan melalui serangkaian
transaksi keuangan yang didesain dengan jejaring transaksi yang rumit untuk ditelusuri.
Beberapa modus layering tersebut diantaranya :

Transfer dana secara elektronik


Transfer melalui kegiatan perbankan lepas pantai (offshore banking).
Transaksi menggunakan perusahaan boneka (shell corporation).

Pemisahan: Transfer Dana Secara Elektronik

Setelah ditempatkan dalam sistem perbankan, pelaku tindak pidana dapat mudah melakukan
transfer terhadap asetnya tersebut ke mana pun yang ia kehendaki. Apabila transfer tersebut
dilakukan secara elektronik, ia dapat memindahkan asetnya dengan segera, lintas batas negara,
dan berkali-kali, melewati berbagai rekening yang ia kendalikan, rekanannya, atau bahkan
rekening dengan identitas palsu hingga sulit ditelusuri lagi asal usulnya.

Pemisahan: Transfer Melalui Kegiatan Perbankan Lepas Pantai (Offshore Banking)

Offshore banking menyediakan layanan pembukaan rekening koran untuk penduduk luar negeri.
Dengan menempatkan dana pada suatu bank, yang selanjutnya ditransfer ke rekening Offshore
Banking, pelaku tindak pidana dapat seolah-olah menjauhkan harta hasil tindak pidananya
dengan dirinya. (http://www.fatf-gafi.org/pages/faq/moneylaundering/). Offshore Banking
cenderung memiliki memiliki jaringan bank yang luas sehingga memberikan kemudahan bagi
pelaku tindak pidana untuk melakukan proses pencucian uang.
Pemisahan: Penggunaan Perusahaan Boneka (Shell Company)

Perusahaan boneka (shell company) adalah perusahaan yang didirikan secara formal berdasarkan
aturan hukum yang berlaku, namun tidak digunakan untuk melakukan kegiatan usaha.
Perusahaan boneka didirikan hanya untuk melakukan transaksi fiktif atau menyimpan aset
pendirinya atau orang lain untuk menyamarkan kepemilikan sebenarnya terhadap aset tersebut.

Modus yang digunakan dengan perusahaan boneka misalnya diawali dengan pendirian
perusahaan virtual di luar negeri. Perusahaan virtual ini kemudian membuat rekening koran di
beberapa bank. Pelaku tindak pidana dapat meminta beberapa orang rekanannya untuk menjadi
smurf untuk mentransfer uang hasil tindak pidana ke dalam rekening bank perusahaan virtual,
sehingga seolah-olah merupakan transaksi pembelian saham.

1.2.4. PENGGABUNGAN (INTEGRATION)

Penggabungan atau penggunaan harta hasil tindak pidana (integration)

Integration (menggunakan harta kekayaan) adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang
telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk
kejayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah,
ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana. Modus integration dalam pencucian
uang dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

Melakukan investasi pada suatu kegiatan usaha.


Penjualan dan pembelian aset.
Pembiayaan korporasi.

Integration: Melakukan Investasi Pada Suatu Kegiatan Usaha

Investasi pada suatu kegiatan usaha merupakan salah satu proses integrasi yang lazim dilakukan.
Melalui investasi tersebut, pelaku tindak pidana menggunakan harta hasil kejahatan yang telah
dicuci untuk membiayai suatu kegiatan bisnis.

Setelah diinvestasikan, uang yang ia peroleh dari kegiatan usaha tersebut dianggap sebagai
pendapatan usahanya.

Integration: Penjualan dan Pembelian Aset

Dalam melakukan integrasi harta hasil tindak pidana dalam sistem keuangan, pelaku pencucian
uang umumnya diawali dengan penempatan yaitu dengan sebelumnya menempatkan harta hasil
tindak pidananya dalam perbankan atau sebagai aset perusahaan boneka yang didirikan.
Perusahaan boneka tersebut kemudian dibuat seolah-olah melakukan transaksi pembelian aset
properti seperti gedung, dengan harga yang dinaikkan (marked up). Hasil penjualan aset tersebut
kemudian dianggap sebagai pendapatan dari transaksi yang sah.

Integration: Pembiayaan Korporasi

Pembiayaan korporasi melibatkan proses pencucian uang yang sangat rumit meliputi proses
penempatan dan pemisahan yang juga luar biasa canggih. Misalnya, pelaku tindak pidana
mendirikan perusahaan boneka di luar negeri. Pelaku kemudian menyimpan harta hasil tindak
pidana di dalam perbankan sebagai harta kekayan perusahaan boneka.

Menggunakan harta tersebut, kemudian perusahaan boneka bertindak sebagai perusahaan


pembiayaan menyediakan skema investasi atau pembiayaan kepada perusahaan lain yang
memiliki kegiatan usaha yang sah.

1.2.5. CONTOH KASUS 1

PT Tipu milik Tn L melakukan placement dengan penempatan dana melalui pembukaan


rekening giro di Bank X. Belakangan Tuan L diduga melakukan penipuan lewat jejaring
investasi dengan janji yang menggiurkan (skema ponzi). Untuk menyelesaikan kewajibannya
dan tujuan lain, mereka berupaya mencari dana secara melawan hukum dengan modus berikut ini.
Tn L berhasil melakukan kerja sama dengan Pimpinan cabang Bank X untuk selanjutnya
bernegosiasi dengan PT Maju agar mengalihkan dananya di Bank X. Atas persetujuan direktur
Keuangan bank X, yang belakangan diketahui menerima fee, akhirnya PT Maju menyetujui dan
selanjutnya dilakukan layering dengan mengirimkan dana ke Bank X untuk pembukaan deposito
masing-masing sebesar Rp 25 milyar dan Rp 26 milyar. Setelah dana terkirim, keesokan harinya,
PT Maju mengirimkan surat kepada Bank X yang isinya berupa perintah pengalihan dana (yang
seharusnya ditempatkan sebagai deposito) ke rekening yang baru dibuka atas nama PT Tipu.
Atas dasar surat tersebut, pihak Bank X membukukannya di rekening PT Tipu. Selanjutnya, dana
yang masuk ke rekeining PT Tipu sebagian besar ditarik tunai dengan cek untuk kepentingan
Pihak ketiga, dan lainnya dipidahbukukan ke rekening Tuan l yang selanjutnya ditransfer
(layering) ke bank di singapura untuk dimanfaatkan berbagai keperluan (integration).

Berdasarkan hasil pemeriksaan internal Bank X dan penyidikan oleh kepolisian diketahui bahwa
surat perintah pemindahan dana di atas diduga palsu dan telah ada kerjasama antara petugas
bank dan pelaku kejahatan untuk membobol dana milik nasabah Bank X.

Dalam kasus ini, dua orang pelaku yaitu staffnya Tn L dan konsultan keuangan Tn L yang ikut
terlibat dalam pembobolan dana milik PT Maju telah dipidana melakukan pencucian uang dan
dihukum dengan pidana penjara masing-masing selama 8 (delapan) tahun dan pidana denda
sebesar Rp 1 miliar.
1.2.6. CONTOH KASUS 2

PVA Z telah menerima penukaran uang tunai dari Tn I berupa valuta rupiah ke valuta dollar
Singapura sebesar Rp 23 milyar (layering). Transaksi penukaran valas yang menggunakan dana
tunai tersebut tidak dilaporkan PVA Z sebagai LTKT kepada PPATK. Dana hasil penukaran
tersebut diterima Tn I melalui overbooking di Bank X untuk selanjutnya ditransfer ke bank di
Singapura (layering).

Berdasarkan pemeriksaan dan penyidikan kepolisian, diketahui bahwa sumber asal dana yang
ditukarkan dengan valas di PVA Z berasal dari hasil tindak pidana perbankan yang diindikasikan
dilakukan oleh Direksi Bank G. Saat ini bank G telah tidak beroperasi lagi dan Direksi Bank G
telah ditetapkan sebagai tersangka dan masuk dalam daftar pencairan orang (DPO).

Akibat dari tidak dilaporkannya transaksi tunai yang terjadi di PVA Z tersebut diatas, pengadilan
telah menjatuhkan sanksi pidana denda terhadap PVA Z sebesar Rp 500 juta.

1.1. RINGKASAN

Tipologi pencucian uang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tahap: 1) penempatan (placement),
2) pemisahan (layering) dan 3) penggabungan atau penggunaan (integration). Dalam praktiknya,
modus operandi pencucian uang tidak selalu berjalan dengan bertahap, melainkan dengan saling
menggabungkan tahapan kemudian melakukan tahapan-tahapan pencucian uang berulang-ulang
kali sehingga terjadi proses pencucian uang yang rumit dan melibatkan banyak pihak dan
lembaga penyedia barang dan jasa.

1.2. QUIZ

Pertanyaan 1.

Termasuk dalam tahapan mana ketika pelaku pencucian uang menyimpan uang dalam sistem
keuangan?

a. Penempatan (placement)
b. Pemisahan (layering)
c. Penggabungan (integration)
d. Gabungan placement dan layering

Pertanyaan 2.

Termasuk dalam tahapan mana dalam tipologi pencucian uang dimana pencuci uang melakukan
pentransferan atas uang yang telah disimpan di lembaga keuangan?

a. Penempatan (placement)
b. Pemisahan (layering)
c. Penggabungan (integration)
d. Gabungan placement dan layering

Pertanyaan 3.

Termasuk tahapan mana dalam tipologi pencucian uang, dimana uang yang telah ditransfer
melalui serangkaian transaksi yang kompleks tadi selanjutnya dipergunakan untuk membiayai
kejahatannya?

a. Penempatan (placement)
b. Pemisahan (layering)
c. Penggabungan (integration)
d. Gabungan placement dan layering

Pertanyaan 4.

Berikut ini adalah pernyataan yang benar:

a. Setiap tahapan modus pencucian uang harus dimulai dari placement, layering, baru
kemudian integration
b. Tahapan integration dapat dilakukan tanpa tahapan layering sebelumnya
c. Satu tahapan modus pencucian uang, apakah itu placement, layering, atau integration,
tidak termasuk perbuatan pencucian uang.
d. Tidak ada jawaban yang benar

Pertanyaan 5.

Suatu ketika, Bapak X sebagai pejabat yang menentukan proses pengadaan barang dan jasa
pemerintah mendapatkan uang suap secara tunai sebesar 10 milyar dari Ibu Y, yang merupakan
perusahaan yang mengikuti tender pengadaan barang dan jasa. Khawatir dicurigai orang, Bapak
X meminta pada Ibu Y agar uangnya dikonversi menjadi saham di perusahaan ibu Y namun atas
nama orang kepercayaan bapak X. Apakah tahapan pencucian uang yang dilakukan oleh Bapak
A?

a. Penempatan melalui menempatkan harta hasil tindak pidana dalam sistem keuangan.
b. Penggunaan harta hasil kejahatan melalui investasi kegiatan usaha.
c. Pemisahan harta hasil tindak pidana dengan melakukan transfer ke beberapa orang
rekanan.
d. Semua jawaban salah

BAGIAN KETIGA : PENDANAAN TERORISME

3.1. TUJUAN
Modul bagian ketiga yaitu pendanaan terorisme bertujuan untuk menjelaskan:

a. Apa latar belakang dan tujuan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan
terorisme
b. Apa pengertian tindak pidana pendanaan terorisme
c. Bagaiman sistem bekerjanya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan
terorisme

3.2. MODUL MENGENAI PENDANAAN TERORISME

3.2.1. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PENCEGAHAN DAN


PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

Latar belakang :

1. Terorisme adalah salah satu bentuk perbuatan keji terhadap manusia dan kemanusiaan,
bahkan dapat berdampak pada instabilitas kedaulatan Negara.
2. Terorisme tidak akan berhasil tanpa adanya bentuk fasilitas dan instrument
pendukung antara lain pendanaan.
3. Perlu pemutusan mata rantai yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum

Tujuan :

1. Adanya kepastian hukum dan menjamin ketertiban dalam masyarakat


2. Pendekatan follow the money memerlukan prosedur dan mekanisme yang jelas tanpa
mengganggu operasional industri keuangan
3. Memenuhi perjanjian atau rekomendasi internasional yang disetujui Pemerintah
Republik Indonesia.

3.2.2. PENGERTIAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

Dengan diundangkannya Undang-Undang nomor 9 Tahun 2013 tanggal 13 Maret 2013


tentang Pencegahan dan Pemberantasan tindak Pidana Pendanaan Terorisme, Indonesia
telah memiliki dasar pijakan yang kuat untuk memaksimalkan pencegahan dan
pemberantasannya.

Tindak pidana pendanaan terorisme adalah perbuatan apapun yang berkaitaan dana, baik
langsung atau tidak langsung dengan maksud atau diketahui (jika menggunakan istilah
TP pencucian uang diduga) untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris.

Yang membedakan Anti Pencucian Uang dibandingkan dengan pendanaan terorisme


adalah bahwa dalam pendanaan terorisme tidak mempertimbangkan apakah dananya
bersumber dari kegiatan yang sah atau illegal, sedangkan dalam anti pencucian uang
selalu sumber dananya dari hasil tindak pidana.

3.2.3. SISTEM BEKERJANYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN


TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

Seperti halnya Anti Pencucian Uang, dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pendanaan terorisme, terdapat peran penting dari Penyedia Jasa Keuangan sebagai
Pihak Pelapor, Lembaga Pengawas dan Pengatur, PPATK, dan aparat penegak hukum.

Penyedia Jasa Keuangan melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK.


Untuk membantu dalam mengidentifikasi dan melaporkan Transaksi Keuangan
mencurigakan, Penyedia Jasa keuangan harus menerapkan Prinsip mengenali Pengguna
Jasa.

Atas dasar laporan Transaksi keuangan mencurigakan dari penyedia Jasa Keuangan,
PPATK melakukan analisis, dan apabila terdapat indikasi tindak pidana pendanaan
terorisme maka hasil analisis atau hasil pemeriksaan oleh PPATK akan disampaikan
kepada aparat penegak hukum yang berwenang.

3.3. RINGKASAN

1. Latar belakang dan tujuan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan
terorisme sesungguhnya melengkapi atau menyempurnakan instrumen yang telah ada
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan terorisme melalui pendekatan follow the
money.
2. Tindak pidana pendanaan terorisme adalah perbuatan apapun yang berkaitaan dana, baik
langsung atau tidak langsung dengan maksud atau diketahui untuk kegiatan terorisme,
organisasi teroris, atau teroris
3. Sistem bekerjanya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan terorisme
secara umum tidak berbeda dengan rezim anti pencucian uang.

3.4. QUIZ

1. latar belakang perlunya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan


terorisme adalah :
a. Terorisme adalah salah satu bentuk perbuatan keji terhadap manusia dan
kemanusiaan, bahkan dapat berdampak pada instabilitas kedaulatan Negara.
b. Mengikuti trend internasional
c. Mendukung jihad untuk melawan musuh islam
d. Semua jawaban a, b, dan c salah.
2. Tujuan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan terorisme adalah :
a. Adanya kepastian hukum dan menjamin ketertiban dalam masyarakat
b. Pendekatan follow the money memerlukan prosedur dan mekanisme yang jelas tanpa
mengganggu operasional industri keuangan
c. Memenuhi perjanjian atau rekomendasi internasional yang disetujui Pemerintah
Republik Indonesia.
d. Jawaban a, b, dan c benar semua

3. Berikut ini adalah pengertian tindak pidana pendanaan terorisme, yaitu:


a. perbuatan apapun yang berkaitaan dana, baik langsung atau tidak langsung
dengan maksud atau diketahui untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris,
atau teroris
b. Perbuatan teroris melakukan pengeboman di tempat ramai yang menimbulkan
ketakutan
c. Perbuatan dakwah untuk memerangi kejahatan
e. Jawaban a, b, dan c salah semua

4. Dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan terorisme, pihak-pihak


yang paling berperan adalah:
a. Masyarakat, Perserikatan Bangsa Bangsa, PPATK, dan Densus 88
b. Penyedia Jasa Keuangan, PPATK dan Aparat Penegak Hukum
c. Perserikatan Bangsa Bangsa, PPATK, dan Densus 88
d. Jawaban a, b, dan c benar.

BAGIAN KEEMPAT : PENGATURAN PENCEGAHAN DAN


PEMBERANTASAN PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

3.5. TUJUAN

Modul bagian keempat yaitu Pengaturan Pencegahan Dan Pemberantasan Pencucian Uang di
Indonesia bertujuan untuk menjelaskan:

a. Pengaturan tindak pidana pencucian uang


b. Kriminalisasi pidana pencucian dalam UU 8/2010
c. Peran pihak pelapor dan pihak terkait lainnya
d. Pembentukan PPATK dan tugasnya

3.6. MODUL MENGENAI PENGATURAN PEMBERANTASAN PENCUCIAN


UANG DI INDONESIA

3.6.1. PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG


Saat ini pemberantasan pencucian uang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. UU 8/2010 tersebut
menggantikan undang-undang sebelumnya yang mengatur pencucian uang yaitu, Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2003.

UU No. 15 Tahun UU No. 25 Tahun UU no. 8 Tahun


2002 2003 2010

Dalam UU 8/2010, mengatur berbagai hal dalam upaya untuk memberantas dan mencegah
tindak pidana pencucian uang, yaitu:

a. Kriminalisasi perbuatan pencucian uang


b. Kewajiban bagi masyarakat pengguna jasa, Lembaga Pengawas dan pengatur, dan Pihak
Pelapor
c. Pengaturan pembentukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan,
d. Aspek penegakan hukum
e. Kerja sama

3.6.2. TINDAK PIDANA PENCUC IAN UANG DALAM UU 8/2010

Tindak Pidana Asal

Sesuai dengan Pasal 2 UU 8 Tahun 2010, tindak pidana yang menjadi pemicu (disebut sebagai
tindak pidana asal atau predicate crime) terjadinya pencucian uang meliputi:

Korupsi Perdagangan orang


Penyuapan Perdagangan senjata gelap
Narkotika Terorisme
Psikotropika Penculikan
Penyelundupan tenaga kerja Pencurian
Penyelundupan imigran Penggelapan
Di bidang perbankan Penipuan
Di bidang pasar modal Pemalsuan uang
Di bidang perasuransian Perjudian
Kepabeanan Prostitusi
Cukai Dibidang perpajakan
Dibidang kehutanan Tindak pidana lainnya yang diancam
Dibidang lingkungan hidup dengan pidana penjara 4 (empat
Dibidang kelautan dan perikanan tahun) atau lebih

Harta Hasil Tindak Pidana

Harta hasil tindak pidana dalam pengertian formil merupakan harta yang dihasilkan dari suatu
tindak pidana yang disebutkan sebagai tindak pidana asal pencucian uang.

Selain harta hasil tindak pidana asal tersebut, harta lain yang dipersamakan dengan harta hasil
tindak pidana menurut UU 8/2010 adalah harta yang patut diduga atau diketahui akan digunakan
atau digunakan secara langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi
teroris, ataupun terorisme perorangan.

Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)

Cakupan pengaturan sanksi pidana dalam UU TPPU meliputi tindak pidana pencucian uang
yang dilakukan oleh orang perseorangan, tindak pidana pencucian uang bagi korporasi, dan
tindak pidana yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang.

TPPU dapat dikelompokkan dalam 2 klasifikasi, yaitu TPPU aktif dan TPPU pasif.

Secara garis besar, dasar pembedaan klasifikasi tersebut, penekanannya pada :

1. TPPU aktif sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 3 dan 4 UU TPPU, lebih menekankan
pada pengenaan sanksi pidana bagi :

a. pelaku pencucian uang sekaligus pelaku tindak pidana asal,

b. pelaku pencucian uang, yang mengetahui atau patut menduga bahwa harta kekayaan
berasal dari hasil tindak pidana.

2. TPPU pasif sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 5 UU TPPU lebih menekankan pada
pengenaan sanksi pidana bagi :

a. pelaku yang menikmati manfaat dari hasil kejahatan, dan

b. pelaku yang berpartisipasi menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta


kekayaan.

Anti-Tipping-Off

Selain tindak pidana pencucian uang, UU 8/2010 juga mengatur tindak pidana bagi pelaku yang
membocorkan dokumen dan keterangan yang diterima yang berkaitan dengan pemberantasan
pencucian uang, kecuali dalam rangka pelaksanaan kewajiban sebagaimana undang-undang (anti
tipping-off).

3.6.3. PERAN LEMBAGA PENGAWAS DAN PENGATUR, PIHAK PELAPOR


DAN PIHAK TERKAIT LAINNYA

Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang memberi tugas, kewenangan dan mekanisme kerja baru bagi PPATK, Pihak
Pelapor, regulator/Lembaga Pengawas dan Pengatur, lembaga penegak hukum, dan pihak
terkait lainnya termasuk masyarakat.

Bagan berikut ini dapat menggambarkan secara singkat hubungan fungsional antar pemangku
kepentingan dalam rezim anti Pencucian Uang di Indonesia.
1. Masyarakat
Masyarakat yang dimaksudkan adalah masyarakat pengguna jasa keuangan atau yang
berkaitan dengan keuangan, seperti nasabah bank, asuransi, perusahaan sekuritas, dana
pensiun dan lainnya termasuk peserta lelang, pelanggan pedagang emas, properti, dan
sebagainya.

Peran masyarakat ini adalah memberikan data dan informasi kepada Pihak Pelapo,r
ketika melakukan hubungan usaha dengan Pihak Pelapor, sekurang-kurangnya meliputi
identitas diri, sumber dana dan tujuan Transaksi dengan mengisi formulir yang
disediakan oleh Pihak Pelapor dan melampirkan Dokumen pendukungnya. Hal ini selaras
dengan slogan Kalau Bersih Kenapa Risih.

Di samping itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam memberikan informasi
kepada aparat penegak hukum yang berwenang atau PPATK apabila mengetahui adanya
perbuatan yang berindikasi pencucian uang

2. Pihak Pelapor dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Pihak Pelapor adalah pihak yang wajib menyampaikan laporan kepada PPATK sebagai
berikut:

a. penyedia jasa keuangan:

1) bank;

2) perusahaan pembiayaan;

3) perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi;

4) dana pensiun lembaga keuangan;


5) perusahaan efek;

6) manajer investasi;

7) kustodian;

8) wali amanat;

9) perposan sebagai penyedia jasa giro;

10) pedagang valuta asing;

11) penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu;

12) penyelenggara e-money dan/atau e-wallet;

13) koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam;

14) pegadaian;

15) perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditas; atau

16) penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang.

b. penyedia barang dan/atau jasa lain:

1) perusahaan properti/agen properti;

2) pedagang kendaraan bermotor;

3) pedagang permata dan perhiasan/logam mulia;

4) pedagang barang seni dan antik; atau

5) balai lelang.

Laporan yang wajib disampaikan oleh Penyedia Jasa keuangan ke PPATK:


Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan
Laporan Transaksi Keuangan Tunai
Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana Dari Dan Ke Luar Negeri
Laporan yang wajib disampaikan oleh Penyedia Barang dan atau jasa ke PPATK:
Setiap transaksi yang dilakukan oleh Pengguna Jasa dengan mata uang rupiah
dan/ atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau setara dengan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Agar bisa melaporkan transaksi ke PPATK, Pihak pelapor wajib menerapan Prinsip
Mengenali Pengguna Jasa, dengan melakukan :
identifikasi Pengguna Jasa,
verifikasi Pengguna Jasa; dan
pemantauan Transaksi Pengguna Jasa.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berkewajiban membuat laporan mengenai pembawaan
uang tunai dan atau instrumen pembayaran lain untuk selanjutnya disampaikan kepada
PPATK.

Laporan yang disusun tersebut bersumber dari hasil pengawasan atas pemberitahuan
setiap orang yang membawa Uang Tunai dan instrumen pembayaran lainnya yang keluar
atau masuk wilayah pabean RI senilai Rp 100 juta atau lebih.

3. Lembaga Pengawas dan Pengatur

Lembaga Pengawas dan Pengatur adalah lembaga yang memiliki kewenangan


pengawasan, pengaturan, dan/ atau pengenaan sanksi terhadap Pihak Pelapor

Lembaga Pengawas dan Pengatur terhadap Pihak Pelapor dilaksanakan oleh PPATK
apabila terhadap Pihak Pelapor yang bersangkuta belum terdapat Lembaga Pengawas dan
Pengaturnya.

Pihak-pihak yang menjadi Lembaga Pengawas dan Pengatur terhadap Penyedia Jasa
Keuangan antara lain Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Komunikasi
dan Informatika (KEMKOMINFO), Badan Pengawas Perdagangaan Berjangka
Komoditi (BAPPEBTI), Kementerian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan
Menengah).

4. Lembaga Penegak Hukum

Penyidikan

Kewenangan untuk melakukan penyidikan TPPU, yaitu Kepolisian Negara Republik


Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika
Nasional (BNN), serta Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana pencucian
uang apabila menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana
pencucian uang saat melakukan penyidikan tindak pidana asal sesuai kewenangannya.
Penuntutan

1) Kejaksaan

melakukan penuntutan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak
pidana asal yang berasal dari pelimpahan berkas perkara oleh penyidik sesuai
dengan kewenangan Kejaksaan sebagaimana diatur di dalam peraturan
perundang-undangan.

2) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

melakukan penuntutan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak
pidana asal yang berasal dari pelimpahan berkas perkara oleh penyidik KPK
sesuai dengan kewenangan KPK sebagaimana diatur di dalam peraturan
perundang-undangan.

Proses Pengadilan

1) Pengadilan Umum

melakukan pemeriksaan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak
pidana asal di luar tindak pidana korupsi

2) Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

melakukan pemeriksaan di sidang pengadilan atas perkara tindak pidana


pencucian uang dan tindak pidana korupsi

Pihak terkait lainnya

Berbagai pihak, baik lembaga pemerintah, perusahaan BUMN dan swasta, maupun
masyarakat luas, menjadi bagian yang saling melengkapi dari sistem anti pencucian uang
di Indonesia.
Masyarakat (Perorangan, Korporasi, Benefial owner)

Memberikan data dan informasi Melampirkan dokumen pendukung

Pihak Pelapor (PJK dan PBJ), dan Ditjen Bea dan Cukai
Merapkan Prinsip Mengenali pengguna Jasa Laporan tiap orang yg membawa uang dan
Melaporkan TKM, TKT, dan TKTD bagi PJK, dan LT
sesuai ketentuan dari Lembaga Pengawas dan instrumen Rp 100 jt atau lebih keluar masuk
Rp500 jt atau lebih bagi PBJ
pengatur (LPP) wilayah RI oleh Ditjen Bea dan Cukai

PPATK
Menerima Laporan dari Pihak pelapor dan Ditjen Menyampaikan LHA dan LHP kepada Penyidik
Melakukan analisis dan pemeriksaan
Bea dan Cukai tindak pidana asal

Penegak Hukum
Penyidik, menyidik TPPU Penuntut, menyusun dakwaan dan menuntut Hakim, memutus perkara TPPU

5.1.1. PEMBENTUKAN LEMBAGA PPATK DAN TUGASNYA

Pembentukan Lembaga PPATK

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang secara umum dikenal
sebagai unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit/FIU), dibentuk sejak tahun 2002
melalui Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dan
secara khusus diberikan mandat untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang.

PPATK merupakan lembaga independen, bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dan
melaporkan kinerjanya setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,
dan Lembaga Pengawas dan Pengatur.

Tugas PPATK

Sebagai lembaga intelijen keuangan, PPATK berperan mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang di Indonesia. Kewenangan yang diberikan antara lain pengelolaan data
base, menetapkan pedoman bagi Pihak Pelapor, mengkoordinasikan dan memberikan
rekomendasi kepada Pemerintah, mewakili Pemerintah dalam forum internasional,
menyelenggarakan edukasi, melakukan audit kepatuhan dan audit khusus, memberikan
rekomendasi dan atau sanksi kepada Pihak Pelapor, dan mengeluarkan ketentuan Prinsip
Mengenali Pengguna Jasa.

Di samping peran tersebut, peran utama lainnya adalah melakukan analisis atau pemeriksaan
laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang
dan/atau tindak pidana lain, dengan beberapa kewenangan antara lain meminta dan menerima
laporan dan informasi dari berbagai pihak, meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan
sementara seluruh atau sebagian Transaksi, dan meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan
kepada penyidik.

3.7. RINGKASAN

1. Tindak pidana asal adalah tindak pidana yang menjadi pemicu terjadinya tindak pidana
pencucian uang
2. Harta hasil tindak pidana merupakan harta yang dihasilkan dari suatu tindak pidana yang
disebutkan sebagai tindak pidana asal pencucian uang
3. Tindak pidana pencucian uang adalah perbuatan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan hasil tindak pidana, yang dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu aktif dan pasif.
4. PPATK mengemban peran sentral untuk mencegah dan memberantas pencucian uang di
Indonesia
5. Terdapat peran dari berbagai pihak yaitu masyarakat pengguna jasa, Pihak Pelapor,
Lembaga pengawas dan Pengatur, dan aparat penegak hukum, yang kesemuanya
merupakan satu kesatuan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang.

3.8. QUIZ

Pertanyaan 1.

Apa dasar aturan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang di Indonesia yang berlaku saat
ini?

a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan


Tindak Pidana Pencucian Uang
b. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
c. Salah semua

Pertanyaan 2.

Apa yang tidak diatur dalam UU 8/2010 ?


a. Pemidanaan bagi tindak pidana pencucian uang
b. Pengaturan lembaga PPATK
c. Pengaturan kewajiban bagi Pihak Pelapor
d. Kewenangan PPATK sebagai penyidik

Pertanyaan 3.

Perbuatan seperti apa yang tidak dikriminalisasi oleh UU 8/2010:

a. Melakukan penempatan uang hasil tindak pidana ke rekening bank


b. Menerima transfer uang yang diduga hasil tindak pidana
c. Perbankan yang menyimpan uang hasil tindak pidana
d. Penegak hukum yang membuka dokumen laporan hasil analisis yang disampaikan oleh
PPATK di luar kewajibannya

Pertanyaan 4.

Jika perbankan mengetahui adanya transfer dana ke dalam rekening nasabahnya yang tidak
sesuai profil, apa yang harus dilaporkan oleh perbankan ?

a. Melaporkannya kepada PPATK sebagai Laporan Transaksi Keuangan


Mencurigakan
b. Melaporkannya kepada Kejaksaan Agung
c. Membukanya kepada publik
d. Menyampaikan kepada nasabah untuk tidak mengulangi perbuatannya

Pertanyaan 5.

Apa saja tugas PPATK ?

a. Melakukan pemberantasan tindak pidana pencucian uang


b. Melakukan pencegahan tindak pidana pencucian uang
c. Semua benar

TES AKHIR MODUL

Penilaian ini akan mengukur tingkat pemahaman anda mengenai materi Konsep Dasar Sistem
Anti Pencucian Uang.

Pertanyaan 1.

Sejak kapankan tindakan pencucian uang dianggap sebagai tindak pidana di Indonesia?

a. 2003
b. 2002
c. 2001
d. 2004

Pertanyaan 2.

Kepanjangan PPATK sebagai lembaga intelijen keuangan untuk memberantas kejahatan


pencucian uang adalah?

a. Perusahaan Penyedia Alat Tulis Kantor


b. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
c. Pejabat Pembuat Akta Tanah Kuburan
d. Semua jawaban salah

Pertanyaan 3.

Manakah pernyataan berikut ini yang merupakan pengertian dari money laundering?

a. Tindak kejahatan oleh pegawai bank yang menyebabkan kerugian materiil.


b. Perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
hasil tindak pidana sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
c. Menerima uang untuk melakukan hal yang bertentangan dengan kewajibannya sebagai
penyelenggara negara.
d. Semua perbuatan yang dilakukan agar uang kotor menjadi uang bersih.

Pertanyaan 4.

Salah satu tujuan seseorang untuk melakukan pencucian uang adalah :

a. Untuk menghindari pajak.


b. Memudahkan dalam transaksi
c. Meningkatkan keuntungan
d. Menjauhkan antara perbuatan pidana, hasil tindak pidana dan pelaku pidana
sehingga aparat penegak hukum kesulitan untuk melakukan pelacakan.

Pertanyaan 5.

Dalam memerangi pencucian uang dan pendanaan terorisme, FATF telah mengeluarkan
rekomendasi sebanyak:

a. 40
b. 40+8
c. 25
d. 40+9
Pertanyaan 6.

Hal-hal dibawah ini termasuk tugas dan/atau wewenang PPATK, kecuali:

a. Membuat dan memberikan laporan secara berkala kepada Presiden


b. Menyampaikan laporan hasil analisis transaksi keuangan kepada masyarakat
c. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang
d. Meminta laporan harta hasil kekayaan negara dari pejabat publik

Pertanyaan 7.

Lembaga pemerintah dibawah ini bukan bagian integral rezim anti pencucian di Indonesia:

a. Kepolisian
b. Komisi Ombudsman Nasional
c. PPATK
d. Bapepam LK yang saat ini melebur dalam Otoritas Jasa Keuangan

Pertanyaan 8.

Pihak-pihak yang memiliki kewajiban melaporkan transaksi keuangan mencurigakan kepada


PPATK sesuai UU 8/2010 kecuali :

a. Perusahaan Perasuransian, perusahaan di bidang pasar modal, dan dana pensiun


b. Pedagang Valuta Asing (money changer)
c. Bank umum dan BPR
d. Notaris, advokat, konsultan keuangan, dan akuntan publik

Pertanyaan 9.

Berikut adalah pernyataan yang benar :

a. Pelaporan dan/atau isi Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang disampaikan


Penyedia jasa Keuangan kepada PPATK dapat diberitahukan kepada nasabah yang
bersangkutan.
b. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah laporan yang disampaikan Penyedia
Jasa Keuangan ke PPATK mengenai perbuatan pidana seorang nasabah
c. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah laporan yang bersifat rahasia
yang disampaikan oleh Penyedia Jasa keuangan kepada PPATK antara lain
mengenai transaksi nasabah yang tidak wajar.
d. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan sama dengan Laporan Harta Kekayaan
Pejabat Negara.
Pertanyaan 10.

Penjelasan berikut paling tepat untuk tindakan placement dalam proses pencucian uang:

a. Pelaku kejahatan memindahkan dan/atau memecah uang hasil kejahatan dari satu
rekening ke /menjadi beberap rekening
b. Pelaku kejahatan memasukkan uang hasil kejahatan ke sistem perbankan dengan
membuka rekening deposito berjangka
c. Pelaku kejahatan berhasil mendapatkan uang hasil kejahatan dan menyimpannya di
bawah kasur
d. PPATK melakukan identifikasi awal terjadinya kejahatan

Pertanyaan 11.

Penjelasan berikut paling tepat untuk tindakan integration dalam proses pencucian uang:

a. PPATK melakukan identifikasi awal terjadinya kejahatan


b. Pelaku kejahatan memindahkan dan/atau memecah uang hasil kejahatan dari satu
rekening ke/menjadi beberapa rekening
c. Pelaku kejahatan memakai uang hasil kejahatan yang telah ditempatkan di bank
untuk membeli mobil mewah
d. Pelaku kejahatan menempatkan uang hasil kejahatan ke dalam sistem keuangan, misalnya
melalui tabungan di bank.

Pertanyaan 12.

Tindakan-tindakan berikut merupakan usaha layering dalam proses pencucian uang, kecuali:

a. Pelaku kejahatan mentransfer uang hasil kejahatan ke rekening beberapa orang, lalu
mereka mentransfer kembali ke suatu rekening lain milik pelaku kejahatan tersebut atau
anggota keluarganya
b. Pelaku kejahatan menyuruh orang untuk mengambil uang hasil kejahatan dalam bentuk
cash,lalu memecah-mecah uang tersebut dan memasukkannya ke beberapa rekening bank
lain serta sebagian untuk membeli saham
c. Pelaku kejahatan mengisi kartu kredit dengan limit yang besar untuk dapat dipergunakan
oleh pejabat pemerintah yang membantunya
d. Pelaku kejahatan memindahkan uang hasil kejahatan dari suatu rekening bank ke
beberapa rekening lainnya dalam bank yang sama maupun yang berbeda

Pertanyaan 13.

Seorang pedagang narkoba memperoleh pembayaran tunai yang besar dan memakai uang
tersebut untuk memperluas usaha restoran siap sajinya, antara lain dengan membeli tanah dan
bangunan di sebelahnya serta berbagai peralatan restoran dan perabotan baru. Tindakan ini
merupakan:

a. Transfering
b. Integration
c. Layering
d. Placement

Pertanyaan 14.

Seorang pelaku kejahatan memperoleh kredit dari perusahaan pembiayaan untuk membeli mobil
mewah, kemudian melakukan pelunasan secara cash (tunai) hanya dua bulan setelah
penandatanganan perjanjian kredit yang seharusnya berjalan dua tahun. Usaha yang dilakukan si
pelaku kejahatan ini dapat dikategorikan:

a. Usaha integration
b. Usaha placement yang diikuti dengan integration
c. Usaha placement
d. Usaha layering

Pertanyaan 15.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) didirikan berdasarkan amanat
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 yang saat ini digantikan dengan Undang-undang Nomor
8 Tahun 2010. Apa bentuk lembaga PPATK?

a. PPATK merupakan lembaga swasta yang didirikan dibawah naungan KPK


b. PPATK merupakan lembaga Negara dibawah Departemen Keuangan dengan tugas dan
wewenang mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang
c. PPATK merupakan lembaga swasta yang khusus didirikan melalui undang-undang dengn
tugas dan wewenang mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang
d. PPATK merupakan lembaga independen yang didirikan berdasarkan undang-
undang dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden RI dengan tugas dan
wewenang mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.

Pertanyaan 16.

Dalam rangka mendeteksi tindak pidana pencucian uang, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
menetapkan empat jenis laporan yang diterima oleh PPATK dari Pihak Pelapor yaitu :

a. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan Laporan Transaksi Keuangan Tunai


(dalam jumlah kumulatif Rp 500 juta atau lebih atau yang nilainya setara) yang
disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan ,serta Laporan pembawaan Uang tunai dalam
mata uang rupiah atau mata uang lainnya sejumlah Rp 100 juta atau lebih atau setara
dengan itu yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi
b. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan Laporan Transaksi Keuangan Tunai
(dalam jumlah kumulatif Rp 100 juta atau lebih atau yang nilainya setara) yang
disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan ,serta Laporan pembawaan Uang tunai dalam
mata uang rupiah atau mata uang lainnya sejumlah Rp 200 juta atau lebih atau setara
dengan itu yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
c. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan Laporan Transaksi Keuangan Tunai
(dalam jumlah kumulatif Rp 500 juta atau lebih atau yang nilainya setara) yang
disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan, serta Laporan pembawaan Uang tunai dalam
mata uang rupiah atau mata uang lainnya sejumlah Rp 100 juta atau lebih atau setara
dengan itu yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
d. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan, Laporan Transaksi Keuangan Tunai
(dalam jumlah kumulatif Rp 500 juta atau lebih atau yang nilainya setara), dan
Laporan Pengiriman Uang dari dank e Luar negeri yang disampaikan oleh
Penyedia Jasa Keuangan, serta laporan Transaksi senilai Rp. 500 juta atau lebih
yang disampaikan oleh Penyedia barang dan atau Jasa.

Pertanyaan 17.

Dari pilihan dibawah ini manakah yang paling benar:

a. Setiap transaksi keuangan yang dilakukan melalui Penyedia Jasa Keuangan wajib
dilaporkan kepada PPATK. Hal ini untuk memperkaya database yang dimiliki dalam
rangka menunjang hasil analisis yang optimal
b. PPATK memiliki kewenangan penyidikan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Hal ini didasarkan atas peran strategis yang
dimiliki oleh lembaga ini. Selain itu dengan kewenangan penyidikan yang ada akan dapat
memperlancar kerja PPATK
c. Dua tugas utama PPATK yang menonjol dalam kaitannya dengan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang, yaitu tugas mendeteksi adanya indikasi tindak
pidana pencucian uang dan tugas membantu penegakan hukum yang berkaitan
dengan pencucian uang dan tindak pidana yang melahirkannya (predicate crimes)

Pertanyaan 18.

Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh PPATK disampaikan kepada
Kepolisian RI dan Kejaksaan serta penegak hukum lainnya yang menangani , seperti KPK. Dari
pernyataan di bawah ini, mana yang harus dirahasiakan:

a. Daftar pejabat PPATK yang bertugas melakukan analisis


b. Statistik Jumlah hasil analisis
c. Metode dalam melakukan analisis
d. Keseluruhan Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan PPATK

Pertanyaan 19.

Dalam membangun rezim anti pencucian uang yang efektif di Indonesia, pihak-pihak yang
terkait secara langsung adalah:

a. Pihak Pelapor, Lembaga Pengawas dan pengatur (Regulator), Ditjen Bea dan cukai,
PPATK, dan Aparat penegak hukum
b. Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, Mahkamah Agung
c. DPRD dan Pemerintah Daerah
d. Semua jawaban benar

Pertanyaan 20.

Dalam kegiatan analisis, PPATK dapat:

a. Bekerja sama dalam tukar menukar informasi dengan Financial Intelligence Unit (FIU)
Negara lain .
b. Bekerja sama dalam tukar menukar informasi dengan instansi lain dalam negeri sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku.
c. Jawaban a dan b benar
d. Jawaban a dan b salah

Pertanyaan 21.

Dasar hukum kriminalisasi tindak pidana pendanaan terorisme di Indonesia adalah

a. UU No. 25 Tahun 2005 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang


b. UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
c. UU No. 12 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 25 Tahun 2003
d. UU No.9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan
Terorisme

Pertanyaan 22.

Termasuk Penyedia Jasa Keuangan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 adalah:

a. Bank, lembaga pembiayaan,perusahaan efek,pengelola reksadana


b. Custodian,wali amanat,lembaga penyimpanan dan penyelesaian, pedagang valuta asing,
dana pensiun, perusahaan asuransi,dan kantor pos
c. Balai Lelang,pPerusahaan properti, pedagang emas dan permata, pedagang barang seni
dan antik
d. Jawaban a dan b benar

Pertanyaan 23.

Jenis laporan apakah yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kepada PPATK?

a. CBCC (Cross Border Cash Carrying) atau Laporan Pembawaan Uang Tunai
keluar/ masuk wilayah RI
b. STR (Suspicious Transaction Report) atau LTKM (Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan)
c. STR dan CTR
d. CTR (Cash Transaction Report) atau LTKT (laporan Transaksi Keuangan Tunai)

Pertanyaan 24.

Berkaitan dengan Laporan Pembawaan Uang Tunai (Cross Border Cash Carrying/CBCC),
berikut ini adalah pernyataan yang benar :

a. Setiap orang yang membawa uang tunai berupa rupiah sebesar Rp 100.000.000
(seratus juta rupiah) atau lebih atau dalam mata uang asing yang setara, kedalam
atau keluar wilayah RI wajib melaporkan kepada Ditjen Bea dan Cukai
b. Setiap orang yang membawa harta benda yang nilainya sebesar Rp 100.000.000 (seratus
juta rupiah) atau lebih, kedalam atau keluar wilayah RI wajib melaporkan kepada Ditjen
Bea dan Cukai
c. Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah RI tidak wajib melaporkan kepada Ditjen
Bea dan Cukai apabila membawa uang tunai karena negara Indonesia menganut rezim
devisa bebas.
d. Tidak ada jawaban yang benar

Pertanyaan 25.

Instansi manakah yang memiliki wewenang melakukan penyidikan tindak pidana pencucian
uang ?

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia


b. Kejaksaan
c. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Direktorat
Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
d. Jawaban a dan b dan c benar.

Semoga materi modul pembelajaran tentang TPPU ini dapat bermamfaat bagi mewujudkan
Indonesia yang bersih.

Diedit ulang oleh : Zulkarnain.

Anda mungkin juga menyukai