Modul 1 Pengenalan Anti Pencucian Uang Indonesia Website Pribadi
Modul 1 Pengenalan Anti Pencucian Uang Indonesia Website Pribadi
PENDANAAN TERORISME
TUJUAN
Dalam modul ini anda dipandu untuk mampu mengenal anti pencucian uang dan pendanaan
terorisme di Indonesia.
PENDAHULUAN
Pada Modul ini akan membantu Anda untuk memahami pencucian uang dan pendanaan
terorisme sebagai kejahatan, proses penegakan hukum, dan kewajiban berbagai pihak untuk
mendukung penegakan hukum pencucian uang dan pendanaan terorisme.
10 bagian modul yang terangkum dalam tiga tema yaitu, mengenai kejahatan pencucian
uang, pendanaan terorisme, dan pengaturan pencucian uang di Indonesia.
Quiz untuk setiap akhir bagian modul.
Tes pendahuluan dan tes akhir modul.
TES PENDAHULUAN
Berikut adalah Tes Pendahuluan, pada bagian ini Anda akan diminta menjawab 10 (sepuluh)
pertanyaan untuk menjadi pengantar sebelum Anda mengikuti modul.
Pertanyaan 1.
Apa saja yang bisa dilakukan oleh pelaku kejahatan untuk mencuci uangnya:
a) Menyimpan uang hasil tindak pidana di bank dengan memberikan informasi dan
identitas palsu
b) Menyebarkan uang hasil tindak pidana dengan mentransfer ke beberapa orang tanpa
adanya transaksi yang mendasari
c) Membeli rumah mewah di atas namakan orang lain
d) Semua benar
Tanggapan 1.
Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Pencucian uang dapat dilakukan
dengan banyak cara diantaranya dengan menyembunyikan asal usul agar orang lain tidak
mengetahuinya dengan menempatkannya di perbankan, atau menyamarkan dengan dibelikan
barang-barang atas nama orang lain.
Benar : Benar !
Pertanyaan 2.
a) menyembunyikan uang atau kekayaan yang diperoleh dari kejahatan dan menghindari
penegakan hukum
b) meningkatkan keuntungan secara legal dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum
c) Meningkatkan jaringan bisnis untuk kemajuan usahanya
d) uang yang tadinya kotor atau lusuh, setelah dicuci menjadi bersih dan rapi.
Tanggapan 2.
Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Salah satu tujuan dari orang
melakukan pencucian uang adalah agar penegak hukum tidak dapat menelusuri asal usul harta
hasil kejahatannya yang telah disembunyikan atau disamarkan.
Benar : Benar !
Pertanyaan 3.
a) agar pelaku kejahatan tidak dapat dengan mudah menikmati hasil kejahatan mereka
sehingga motivasi untuk melakukan kejahatan berikutnya semakin menurun.
b) agar kestabilan sistem keuangan Indonesia dapat lebih terjaga
c) jawaban a dan b salah
d) jawaban a dan b benar
Tanggapan 3.
Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Pencucian uang harus ditindak tegas
tidak hanya untuk mencegah pelaku kejahatan menikmai harta hasil kejahatan, tetapi juga
menjaga kestabilan sistem keuangan suatu negara.
Benar : Benar !
Pertanyaan 4.
Apa dasar hukum pemberantasan pencucian uang di Indonesia yang berlaku sekarang ?
a) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang
b) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
c) Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
d) Undang-Undang No.25 Tahun 2003 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
Tanggapan 4.
a) Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Pencucian uang diatur dalam
undang-undang tersendiri, yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Benar : Benar !
Pertanyaan 5.
Apa lembaga khusus yang dibentuk oleh undang-undang untuk menerima pelaporan dan
melakukan analisis transaksi keuangan ?
Tanggapan 5.
Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Undang-undang 8 tahun 2010
mengamanatkan pembentukan lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK)
Benar : Benar!
1.1. TUJUAN
Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:
Apabila ada statistik mengenai data uang atau harta kekayaan dari berbagai macam tindak pidana,
misalnya pencurian, penggelapan pajak, korupsi, atau pembalakan hutan, tentu jumlahnya
sangatlah besar.
pencurian
penyelundupan
penggelepan
pajak
uang hasil
tindak
pidana
Pembalakan
korupsi
LIar
Ketika seseorang menerima uang suap, ia menerima uang dalam jumlah besar. Apabila ia
langsung menggunakan uang tersebut bisa jadi ia dicurigai banyak orang. Oleh karena itu, agar
perbuatan menerima suapnya tidak diketahui, pelaku kejahatan tersebut perlu juga untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usulnya.
Perbuatan menyamarkan atau menyembunyikan uang atau harta kekayaan dari hasil tindak
pidana tersebut dikenal dengan nama PENCUCIAN UANG.
Uang Hasil
Orang Simpan
Tindak Bank
Uang
Pidana
Caranya, uang hasil kejahatan tadi bisa saja disimpan di bank atas nama orang lain, bisa
disetorkan secara tunai atau ditransfer ke berbagai rekening yang berbeda atas nama orang-orang
yang berbeda pula, bisa juga dipakai untuk menambah modal usaha atau bisnis legal.
Setelah dicuci, harta kekayaan hasil kejahatan tersebut yang seolah-olah berasal dari kegiatan
yang sah. Kemudian dapat lebih leluasa digunakan oleh pelaku.
Pertama, menyembunyikan uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan. Hal
ini agar uang atau kekayaan tersebut tidak dipermasalahkan secara hukum dan tidak disita oleh
pihak yang berwajib atau juga agar tidak dicurigai banyak orang.
Kedua, menghindari penyelidikan dan/ atau tuntutan hukum. Pelaku kejahatan ingin
melindungi atau menghindari tuntutan hukum dengan cara menjauhkan diri mereka sendiri
dari uang/kekayaan hasil kejahatan, misalnya dengan menyimpannya atas nama orang lain.
Ketiga, meningkatkan keuntungan. Pelaku kejahatan bisa saja mempunyai beberapa usaha lain
yang legal. Seringkali, uang hasil kejahatan disertakan ke dalam perputaran usaha-usaha mereka
yang sah tersebut. Akibatnya, uang hasil kejahatan bisa melebur ke dalam usaha atau bisnis
yang sah, menjadi lebih sulit terdeteksi sebagai hasil kejahatan, dan juga dapat meningkatkan
keuntungan bisnis yang sah tersebut.
Dengan melakukan pencucian uang, penerima suap tadi dapat leluasa menggunakan uangnya
tanpa dicurigai. Misalnya, dengan pura-pura mendapatkan warisan yang ditransfer melalui bank.
Selain itu, uang hasil suap yang seharusnya jadi barang bukti bahwa pelaku nemerima suap pun
bisa disamarkan dengan disimpan di bank atas nama orang lain. Akibatnya, penegak hukum akan
kesulitan melakukan penyelidikan.
Detektif Menggunakan
Kaca Pembesar
1.2.3. MENGAPA PENCUCIAN UANG HARUS DIBERANTAS ?
Selain untuk menjerat pelaku kejahatan, ada beberapa alasan kenapa pencucian uang harus
dicegah dan diberantas, yaitu diantaranya:
Mengembangkan kejahatan. Bila pelaku kejahatan berhasil mencuci uang hasil kejahatannya,
dia dapat menikmati kekayaan yang dihasilkan ataupun digunakan untuk mengembangkan
kejahatan dan organisasi kejahatannya. Tentu hal ini akan sangat merugikan masyarakat.
Merongrong stabilitas sistem keuangan. Banyaknya uang illegal yang secara cepat masuk ke
dalam negeri, berpindah-pindah, dan meninggalkan industry keuangan nasional tanpa
didampingi kegiatan ekonomi produktif yang sepantasnya, cenderung dapat meningkatkan
instabilitas sistem keuangan, menciptakan distorsi ekonomi, dan menyulitkan otoritas moneter
dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar.
Menimbulkan resiko pada intermediasi yang digunakan untuk pencucian uang. Jasa-jasa
yang diberikan oleh bank sebagai Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dapat dipakai sebagai sarana
pencucian uang dapat menimbulkan berbagai risiko. Misalnya Penyedia jasa Keuangan seperti
bank yang digunakan sebagai sarana atau sasaran pencucian uang, dapat berakibat rusaknya
reputasi, keterlibatan dalam masalah hukum, serta terganggunya operasional dan likuiditasnya.
Pendekatan follow the money merupakan istilah lain bagi Pendekatan Anti Pencucian Uang, yaitu
mendahulukan mencari uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana dibandingkan dengan
mencari pelaku kejahatan. Setelah hasil tindak pidana diperoleh melalui pendekatan analisa
transaksi keuangan (financial analysis) kemudian dicarilah pelakunya dan tindak pidana yang
dilakukan.
Beberapa manfaat atau kelebihan yang didapatkan melalui pendekatan follow the money adalah:
2. dapat dilakukan dengan diam-diam, sehingga lebih mudah, dan risiko lebih kecil karena
tidak berhadapan langsung dengan pelaku yang kerap memiliki potensi melakukan
perlawanan;
4. Adanya insentif pengecualian ketentuan rahasia bank dan ketentuan kerahasiaan lainnya.
Pemberantasan pencucian uang bagian dari upaya global menghadapi kejahatan
Peran dan tanggungjawab Indonesia dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang memberikan kontribusi yang riil dalam kancah tata pergaulan internasional. Tindak pidana
ini merupakan persoalan dan perhatian warga dunia. Untuk itu, berbagai organisasi
internasional dan regional telah dibentuk untuk memeranginya.
Menurut perkiraan beberapa lembaga international, pencucian uang secara global diperkirakan
mencapai sekitar USD 1 triliun sampai USD 2,5 triliun per tahun. Jumlah ini sangat besar
mengingat nilai keseluruhan produk barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia (PDB
Indonesia) pada tahun 2007 hanya mencapai sekitar USD 435 milyar.
Dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, PPATK
menerima beberapa laporan dari Pihak pelapor, yaitu Transaksi Keuangan Mencurigakan,
Transaksi Keuangan Tunai, dan transfer dana internasional dari Penyedia Jasa Keuangan, serta
transaksi senilai Rp. 500 juta atau lebih dari Penyedia barang dan atau Jasa. Dari Direktorat
Jenderal bea dan Cukai, PPATK juga menerima laporan pembawaan uang tunai dan atau
instrumen pembayaran senilai Rp 100 juta rupiah atau lebih baik yang masuk atau keluar wilayah
Republik Indonesia. Semua laporan di atas menjadi sumber utama PPATK dalam melakukan
analisis dan pemeriksaan. Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana pencucian uang dan atau
tindak pidana asal, PPATK meneruskannya kepada Penyidik yang berwenang dalam bentuk
Laporan Hasil Analisis (LHA) atau Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Keseluruhan laporan
dari Pihak Pelapor di atas bersifat rahasia, sedangkan LHA dan LHP sebagai informasi intelijen
yang wajib dirahasiakan juga.
Undang-undang yang mengatur tindak pidana pencucian uang telah beberapa kali disempurnakan.
Pertama kali dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang, selanjutnya diubah dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003. Pada tahun
2010, pengaturan pemberantasan tindak pidana pencucian uang digantikan melalui Undang-
undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang.
1.3. RINGKASAN
Pencucian uang adalah semua perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan agar nampak seolah-olah sebagai
harta yang sah.
Tujuan pelaku kejahatan melakukan pencucian uang terutama untuk mempersulit
penegak hukum dalam mengungkap perbuatan pidananya dan akhirnya pelaku pencuci
uang dengan leluasa dapat memanfaatkan hasil kejahatannya baik untuk kegiatan yang
sah atau untuk membiayai kejahatannya.
Dampak pencucian uang antara lain dapat menumbuhsuburkan kejahatan, merongrong
stabilitas sistem keuangan, dan meningkatkan risiko bagi lembaga keuangan.
Pendekatan follow the money merupakan istilah lain bagi Pendekatan Anti Pencucian
Uang, yaitu mendahulukan mengejar uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana
dibandingkan dengan mencari pelaku kejahatan.
Keberadaan PPATK dimaksudkan sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia.
1.4. QUIZ
1. Diantara pernyataan di bawah ini mengenai definisi pencucian uang (money laundering),
manakah yang paling sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia:
a. Pencucian uang adalah suatu bentuk usaha untuk memberikan layanan pencucian pakaian
b. Perbuatan terhadap uang hasil tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan tentang asal-usul uang hasil kejahatan
sehingga tampak seolah-olah berasal dari tindakan yang sah.
c. Suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum dalam rangka mencuci
uang yang semula kotor dan lusuh sehingga menjadi bersih.
d. Ketiga-tiganya jawaban a, b dan c benar.
2. Perlunya diciptakan suatu system atau rezim anti money laundering di suatu Negara, karena
mempunyai dampak terhadap sektor perekonomian, yaitu:
a. Dapat mengakibatkan instabilitas sistem keuangan.
b. Distorsi terhadap sistem persaingan bebas dan mempersulit pengendalian moneter.
c. Meningkatnya risiko bagi lembaga keuangan.
d. Ketiga-tiganya jawaban a, b dan c benar.
3. Pernyataan dibawah ini adalah tidak sesuai dengan paradigma baru dalam pemberantasan
kejahatan money laundering:
a. Follow the money.
b. Follow the suspect harus lebih diutamakan dari pada follow the money.
c. Hasil kejahatan merupakan titik terlemah dari rantai kejahatan.
d. Menghilangkan motivasi pelaku kejahatan dengan menghalangi untuk menikmati hasil
tindak pidana.
4. Dasar hukum yang mengatur keberadaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) sebagai focal point dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang (money
laundering) di Indonesia, adalah:
a. Undang-undang No. 12 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana
telah diuabah dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2003.
b. Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
c. Undang-undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
d. Ketiga-tiganya jawaban a, b dan c salah.
5. Diantara pernyataan di bawah ini adalah bukan merupakan tugas dari PPATK yang
diamanatkan oleh ketentuan perundang-undangan:
a. Mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi tentang transaksi
keuangan yang dilaporkan oleh penyedia jasa keuangan, kemudian PPATK
melakukan penyidikan dugaan tindak pidana pencucian uang.
b. Mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh PPATK sesuai
undang-undang.
c. Membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi Kuangan yang Mencurigakan
(suspicious transaction).
d. Ketiga-tiganya jawaban a, b dan c salah.
1.1. TUJUAN
Pencucian uang dapat dilakukan dengan modus operandi yang sangat beragam, mulai dari
menyimpan uang di bank hingga membeli rumah mewah atau saham. Namun, pada dasarnya
seluruh modus tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis tipologi, yang tidak selalu
terjadi secara bertahap, tetapi bahkan dilakukan secara bersamaan. Ketiga tahapan tipologi
tersebut yaitu: penempatan (placement), pemisahan/pelapisan (layering), dan penggabungan
(integration).
Penempatan (placement) adalah upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan
tindak pidana ke dalam sistem keuangan.
Pemisahan/ pelapisan (layering) adalah memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya, yaitu
tindak pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul dana. Dalam kegiatan ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa
rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lain melalui serangkaian
transaksi yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan menghilangkan jejak sumber
dana tersebut.
Modus operandi pencucian uang dari waktu ke waktu semakin kompleks menggunakan
teknologi dan rekayasa keuangan yang cukup rumit. Hal itu terjadi baik pada tahap placement,
layering, maupun integration, sehingga dalam penanganannya membutuhkan peningkatan
kemampuan secara sistematis dan berkesinambungan.
1.2.2. PENEMPATAN
Penempatan
Penempatan (placement) adalah tahapan pertama dalam pencucian uang, yaitu ketika harta hasil
tindak pidana pertama kali masuk ke dalam sistem keuangan atau berubah bentuk. Dengan
perkembangan teknologi sistem keuangan, setelah mendapatkan harta hasil tindak pidana, pelaku
kejahatan memiliki banyak sekali pilihan untuk melakukan proses penempatan (placement) harta
kekayaannya. Beberapa modus penempatan tersebut diantaranya :
Menempatkan uang dalam sistem perbankan
Menyelundupkan uang atau harta hasil tindak pidana ke negara lain
Melakukan konversi harta hasil tindak pidana
Melakukan penempatan secara elektronik
Memecah-mecah transaksi dalam jumlah yang lebih kecil (structuring)
Menggunakan beberapa pihak lain dalam melakukan transaksi (smurfing)
Penerima suap misalnya, dapat melakukan penempatan hasil suapnya dengan menyimpannya di
bank. Baik menggunakan namanya sendiri atau orang lain.
Tidak jarang pula hal ini kemudian diikuti dengan pengajuan kredit atau pembiayaan. Kemudian
menyetorkan uang pada penyedia jasa keuangan sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan
audit trail.
Penempatan: Menyelundupkan Uang atau Harta Hasil Tindak Pidana ke Negara Lain
Pelaku kejahatan dapat juga melakukan penempatan dengan melakukan pembawaan tunai
melewati negara. Penerima suap tersebut, misalnya bisa membawa harta hasil suapnya ke negara
lain, kemudian ditukarkan dengan mata uang yang berbeda.
Karakteristik lainnya adalah dengan membawa harta hasil tindak pidana tersebut ke negara-
negara yang tidak memiliki pengaturan mata uang yang ketat.
Penempatan juga dilakukan dengan cara melakukan transfer secara elektronik. Dengan dilakukan
secara elektronik transfer uang dapat dilakukan hanya dalam hitungan menit ke manapun,
termasuk melintasi berbagai negara. Kecepatan proses peralihan harta atau aset dan lintas batas
negara dan yurisdiksi membuat proses penelusuran aset menjadi sangat rumit.
Sebagai contoh, pelaku tindak pidana dapat mengirimkan uang melalui jasa pengiriman uang
(alternative remittance) yang secara elektronik langsung terkirim ke lembaga pengiriman uang di
luar negeri. Rekanan pelaku cukup membawa identitasnya ke lembaga pengiriman uang yang
menerima uangnya di luar negeri. Dalam transaksi atau kegiatan transfer tersebut, uang tidak
perlu berpindah secara fisik.
Tahapan ini umumnya juga dilakukan dengan melibatkan orang lain. Misalnya, penerima suap
akan menyerahkan uang yang diterimanya kepada orang yang ia percayai. Baik itu rekanan, anak
buah, keluarga, atau pihak lain.
Rekan yang menerima uang tunai hasil suap tersebut kemudian melakukan pembelian barang-
barang berharga. Baik itu emas, mobil mewah, rumah, atau bahkan barang berharga lain seperti
lukisan atau barang antik. Penerima suap tadi kemudian menerima uang yang telah berubah
menjadi barang tadi seolah-olah sebagai pemberian. Sehingga asal-usul harta kekayaan menjadi
lebih samar.
Pemisahan (layering)
Pemisahan atau pelapisan (layering) adalah tahapan kedua dari perbuatan pencucian uang.
Dalam tahapan ini, uang hasil tindak pidana dipindahkan, disebarkan, dan disamarkan untuk
menyembunyikan asal usulnya. Pemisahan tersebut dapat dilakukan melalui serangkaian
transaksi keuangan yang didesain dengan jejaring transaksi yang rumit untuk ditelusuri.
Beberapa modus layering tersebut diantaranya :
Setelah ditempatkan dalam sistem perbankan, pelaku tindak pidana dapat mudah melakukan
transfer terhadap asetnya tersebut ke mana pun yang ia kehendaki. Apabila transfer tersebut
dilakukan secara elektronik, ia dapat memindahkan asetnya dengan segera, lintas batas negara,
dan berkali-kali, melewati berbagai rekening yang ia kendalikan, rekanannya, atau bahkan
rekening dengan identitas palsu hingga sulit ditelusuri lagi asal usulnya.
Offshore banking menyediakan layanan pembukaan rekening koran untuk penduduk luar negeri.
Dengan menempatkan dana pada suatu bank, yang selanjutnya ditransfer ke rekening Offshore
Banking, pelaku tindak pidana dapat seolah-olah menjauhkan harta hasil tindak pidananya
dengan dirinya. (http://www.fatf-gafi.org/pages/faq/moneylaundering/). Offshore Banking
cenderung memiliki memiliki jaringan bank yang luas sehingga memberikan kemudahan bagi
pelaku tindak pidana untuk melakukan proses pencucian uang.
Pemisahan: Penggunaan Perusahaan Boneka (Shell Company)
Perusahaan boneka (shell company) adalah perusahaan yang didirikan secara formal berdasarkan
aturan hukum yang berlaku, namun tidak digunakan untuk melakukan kegiatan usaha.
Perusahaan boneka didirikan hanya untuk melakukan transaksi fiktif atau menyimpan aset
pendirinya atau orang lain untuk menyamarkan kepemilikan sebenarnya terhadap aset tersebut.
Modus yang digunakan dengan perusahaan boneka misalnya diawali dengan pendirian
perusahaan virtual di luar negeri. Perusahaan virtual ini kemudian membuat rekening koran di
beberapa bank. Pelaku tindak pidana dapat meminta beberapa orang rekanannya untuk menjadi
smurf untuk mentransfer uang hasil tindak pidana ke dalam rekening bank perusahaan virtual,
sehingga seolah-olah merupakan transaksi pembelian saham.
Integration (menggunakan harta kekayaan) adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang
telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk
kejayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah,
ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana. Modus integration dalam pencucian
uang dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
Investasi pada suatu kegiatan usaha merupakan salah satu proses integrasi yang lazim dilakukan.
Melalui investasi tersebut, pelaku tindak pidana menggunakan harta hasil kejahatan yang telah
dicuci untuk membiayai suatu kegiatan bisnis.
Setelah diinvestasikan, uang yang ia peroleh dari kegiatan usaha tersebut dianggap sebagai
pendapatan usahanya.
Dalam melakukan integrasi harta hasil tindak pidana dalam sistem keuangan, pelaku pencucian
uang umumnya diawali dengan penempatan yaitu dengan sebelumnya menempatkan harta hasil
tindak pidananya dalam perbankan atau sebagai aset perusahaan boneka yang didirikan.
Perusahaan boneka tersebut kemudian dibuat seolah-olah melakukan transaksi pembelian aset
properti seperti gedung, dengan harga yang dinaikkan (marked up). Hasil penjualan aset tersebut
kemudian dianggap sebagai pendapatan dari transaksi yang sah.
Pembiayaan korporasi melibatkan proses pencucian uang yang sangat rumit meliputi proses
penempatan dan pemisahan yang juga luar biasa canggih. Misalnya, pelaku tindak pidana
mendirikan perusahaan boneka di luar negeri. Pelaku kemudian menyimpan harta hasil tindak
pidana di dalam perbankan sebagai harta kekayan perusahaan boneka.
Berdasarkan hasil pemeriksaan internal Bank X dan penyidikan oleh kepolisian diketahui bahwa
surat perintah pemindahan dana di atas diduga palsu dan telah ada kerjasama antara petugas
bank dan pelaku kejahatan untuk membobol dana milik nasabah Bank X.
Dalam kasus ini, dua orang pelaku yaitu staffnya Tn L dan konsultan keuangan Tn L yang ikut
terlibat dalam pembobolan dana milik PT Maju telah dipidana melakukan pencucian uang dan
dihukum dengan pidana penjara masing-masing selama 8 (delapan) tahun dan pidana denda
sebesar Rp 1 miliar.
1.2.6. CONTOH KASUS 2
PVA Z telah menerima penukaran uang tunai dari Tn I berupa valuta rupiah ke valuta dollar
Singapura sebesar Rp 23 milyar (layering). Transaksi penukaran valas yang menggunakan dana
tunai tersebut tidak dilaporkan PVA Z sebagai LTKT kepada PPATK. Dana hasil penukaran
tersebut diterima Tn I melalui overbooking di Bank X untuk selanjutnya ditransfer ke bank di
Singapura (layering).
Berdasarkan pemeriksaan dan penyidikan kepolisian, diketahui bahwa sumber asal dana yang
ditukarkan dengan valas di PVA Z berasal dari hasil tindak pidana perbankan yang diindikasikan
dilakukan oleh Direksi Bank G. Saat ini bank G telah tidak beroperasi lagi dan Direksi Bank G
telah ditetapkan sebagai tersangka dan masuk dalam daftar pencairan orang (DPO).
Akibat dari tidak dilaporkannya transaksi tunai yang terjadi di PVA Z tersebut diatas, pengadilan
telah menjatuhkan sanksi pidana denda terhadap PVA Z sebesar Rp 500 juta.
1.1. RINGKASAN
Tipologi pencucian uang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tahap: 1) penempatan (placement),
2) pemisahan (layering) dan 3) penggabungan atau penggunaan (integration). Dalam praktiknya,
modus operandi pencucian uang tidak selalu berjalan dengan bertahap, melainkan dengan saling
menggabungkan tahapan kemudian melakukan tahapan-tahapan pencucian uang berulang-ulang
kali sehingga terjadi proses pencucian uang yang rumit dan melibatkan banyak pihak dan
lembaga penyedia barang dan jasa.
1.2. QUIZ
Pertanyaan 1.
Termasuk dalam tahapan mana ketika pelaku pencucian uang menyimpan uang dalam sistem
keuangan?
a. Penempatan (placement)
b. Pemisahan (layering)
c. Penggabungan (integration)
d. Gabungan placement dan layering
Pertanyaan 2.
Termasuk dalam tahapan mana dalam tipologi pencucian uang dimana pencuci uang melakukan
pentransferan atas uang yang telah disimpan di lembaga keuangan?
a. Penempatan (placement)
b. Pemisahan (layering)
c. Penggabungan (integration)
d. Gabungan placement dan layering
Pertanyaan 3.
Termasuk tahapan mana dalam tipologi pencucian uang, dimana uang yang telah ditransfer
melalui serangkaian transaksi yang kompleks tadi selanjutnya dipergunakan untuk membiayai
kejahatannya?
a. Penempatan (placement)
b. Pemisahan (layering)
c. Penggabungan (integration)
d. Gabungan placement dan layering
Pertanyaan 4.
a. Setiap tahapan modus pencucian uang harus dimulai dari placement, layering, baru
kemudian integration
b. Tahapan integration dapat dilakukan tanpa tahapan layering sebelumnya
c. Satu tahapan modus pencucian uang, apakah itu placement, layering, atau integration,
tidak termasuk perbuatan pencucian uang.
d. Tidak ada jawaban yang benar
Pertanyaan 5.
Suatu ketika, Bapak X sebagai pejabat yang menentukan proses pengadaan barang dan jasa
pemerintah mendapatkan uang suap secara tunai sebesar 10 milyar dari Ibu Y, yang merupakan
perusahaan yang mengikuti tender pengadaan barang dan jasa. Khawatir dicurigai orang, Bapak
X meminta pada Ibu Y agar uangnya dikonversi menjadi saham di perusahaan ibu Y namun atas
nama orang kepercayaan bapak X. Apakah tahapan pencucian uang yang dilakukan oleh Bapak
A?
a. Penempatan melalui menempatkan harta hasil tindak pidana dalam sistem keuangan.
b. Penggunaan harta hasil kejahatan melalui investasi kegiatan usaha.
c. Pemisahan harta hasil tindak pidana dengan melakukan transfer ke beberapa orang
rekanan.
d. Semua jawaban salah
3.1. TUJUAN
Modul bagian ketiga yaitu pendanaan terorisme bertujuan untuk menjelaskan:
a. Apa latar belakang dan tujuan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan
terorisme
b. Apa pengertian tindak pidana pendanaan terorisme
c. Bagaiman sistem bekerjanya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan
terorisme
Latar belakang :
1. Terorisme adalah salah satu bentuk perbuatan keji terhadap manusia dan kemanusiaan,
bahkan dapat berdampak pada instabilitas kedaulatan Negara.
2. Terorisme tidak akan berhasil tanpa adanya bentuk fasilitas dan instrument
pendukung antara lain pendanaan.
3. Perlu pemutusan mata rantai yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum
Tujuan :
Tindak pidana pendanaan terorisme adalah perbuatan apapun yang berkaitaan dana, baik
langsung atau tidak langsung dengan maksud atau diketahui (jika menggunakan istilah
TP pencucian uang diduga) untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris.
Seperti halnya Anti Pencucian Uang, dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pendanaan terorisme, terdapat peran penting dari Penyedia Jasa Keuangan sebagai
Pihak Pelapor, Lembaga Pengawas dan Pengatur, PPATK, dan aparat penegak hukum.
Atas dasar laporan Transaksi keuangan mencurigakan dari penyedia Jasa Keuangan,
PPATK melakukan analisis, dan apabila terdapat indikasi tindak pidana pendanaan
terorisme maka hasil analisis atau hasil pemeriksaan oleh PPATK akan disampaikan
kepada aparat penegak hukum yang berwenang.
3.3. RINGKASAN
1. Latar belakang dan tujuan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan
terorisme sesungguhnya melengkapi atau menyempurnakan instrumen yang telah ada
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan terorisme melalui pendekatan follow the
money.
2. Tindak pidana pendanaan terorisme adalah perbuatan apapun yang berkaitaan dana, baik
langsung atau tidak langsung dengan maksud atau diketahui untuk kegiatan terorisme,
organisasi teroris, atau teroris
3. Sistem bekerjanya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan terorisme
secara umum tidak berbeda dengan rezim anti pencucian uang.
3.4. QUIZ
3.5. TUJUAN
Modul bagian keempat yaitu Pengaturan Pencegahan Dan Pemberantasan Pencucian Uang di
Indonesia bertujuan untuk menjelaskan:
Dalam UU 8/2010, mengatur berbagai hal dalam upaya untuk memberantas dan mencegah
tindak pidana pencucian uang, yaitu:
Sesuai dengan Pasal 2 UU 8 Tahun 2010, tindak pidana yang menjadi pemicu (disebut sebagai
tindak pidana asal atau predicate crime) terjadinya pencucian uang meliputi:
Harta hasil tindak pidana dalam pengertian formil merupakan harta yang dihasilkan dari suatu
tindak pidana yang disebutkan sebagai tindak pidana asal pencucian uang.
Selain harta hasil tindak pidana asal tersebut, harta lain yang dipersamakan dengan harta hasil
tindak pidana menurut UU 8/2010 adalah harta yang patut diduga atau diketahui akan digunakan
atau digunakan secara langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi
teroris, ataupun terorisme perorangan.
Cakupan pengaturan sanksi pidana dalam UU TPPU meliputi tindak pidana pencucian uang
yang dilakukan oleh orang perseorangan, tindak pidana pencucian uang bagi korporasi, dan
tindak pidana yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang.
TPPU dapat dikelompokkan dalam 2 klasifikasi, yaitu TPPU aktif dan TPPU pasif.
1. TPPU aktif sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 3 dan 4 UU TPPU, lebih menekankan
pada pengenaan sanksi pidana bagi :
b. pelaku pencucian uang, yang mengetahui atau patut menduga bahwa harta kekayaan
berasal dari hasil tindak pidana.
2. TPPU pasif sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 5 UU TPPU lebih menekankan pada
pengenaan sanksi pidana bagi :
Anti-Tipping-Off
Selain tindak pidana pencucian uang, UU 8/2010 juga mengatur tindak pidana bagi pelaku yang
membocorkan dokumen dan keterangan yang diterima yang berkaitan dengan pemberantasan
pencucian uang, kecuali dalam rangka pelaksanaan kewajiban sebagaimana undang-undang (anti
tipping-off).
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang memberi tugas, kewenangan dan mekanisme kerja baru bagi PPATK, Pihak
Pelapor, regulator/Lembaga Pengawas dan Pengatur, lembaga penegak hukum, dan pihak
terkait lainnya termasuk masyarakat.
Bagan berikut ini dapat menggambarkan secara singkat hubungan fungsional antar pemangku
kepentingan dalam rezim anti Pencucian Uang di Indonesia.
1. Masyarakat
Masyarakat yang dimaksudkan adalah masyarakat pengguna jasa keuangan atau yang
berkaitan dengan keuangan, seperti nasabah bank, asuransi, perusahaan sekuritas, dana
pensiun dan lainnya termasuk peserta lelang, pelanggan pedagang emas, properti, dan
sebagainya.
Peran masyarakat ini adalah memberikan data dan informasi kepada Pihak Pelapo,r
ketika melakukan hubungan usaha dengan Pihak Pelapor, sekurang-kurangnya meliputi
identitas diri, sumber dana dan tujuan Transaksi dengan mengisi formulir yang
disediakan oleh Pihak Pelapor dan melampirkan Dokumen pendukungnya. Hal ini selaras
dengan slogan Kalau Bersih Kenapa Risih.
Di samping itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam memberikan informasi
kepada aparat penegak hukum yang berwenang atau PPATK apabila mengetahui adanya
perbuatan yang berindikasi pencucian uang
Pihak Pelapor adalah pihak yang wajib menyampaikan laporan kepada PPATK sebagai
berikut:
1) bank;
2) perusahaan pembiayaan;
6) manajer investasi;
7) kustodian;
8) wali amanat;
14) pegadaian;
5) balai lelang.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berkewajiban membuat laporan mengenai pembawaan
uang tunai dan atau instrumen pembayaran lain untuk selanjutnya disampaikan kepada
PPATK.
Laporan yang disusun tersebut bersumber dari hasil pengawasan atas pemberitahuan
setiap orang yang membawa Uang Tunai dan instrumen pembayaran lainnya yang keluar
atau masuk wilayah pabean RI senilai Rp 100 juta atau lebih.
Lembaga Pengawas dan Pengatur terhadap Pihak Pelapor dilaksanakan oleh PPATK
apabila terhadap Pihak Pelapor yang bersangkuta belum terdapat Lembaga Pengawas dan
Pengaturnya.
Pihak-pihak yang menjadi Lembaga Pengawas dan Pengatur terhadap Penyedia Jasa
Keuangan antara lain Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Komunikasi
dan Informatika (KEMKOMINFO), Badan Pengawas Perdagangaan Berjangka
Komoditi (BAPPEBTI), Kementerian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan
Menengah).
Penyidikan
Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana pencucian
uang apabila menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana
pencucian uang saat melakukan penyidikan tindak pidana asal sesuai kewenangannya.
Penuntutan
1) Kejaksaan
melakukan penuntutan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak
pidana asal yang berasal dari pelimpahan berkas perkara oleh penyidik sesuai
dengan kewenangan Kejaksaan sebagaimana diatur di dalam peraturan
perundang-undangan.
melakukan penuntutan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak
pidana asal yang berasal dari pelimpahan berkas perkara oleh penyidik KPK
sesuai dengan kewenangan KPK sebagaimana diatur di dalam peraturan
perundang-undangan.
Proses Pengadilan
1) Pengadilan Umum
melakukan pemeriksaan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak
pidana asal di luar tindak pidana korupsi
Berbagai pihak, baik lembaga pemerintah, perusahaan BUMN dan swasta, maupun
masyarakat luas, menjadi bagian yang saling melengkapi dari sistem anti pencucian uang
di Indonesia.
Masyarakat (Perorangan, Korporasi, Benefial owner)
Pihak Pelapor (PJK dan PBJ), dan Ditjen Bea dan Cukai
Merapkan Prinsip Mengenali pengguna Jasa Laporan tiap orang yg membawa uang dan
Melaporkan TKM, TKT, dan TKTD bagi PJK, dan LT
sesuai ketentuan dari Lembaga Pengawas dan instrumen Rp 100 jt atau lebih keluar masuk
Rp500 jt atau lebih bagi PBJ
pengatur (LPP) wilayah RI oleh Ditjen Bea dan Cukai
PPATK
Menerima Laporan dari Pihak pelapor dan Ditjen Menyampaikan LHA dan LHP kepada Penyidik
Melakukan analisis dan pemeriksaan
Bea dan Cukai tindak pidana asal
Penegak Hukum
Penyidik, menyidik TPPU Penuntut, menyusun dakwaan dan menuntut Hakim, memutus perkara TPPU
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang secara umum dikenal
sebagai unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit/FIU), dibentuk sejak tahun 2002
melalui Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dan
secara khusus diberikan mandat untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang.
PPATK merupakan lembaga independen, bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dan
melaporkan kinerjanya setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,
dan Lembaga Pengawas dan Pengatur.
Tugas PPATK
Sebagai lembaga intelijen keuangan, PPATK berperan mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang di Indonesia. Kewenangan yang diberikan antara lain pengelolaan data
base, menetapkan pedoman bagi Pihak Pelapor, mengkoordinasikan dan memberikan
rekomendasi kepada Pemerintah, mewakili Pemerintah dalam forum internasional,
menyelenggarakan edukasi, melakukan audit kepatuhan dan audit khusus, memberikan
rekomendasi dan atau sanksi kepada Pihak Pelapor, dan mengeluarkan ketentuan Prinsip
Mengenali Pengguna Jasa.
Di samping peran tersebut, peran utama lainnya adalah melakukan analisis atau pemeriksaan
laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang
dan/atau tindak pidana lain, dengan beberapa kewenangan antara lain meminta dan menerima
laporan dan informasi dari berbagai pihak, meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan
sementara seluruh atau sebagian Transaksi, dan meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan
kepada penyidik.
3.7. RINGKASAN
1. Tindak pidana asal adalah tindak pidana yang menjadi pemicu terjadinya tindak pidana
pencucian uang
2. Harta hasil tindak pidana merupakan harta yang dihasilkan dari suatu tindak pidana yang
disebutkan sebagai tindak pidana asal pencucian uang
3. Tindak pidana pencucian uang adalah perbuatan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan hasil tindak pidana, yang dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu aktif dan pasif.
4. PPATK mengemban peran sentral untuk mencegah dan memberantas pencucian uang di
Indonesia
5. Terdapat peran dari berbagai pihak yaitu masyarakat pengguna jasa, Pihak Pelapor,
Lembaga pengawas dan Pengatur, dan aparat penegak hukum, yang kesemuanya
merupakan satu kesatuan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang.
3.8. QUIZ
Pertanyaan 1.
Apa dasar aturan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang di Indonesia yang berlaku saat
ini?
Pertanyaan 2.
Pertanyaan 3.
Pertanyaan 4.
Jika perbankan mengetahui adanya transfer dana ke dalam rekening nasabahnya yang tidak
sesuai profil, apa yang harus dilaporkan oleh perbankan ?
Pertanyaan 5.
Penilaian ini akan mengukur tingkat pemahaman anda mengenai materi Konsep Dasar Sistem
Anti Pencucian Uang.
Pertanyaan 1.
Sejak kapankan tindakan pencucian uang dianggap sebagai tindak pidana di Indonesia?
a. 2003
b. 2002
c. 2001
d. 2004
Pertanyaan 2.
Pertanyaan 3.
Manakah pernyataan berikut ini yang merupakan pengertian dari money laundering?
Pertanyaan 4.
Pertanyaan 5.
Dalam memerangi pencucian uang dan pendanaan terorisme, FATF telah mengeluarkan
rekomendasi sebanyak:
a. 40
b. 40+8
c. 25
d. 40+9
Pertanyaan 6.
Pertanyaan 7.
Lembaga pemerintah dibawah ini bukan bagian integral rezim anti pencucian di Indonesia:
a. Kepolisian
b. Komisi Ombudsman Nasional
c. PPATK
d. Bapepam LK yang saat ini melebur dalam Otoritas Jasa Keuangan
Pertanyaan 8.
Pertanyaan 9.
Penjelasan berikut paling tepat untuk tindakan placement dalam proses pencucian uang:
a. Pelaku kejahatan memindahkan dan/atau memecah uang hasil kejahatan dari satu
rekening ke /menjadi beberap rekening
b. Pelaku kejahatan memasukkan uang hasil kejahatan ke sistem perbankan dengan
membuka rekening deposito berjangka
c. Pelaku kejahatan berhasil mendapatkan uang hasil kejahatan dan menyimpannya di
bawah kasur
d. PPATK melakukan identifikasi awal terjadinya kejahatan
Pertanyaan 11.
Penjelasan berikut paling tepat untuk tindakan integration dalam proses pencucian uang:
Pertanyaan 12.
Tindakan-tindakan berikut merupakan usaha layering dalam proses pencucian uang, kecuali:
a. Pelaku kejahatan mentransfer uang hasil kejahatan ke rekening beberapa orang, lalu
mereka mentransfer kembali ke suatu rekening lain milik pelaku kejahatan tersebut atau
anggota keluarganya
b. Pelaku kejahatan menyuruh orang untuk mengambil uang hasil kejahatan dalam bentuk
cash,lalu memecah-mecah uang tersebut dan memasukkannya ke beberapa rekening bank
lain serta sebagian untuk membeli saham
c. Pelaku kejahatan mengisi kartu kredit dengan limit yang besar untuk dapat dipergunakan
oleh pejabat pemerintah yang membantunya
d. Pelaku kejahatan memindahkan uang hasil kejahatan dari suatu rekening bank ke
beberapa rekening lainnya dalam bank yang sama maupun yang berbeda
Pertanyaan 13.
Seorang pedagang narkoba memperoleh pembayaran tunai yang besar dan memakai uang
tersebut untuk memperluas usaha restoran siap sajinya, antara lain dengan membeli tanah dan
bangunan di sebelahnya serta berbagai peralatan restoran dan perabotan baru. Tindakan ini
merupakan:
a. Transfering
b. Integration
c. Layering
d. Placement
Pertanyaan 14.
Seorang pelaku kejahatan memperoleh kredit dari perusahaan pembiayaan untuk membeli mobil
mewah, kemudian melakukan pelunasan secara cash (tunai) hanya dua bulan setelah
penandatanganan perjanjian kredit yang seharusnya berjalan dua tahun. Usaha yang dilakukan si
pelaku kejahatan ini dapat dikategorikan:
a. Usaha integration
b. Usaha placement yang diikuti dengan integration
c. Usaha placement
d. Usaha layering
Pertanyaan 15.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) didirikan berdasarkan amanat
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 yang saat ini digantikan dengan Undang-undang Nomor
8 Tahun 2010. Apa bentuk lembaga PPATK?
Pertanyaan 16.
Dalam rangka mendeteksi tindak pidana pencucian uang, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
menetapkan empat jenis laporan yang diterima oleh PPATK dari Pihak Pelapor yaitu :
Pertanyaan 17.
a. Setiap transaksi keuangan yang dilakukan melalui Penyedia Jasa Keuangan wajib
dilaporkan kepada PPATK. Hal ini untuk memperkaya database yang dimiliki dalam
rangka menunjang hasil analisis yang optimal
b. PPATK memiliki kewenangan penyidikan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Hal ini didasarkan atas peran strategis yang
dimiliki oleh lembaga ini. Selain itu dengan kewenangan penyidikan yang ada akan dapat
memperlancar kerja PPATK
c. Dua tugas utama PPATK yang menonjol dalam kaitannya dengan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang, yaitu tugas mendeteksi adanya indikasi tindak
pidana pencucian uang dan tugas membantu penegakan hukum yang berkaitan
dengan pencucian uang dan tindak pidana yang melahirkannya (predicate crimes)
Pertanyaan 18.
Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh PPATK disampaikan kepada
Kepolisian RI dan Kejaksaan serta penegak hukum lainnya yang menangani , seperti KPK. Dari
pernyataan di bawah ini, mana yang harus dirahasiakan:
Pertanyaan 19.
Dalam membangun rezim anti pencucian uang yang efektif di Indonesia, pihak-pihak yang
terkait secara langsung adalah:
a. Pihak Pelapor, Lembaga Pengawas dan pengatur (Regulator), Ditjen Bea dan cukai,
PPATK, dan Aparat penegak hukum
b. Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, Mahkamah Agung
c. DPRD dan Pemerintah Daerah
d. Semua jawaban benar
Pertanyaan 20.
a. Bekerja sama dalam tukar menukar informasi dengan Financial Intelligence Unit (FIU)
Negara lain .
b. Bekerja sama dalam tukar menukar informasi dengan instansi lain dalam negeri sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku.
c. Jawaban a dan b benar
d. Jawaban a dan b salah
Pertanyaan 21.
Pertanyaan 22.
Termasuk Penyedia Jasa Keuangan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 adalah:
Pertanyaan 23.
Jenis laporan apakah yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kepada PPATK?
a. CBCC (Cross Border Cash Carrying) atau Laporan Pembawaan Uang Tunai
keluar/ masuk wilayah RI
b. STR (Suspicious Transaction Report) atau LTKM (Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan)
c. STR dan CTR
d. CTR (Cash Transaction Report) atau LTKT (laporan Transaksi Keuangan Tunai)
Pertanyaan 24.
Berkaitan dengan Laporan Pembawaan Uang Tunai (Cross Border Cash Carrying/CBCC),
berikut ini adalah pernyataan yang benar :
a. Setiap orang yang membawa uang tunai berupa rupiah sebesar Rp 100.000.000
(seratus juta rupiah) atau lebih atau dalam mata uang asing yang setara, kedalam
atau keluar wilayah RI wajib melaporkan kepada Ditjen Bea dan Cukai
b. Setiap orang yang membawa harta benda yang nilainya sebesar Rp 100.000.000 (seratus
juta rupiah) atau lebih, kedalam atau keluar wilayah RI wajib melaporkan kepada Ditjen
Bea dan Cukai
c. Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah RI tidak wajib melaporkan kepada Ditjen
Bea dan Cukai apabila membawa uang tunai karena negara Indonesia menganut rezim
devisa bebas.
d. Tidak ada jawaban yang benar
Pertanyaan 25.
Instansi manakah yang memiliki wewenang melakukan penyidikan tindak pidana pencucian
uang ?
Semoga materi modul pembelajaran tentang TPPU ini dapat bermamfaat bagi mewujudkan
Indonesia yang bersih.