PHILIP CROSBY.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu dari sekian banyak persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia
saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah, bila dibandingkan dengan Negara tetangga
lainnya, dalam hal ini tentunya pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih kepada
pendidikan sehingga mutu pendidikan kita semakin berkualitas dan berkrembang.
Mengapa pendidikan kita harus bermutu? Dalam hal ini pendidikan persekolahan di
hadapkan pada berbagai tantangan baik nasional maupun internasional, tantangan nasional
muncul dari dunia ekonomi, sosial, politik, budaya, dan keamanan.
Pada dasarnya peningkatan mutu pendidikan sudah sejak lama dibicarakan oleh para
pelaku pembangunan di bidang pendidikan, tetapi realitas dan bukti empirik yang kita lihat
dilapangan telah menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih dikatakan rendah.
Karena itu dapat dikatakan bahwa sampai saat ini titik berat pembangunan pendidikan masih
ditekankan pada upaya untuk meningkatkan mutu.
Oleh sebab itu penyusun menyajikan sebuah solusi yang kiranya bisa dijadikan bahan
refrensi untuk melihat dimana letak kesalahan dan kelemahan mutu pendidikan kita selama
ini. Dengan menghadirkan pendapat tiga pakar manajemen yang pemikiran-pemikirannya
sangat akuntable yaitu W Edward Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby. Kita bisa
menerapkannya dalam lembaga pendidikan islam.
B. Rumusan Masalah
1. Siapkah W Edwords Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby ?
2. Bagaimana pandangan W Edwords Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby tentang
manajemen mutu pendidikan ?
3. Bagaimana kontribusi W Edwords Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby dalam
manajemen mutu pendidikan islam ?
4. Bagaimana mutu perspektif islam ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui biografi tiga tokoh mutu ?
2. Mengetahui pandangan W Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby dalam
mendefinisikan manajemen mutu pendidikan
3. Mengetahui kontribusi W Edwords Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby dalam
memanajemen mutu suatu lembaga pendidikan islam.
4. Mengetahui mutu dari perspektif Islam
BAB II
PEMBAHASAN
3. Philip B. Crosby.
Philip B. Crosby. (18 Juni 1926 –18 Augustus 2001 M ).
The distinguished career of Mr. Philip B. Crosby (1926-2001) is eminent throughout the
global quality community. For over 35 years, Mr. Crosby was both an illustrious philosopher
and pragmatic practitioner of quality management. His writings have helped to stimulate
international interest in the quality field that was a catalyst for a global awakening and driver
for a worldwide movement that matured over the past two decades. His innovative thinking
and creative outlook on quality management have been the inspiration for thousands of
companies around the world.
Mr. Crosby made many significant contributions to the core quality body of quality
knowledge and served as an international ambassador extending the influence of quality
thinking to the furthest parts of the globe. One area emphasized throughout Mr. Crosby’s
career was his focus on clear communication of the message of quality. Mr. Crosby
considered himself a writer and communicator who plainly spoke his message and reached a
broad audience because of his clear and pragmatic writing style. Mr. Crosby’s contributions
and service are known throughout the global quality community and his influence has
spanned the world at the level of international business leaders.3[3]
Inilah gambaran umum tiga tokoh mutu, setidaknya kita kenal siapa mereka dari
biografi masing-masing, sebelum mengungkapkan isi pemikiran-pemikiran mereka tentang
mutu, karena pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang, tak tahu karena tak kenal.
B. PENGERTIAN MUTU MENURUT W EDWARDS DEMING, JOSEPH JURAN DAN
PHILIP CROSBY.
Sebelum kita simpulkan pengertian mutu kita analisis mutu menurut tiga tokoh mutu
yaitu W Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip Crosby,
Menurut W Edward Deming, Mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil
produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi
8[8]Dani, Kuswara Dan Cepti Triatna, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfbeta, 2011),hlm. 288
9[9]Bush, Toni Dan Marianne Coleman, Manajemen Mutu, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), hlm.
147
10[10]Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 203
beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis
dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu
pendidikan.11[11] Hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai
keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri
sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar
mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar
yang diatur dan disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan
peningkatan mutu tersebut. Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru,
yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah
sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal
dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan.12[12]
Kesimpulan dari pandangan tiga tokoh tadi bahwa mutu dapat diartikan sebagai
derajat kepuasan luar biasa yang di terima oleh costumer sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini,
Tabel 01
perbedaan pandangan tiga tokoh mutu tentang mutu
No Aspek W Edwards Deming Joseph Juran Philip
Crosby
1 Definisi Satu tingkat yang dapat Kemampuan Sesuai
diprediksi dari untuk digunakan persyarat
keseragaman dan (fitness for use). an.
ketergantungan pada
biaya yang rendah
sesuai pasar.
2 Tanggung 94% atas masalah Kurang dari 20% 100%
jawab mutu. karena masalah
manajemen mutu menjadi
senior tanggung jawab
pekerja
3 Standar pres- Banyak skala sehingga Menghindari Kerusaka
tasi/motivasi digunakan statistik kampanye untuk n nol
untuk mengukur mutu melakukan (Zero
di semua bidang. pekerjaan secara Defect)
12[12] Listio Prabowo, Sugeng, Impementasi Sistem Manajemen Mutu, (Malang: UIN-Malang
press, 2009),hlm. 19
No Aspek W Edwards Deming Joseph Juran Philip
Crosby
Kerusakan nol sangat sempurna
penting
4 Pendekatan Mengurangi ke- Manusiawi Pencegah
umum anekaragaman dengan an bukan
perbaikan pengawas
berkesinambungan dan an
menghentikan
pengawasan massal
5 Cara 14 butir 10 butir 14 butir
memperbaiki
mutu
6 Kontrol proses Harus digunakan Disarankan karena Menolak
statistik (SPC) SPC dapat
mengakibatkan
Total Driven
Approach
7 Basis Terus-menerus Pendekatan ke- Proses
perbaikan mengurangi lompok, proyek- bukan
penyimpangan proyek, program,
menetapkan tujuan
tujuan perbaikan
.
8 Kerja sama Partisipasi karyawan Pendekatan tim Tim
tim dalam membuat dan Gugus perbaikan
keputusan Kendali Mutu mutu dan
(GKM atau QCC). Dewan
Mutu
9 Biaya mutu Tidak ada optimal Mutu tidak gratis Mutu
perbaikan terus (Quality is not gratis.
menerus free), terdapat
batas optimal.
Pembelian dan Pengawasan terlalu Masalah Menyatak
barang yang lambat.Menggunakan pembelian an
diterima standar mutu yang merupakan hal persyarat
dapat diterima yang rumit an
sehingga pemasok
diperlukan survei adalah
resmi perluasan
10 Penilaian Tidak kritik atas Ya tetapi -
pemasok banyaknya sistem membantu
memperbaiki
pemasok
11 Hanya satu Ya Tidak dapat di- -
sumber abaikan untuk
penyedia meningkatkan
daya saing
Sumber: manajemen (teori, praktek dan riset pendidikan).13[13]
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam, yang meliputi input, proses output
dan outcome, maka memerlukan partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan
staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus
melakukan tahapan kegiatan untuk menunjang mutu pendidikan sebagai berikut:
1. Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis
menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan
mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan
mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek
intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
3. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan
merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas/
bermutu bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan
dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan
perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya
dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan
masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek
(tahunan termasuk anggarannnya.14[14]
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan, suatu lembaga pendidikan harus
memperbaiki intern lembaga dengan memperbaiki sistim pengelolaan dan kerja sama dalam
meningkatkan lembaga dan mengevaluasi seluruh stekholder lembaga, baru setelah itu
mengadakan promosi keluar (ekstrnal) berupa hasil (output) yang bermutu yang di harapkan
masyarakat.
C. KONTIBUSI W EDWARD DEMING, JOSEPH JURAN dan PHILIP CROSBY
DALAM MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM.
1. W Edward Deming.
13[13] Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktek & Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hlm. 478-479
14[14]Sallis, Edward. Alih Bahasa Ali Riyadi, Ahmad & Fahrurozi.Total Quality
Management in Edecation: Manajemen Mutu Pendidikan. (Yogyakarta: Irchisod, 2006) , hal. 173
Menurut W Edward Deming masalah mutu terletak pada masalah manajemen dalam
hal ini mutu dihadapkan pada lembaga pendidikan harus mengukur dari hal-hal yang
berkaitan dengan manajemen.
Ada 14 poin W Edward Deming yang termasyhur dan merupakan kombinasi baru
tentang manajemen mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya,
yaitu :
1) Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan agar bisa kompetitif dan
tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan.
2) Adopsi falsafah baru.
3) Hindari ketergantungan inspeksi massa untuk mencapai mutu.
4) Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga.
5) Tingkatkan dengan secara konstan sistem produksi dan jasa untuk meningkatkan mutu dan
produktivitas.
6) Lembagakan pelatihan kerja.
7) Lembagakan kepemimpinan.
8) Hilangkan rasa takut agar setiap orang dapat bekerja secara efektif.
9) Uraikan kendala-kendala antar departemen.
10) Hapuskan slogan, desakan dan target serta tingkatkan produktifitas tanpa menambah beban
kerja.
11) Hapuskan standar kerja yang mengunakan quota numerik.
12) Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawanatas keahliannya.
13) Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan
kwalitas kerja.
14) Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi.15[15]
Dari keempat belas poin yang di utarakan W Edward Deming di atas dianalisis atau
dilihat dari kepuasan pihak konsumen dalam hal ini yang dimaksud adalah para peserta didik
dan masyarakat yang bersangkutan dalam dunia pendidikan.
2. Kontribusi Joseph Juran dalam manajeman mutu pendidikan.
Dalam merencanakan mutu pendidikan, Joseph Juran menggunakan pendekatan
Manajemen Mutu Management ( Strategic Quality Management ) yang banyak dibicarakan
dan di terapan ahir-ahir ini.
SQM ( Strategic Quality Management ), adalah sebuah proses tiga bagian yang
didasarkan pada staf pada tingkat yang berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap
peningkatan mutu. Pimpinan lembaga memiliki pandangan strategis tentang organisasi atau
lembaga, wakil pimpinan memiliki pandangan operasional tentang mutu, dan para guru
memiliki tanggung jawab terhadap kontrol mutu.
Jika diperbandingkan antara studi W Edward Deming, Jhosep Juran dan Philip B
Crosby akan ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan .
Persamaannya adalah :
a. Mereka menganggap bahwa customer baik internal maupun eksternal adalah penting
b. Peranan manajer adalah merupakan tangung jawab utama untuk peningkatan kualitas
c. Mengakui terjadinya krisis kualitas yang segera harus diperbaiki atau ditingkatkan melalui
beberapa tindakan
d. Di dalam melihat segi pentingnya kualitas, Philip Crosby mengetengahkan kebiasaan-
kebiasaan kualitas pada organisasi, sedangkan W Edward Deming memperlihatkan obsesi
kualitas dalam rangka memberikan kepuasan kepada customer dan implikasi lain juga dapat
membuat organisasi tetap dalam situasi yang cenderung kompetitif
Mutu (kebaikan) merupakan sesuatu yang memberi manfaat kepada diri sendiri,
lingkungan dan kepada sesama manusia. Tentu saja kebaikan itu dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan oleh Allah SWT, kebaikan itu tak
lain dari amal saleh yang dilakukan atas dasar imandengan ikhlas untuk memperoleh pidho
Allah SWT.24[24]
Jadi, Mutu dalam islam merupakan realisasi dari ajran Ikhsan, yakni berbuat baik
kepada semua pihak disebabkan karena Allah SWT, telah berbuat baik kepada manusia
dengan aneka nikmatNya, dan dilarang berbuat kesalahan dalam bentuk apapun25[25],
sebagaimana yang di firmankan Allah SWT, dalam al-qur’an,
šÆÏB y7t7ŠÅÁtR š[Ys? Ÿwur ( not•ÅzFy$# u‘#¤$!$# ª!$# š•9t?#uä !$yJ‹Ïù Æ÷tGö/$#ur
’Îû yŠ$|¡xÿø9$# Æ÷ö7s? Ÿwur ( š•ø‹s9Î) ª!$# z`|¡ômr& !$yJŸ2 `Å¡ômr&ur ( $u‹÷R‘‰9$#
ÇÐÐÈ tûïωšøÿßJø9$# •=Ïtä† Ÿw ©!$# ¨bÎ) ( ÇÚö‘F{$#
27[27] Swardi, Dampak Srtipikasi Terhadap Peningkatan Kualitas Guru, Skripsi, Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), slatiga, 2010
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Mutu adalah suatu kebutuhan konsumen dan kepuasan pelanggan sepenuhnya terhadap suatu
barang yang di butuhkan atau mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk.
2. Menurut W Edward Deming masalah mutu terletak pada masalah manajemen dalam hal ini
mutu dihadapkan pada lembaga pendidikan harus mengukur dari hal-hal yang berkaitan
dengan manajemen. Ada 14 poin W Edward Deming yang termasyhur dan merupakan
kombinasi baru tentang manajemen mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah
pendekatannya.14 poin diungkapkan Philip Crosby dan 3 poin oleh Joseph Juran mengenai
kontribusi mereka dalam manajemen mutu.
3. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh W Edward Deming, Joseph Juran, dan Phlip B
Crosby tentang kontribusi strategi manajemen mutu pendidikan, pendapat mereka sangat unik
dan menarik untuk diterapkan di dunia pendidikan sekarang ini. Mereka berpendapat cukup
logis, W Edwors Deming cukup rinci dan sangat jelas, senada dengan teori yang diungkapkan
oleh Joseph Juran, yakni tiga aspek sebagai Quality Planing, Quality Qontrol dan Quality
Improvement, lebih kuat lagi teori yang di ungkapkan oleh Philip B Crosby Bahwa bekerja
tanpa salah adalah hal yang sangat mungkin, ungkapan ini mendorong untuk selalu berusaha
agar berhati-hati dalam setiap langkah yang meliputi input, seperti bahan ajar ( kognitif,
afektif dan piskomotorik ) metodologi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya. Sedangkan
Mutu dalam kontek hasil pendidikan mengacu pada perestasi yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun tertentu.
4. Mutu (kebaikan) merupakan realisasi dari ajran ikhsan, yakni berbuat baik kepada semua
pihak, disebabkan karena Allah SWT, telah berbuat baik kepada manusia dengan aneka
nikmatNya, dan dilarang berbuat kesalahan dalam bentuk apapun.
DAFTAR RUJUKAN
Bush, Toni dan Marianne Coleman, Manajemen Mutu, Jogjakarta: IRCiSoD, 2012
Dani, Kuswara dan Cepti Triatna, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfbeta,
2011
Hadis, Abdul dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung: Penerbit AlfaBeta, 2010
Listio Prabowo, Sugeng, Impementasi Sistem Manajemen Mutu, (Malang: UIN-Malang press, 2009
Mulyasana, Dedy, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011
Swardi, Dampak Srtipikasi Terhadap Peningkatan Kualitas Guru, Skripsi, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN), slatiga, 2010
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, Malang: UIN
Maliki Press, 2010
Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktek & Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Prawirosentono, Suyadi, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadutotal Quality Management
Abad 21 Study Kasus dan Analisis, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004