Anda di halaman 1dari 17

MUTU MENURUT W EDWARDS DEMING, JOSEPH JURAN DAN

PHILIP CROSBY.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu dari sekian banyak persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia
saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah, bila dibandingkan dengan Negara tetangga
lainnya, dalam hal ini tentunya pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih kepada
pendidikan sehingga mutu pendidikan kita semakin berkualitas dan berkrembang.
Mengapa pendidikan kita harus bermutu? Dalam hal ini pendidikan persekolahan di
hadapkan pada berbagai tantangan baik nasional maupun internasional, tantangan nasional
muncul dari dunia ekonomi, sosial, politik, budaya, dan keamanan.
Pada dasarnya peningkatan mutu pendidikan sudah sejak lama dibicarakan oleh para
pelaku pembangunan di bidang pendidikan, tetapi realitas dan bukti empirik yang kita lihat
dilapangan telah menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih dikatakan rendah.
Karena itu dapat dikatakan bahwa sampai saat ini titik berat pembangunan pendidikan masih
ditekankan pada upaya untuk meningkatkan mutu.
Oleh sebab itu penyusun menyajikan sebuah solusi yang kiranya bisa dijadikan bahan
refrensi untuk melihat dimana letak kesalahan dan kelemahan mutu pendidikan kita selama
ini. Dengan menghadirkan pendapat tiga pakar manajemen yang pemikiran-pemikirannya
sangat akuntable yaitu W Edward Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby. Kita bisa
menerapkannya dalam lembaga pendidikan islam.

B. Rumusan Masalah
1. Siapkah W Edwords Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby ?
2. Bagaimana pandangan W Edwords Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby tentang
manajemen mutu pendidikan ?
3. Bagaimana kontribusi W Edwords Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby dalam
manajemen mutu pendidikan islam ?
4. Bagaimana mutu perspektif islam ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui biografi tiga tokoh mutu ?
2. Mengetahui pandangan W Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby dalam
mendefinisikan manajemen mutu pendidikan
3. Mengetahui kontribusi W Edwords Deming, Joseph Juran dan Philip B Crosby dalam
memanajemen mutu suatu lembaga pendidikan islam.
4. Mengetahui mutu dari perspektif Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI W EDWORDS DEMING, JOSEPH JURAN DAN PHILIP B CROSBY.


1. William Edwards Deming.
William Edwards Deming ( 14 Oktober 1900-20 Desember 1993 M), adalah seorang
Amerika statistik, Profesor, Penulis, Dosen dan Konsultan. Deming secara luas dikreditkan
dengan meningkatkan produksi di Amerika Serikat selama Perang Dingin, meskipun ia
mungkin paling dikenal untuk karyanya di Jepang. Sejak tahun 1950 dan seterusnya ia
mengajar manajemen puncak bagaimana memperbaiki desain (dan layanan), kualitas produk,
pengujian dan penjualan (yang terakhir melalui pasar global) melalui berbagai cara, termasuk
penerapan metode statistik.
Deming memberikan kontribusi yang signifikan untuk kemudian reputasi
Jepang untuk inovasi produk berkualitas tinggi dan kekuatan ekonomi. Ia dianggap sebagai
telah memiliki dampak yang lebih pada Jepang manufaktur dan bisnis daripada individu lain
bukan dari warisan Jepang. Meskipun dianggap sesuatu pahlawan di Jepang, dia baru mulai
mendapat pengakuan luas di Amerika Serikat pada saat kematiannya. Pada tahun 1917, ia
masuk di University of Wyoming di Laramie, lulus pada tahun 1921 dengan BSc dalam
teknik listrik. In 1925, he received an MS from the University of Colorado, and in 1928, a
Ph.D. From Yale University, Pada tahun 1925, ia menerima MS dari University of Colorado,
dan pada tahun 1928, sebuah Ph.D. dari Universitas Yale. Both graduate degrees were in
mathematics and mathematical physics. Kedua gelar sarjana itu dalam matematika dan fisika
matematika. Deming worked as a mathematical physicist at the United States Department of
Agriculture (1927–1939), and was a statistical adviser for the United States Census Bureau
(1939–1945). Deming bekerja sebagai ahli fisika matematika di Amerika Serikat Departemen
Pertanian (1927-1939), dan merupakan penasihat statistik bagi Biro Sensus Amerika Serikat
(1939-1945). He was a professor of statistics at New York University‘s graduate school of
business administration (1946–1993), and he taught at Columbia University‘s graduate
School of business (1988–1993). Dia adalah seorang profesor statistik di New York
University‘s sekolah lulusan administrasi bisnis (1946-1993), dan ia mengajar di Universitas
Columbia lulusan Sekolah bisnis (1988-1993). He also was a consultant for private business.
Dia juga merupakan seorang konsultan untuk bisnis swasta.1[1]
2. Joseph Juran.
Joseph Juran, (1904-2008) A Leader in Quality Control.
Recently the business world lost a leader in quality control. Joseph Juran died at the age of
one hundred and three. He developed ideas that are still important today to improving the
quality of products. Joseph Juran was born in Braila, Romania. His family came to the United
States in nineteen twelve when he was eight. They settled in Minneapolis, Minnesota. He
studied electrical engineering at the University of Minnesota. He was also the school
champion at the game of chess. After college, the Western Electric Company put him to work
on mathematical methods of quality control.
He became interested in the idea he termed "vital few and trivial many." This idea is
popularly known as the "eighty-twenty rule." It could mean, for example, that eighty percent
of manufacturing problems result from twenty percent of the causes. He named it the "Pareto
principle," for the Italian economist Vilfredo Pareto. A century ago, Pareto observed that
eighty percent of the wealth in Italy went to twenty percent of the population. But Joseph
Juran came to recognize that he had misnamed this principle. He knew that unequal
distribution had long been observed in other areas, not just wealth. Yet he gave Pareto credit
for identifying it as "universal" when, it seemed, he could have taken the credit himself. He
could have called it, he said, the Juran principle. In nineteen fifty-one, he published his
"Quality Control Handbook." This influential book especially interested the Japanese. He was
invited to teach in Japan, and he advised some of its largest companies. The Japanese also
had help from another American, William Edwards Deming. The two experts helped Japan
become a world leader in quality control. In nineteen sixty-four Joseph Juran published
"Managerial Breakthrough." This book formed the basis of several other strategies to reduce
manufacturing mistakes and cut waste. Among them are the methods known as Six Sigma

1[1] http://kminoz.wordpress.com/2010/05/25/profil-w-edward-deming/ Diambil Tanggal 02 Oktober,


2013, pukul 20.30
and lean management. In nineteen seventy-nine, Joseph Juran established the Juran Institute
in Connecticut. It works with organizations that want to improve quality. But the main
purpose of the institute, he said, is to improve society. Joseph Juran died on February twenty-
eighth in Rye, New York. That was where he lived with Sadie Juran, his wife of eighty-one
years. And that's the VOA Special English Economics Report, written by Mario Ritter. I'm
Steve Ember.2[2]

3. Philip B. Crosby.
Philip B. Crosby. (18 Juni 1926 –18 Augustus 2001 M ).
The distinguished career of Mr. Philip B. Crosby (1926-2001) is eminent throughout the
global quality community. For over 35 years, Mr. Crosby was both an illustrious philosopher
and pragmatic practitioner of quality management. His writings have helped to stimulate
international interest in the quality field that was a catalyst for a global awakening and driver
for a worldwide movement that matured over the past two decades. His innovative thinking
and creative outlook on quality management have been the inspiration for thousands of
companies around the world.
Mr. Crosby made many significant contributions to the core quality body of quality
knowledge and served as an international ambassador extending the influence of quality
thinking to the furthest parts of the globe. One area emphasized throughout Mr. Crosby’s
career was his focus on clear communication of the message of quality. Mr. Crosby
considered himself a writer and communicator who plainly spoke his message and reached a
broad audience because of his clear and pragmatic writing style. Mr. Crosby’s contributions
and service are known throughout the global quality community and his influence has
spanned the world at the level of international business leaders.3[3]

Inilah gambaran umum tiga tokoh mutu, setidaknya kita kenal siapa mereka dari
biografi masing-masing, sebelum mengungkapkan isi pemikiran-pemikiran mereka tentang
mutu, karena pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang, tak tahu karena tak kenal.
B. PENGERTIAN MUTU MENURUT W EDWARDS DEMING, JOSEPH JURAN DAN
PHILIP CROSBY.
Sebelum kita simpulkan pengertian mutu kita analisis mutu menurut tiga tokoh mutu
yaitu W Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip Crosby,

Menurut W Edward Deming, Mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil
produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi

2[2] http://www.Josephjuran.com/25years/crosby. Diambil Tanggal 02 Oktober 2013, puku20.30

3[3] http://www.philipcrosby.com/25years/crosby. Diambil Tanggal 02 Oktober 2013, pukul


20.30
konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk
perusahaan baik berupa barang maupun jasa.4[4]
Menurut Jhosep Juran, Mutu ialah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut
didasarkan atas lima ciri utama yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa
atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika, yaitu
sopan santun.5[5]
Menurut Philip B Crosby, Mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar
atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses
produksi, dan produk jadi.6[6]
Dari ketiga tokoh ini dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya mutu itu suatu
kebutuhan konsumen terhadap kepuasan pelanggan sepenuhnya terhadap suatu barang yang
di butuhkan atau mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan
pelanggan terhadap sebuah produk.
Dalam kontek pendidikan, pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada peroses
pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam peroses pendidikan yang bemrutu terlibat berbagai
input, seperti bahan ajar ( kognitif, afektif dan piskomotorik ) metodologi, sarana prasarana
dan sumber daya lainnya. Sedangkan Mutu dalam kontek hasil pendidikan mengacu pada
perestasi kebaikan yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun tertentu.7[7]
Pendidikan islam di indonesia masih belum bisa memberikan corak yang begitu
menonjol terutama di bidang umum yang mengisi sektor umum lebih banyak keluaran
pendidikan umum, belum kita temukan serjana islam yang notabenenya dari perguruan tinggi
islam yang mengisi sektor teknologi, oleh sebab itu perguruan-perguruan tinggi agama islam
segera mewujudkan perguruan tinggi STAIN menjadi UIN, agar mutu pendidikan bisa
bersinergi saling mengisi antara ilmu agama dengan ilmu umum.
Mengapa pendidikan kita harus bermutu? Dalam hal ini pendidikan persekolahan di
hadapkan pada berbagai tantngan baik nasional maupun internasional, tantangan nasionl

4[4]Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (


Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 78

5[5]Prawirosentono, Suyadi, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadutotal Quality


Management Abad 21 Study Kasus dan Analisis, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm, 5

6[6]Hadis, Abdul dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Penerbit


AlfaBeta, 2010), hlm .2

7[7]Rusman, Manajemen Kurikulum, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 555


muncul dari dunia ekonomi, sosial, politik, budaya, dan keamanan.8[8] Perbaikan mutu
pendidikan islam harus segera dilakukan secara terus menerus dengan cara memperbaiki
manajemen mutu pendidikannya9[9]. Organisasi-organisasi pendidikan memegang peranan
awal dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu kami dalam makalah ini berusaha
membahas mengenai mutu pendidikan melalui pendekatan manajemen mutu.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan
selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini
lebih bersifat penyesuaian diri ke dalam. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada
asumsi bahwa bila mana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-
buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan
tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan
dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata
strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function tidak
berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam
institusi ekonomi dan industri.10[10]
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented,(organisasi
pusat) diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang
diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya
di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya
cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat
oleh birokrasi pusat.
Diskusi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa pembangunan
pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus
lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak
harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis
meningkatkan mutu pendidikan.
Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan
dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang

8[8]Dani, Kuswara Dan Cepti Triatna, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfbeta, 2011),hlm. 288

9[9]Bush, Toni Dan Marianne Coleman, Manajemen Mutu, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), hlm.
147

10[10]Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 203
beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis
dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu
pendidikan.11[11] Hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai
keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri
sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar
mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar
yang diatur dan disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan
peningkatan mutu tersebut. Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru,
yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah
sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal
dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan.12[12]
Kesimpulan dari pandangan tiga tokoh tadi bahwa mutu dapat diartikan sebagai
derajat kepuasan luar biasa yang di terima oleh costumer sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini,

Tabel 01
perbedaan pandangan tiga tokoh mutu tentang mutu
No Aspek W Edwards Deming Joseph Juran Philip
Crosby
1 Definisi Satu tingkat yang dapat Kemampuan Sesuai
diprediksi dari untuk digunakan persyarat
keseragaman dan (fitness for use). an.
ketergantungan pada
biaya yang rendah
sesuai pasar.
2 Tanggung 94% atas masalah Kurang dari 20% 100%
jawab mutu. karena masalah
manajemen mutu menjadi
senior tanggung jawab
pekerja
3 Standar pres- Banyak skala sehingga Menghindari Kerusaka
tasi/motivasi digunakan statistik kampanye untuk n nol
untuk mengukur mutu melakukan (Zero
di semua bidang. pekerjaan secara Defect)

11[11]Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di


Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 135

12[12] Listio Prabowo, Sugeng, Impementasi Sistem Manajemen Mutu, (Malang: UIN-Malang
press, 2009),hlm. 19
No Aspek W Edwards Deming Joseph Juran Philip
Crosby
Kerusakan nol sangat sempurna
penting
4 Pendekatan Mengurangi ke- Manusiawi Pencegah
umum anekaragaman dengan an bukan
perbaikan pengawas
berkesinambungan dan an
menghentikan
pengawasan massal
5 Cara 14 butir 10 butir 14 butir
memperbaiki
mutu
6 Kontrol proses Harus digunakan Disarankan karena Menolak
statistik (SPC) SPC dapat
mengakibatkan
Total Driven
Approach
7 Basis Terus-menerus Pendekatan ke- Proses
perbaikan mengurangi lompok, proyek- bukan
penyimpangan proyek, program,
menetapkan tujuan
tujuan perbaikan
.
8 Kerja sama Partisipasi karyawan Pendekatan tim Tim
tim dalam membuat dan Gugus perbaikan
keputusan Kendali Mutu mutu dan
(GKM atau QCC). Dewan
Mutu
9 Biaya mutu Tidak ada optimal Mutu tidak gratis Mutu
perbaikan terus (Quality is not gratis.
menerus free), terdapat
batas optimal.
Pembelian dan Pengawasan terlalu Masalah Menyatak
barang yang lambat.Menggunakan pembelian an
diterima standar mutu yang merupakan hal persyarat
dapat diterima yang rumit an
sehingga pemasok
diperlukan survei adalah
resmi perluasan
10 Penilaian Tidak kritik atas Ya tetapi -
pemasok banyaknya sistem membantu
memperbaiki
pemasok
11 Hanya satu Ya Tidak dapat di- -
sumber abaikan untuk
penyedia meningkatkan
daya saing
Sumber: manajemen (teori, praktek dan riset pendidikan).13[13]
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam, yang meliputi input, proses output
dan outcome, maka memerlukan partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan
staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus
melakukan tahapan kegiatan untuk menunjang mutu pendidikan sebagai berikut:
1. Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis
menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan
mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan
mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek
intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
3. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan
merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas/
bermutu bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan
dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan
perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya
dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan
masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek
(tahunan termasuk anggarannnya.14[14]
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan, suatu lembaga pendidikan harus
memperbaiki intern lembaga dengan memperbaiki sistim pengelolaan dan kerja sama dalam
meningkatkan lembaga dan mengevaluasi seluruh stekholder lembaga, baru setelah itu
mengadakan promosi keluar (ekstrnal) berupa hasil (output) yang bermutu yang di harapkan
masyarakat.
C. KONTIBUSI W EDWARD DEMING, JOSEPH JURAN dan PHILIP CROSBY
DALAM MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM.
1. W Edward Deming.

13[13] Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktek & Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hlm. 478-479
14[14]Sallis, Edward. Alih Bahasa Ali Riyadi, Ahmad & Fahrurozi.Total Quality
Management in Edecation: Manajemen Mutu Pendidikan. (Yogyakarta: Irchisod, 2006) , hal. 173
Menurut W Edward Deming masalah mutu terletak pada masalah manajemen dalam
hal ini mutu dihadapkan pada lembaga pendidikan harus mengukur dari hal-hal yang
berkaitan dengan manajemen.
Ada 14 poin W Edward Deming yang termasyhur dan merupakan kombinasi baru
tentang manajemen mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya,
yaitu :
1) Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan agar bisa kompetitif dan
tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan.
2) Adopsi falsafah baru.
3) Hindari ketergantungan inspeksi massa untuk mencapai mutu.
4) Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga.
5) Tingkatkan dengan secara konstan sistem produksi dan jasa untuk meningkatkan mutu dan
produktivitas.
6) Lembagakan pelatihan kerja.
7) Lembagakan kepemimpinan.
8) Hilangkan rasa takut agar setiap orang dapat bekerja secara efektif.
9) Uraikan kendala-kendala antar departemen.
10) Hapuskan slogan, desakan dan target serta tingkatkan produktifitas tanpa menambah beban
kerja.
11) Hapuskan standar kerja yang mengunakan quota numerik.
12) Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawanatas keahliannya.
13) Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan
kwalitas kerja.
14) Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi.15[15]

Dari keempat belas poin yang di utarakan W Edward Deming di atas dianalisis atau
dilihat dari kepuasan pihak konsumen dalam hal ini yang dimaksud adalah para peserta didik
dan masyarakat yang bersangkutan dalam dunia pendidikan.
2. Kontribusi Joseph Juran dalam manajeman mutu pendidikan.
Dalam merencanakan mutu pendidikan, Joseph Juran menggunakan pendekatan
Manajemen Mutu Management ( Strategic Quality Management ) yang banyak dibicarakan
dan di terapan ahir-ahir ini.
SQM ( Strategic Quality Management ), adalah sebuah proses tiga bagian yang
didasarkan pada staf pada tingkat yang berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap
peningkatan mutu. Pimpinan lembaga memiliki pandangan strategis tentang organisasi atau
lembaga, wakil pimpinan memiliki pandangan operasional tentang mutu, dan para guru
memiliki tanggung jawab terhadap kontrol mutu.

15[15]Usman, Husaini, Manajemen ... hlm. 503


SQM ( Strategic Quality Management ), cocok diterapkan dalam konteks pendidikan
sejalan dengan gagasan Consultant at Work oleh John Miller dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan. John Miller berpendapat bahwa manajemen senior ( Dewan Rektor) perlu
menggunakan manajemen mutu strategis dengan cara menyusun visi, rioritas dan kebijakan
universitas.16[16]
Joseph Juran memperkenalkan tiga peroses kualitas atau mutu diantaranya sebagi
berikut:
a. Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas pelanggan, menentukan
kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, dan meningkatkan kemampuan peroses.
b. Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar pengendalian, memilih jenis
pengukuran, menyusun standar kerja, dan mengukur kinerja yang sesungguhnya,
c. Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari: mengidentifikasi
perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk mendiagonis kesalahan, menemukan
penyebab kesalahan peningkatan kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.17[17]

Joseph Juran berpendapat bahwa penggunaan sebuah pendekatan untuk


meningkatkan mutu pendidikan harus tahap demi tahap sebab semua bentuk peningkatan
mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi tahap.
Menurut Joseph Juran komponen manajemen mutu diatas secara sistematis menjadi
hal-hal dibawah ini:
a. Membangun kesadaran terhadap kebutuhan dan kesempatan untuk pengembangan
b. Menyusun tujuan yang jelas untuk pengembangan
c. Menciptakan susuanan organisasi untuk menjalankan proses pengembangan
d. Menyediakan pelatihan yang sesuai
e. Mengambil pendekatan terhadap penyelesaian masalah
f. Mengidentipikasi dan melaporkan pelaksanaan.
g. Mengetahui keberhasilan.
h. Mengomunikasikan hasil.
i. Melaporkan perubahan dan
j. Mengembangkan peningkatan tahunan pada seluruh proses pendidikan18[18]
Dalam mengelola mutu pendidikan, hemat penyusun seorang pimpinan harus
memperhatikan komponen-komponen diatas, selain itu harus mengevaluasi sejauh mana
keberhasilan yang telah dilakukan yang berkaitan dengan perencanaan The Juran Trilogy

16[16] Ibid, 107

17[17]Rusman, Manajemen... hlm, 564-565

18[18] Usman, Husaini, Manajemen..., hlm. 504


tentang mutu (Quality Planning), pengendalian mutu (Quality Control), dan perbaikan serta
peningkatan mutu (Quality Improvement).
3. Kontribusi Philip B Crosby dalam Mutu Pendidikan .
B Philip Crosby menyatakan bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan
mutu akan menghasilkan mutu yang baik. Penghematan sebuah institusi akan datang dengan
sendirinya ketika institusi tersebut melakukan segala sesuatunya dengan benar. selalu
berusaha agar berhati-hati dalam setiap langkah yang meliputi input, seperti bahan ajar (
kognitif, afektif dan piskomotorik ) metodologi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya.
Sedangkan Mutu dalam kontek hasil pendidikan mengacu pada perestasi yang dicapai oleh
sekolah pada setiap kurun tertentu.
Ada 14 langkah Philip B Crosby untuk meraih manjemen mutu pendidikan, yaitu :
a. Komitmen Manajemen ( Management Commitment )
b. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)
c. Pengukuran Mutu ( Quality Measurement )
d. Mengukur Biaya Mutu ( The Cost Of Quality )
e. Membangun Kesadaran Mutu ( Quality Awareness )
f. Kegiatan Perbaikan ( Corrective Action )
g. Perencanaan tanpa cacat ( Zero Deffects Planning )
h. Menekankan Perlunya Pelatihan Pengawas ( Supervisor Training )
i. Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat ( Zero Defects Day )
j. Penyusunan Tujuan ( Goal Setting )
k. Penghapusan Sebab Kesalahan ( Error Cause Removal )
l. Pengakuan ( Recognition )
m. Mendirikan Dewan-dewan Mutu ( Quality Councils )
n. Lakukan Lagi ( Do It Over Again ).19[19]

Jika diperbandingkan antara studi W Edward Deming, Jhosep Juran dan Philip B
Crosby akan ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan .
Persamaannya adalah :
a. Mereka menganggap bahwa customer baik internal maupun eksternal adalah penting
b. Peranan manajer adalah merupakan tangung jawab utama untuk peningkatan kualitas
c. Mengakui terjadinya krisis kualitas yang segera harus diperbaiki atau ditingkatkan melalui
beberapa tindakan
d. Di dalam melihat segi pentingnya kualitas, Philip Crosby mengetengahkan kebiasaan-
kebiasaan kualitas pada organisasi, sedangkan W Edward Deming memperlihatkan obsesi
kualitas dalam rangka memberikan kepuasan kepada customer dan implikasi lain juga dapat
membuat organisasi tetap dalam situasi yang cenderung kompetitif

19[19] Ibid, 505


e. Menyukai tindakan yang konkrit dari pada sekedar dengan menggunakan slogan dan
peringatan
f. Training merupakan investasi untuk masa depan
g. Partisipasi aktip dalam usaha-usaha pemecahan masalah
h. Penggunaan teknik dan pengetahuan ilmiah
i. Diklat merupakan suatu yang penting
j. Pentingnya memperbaiki kualitas secara berkelanjutan, W Edward Deming menyebutnya
dengan lakukan terus dan selamanya sedangkan Philip Crosby menyebutnya berulang lagi
k. Perlunya sebuah organisasi pengendali mutu
l. Peranan pimpinan adalah merupakan tanggung jawab utama untuk meningkatkan
kualitas.20[20]
Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. W Edward Deming lebih menekankan pada manajemen yang cukup keras dibandingkan
dengan Philip Crosby
b. Pendekatan yang dilakukan W Edward Deming lebih bersifat spesifik dan Philip Crosby
lebih bersifat general
c. W Edward Deming mengusulkan perlunya mencari isu-isu kunci atau pokok yang ditindak
lanjuti dengan peningkatan secara kontinu dan dilarikan pada konsep optimisme pada sistem
yang menyeluruh , disisi lain Philip Crosby setelah menemukan isu-isu pokok ditindak lanjuti
dengan trilogi kualitas yaitu perencanaan, pengawasan, dan perbaikan
d. W Edward Deming lebih memperdulikan pada konsep pendidikan sedangkan Philip Crosby
mengutamakan pada membangun bagian-bagian serta merinci pelaksanaan
e. W Edward Deming lebih mempokuskan pada manajemen dan proses dari pada kelulusan
sedangkan Philip Crosby lebih mementingkan pada hasil
f. W Edward Deming percaya penuh bahwa kualitas manajemen dan pertanggung jawaban
pada tindakan perbaikan ditujukan pada seluruh karyawan sedangkan Philip Crosby
mementingkan pertanggung jawaban kualitas terletak pada manajer menengah.
Melihat kebanyakan realitas pendidikan dewasa ini yang dihadapkan kepada berbagai
bentuk persaingan, oleh karena itu upaya meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan sangat
di utamkan, lebih-lebih lembaga pendidikan Islam.
D. MUTU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

20[20]Dani, Kuswara dan Cepti Triatna, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan,


(Bandung: Alfbeta, 2011), hlm. 299
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berlomba dalam kebaikan (Fastabiqul
Khairot), untuk dapat berlomba dalam melakukan kebaikan (mutu),, terlebih dahulu
seseorang harus memahami apa arti kebaikan, mengapa harus berbuat baik, dan bagaimana
caranya berbuat baik.
Konsep mutu (kebaikan) muncul dalam pesan Allah SWT, yang tertuang dalam al-
qur’an,
$tB tûøïr& 4 ÏNºuŽö•y‚ø9$# (#qà)Î7tFó™$$sù ( $pkŽÏj9uqãB uqèd îpygô_Ír 9e@ä3Ï9ur
Ö•ƒÏ‰s% &äóÓx« Èe@ä. 4’n?tã ©!$# ¨bÎ) 4 $·èŠÏJy_ ª!$# ãNä3Î/ ÏNù'tƒ (#qçRqä3s?
ÇÊÍÑÈ
Artinya, Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.21[21]
ÇÐÈ ¼çnt•tƒ #\•ø‹yz >o§‘sŒ tA$s)÷WÏB ö@yJ÷ètƒ `yJsù
Artnya, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya.22[22]

ÇÏÉÈ ß`»|¡ômM}$# žwÎ) Ç`»|¡ômM}$# âä!#t“y_ ö@yd


Artinya, tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).23[23]

Mutu (kebaikan) merupakan sesuatu yang memberi manfaat kepada diri sendiri,
lingkungan dan kepada sesama manusia. Tentu saja kebaikan itu dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan oleh Allah SWT, kebaikan itu tak
lain dari amal saleh yang dilakukan atas dasar imandengan ikhlas untuk memperoleh pidho
Allah SWT.24[24]
Jadi, Mutu dalam islam merupakan realisasi dari ajran Ikhsan, yakni berbuat baik
kepada semua pihak disebabkan karena Allah SWT, telah berbuat baik kepada manusia
dengan aneka nikmatNya, dan dilarang berbuat kesalahan dalam bentuk apapun25[25],
sebagaimana yang di firmankan Allah SWT, dalam al-qur’an,
šÆÏB y7t7ŠÅÁtR š[Ys? Ÿwur ( not•ÅzFy$# u‘#¤$!$# ª!$# š•9t?#uä !$yJ‹Ïù Æ÷tGö/$#ur
’Îû yŠ$|¡xÿø9$# Æ÷ö7s? Ÿwur ( š•ø‹s9Î) ª!$# z`|¡ômr& !$yJŸ2 `Å¡ômr&ur ( $u‹÷R‘‰9$#
ÇÐÐÈ tûïωšøÿßJø9$# •=Ïtä† Ÿw ©!$# ¨bÎ) ( ÇÚö‘F{$#

21[21] QS. Al Baqaroh, [2] : 148

22[22] QS. Az-Zalzalah, [99] : 7

23[23] QS Ar-Raman, [55] : 60

24[24]Mulyasana, Dedy, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2011), hlm. 229

25[25] Mulyadi, Kepemimpinan,...hlm.79


Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.26[26]
Dalam ayat diatas dapat kita ambil beberapa inti sari yakni:
1. Berbuat baik kepada manusia sebagaimana Allah berbuat baik kepada kita,
2. Jangan mengadakan kerusakan dimuka bumi, dalam cankupan yang lebuh luas jangan
menipu orang lain dengan suatu bentuk apapun dalam hal kualitas suatu barang misalnya,
3. Selalu berbuat untuk dunia dan akherat secara seimbang, dan
4. Allah SWT, tidak suka kepada orang-orang yang selalu berbuat kerusakan.
Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan standar
yang harus dipenuhi oleh lembaga yang disebut pendidikan baik pendidikan formal maupun
non formal, standar pendidikan itu diantaranya: standar isi, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengeloaan,
standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.27[27]
Untuk itu, masyarakat pendidikan harus menyakini bahwa dunia ini hanya merupakan
tempat yang akan segera kita tinggalkan, sedangkan akherat merupakan tempat yang kita
tuju, kehidupan di dunia bersifat sementara dan serba ketidak pastian, sedangkan akherat
adalah tempat yang pasti dan abadi. Dengan demikian, jadikan dunia sebagai tempat
berlomba dlam melakukan kebaikan, orang yang beruntung adalah mereka yang menjadikan
dunia sebagi tempatmenanam kebaikan untuk perbekalan akherat.

26[26] QS Al-Qoshosh [28] : 77

27[27] Swardi, Dampak Srtipikasi Terhadap Peningkatan Kualitas Guru, Skripsi, Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), slatiga, 2010
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Mutu adalah suatu kebutuhan konsumen dan kepuasan pelanggan sepenuhnya terhadap suatu
barang yang di butuhkan atau mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk.
2. Menurut W Edward Deming masalah mutu terletak pada masalah manajemen dalam hal ini
mutu dihadapkan pada lembaga pendidikan harus mengukur dari hal-hal yang berkaitan
dengan manajemen. Ada 14 poin W Edward Deming yang termasyhur dan merupakan
kombinasi baru tentang manajemen mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah
pendekatannya.14 poin diungkapkan Philip Crosby dan 3 poin oleh Joseph Juran mengenai
kontribusi mereka dalam manajemen mutu.
3. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh W Edward Deming, Joseph Juran, dan Phlip B
Crosby tentang kontribusi strategi manajemen mutu pendidikan, pendapat mereka sangat unik
dan menarik untuk diterapkan di dunia pendidikan sekarang ini. Mereka berpendapat cukup
logis, W Edwors Deming cukup rinci dan sangat jelas, senada dengan teori yang diungkapkan
oleh Joseph Juran, yakni tiga aspek sebagai Quality Planing, Quality Qontrol dan Quality
Improvement, lebih kuat lagi teori yang di ungkapkan oleh Philip B Crosby Bahwa bekerja
tanpa salah adalah hal yang sangat mungkin, ungkapan ini mendorong untuk selalu berusaha
agar berhati-hati dalam setiap langkah yang meliputi input, seperti bahan ajar ( kognitif,
afektif dan piskomotorik ) metodologi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya. Sedangkan
Mutu dalam kontek hasil pendidikan mengacu pada perestasi yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun tertentu.
4. Mutu (kebaikan) merupakan realisasi dari ajran ikhsan, yakni berbuat baik kepada semua
pihak, disebabkan karena Allah SWT, telah berbuat baik kepada manusia dengan aneka
nikmatNya, dan dilarang berbuat kesalahan dalam bentuk apapun.

DAFTAR RUJUKAN
Bush, Toni dan Marianne Coleman, Manajemen Mutu, Jogjakarta: IRCiSoD, 2012

Dani, Kuswara dan Cepti Triatna, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfbeta,
2011

Departemen Agama. Al Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2012

Hadis, Abdul dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung: Penerbit AlfaBeta, 2010
Listio Prabowo, Sugeng, Impementasi Sistem Manajemen Mutu, (Malang: UIN-Malang press, 2009
Mulyasana, Dedy, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011

Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia,


Jakarta: Kencana, 2007

Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2007


Rusman, Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Sallis, Edward. Alih Bahasa Ali Riyadi, Ahmad & Fahrurozi.Total Quality Management in
Edecation: Manajemen Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Irchisod, 2006

Swardi, Dampak Srtipikasi Terhadap Peningkatan Kualitas Guru, Skripsi, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN), slatiga, 2010

Http://Kminoz.Wordpress.Com/2010/05/25/Profil-W-Edward-Deming/diambil Tanggal 02 Oktober


2013, pukul 20.30

Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, Malang: UIN
Maliki Press, 2010

Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktek & Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Prawirosentono, Suyadi, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadutotal Quality Management
Abad 21 Study Kasus dan Analisis, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004

Anda mungkin juga menyukai