Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

MESIN PERALATAN INDUSTRI PANGAN

PENGAYAKAN
(Tepung Jagung dan Dedak)

Nama : Sri Mulyati


NRP : 093020039
Meja : 2 (dua)
Kelompok :B
Tgl. Percobaan : 25 November 2011
Asisten : Roni Gumilar

LABORATORIUM MESIN DAN PERALATAN INDUSTRI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2011
I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan

Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan, (4) Manfaat Percobaan, (5) Waktu dan

Tempat Percobaan.

1.1 Latar Belakang

Terdapat operasi dalam suatu proses pemisahan yaitu opersi pembersihan

operasi pemilihan atau sortasi dan pengkelasan mutu (grading). Operasi

pembersihan adalah pemisahan kontaminan dari bahan baku. Pemilihan atau

sortasi adalah pemisahan bahan baku ke dalam kategori-kategori yang berbeda

karakteristik fisiknya seperti ukuran, bentuk, dan warna. Sedangkan pengkelasan

mutu adalah pemisahan bahan baku ke dalam kategori-kategori berdasarkan

kualitasnya (Wirakartakusumah, 1992).

Pengayak dengan berbagai desain telah digunakan secara luas pada proses

pemisahan bahan pangan berdasarkan ukuran utamanya. Pengayak ini adalah

separator beradasarkan ukuran yang terdapat pada mesin-mesin sortasi, tetapi

pengayak juga digunakan sebagai alat pembersih, memisahkan kontaminan yang

berbeda ukurannya dari bahan baku (Wirakartakusumah, 1992).

Berbagai jenis pengayak yang dapat digunakan dalam proses sortasi bahan

pangan klasifikasinya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ayakan dengan celah

yang berubah-ubah (screen aperture) seperti roller screen, belt screen, dan

ayakan dengan celah tetap seperti stationary, vibratory, rotary, atau gravitory dan

reciprocating. Pemisahan bahan-bahan yang telah dihancurkan berdasarkan


keseragaman ukuran partikel-partikel bahan dilakukan dengan pengayakan dengan

menggunakan standar ayakan, standar ayakan dibagi menjadi tiga yaitu Tyller

sieve, British Standards dan US Bureau of Standard (Wirakartakusumah, 1992).

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memishkan bahan-bahan yang telah

dihancurkan berdasarkan keseragaman partikel-partikel bahan dilakukan dengan

pengayakan menggunakan standar ayakan.

1.3 Prinip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah berdasarkan ukuran partikel bahan yang

mempunyai ukuran lebih kecil dari pada diameter mesh akan lolos dan bahan

yang mempunyai ukuran lebih besar dari diameter mesh akan tertahan pada

permukaan kawat ayakan.

1.4 Manfaan Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui

proses-proses yang terjadi didalam proses pengayakan, mengetahui alat-alat yang

digunakan dalam proses pengayakan, dan dapat mengaplikasikan proses

pengayakan bahan pangan pada dunia kerja.

1.5 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada tanggal 25November 2011 di Laboratorium

Mesin Peralatan Industri Pangan, Universitas Pasundan, Jl. Dr. Setiabudhi

No 193, Bandung
II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Pengertian Pengayakan,

(2) Macam-macam Pengayakan, (3) Jenis Pengayakan (4) Tepung Jagung,

(5) Dedak, (6) V-Cone Mixer, dan (7) Vibration Screen

2.1 Pengertian Pengayakan

Pengayakan adalah pemisahan partikel-partikel secara mekanis berdasarkan

ukuran, dan hanya dapat dilakukan pada partikel yang relatif berukuran kasar.

Pemisahan dilakukan di atas ayakan berupa batang-batang sejajar (grizzly)

atau plat berlubang atau anyaman kawat yang dapat meloloskan material. Material

yang tidak lolos atau tinggal di atas ayakan disebut oversize atau material plus

sedangkan yang lolos disebut material minus atau undersize (Agus, 2011).

Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padatan yang

mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan. Proses

pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan yang

ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan kita untuk

mendapatkan tepung dengan ukuran yang seragam. Dengan demikian pengayakan

dapat didefinisikan sebagai suatu metoda pemisahan berbagai campuran partikel

padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam serta terbebas dari

kontaminan yang memiliki ukuran yang berbeda dengan menggunakan alat

pengayakan (Suharto, 1998).

Pengayakan dengan berbagai rancangan telah banyak digunakan dan

dikembangkan secara luas pada proses pemisahan bahan-bahan pangan


berdasarkan ukuran. pengayakan yaitu pemisahan bahan berdasarkan ukuran

mesin kawat ayakan, bahan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari diameter

mesin akan lolos dan bahan yang mempunyai ukuran lebih besar akan tertahan

pada permukaan kawat ayakan (Suharto, 1998).

Bahan-bahan yang lolos melewati lubang ayakan mempunyai ukuran yang

seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan untuk dilakukan penggilingan

ulang (Suharto, 1998).

2.2 Macam-macam Pengayakan

Berbagai jenis alat pengayak yang dapat digunakan dalam proses

pengayakan bahan pangan, diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu :

1. Ayakan dengan celah yang berubah-ubah (Screen Apeture) seperti: roller

screen (Pemutar), belt screen (kabel kawat atau ban), belt and roller (ban dan

pemutar), screw (baling-baling).

2. Ayakan dengan celah tetap, seperti: stationary (bersifat seimbang/tidak

berubah), vibratory (bergetar), rotary atau gyratory (berputar) dan

reciprocutting (timbal balik). Untuk memisahkan bahan-bahan yang telah

dihancurkan berdasarkan keseragaman ukuran partikel-partikel bahan

dilakukan dengan pengayakan dengan menggunakan standar ayakan

(Brennan, 1968).

Standar kawat ayakan dibagi :

a. Tyler standards : ini adalah seri yang sangat luas penggunaannya yang

memiliki 200 mesh screen, diameter kawat 0,0021 in, dan screen aperture nya
(SA) 0,0029. Ratio antara lubang pada pengayak adalah √2, untuk pengukuran

yang lebih akurat, seri tyler yang mempunyai screen interval (SI) 4√2 juga

digunakan.

b. British standards : Screen seri ini didasarkan pada kawat yang mengikuti

standar S.W.G (Standard Wire Gauge), memiliki 200 mesh screen, screen

aperture (SA) 0,0030 in, dan screen interval nya (SI) 4√2 antara screen yang

berdampingan.

c U.S. Bureau of Standar : screen ini memiliki 18 mesh screen, dengan screen

aperture (SA) 1 mm, dan screen interval (SI) 4√2.

(Fellows, 1988).

Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan

2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan

3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel

4. Komposisi air dalam material yang akan diayak

5. Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak

(Fellows, 1998).

2.3 Jenis-jenis Pengayakan

Terdapat beberapa jenis pengayakan, diantaranya yaitu sebagai berikut :

2.3.1. Pengayak (screen)

Pengayak screen dengan berbagai desain telah digunakan secara luas pada

proses pemisahan bahan pangan berdasarkan ukuran yang terdapat pada mesin-
mesin sortasi, tetapi pengayak juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisahan

kontaminan yang berbeda ukurannya dari bahan baku (Wirakartakusumah, 1992).

Istilah-istilah yang digunakan dalam pengayakan (screen) yaitu :

a. Under size yaitu ukuran bahan yang melewati celah ayakan

b.Over size yaitu ukuran bahan yang tertahan oleh ayakan

c. Screen aperture yaitu bukaan antara individu dari kawat mesh ayakan

d. Mesh number yaitu banyaknya lubang-lubang per 1 inci linear

e. Screen interval yaitu hubungan antara diameter kawat kecil pada seri ayakan

standar (Wirakartakusumah, 1992).

Pergerakan bahan pangan diatas pengayak dapat dihasilkan oleh gerakan

berputar atau gerakan dari rangkai yang menyangga badan pengayak. Penyaring

jenis ini dalam penggunaannya secara umum yaitu untuk sortasi bahan pangan

untuk dua grup yaitu tipe badan standar atau flat dan tipe drum

(Wirakartakusumah, 1992).

2.3.2 Pengayak berbadan datar (flat bad screen)

Pengayak jenis ini bentuknya sangat sederhana, banyak ditemukan diareal-

areal pertanian, saat proses sortasi awal dari kentang, wortel dan lobak. Alat

pengayak datar ganda digunakan secara luas dalam proses sortasi berdasarkan

ukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan) juga digunakan

dalam proses pengolahan dan produk akhir seperti tepung jagung.

(Wirakartakusumah, 1992).
2.3.3 Pengayak Drum

Pengayak drum dan alat yang digunakan pada proses sortasi berdasarkan

ukuran bentuk untuk kacang polong, jagung, kacang kedelai dan kacang lainnya

yang sejenis. Bahan pangan tersebut akan menahan gerakan jatuh berguling yang

dihasilkan oleh rotasi drum. Alat sortis drum biasanya diperlukan untuk

memisahkan bahan pangan ke dalam dua atau lebih aliran, karena itu dibutuhkan

dua atau lebih tingkatan pengayak (Wirakartakusumah, 1992).

2.3.4. Pengayakan sortasi

Selain menggunakan celah atau lubang yang tetap, ada juga pengayak sortasi

dengan variabel celah dan system tahap-pertahap. Termasuk dalam kelompok ini

adalah jenis-jenis khusus dari tipe sortasi roller belt dan sorter roller seperti tipe

baling-baling (Wirakartakusumah, 1992).

2.4 Tepung Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Di daerah-daerah tertentu jagung ini sebagai

sumber karbohidrat utama dan menjadi alternatif sumber pangan (Padli, 2010).

Tepung jagung mempunyai manfaat banyak sebagai bahan pangan. Tepung

jagung punya potensi sebagai bahan pangan berkadar karbohidrat sehingga

penting peranannya sebagai bahan baku industri pangan di samping bahan pangan

lain yang punya kadar karbohidratnya (Padli, 2010).

Tidak mustahil tepung jagung dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri

minuman, industri kimia dan lain-lain. Sebagai bahan substitusi tepung terigu
yang suplainya besar di Indonesia karena produksi nasional juga besar, maka

tepung jagung dipandang penting menekan volume impor tepung terigu

(Padli, 2010).

Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus dan berasal dari jagung

kering yang digiling, dan dalam bentuk tepung akan memudahkan penggunaannya

untuk bahan baku industri makanan pengguna tepung jagung atau tepung terigu.

Kelebihan dari tepung jagung adalah memiliki daya tahan simpan, dan mudah

dicampur dengan bahan lain. Dalam bentuk tepung juga lebih memudahkan

penggunaannya untuk proses lanjutan dibandingkan dengan bentuk jagung, di

samping lebih praktis dan dapat dipertkaya dengan zat gizi (Padli, 2010).

Gambar 1. Tepung Jagung


2.5 Dedak

Dedak padi adalah hasil samping dari pabrik penggilingan padi untuk

memproduksi beras, yaitu bagian luar ( kulit ari) beras yang dibuang pada waktu

dilakukan (pemutihan) beras. Dedak atau bekatul umumnya dipakai sebagai

makanan ternak.Di dalam dedak padi yang telah distabilisasi ditemukan sekitar

33,0 %-40,0 % serat makanan.Produk-produk beras dan turunannya diketahui

mempunyai sifat tidak mendatangkan alergi, mudah dicerna, bebas gluten, dan

kaya karbohidrat kompleks (Madbardo, 2011).

Untuk melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap penggunaan Dedak

Padi sebagai bahan baku pakan maka diperlukan suatu standar yang harus

dipenuhi untuk dapat dipergunakan oleh konsumen, produsen, pedagang dan

instansi yang memerlukan (Madbardo, 2011).

Menurut SNI 01-3178-1996 Dedak Padi adalah hasil ikutan pengolahan padi

(Oryza sativa) menjadi beras terutama terdiri atas lapisan kulit ari

(Madbardo, 2011).

Mutu Dedak Padi digolongkan dalam tiga tingkat mutu. Persyaratan mutu

standar Dedak Padi meliputi kandungan nutrisi dan batas toleransi aflatoksin

(Madbardo, 2011).

Persyaratan mutu standar Dedak Padi adalah sebagai berikut :


Komposisi Mutu I Mutu II Mutu III
a. Air (%) maks 12 12 12
b. Protein kasar (%) min 12 10 8
c. Serat kasar (%) maks 11 14 16
d. Abu (%) maks 11 13 15
e. Lemak (%) maks 15 20 20
f. Asam Lemak bebas (%
5 8 8
terhadap lemak) maks
g. Ca (%) 0,04 – 0,3 0,04 – 0,3 0,04 – 0,3
h. P (%) 0,6 – 1,6 0,6 – 1,6 0,6 – 1,6
i. Aflatoksin (ppb) maks 50 50 50
j. Silika (%) maks 2 3 4
(Sumber : SNI 01-3178-1996)

Gambar 2. Dedak Padi

2.6 V-Cone Mixer

V-cone adalah alat yang digunakan untuk pencampuran. Produk yang

rapuh, sensitif geser, tebal dapat dengan mudah dicampur dengan-kerucut V

mixer. Kapasitas penanganan besar digabungkan dengan kebutuhan daya yang

rendah membuat salah satu dari efektif dan efisien Blender (Eka, 2010)

V-Cone Mixer Alat ini merupakan alat pencampur sederhana, penggunaan

energi dalam pencampurannya kecil dan cocok digunakan untukmencampur

bahan yang halus dan rapuh (Eka, 2010).


Gambar 3. V-Cone Mixer

2.7 Vibration Screen

Prinsip kerja mesin Vibrator screen adalah Pada saat pengoperasian, kedua

gears harus bekerja sesuai dengan petunjuk. Melalui drive motor, kedua eksentrik

shaft mulai berputar untuk menghasilkan kekuatan linear besar untuk memaksa

feeder bergetar. Melalui vibration, material akan terselip dan terpelanting di

saluran, bergerak maju, ketika material melewati penyaringan, bagian-bagian yang

lebih kecil akan jatuh ke bawah sehingga tujuan pemeriksaan screening dapat

tercapai. Mesin ini menyesuaikan amplitudo melalui tube-shaped violent vibration

screen antara eccentric shaft dan eccentric blocks. Mesin berputar seperti

lingkaran sehingga material dapat tersaring (Ahmad, 2011).

Gambar 4. Vibrator screen


III METODE PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai: (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang

Digunakan, dan (3) Metode Percobaan.

3.1. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan pada percobaan pengayakan ini adalah tepung jagung

dan dedak.

3.2. Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan adalah ayakan 100 mesh, 80 mesh, 60 mesh, 40 mesh

dan pan, vibration screening, V cone mixer, kuas pengumpul hasil ayakan,

timbangan digital dan plastik.

3.3. Metode Percobaan

Prosedur yang digunakan pada percobaan ini adalah :

Sam pel

Pencam puran V -c o n e m ix er
t = 10 m enit

Pengayakan Vib ra t o r S c ree n


t = 5 m enit

Penim bangan s am pel


pada m as ing-m as ing m es h

Penim bangan

Gambar 5. Metode Percobaan Pengayakan


Sampel ditimbang yaitu tepung jagung dan dedak ditimbang dengan basis

250 gram dan dengan perbandingan 4 : 1, yaitu tepung jagung seberat 200 gram

dan dedak seberat 50 gram. Kemudian dicampurkan dalam v-cone mixer selama

10 menit. Ayakan disusun secara seri mulai dari ukuran 40 mesh, 60 mesh, 80

mesh, 100 mesh dan pan yang paling bawah. Lakukan pengayakan dengan

menghidupkan switch pada posisi on selama 5 menit. Setelah proses pengayakan

selesai selama 5 menit kumpulkan bahan atau tepung hasil pengayakan yang

tertahan pada masing-masing mesh atau kawat ayakan secara terpisah dan

timbang berapa beratnya. Setelah itu tentukan Fineness modulus hasil pengayakan

dan perkiraan diameter partikel produk.


IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Percobaan, dan (2) Pembahasan.

4.1. Hasil Pengamatan

berdasarkan percobaan pengayakan pada tepung jagung dan dedak

didapatkan hasil ebagai berikut :

Tabel 1. Data Hasil Pengayakan Tepung Jagung dan Dedak


Wtertahan
Ukuran % MR FM DP
(Kg)
40 mesh 0.029 11.8367
60 mesh 0.033 26.9388
80 mesh 0.101 123.6735
1.8041 0,2369 mm
100 mesh 0.011 17.9592
Pan 0.069 0
∑ 0.243 180.4082
(Sumber : Sri Mulyati, Kelompok B, Meja 2, 2011)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan percobaan pengayakan ini didapat pada

ukuran 40 mesh adalah sebesar 0,029 kg, ukuran 60 mesh 0.033 kg, ukuran

80 mesh 0.101 kg, ukuran 100 mesh 0.011 kg, dan pan 0.069 kg.

Tepung yang paling halus di dapat pada 100 mesh dan PAN. Pengayak

dengan berbagai desain telah digunakan secara luas pada proses pemisahan bahan

pangan berdasarkan ukuran utamnya. Bahan-bahan yang lolos melewati lubang

ayakan mempunyai ukuran lebih seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan

untuk dilakukan penggilingan ulang (Wirakartakusumah, 1992).


Pada proses pengayakan, bahan dibagi menjadi bahan kasar yang tetinggal

dan bahan halus yang lolos melalui ayakan. Bahan yang tertinggal hanyalah

partikel-partikel yang berukuran lebih besar daripada lubang ayakan, sedangkan

bahan yang lolos berukuran lebih kecil daripada lubang-lubang itu. Dalam praktek

sering terjadi penyimpangan. Penyimpangan dapat dinyatakan dalam efisiensi,

yaitu perbandingan antara jumlah bahan yang lolos dalam kenyataannya dan

jumlah bahan yang lolos secara teoritik. Efisiensi selalu lebih kecil dari satu atau

kurang dari 100%. Gerakan dan waktu tinggal bahan di atas ayakan harus dipilih

agar setiap butiran paling sedikit satu kali berada pada sebuah lubang ayakan.

Efisiensi pengayakan akan turun jika bahan yang diayak memebntuk lapisan yang

terlalu tebal atau bergerak terlalu cepat. Disamping itu gerakan yang terlalu kuat

dapat menyebabkan pengecilan ukuran akibat pengikisan terutama pada bahan

yang lunak, dengan akibat efisiensi pengayakan yang diperoleh tidak benar

(Wirakartakusumah, 1992).

Berat bahan sebelum dilakukan proses pencampuran dan pengayakan yaitu

sebanyak 250 gram, tetapi setelah semua proses dilakukan berat bahan menjadi

245 gram, maka telah terjadi adanya penyusutan bahan sebanyak 5 gram.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan penyusutan bahan seperti pada saat

proses pencampuran, banyak bahan yang tertinggal karena alat yang berbentuk V

sehingga bahan susah untuk dikelurkan, faktor lingkungan misalnya tertiup udara

atau angin karena dari bahan tersebut berbentuk serbuk atau tepung sehingga
mudah tertiup. Dan pada proses pengayakan misalnya pada pembersihan tepung

dari setiap mesh masih banyak yang tertinggal (Fellows, 1988).

Fineness Modulus merupakan indikator keseragaman dari hasil

pencampuran. Fineness modulus ditentukan dengan menambahkan fraksi berat

yang tertahan di atas masing-masing kawat ayakan dibagi dengan 100. Ukuran

partikel untuk bahan yang melewati ayakan dapat diperkirakan dengan

menggunakan persamaan :

Dp = 0,135 (1,366)FM

(Wirakartakusumah, 1992).

Dp merupakan diameter partikel yang dinyatakan dalam satuan mm dan

angka yang ditunjukkan merupakan besar material yang diayak (Sari, 2010).

Alat yang digunakan pada percobaan pengayakan ini adalah alat pengayakan

Vibration Screen dan alat pencampur yaitu V-cone Mixer.

Prinsip kerja mesin Vibrator screen adalah Pada saat pengoperasian, kedua

gears harus bekerja sesuai dengan petunjuk. Melalui drive motor, kedua eksentrik

shaft mulai berputar untuk menghasilkan kekuatan linear besar untuk memaksa

feeder bergetar. Melalui vibration, material akan terselip dan terpelanting di

saluran, bergerak maju, ketika material melewati penyaringan, bagian-bagian yang

lebih kecil akan jatuh ke bawah sehingga tujuan pemeriksaan screening dapat

tercapai. Mesin ini menyesuaikan amplitudo melalui tube-shaped violent vibration

screen antara eccentric shaft dan eccentric blocks. Mesin berputar seperti

lingkaran sehingga material dapat tersaring (Ahmad, 2011).


Mekanisme V-cone mixer yaitu berdasarkan perputaran tabung V

secarakonstan, apabila tabung V mengarah ke atas maka bahan

menyatu dan apabilamenghadap ka bawah maka bahan akan terpisah

(Fellows, 1998).

Dari hasil yang didapat berbeda dengan literatur berdasarkan SNI. Dimana

didalam SNI disebutkan bahwa untuk tepung jagung ukuran ayakan yang lolos

pada 80 mesh adalah minimal 70%, sedangkan pada ukuran 60 mesh adalah

minimal 99%. Begitu juga pada tepung terigu ukuran yang lolos pada ayakan 80

mesh minimal adalah 70 % dan pada ukuran ayakan 60 mesh sebesar 99%

(SNI, 1995).
V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikanmengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.

5.1. Kesimpulan

Dari percobaan pengayakan ini dapat diketahui pada ukuran 40 mesh

dihasilkanW = 0.029 kg dengan % MR = 11.8367 %. Pada ukuran 60 mesh

dihasilkan W = 0.033 kg, dengan % MR = 26.9388 %. Pada ukuran 80 mesh

dihasilkan W = 0.101 kg, dengan % MR = 123.6735 %. Pada ukuran 100 mesh

dihasilkan W = 0.011 kg, dengan % MR = 17.9593 %. Pada ukuran PAN

dihasilkan W = 0.069 kg, dengan % MR = 0, dan dari data-data tersebut dapat

diketahui jumlah FM = 1.8041; dan DP = 0.2369 mm.

5.2 Saran

Pada percobaan pengayakan ini dianjurkan untuk menyusun mesh harus

dengan benar karena akan mempengaruhi pada hasil akhir saat ditimbang dan bila

pada saat pengayakan, pencampuran dan penimbangan tidak benar akan

mengakibatkan perhitungan hasil akhir yang tidak sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

Agus, (2011). Pengayakan. ,


http://www.scribd.com/doc/46782880/1/PENGAYAKAN-SCREENING
Akses 26/11/11
Ahmad (2011) Vibrating Screen. http://www.alibaba.com/product-
gs/262302855/ZS_Series_Circular_Vibrating_Screen.html Akses 27/11/11
Brennan, J. G. dkk. (1968). Food Engineering Operations. Applied Science
Publisher Limited, London.
Eka. (2010). Perajangan-Slicing. http://www.scribd.com/doc/55744766/2/B-
Perajangan-Slicing Akses 27/11/11
Fellows, P.J, (1998). Food Processing Technology. Ellis Horword Limited,
England.
Ign Suharto. (1998). Sanitasi, Keamanan, dan Kesehatan Pangan dan Alat
Industri. Bandung.
Madbardo. (2011). Dedak Padi.
http://madbardo.blogspot.com/2010/02/pengujian-mutu-dedak-padi-bahan-
baku.html akses 27/11/11
Padli, (2010), Tepung Jagung, http://padlipandiangan.blogspot/ diaksses:
26/11/11.
Wirakartakusumah, Aman. dkk. (1992). Peralatan Dan Unit Proses Industri
Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
LAMPIRAN

Tabel 4. Data Hasil Pengayakan Tepung Beras dan tepung jagung


Wtertahan
Ukuran % MR FM DP
(Kg)
40 mesh 0.029 11.8367
60 mesh 0.033 26.9388
1.8041 0,2369 mm
80 mesh 0.101 123.6735
100 mesh 0.011 17.9592
Pan 0.069 0
∑ 0.243 180.4082

1. % Berat yang tertahan (% MR)


W40 x FD
% MR40 = X 100%
Wsampel
0.029 x 1
= X 100%
0,245
= 11.8367 %

W60 x FD
% MR60 = X 100%
Wsampel
0.033 x 2
= X 100%
0,245
= 26.9388 %

W80 x FD
% MR80 = X 100%
Wsampel
0.101 x 3
= X 100%
0,245

= 43.5 %
W100 x FD
% MR100 = Wsampel X 100%
0.011 x 4
= X 100%
0,245
= 17.9592 %
% MRPAN = WPAN x FD X 100%
Wsampel
= 0.069 x 0 x 100%
0,245
= 0

2. Fineness Modulus
∑ % MR
FM =
100
180.4082
=
100
= 1.8041

3. DP = 0.135(1.366)FM

= 0.135(1.366)1.8041

= 0.2369 mm

Anda mungkin juga menyukai