Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah HAKI yang berjudul ‘ Hak Milik
“ dan juga sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
serta kekurangan maka dari itu kami mohon kritik dan saran dari semua yang membaca makalah
ini sebagai bahan koreksi untuk kami.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ii
Bab I Pendahuluan
1.3 Tujuan 2
Bab II Pembahasan
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20
Daftar Pustaka 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri. Ia harus hidup bermasyarakat, saling
membutuhkan dan saling mempengaruhi. Dalam jual beli seseorang tidak bisa bermuamalah
sendirian. Apabila menjadi penjual maka memerlukan pembeli dan seterusnya. Setiap manusia
memiliki kebutuhan, sehingga sering terjadi pertentangan kehendak. Untuk menjaga keperluan
manusia agar tidak melanggar hak-hak orang lain, maka timbulah hak-hak diantara sesama
Dalam hak Milik harus dilandasi oleh aspek-aspek keimanan dan moral, serta dijabarkan didalam
aturan-aturan hukum, agar ada keadilan dan kepastian. Benar pernyataan bahwa hukum tanpa
moral dapat jatuh kepada kedzaliman, dan moral tanpa hukum dapat menimbulkan
ketidakpastian. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai ‘Hak
Milik’.
3
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
kehendak. Untuk menjaga keperluan masing-masing perlu ada aturan-aturan yang mengatur
kebutuhan manusia agar manusia itu tidak melanggar dan merampas hak-hak orang lain. Maka,
timbullah hak dan kewajiban antara sesama manusia. Hak milik diberi gambaran nyata oleh
a. Tabiat dan syariat islam adalah merdeka (bebas). Dengan tabiat dan sifat ini umat islam
dapat membentuk dirinya, suatu kepribadian yang bebas dari pengaruh negara-negara barat dan
maslahat sebagai salah satu sumber dari sumber-sumber pembentukan hukum islam.
c. Corak ekonomi islam berdasarkan al-qur’an dan as-sunnah, yaitu suatu corak yang
mengakui adanya hak pribadi dan hak umum. Bentuk ini dapat memelihara kehormatan diri
milik yang menunjukkan jati diri. Ekonomi yang di anut dalam islam ialah sesuatu yang menjadi
kepetingan umum dijadikan milikbersama, seperti rumput, api, dan air, sedangkan yang tidak
kekuasaan mengenai sesuatu yang wajib dari sseorang kepada yang lainnya. Sedangkan definisi
Milik adalah Apabila seseorang telah memiliki suatu benda yang sah menurut syara orang
tersebut bertindak terhadap benda tersebut, baik akan dijual ataupun digadaikan, baik perorangan
5
atau melalui perantara orang lain.
Berdasarkan definisi di atas dapat dibedakan antara hak dan milik, sebagai contohnya adalah
seorang pengampu berhak menggunakan harta yang berada di ampuannya, pengampu punya hak
untuk membelanjakan harta itu dan pemiliknya adalah orang yang berada di bawah ampuannya.
Dengan kata laindapat di sebut dengan “tidak semua yang memiliki berhak menggunakan dan
a. Sulthah terbagi dua yaitu sulthah ‘ala al nafsi dan sulthah ‘ala syai’in mu’ ayanin
· Sulthah ‘ala al nafsi ialaah hak seseorang terhadap jiwa seperti hak hadlanah
(pemeliharaan anak).
· Sulthah ‘ala syai’in ‘mu’ayanin ialah hak manusia untuk memilki sesuatu, seperti
b. Taklif adalah orang yang brtaggung jawab, taklif adalakanya tanggunagn pribadi (‘ahdah
syakhshiyah) seperti seorang buruh menjalankan tugasnya, adakalanya tanggungan harta (‘ahdah
Para fuqaha berpendapat bahwa hak merupakan imbangan dari benda (a’yan) sedang ulama
hanafiyah berpendapat bahwa hak adalah bukan harta (‘ina al-haqqa laisa hi al-mal).[2]
Dalam pengertian umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu mal dan ghair mal.
a. Hak Mal ialah sesuatu yang berpautan dengan harta, seperti kepemilikan benda-benda atau
utang-utang.
b. Hak Ghair mal ialah suatu tuntutan yang ditetapkan syara’ dara sesseorang terhadap orang
lain. Hak ghair mal terbagi menjadi dua yaitu hak syakhshi dan hak ‘aini.
6
· Hak ‘aini adalah hak orang dewasa dengan bendanya tanpa dibutuhkan orang kedua. Hak
‘aini juga terbagi menjadi dua yaitu ashli dan thab’i. Hak ‘aini ashli adalah adanya wujud benda
tertentu dan adanya shahub al-haq seperti hak milkiyah dan hak irtifaq. Hak ‘aini thab’i adalah
jaminan yang ditetapkan untuk seseorang yang mengutangkan uangnya atas yang berhutang.
Apabila yang berhutang tidak sanggup membayar, maka murtahin berhak menahan barang itu.
a. Hak milkiyah ialah hak yang memberikan pemiliknya hak wilayah. Boleh dia memiliki,
b. Hak ‘al-intifa ialah hak yang hanya boleh dipergunakan dan diusahakan hasilnya. Haq al-
isti’mal (menggunakan) terpisah dari haq al istighal (mencari hasil), missalnya rumah yang
diwakafkan untuk didiami, si mauquf ‘alaih hanya boleh mendiami ia tidak boleh mencari
c. Haq al-irtifaq ialah hak untuk memiliki manfaat yang ditetapkan untuk suatu kebun atas
suatu kebun yang lain, yang dimiliki bukan oleh pemilik kebun pertama. Misalnya, ssaudara
ibrahim memiliki sawah yang sebelahnya sawah saudara ahmad. Air dari selokan dialirkan
kesawah ibrahim, sawah tuan ahmad pun membutuhkan air. Air dari kan milik sawah ssaudara
ibrahim dialirkan ke saudara tuan ahmad dan air tersebut bukan milik saudara tuan ibrahim.
d. Haq al istihan ialah hak yang diperoleh dari harta yang digadaikan. Rahn menimbulkan
hak ‘aini bagi murtahim, hak itu berkaitan dengan harga barang yang digadaikan, tidak berkaitan
e. Haq al- ihtibas ialah hak menahan suatu benda. Hak menahan barang (benda) seperti hak
7
f. Haq qarar (menetap) atas tanah wakaf yang termasuk hak menetap atas tanah wakaf ialah:
· Haq al-hakr ialah hak untuk menetap diatas tanah wakaf yang disewa, untuk waktu yang
· Haq al-ijaratain ialah hak yang diperoleh karena ada akad ijarah, dalam waktu yang lama,
dengan seizin hakim, atas tanah wakaf yang yang tidak sanggup dikembalikan ke dalam keadaan
semula missalnya karena kebakaran dengan harga yang menyamai harga tanah, sedangkan
· Haq al-qadar ialah hak untuk menambah bangunan yang dilakukan oleh penyewa.
g. Hak al-murur ialah hak mausia untuk mendirikan bangunannya di ats bangunan orang lain.
h. Haq ta ‘alli ialah hak manusia untuk menepatkan bangunannya di atas bangunan orang lain.
i. Haq al-jiwar ialah hak-hak yang timbul disebabkan oleh berdempetnya atau rapatnya
batas-batas tempat tinggal, yaitu hak-hak untuk mencegah pemilik uqar dan menimbulkan
j. Haq syafah atau hak hak syurb ialah kebutuhan manusia terhadap air untuk diminum
sendiri dan untuk diminum binatangnya serta untuk kebutuhan rumah tangganya. Ditinjau dari
1. Air minum yang tidak dimiliki seseorang, misalnya air sungai, rawa-rawa telaga dan yang
lainnya. Air milik bersama (umum) boleh digunakan oleh siapa pun dengan syarat tidak
2. Air di tempat-tempat yang ada pemiliknya, seperti sumur yang di buat oleh pemiliknya
untuk mengairi tanaman di kebunnya, selain pemilik tanah tersebut maka tidak berhak untuk
menguasai tempat air yang dibuat oleh pemiliknya. Orang lain boleh mengambil manfaat dari
8
sumur tersebut atas seizin pemilik kebun.
3. Air yang terpelihara, yaitu air yang dikuasai oleh pemiliknya, dipelihara dan disimpan di
suatu tempat yang telah di sediakan, missalnya air di kolam, kendi, dan bejana-bejan tertentu.[3]
Harta berdasarkan sifatnya tersedia dan dapat dimiliki oleh manusia, sehingga manusia dapat
memiliki suatu benda. Faktor-faktor yang menyebabkan harta dapat dimiliki antara lain:
a. Ikraj al mubahat untuk harta yang mubah (belum dimiliki oleh seseorang) atau harta yang
tidak termasuk dalam harta yang dihormati (milik yang sah) dan tak ada penghalaang syara’
untuk dimiliki. Untuk memiliki benda-benda mubaht maka diperlukan dua syarat yaitu:
· Benda mubahat belum diikhrajkan oleh orang lain. Seseorang mengumpulkan air dalam
satu wadah, kemudian air tersebut dibiarkan, maka orang lain tidak berhak mengambil air
· Adanya niat atau maksud memiliki. Maka seseorang memperoleh harta mubahat tanpa
b. Khalafiyah ialah bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru ditempat yang lama, yang
telah lama hilang berbagai macam haknya. Khalafiyah ada dua macam yaitu:
· Khalafiyah syakhsy ‘an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si muwaris dalam
memiliki harta-harta yang ditinggalkan oleh muwaris. Harta yang ditinggalkan muwaris disebut
Tirkah.
· Khalafiyah sya’an sya’in yaitu apabila seseorang merugikan orang lain atau merampas
barang orang lain kemudian rusak ditangannya atau hilang, maka wajiblah a yang dibayar
harganya dan diganti kerugian-kerugian pemilik harta. Maka khalafiyah sya’an sya’in disebut
9
c. Tawalud min Mamluk yaitu segala yang dari benda yang telah dimiliki, menjadi hak bagi
yang memiliki benda tersebut. Sebab pemilikan Tawalud min Mamluk dibagi menjadi dua
pandangan yaitu:
· Mengingat ada atau tidak adanya ikhtiar terhadap hasil-hasil yang dimiliki (i’tibar wujud
d. Karena penguasaan terhadap milik negara atas pribadi yang sudah lebih dari tiga tahun,
Umar r.a ketika menjabat khalifah ia berkata; sebidang tanah akan menjadi milik seseorang yang
memnafaatkannya dari seseorang yang tidak memnafaatkannya selama tiga tahun”. Hanafiyah
berpendapat bahwa tanah yang belum ada pemiliknya kemudian dimanfaatkan oleh seseorang
Milik yang dibahas dalam fiqih muamalah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
1. Milik tam yaitu suatu kepemilikan yang meliputi Benda dan manfaatnya sekaligus, artinya
bentuk benda (zat benda) dan kegunaanya dapat dikuasai. Pemilikan tam bisa diperoleh ddengan
2. Milik naqishah, yaitu bila seseornag hanya memiliki hanya salah satu dari benda tersebut,
memiliki benda tanpa memiliki manfaatnya atau memiliki kegunaannya saja tanpa memiliki
zatnya.
Milik naqish yang berupa penguasaan terhadap zat barang disebut milik raqabah. Sedangkan
miliki naqish yang berupa penguasaan terhadap kegunaanya saja disebut dengan milik manfaat
atau hak guna pakai, dengan cara i’arah, wakat, dan washiyah.
10
Dilihat dari segi mahal (tempat) milik dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Milk al’ain atau disebut juga dengan milik al raqabah yaitu memilki semua benda baik
benda tetap atau benda-benda yang dapat dipindahkan seperti pemilikan terhadap rumah, kebun,
2. Milk al-manfaah yaitu seseorang yang hany memiliki manfaatnya saja dari suatu benda,
3. Milk al aayn yaitu kepemilikan karena adanya utang, misalnya sejumlah uang dipinjamkan
kepada seseorang atau pengganti benda yang dirusakkan. Uatang wajib dibayar oleh orang yang
berhutang.
Hak-hak untuk mendapatkan warisan dan hak-hak untuk mewaris juga membuktikan adanya
hak milik. Hanya islam memberikan batas-batas tentang hak milik peseorangan ini agar manusia
mendapat kemaslahatan dalam pengembangan harta tadi dalam menafkahkan dan dalam
perputarannya.
1. Prinsip pertama
Menetapkan bahwa dalam hakikatnya harta itu adalah milik allah swt dan dalam firman allah
dalam Al-Quran:
“ Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah Telah menjadikan kamu menguasainya[1456]. Maka orang-orang yang beriman di antara
kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Q.s al-Hadid:
7)
yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. hak milik
11
pada hakikatnya adalah pada Allah. manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut
hukum-hukum yang Telah disyariatkan Allah. Karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.
2. Prinsip kedua
Harta kekayaan janagn sampai hanya ada atau hanya dimiliki segolongan kecil masyarakat.
“….Supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu”(QS.
Al-Hasyr :7)
3. Prinsip ketiga
Ada barang-barang yang karena delaluri-nya adalah untuk kepentingan masyarakat seluruhnya,
seperti jalan-jalan, irigasi, tempat-tempat peribadatan. Adapun hadist nabi saw yang berbunyi
Adalah air yang belum jadi milik perseorangan, dan api diddalam mengambil penerangan dan
manfaat nyalanya.
1. Perburuan
2. Membuka tanah baru yang tidak ada pemilik nya, menghidupkan tanah yang sudah mati
yang tidak ada pemiliknya, barang siapa menghidupkan tanah yang mati, maka tanah itu menjadi
miliknya.
3. Mengeluarkan apa yang ada di dalam bumi, baik ma’dan maupun kanz yang keduanya
biasa disebut Rikaz. Dengan pembagian 4/5 untuk yang mengeluarkannya dan seperlima
zakatnya. Hal ini karena ornag yang bersangkutan menggunakan kuasanya sendiri untuk
4. Salab dan ghahanimah, empat perlima dari barang ini untuk yang berperang. Firman allah:
” ketahuilah sesungguhnya apa yang kamu peroleh sebagai rampasan perang maka seseunguhnya
12
seperlima untuk allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu
sabil”(QS.Al-Anfal:41)
“ dialah yang menjadikan bumi itu denagn mudah bagi kamu, maka berjalanlah disegala
penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya, dan kepada-Nya lah kamu (kembali setelah)
a. Tidaklah seorang itu memakan makanan kecuali yang baik dari hasil (pekerjaan )
tangannya, karena Nabi Daud a.s juga memakan makanan dari hasil( pekerjaan ) tangannya
(Hadist al-buchori)
7. Disamping itu pula pemilikan karena perpindahan yang bukan krena kehendak yang bebas
dari perorangan semacam warisan, hibah, wasiat, dan lain sebagainya, ini jelas dalam batas-batas
tertentu yang dapat dimiliki misalnya di dalam wasiat dan orang tertentu misalnya dalam
warisan, hibah,dan sedekah dan tathowu”lainnya juga termasuk dalam bidang ini kepemilikan
karena akad dan attawaludu minal mamluk (hasil dari harta yang dimiliki)
Mazhab maliki dan hanafi mengemukakan teori ta’asuf yang didalam penerapan terhadap hak
a. Tidak boleh menggunakn hak kecuali untuk mencapai maksud yang dituju dengan
b. Menggunakn hak dianggap tidak menurut agama jika mengakibatkan timbunya bahaya
c. Tidak boleh mengunakan hak kecuali untuk mendapat manfaat bukan untuk merugikan
13
orang lain
Seperti telah dikemukakakn di atas disamping hak milik perseorangn kita kenal pula hak
a. Zakat
b. Infaq
c. Wakaf
d. Wasiat
g. Nazar
h. Kafarat
i. Kurban
j. Zakat fitrah
14
e. Seperlima dari hasil rampasan perang
o. Harta wakaf
penghasilan lain atas dasar maslahah mursalah dan saddudz dzaro’i. Didalam pelaksanaan
2. Jangan dikenakan beban harta kepada seseorang kecuali karena kemaslahatan umum yang
3. Jangan dipungut dari seseorang kecuali sesuai kemampuan atau keadaan orang tersebut.
15
Contoh Kasus
Penggugat mempunyai sebidang tanah pekarangan dengan status Hak Milik seluas 2.455 M2 atas
nama ASRI SUMARDJONO (Ibu Penggugat) yang terletak di Jl.Timoho No.30 RT.81 RW.19
Baciro Gondokusuman, Yogyakarta sebagaimana tersebut dalam daftar Sertifikat Tanah Hak
Milik No.01583/Baciro, Surat Ukur No.1 Tanggal 14-01-1998 yang diterbitkan oleh Kantor
Tanah Pekarangan milik Penggugat tersebut diatas, diatasnya berdiri 3 (tiga) Bangunan rumah
milik Penggugat yang terpisah, yakni Bangunan I seluas kurang lebih 150 M2, Bangunan II
seluas 20 M2 dan Bangunan III seluas 100 M2, yang ketiga bangunan milik Penggugat tersebut
terletak pada sisi bagian barat dari posisi tanah Pekarangan milik Penggugat tersebut, dan
Pada tahun 2007, Tergugat I mendatangi Penggugat dengan maksud untuk bekerja sama
membuat usaha dan mendirikan Rumah Toko (Ruko) yang rencananya akan dibangun Ruko
diatas tanah milik Penggugat tersebut diatas (posita No.1 diatas) pada bagian depan/sisi timur
dari tanah milik Penggugat, dengan rencana kesepakatan pada waktu itu, Tergugat I akan
membangunkan ruko kemudian disewakan kepada pihak ketiga dengan pembagian keuntungan,
Penggugat mendapatkan 20% dari harga sewa selama 10 tahun, setelah jangka waktu 10 tahun
bangunan Ruko tersebut menjadi hak milik Penggugat dan pengurusan Izin Mendirikan
Sebelum rencana kesepakatan itu dituangkan dalam Akta Kesepakatan, ternyata oleh Tergugat I
tanpa ijin Penggugat pada tahun 2007 tersebut serta-merta memulai pembangunan Bangunan
Ruko dimaksud dan hanya berselang sekitar 3 (tiga) bulan bangunan Ruko telah selesai dan
16
Tergugat I menyatakan kesanggupannya untuk segera menguruskan proses Izin Mendirikan
Bangunan (IMBB) pada Pemerintah kota Yogyakarta berdasarkan kesanggupan dan kesepakatan
bersama bahwa Tergugat I akan bertanggung jawab untuk mengurus Izin Mendirikan Bangunan
(IMBB).
Pada waktu itu masih dalam tahun 2007 dengan adanya kekhawatiran dari Penggugatt akan
timbul permasalahan dikemudian hari, maka Penggugat menawarkan kepada Tergugat I untuk
dibuatkan secara formal Akta Perjanjian Kerja Sama melalui Notaris, sehingga disepakati
membuat Akta Perjanjian Kerjasama melalui Notaris yang ditunjuk yakni Notaris Tri Agus
Heryono, SH, ternyata setelah konsep Perjanjian Kerjasama itu sudah selesai didraf, tinggal akan
dilakukan penandatanganan Perjanjian, dengan Itikad Tidak Baik dari Tergugat I sampai saat ini
Surat Perjanjian Kerjasama tersebut belum ditandatangani dan difinalkan oleh Tergugat I,
padahal pada waktu itu Bangunan Ruko sudah jadi, malahan oleh Tergugat I telah Menyewakan
kepada Tergugat III dan Tergugat IV; Bangunan Ruko tersebut menjadi 3 (tiga) bagian bangunan
yang masing-masing bagian dengan ukuran dan luas kurang lebih 27 M2 yang luas keseluruhan
Bangunan Ruko tersebut seluas 81 M2, setelah Penggugat mengetahui bahwa dari ketiga bagian
bangunan Ruko tersebut telah disewakan kepada pihak Tergugat III dan Tergugat IV, maka
Penggugat mendesak kepada Tergugat I untuk segera mengurus Izin Mendirikan Bangunan
(IMBB) dimaksud dan segera memformalkan kesepakatan Kerjasama tersebut melalui Notaris,
ternyata oleh Tergugat I mengatakan pada waktu itu bahwa yang membuka usaha itu adalah
anaknnya yang bernama Windarto (Tergugat II) sehingga meminta tanda tangan Penggugat
dalam rangka pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMBB) pada Pemerintah Kota
Yogyakarta.
Pada tahun 2008, Penggugat baru mengetahui bahwa Permohonan Izin Mendirikan Bangunan
17
(IMBB) yang dimohonkan oleh Tergugat II yakni anak dari Tergugat I Ditolak oleh Pemerintah
Kota Yogyakarta berdasarkan Surat Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta Nomor:
640/7949 tanggal 6 September 2007 dengan dasar alasan bahwa diatas bangunan berdiri didalam
Garis Sempadan Bangunan (GSB) atau melanggar 100%, sehingga Permohonan IMBB tidak
Penggugat mendesak kepada Para Tergugat-I dan II untuk Segera Membongkar Bangunan Ruko
Tersebut, namun Tergugat-I dan II tidak mau membongkarnya, malahan terus menerus
menyewakan ruko tersebut yang dibangun diatas tanah milik Penggugat, maka Penggugat
berusaha membuat surat kepada Pemerintah Kota Yogyakarta agar melalui Pemerintah Kota
Yogyakarta yang membongkar paksa bangunan ruko tersebut, berdasarkan Surat Penggugat
berturut-turut tertanggal 12 Maret 2008, tanggal 15 Desember 2008, tanggal 27 Mei 2010 dan
tanggal 3 September 2010, malahan telah berulangkali difasilitasi oleh Pemerintah Kelurahan
Baciro untuk menyelesaikan kasus ini, namun oleh para Tergugat-I dan II sampai saat ini Tidak
Disamping Tergugat I dan Tergugat II dihukum untuk membongkar bangunan Ruko tersebut,
juga Tergugat I dan Tergugat II dihukum untuk menutup/menyegel bangunan ruko tersebut dan
atau tidak ada bentuk usaha apapun yang dilakukan oleh pihak manapun sebelum adanya
Putusan Akhir atas Gugatan ini, guna menghindari kerugian yang lebih banyak lagi yang diderita
oleh Penggugat, Hingga Penggugat memanggil Para Tergugat-I dan II melalui Kuasa Hukum
Penggugat, yakni pada tanggal 28 Februari 2011 untuk mencari solusi penyelesaian perkara ini,
namun Tergugat I dan Tergugat II Tidak Hadir dan Sampai Saat Ini Para Tergugat I dan
Bangunan Ruko tersebut kepada Pihak Tergugat III dan Tergugat IV, sehingga Penggugat Sangat
18
Dirugikan atas Perbuatan Tergugat I dan Tergugat II karena Tanpa Hak Dan Melawan Hukum
telah mengambil keuntungan dari Sewa Bangunan Ruko tersebut yang didirikan diatas Tanah
Disamping Para Tergugat-I dan II menguasai Tanah milik Penggugat secara melawan Hukum
dan Tanpa Hak, juga Para Tergugat-I dan II telah wanprestasi atas kesanggupannya guna
mengurus IMBB dan telah Beritikad Tidak Baik tidak berkehendak untuk membuat kesepakatan
Perjanjian Kerjasama, padahal dapat diketahui bahwa sejak tahun 2007 sampai gugatan ini
didaftarkan kepada Pengadilan, para Tergugat-I dan II telah mengambil keuntungan atas sewa
bangunan ruko tersebut dari Tergugat-III dan IV, sehingga Penggugat dirugikan secara meteriil
dan immaterial; sehubungan dengan Pembangunan Bangunan Ruko tersebut yang dilakukan oleh
Para Tergugat-I dan II diatas Tanah Milik Penggugat Melawan Hukum dan Tanpa Hak, maka
dihukum kepada Para Tergugat-I dan II untuk membongkar dan Mengosongkan Bangunan diatas
tanah milik Penggugat tersebut, jika perlu dengan bantuan Pihak Aparat Kepolisian; sehubungan
dengan Penguasaan Tanah milik Penggugat itu dilakukan oleh Tergugat-I dan II secara Melawan
Hukum dan Tanpa Hak, maka hubungan hukum dalam bentuk sewa-menyewa antara para
Tergugat-I dan II dengan pihak Tergugat III dan IV, dinyatakan TIDAK SAH, karena pihak yang
menyewakan yang dalam hal ini Para Tergugat-I dan II adalah pihak yang tidak berhak dan
pihak yang beretikad tidak baik. Sehingga Para Tergugat-III dan IV dihukum harus
mengosongkan dan pindah dari Tanah millik Penggugat tersebut; sehubungan Tergugat-I dan II
telah menguasai Tanah Milik Penggugat tersebut secara melawan hukum dan tanpa hak sejak
Tahun 2007.
Dari kasus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tergugat I melakukan pelanggaran
19
menggunakan tanah yang bukan hak miliknya, beritikad tidak baik dengan menolak
Menggunakan tanah yang bukan hak miliknya dalah pelanggaran hukum, maka Tergugat
I dikaitkan dengan Pasal 1365 KUHPerdata yang berbunyi “Tiap perbuatan melanggar hukum,
yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
Berdasarkan pasal 579 KUHPerdata yang berbunyi “Tiap-tiap pemegang kedudukan berkuasa
pula segala hasil kebendaan, bahkan hasil-hasil itulah diantaranya, yang mana kendati
sebenarnya tidak dinikmati olehnya, namun yang sedianya dapatlah si pemilik menikmatinya.
Wanprestasi, sebagaimana dikatakan Subekti, berarti kelalaian atau kealpaan seorang debitur,
Dalam kasus Tergugat I, wanprestasi yang dilakukannya sesuai dengan pernyataan pertama
diatas itu tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan, dengan tidak memenuhi
Akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah hukuman atau sanksi
sebagai berikut :
20
1. Debitur diwajibkan membayar kerugian yang diderita kreditur (Pasal 1243 KUHPerdata).
2. Apabila perikatan itu timbale balik, kreditur dapat menuntut pemutusan atau pembatalan
3. Dalam perikatan untuk meberikan sesuatu, resiko beralih pada debitur sejak terjadi
4. Debitur diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembayaran
5. Debitur wajib membayar biaya perkara jika perkara diperkarakan di muka pengadilan.
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Prinsip dasar yang tercantum dalam Al-Qur’an dan al-Hadits sangat memperhatikan masalah
perilaku ekonomi manusia dalam posisi manusia atas sumber material yang diciptakan Allah
untuk manusia.Islam mengakui hak manusia untuk mengambil atau memiliki sendiri keperluan-
Secara umum, Hak adalah suatu ketentuan yang digunakan oleh syara’ untuk menetapkan suatu
“tidak semua yang memiliki berhak menggunakan dan tidak semua yang punya hak penggunaan
dapat memiliki.
3.2. Saran
Konsep hak milik ini telah diatur sedemikian rupa sesuai dengan aturan yang ada di agama islam.
Sebaiknya konsep ini tidak hanya tertulis saja, namun dapat diaplikasikan pada kehidupan yang
nyata.
Didukung penduduknya yang sebagian besar muslim bahkan terbesar didunia dan pemenuhan
perangkat yang dibutuhkan, diharapkan perkembangan serta pengaplikasian konsep hak milik ini
bisa lebih maju dari negara – negara lain di dunia. Diharapkan pembaca dapat memanfaatkan
informasi tentang konsep hak milik ini untuk bekal karier di masa depan.
22
DAFTAR PUSTAKA
[1]Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah , PT Raja Grafisindo Persada, Jakarta, 2014, hlm 31
[2]Ibid; halaman 34
23