Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

Analisis Histokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


pada Simplisia Piper nigrum (Piperis Nigri Fructus)

Disusun oleh :
Diah Riska N A 132210101119
Erika Dwi R 142210101017
Nur Alfi Syahrin 142210101044
Dian Ayu Chotimah 152210101001
Pramudia Wardani 152210101003
Fawwas Ba’Tio P P 152210101004
Nurlaila Velayati 152210101005
Septi Orbita Sari 152210101006
Artha Rizky Isworo 152210101007
Yesika Yuristi Mahardika 152210101008
Ulfi Mawadatur R 152210101011
Elif Nur Aidah 152210101013

LABORATORIUM BIOLOGI
BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB 1 ....................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................... 3
1.2 TUJUAN ....................................................................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................................ 4
Uji Tumbuhan Obat ............................................................................................................................ 5
4. Uji Histokimia.......................................................................................................................... 6
5. Uji KLT ..................................................................................................................................... 6
BAB III ...................................................................................................................................................... 8
METODELOGI .......................................................................................................................................... 8
ALAT DAN BAHAN METODI UJI HISTOKIMIA : ..................................................................................... 8
PROSEDUR KERJA ................................................................................................................................ 8
ALAT DAN BAHAN (KLT) ...................................................................................................................... 9
PROSEDUR KERJA ................................................................................................................................ 9
2.1 Fungsi Penambahan Masing-masing Reagen Kimia ................................................................ 10
2.1.5. Reagen Natrium hidroksida 5%............................................................................................... 12
2.1.7. Amonia 25% ........................................................................................................................ 12
2.1.8. Feri klorida 5%..................................................................................................................... 12
Hasil Pengamatan Uji Histokimia Dan Kromatografi Lapis Tipis ................................................... 13
BAB III .................................................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................... 15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia merupakan penghasil berbagai macam rempah-rempah. Penduduk


Indonesia kebanyakan hanya memanfaatkan rempah-rempah sebagai bumbu dapur.
Padahal banyak dari rempah-rempah tersebut dapat digunakan sebagai obat.
Piperis nigri Fructus merupakan satu dari banyak rempah yang mengandung
khasiat sebagai obat. Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa Piperis nigri Fructus
mengandung senyawa kimia seperti Piperin. Piperin merupakan suatu senyawa yang
sangat bermanfaat dalam kesehatan, misalnya berkhasit sebagai obat cacing, anti asma,
anti nyeri.
Piperin banyak ditemukan pada simplisia yang termasuk dalam keluarga
Piperaceae. Tanaman yang termasuk dalam keluarga Piperaceae sangat banyak
ditemukan hampir seluruh dataran rendah di Indonesia karena tanaman ini tidak tahan
dengan genangan air. Piperis nigri Fructus sangatlah mudah ditemukan di seluruh daerah
di Indonesia dengan harga yang relative rendah. Pada umumnya kandungan piperin
dalam Piperis nigri Fructus sebanyak 1,7- 7,4%.
Dalam praktikum kali ini, kami ingin membuktikan kandungan-kandungan yang
terdapat dalam Piperis nigri Fructus dengan menggunakan metode histokimia dan
kromatografil lapis tipis. Sehingga kami dapat mengetahui kandungan zat kimia yang
ada pada Piperis nigri Fructus yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Untuk itu kami
membuat makalah ini sebagai salah satu bukti praktikum yang telah kami lakukan
sehingga dapat bermanfaat untuk dibaca masyarakat.

1.2 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi serbuk buah (Piperis Nigri Fructus) dengan


penambahan reagen kimia
2. Mahasiswa dapat menganalisis senyawa identitas serbuk buah (Piperis Nigri Fructus)
dengan metode KLT
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa fungsi penambahan reagen-reagen kimia dalam analisis histokimia Piperis Nigri
Fructus ?
2. Apa saja kandungan kimia dalam Piperis Nigri Fructus ?
3. Berapa nilai Rf dari Piperis Nigri Fructus ?
4. Bagaimana senyawa yang terkandung dalam Piperis Nigri Fructus setelah dianalisis
dengan metode KLT?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan.
Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan
(mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan
atau eksudat tumbuhan.
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi
langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun parameter standar mutu
yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter
mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian
(bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah,
penyimpanan dan transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap
diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu
Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggungjawab
terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi
komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.(Anonim,2000)

Uji Tumbuhan Obat


Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia, maka
dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif
terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian mikroskopik, dan
pengujian histokimia.
1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui khususnya bau
dan rasa simplisia yang diuji
2. Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa
menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran,
dan warna simplisia yang diuji.
3. Uji mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa
sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada
uji mikroskopik dicari unsur – unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini
akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi
masing – masing simplisia.

4. Uji Histokimia
Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zatkandungan
yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi spesifik, zat – zat
kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga mudah
dideteksi. (Anonim,1987)

5. Uji KLT

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran


senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan
sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai
metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua, dipakai
untuk menjajaki system pelarut dan system penyangga yang akan dipakai dalam
kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi.

KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya


hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi
kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa
secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk
pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan
lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi –
pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi
senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari
senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.
Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0
Lada Hitam (Piper nigrum) banayak sekali senyawa kimia yang terkandung
di dalamnya. Sehingga bahan iniliah yang digunakan dalam praktikum kali ini.
Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliophyta

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum L


P. nigrum (lada) menghasilkan lada hitam dan lada putih. Lada hitam yaitu buah lada
yang belum masak dikeringkan bersama kulitnya hingga kulit keriput dan berwarna hitam.
Lada putih yang berasal dari buah lada yang masak yang setelah diberssihkan dari kulitnya
lalu dikeringkan, hingga berwarna putih (Gembong Tjitrosoepomo, 2000).

Nama lain dari lada adalah pedes (Sunda) dan merica (Jawa). Lada dengan nama latin;
Piper Nigrum, sudah dikenal sebagai penyedap makanan,mengatasi bau dan rasa makanan
yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging (Septiatin, 2008).

Ada dua macam lada yang menjadi komoditi perdagangan yaitu lada hitam dan lada
putih. Lada hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau,mengupasnya,
difermentasi untuk menambah rasa lada, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan
rasanya lebih pedas. Sedangkan lada putih diperoleh dengan memetik biji masak merah,
diremas perlahan-lahan dan direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum
dikeringkan di sinar matahari(Septiatin, 2008).
BAB III
METODELOGI

ALAT DAN BAHAN METODI UJI HISTOKIMIA :


 Plat tetes
 Simplisia Piperis Nigri Fructus
 Asam sulfat Pekat
 Asam sulfat 10N
 Asam klorida Pekat
 Asam asetat encer
 Natrium hidroksida 5 %
 Kalium Hidroksida 5%
 Amonia 25%
 Feri Klorida 5%

PROSEDUR KERJA

Ditimbang kurang lebih 2 mg simplisia lada hitam


(Piperis Nigri Fructus)

Dibagi di 4 lubang plat tetes

Masing-masing lubang ditetesi dengan reagen-


reagen yang ditentukan dalam lemari asam. (Asam
sulfat pekat, asam sulfat 10N, Asam klorida pekat,
asam asetat encer, Natrium hidroksida 5%, Kalium
Hidroksida 5%, Amonia 25%, Feri Klorida 5%)

Diaduk tiap lubang plat tetes dan amati perubahan


warnanya
ALAT DAN BAHAN (KLT)

 Chamber
 Silika Gel
 Toluen
 Etil asetat
 Dragendorff
 Piperin 5% dalam etanol
 Simplisia Piperis nigri Fructus 5% dalam etanol ( 2 mg dalam 10 ml etanol )

PROSEDUR KERJA
Timbang 2 mg Simplisia Piperis nigri Fructus, masukkan ke
dalam tabung reaksi

BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Penambahan Masing-masing Reagen Kimia


2.1.1. Reagen Asam Sulfat Pekat

Beberapa serbuk Piperis Nigri Fructus ditaruh di plat tetes kemudian ditetesi beberapa
asam sulfat. Diaduk dan ternyata setelah diamati terjadi perubahan coklat tua. Hal ini sesuai
dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna coklat tua apabila ditambah asam sulfat
pekat.
Asam sulfat pekat adalah reagen kimia untuk mengidentifikasi adanya
triterpenoid,minyak atsiri dan steroid. Jadi Piperis Nigri Fructus positif mengandung triterpen
dan steroid.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena.
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang – kurangnya empat golongan senyawa :
triterpena sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Kedua golongan yang terakhir
sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat sebagai glikosida. Sterol adalah
triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu
sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamin, asam empedu,
dll), tetapi pada tahun – tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan
dalam jaringan tumbuhan.(Harbrone.J.B,1987)

2.1.2. Reagen Asam Sulfat 10 N

Beberapa serbuk Piperis Nigri Fructus ditaruh di plat tetes kemudian ditetesi beberapa
asam sulfat 10 N. Diaduk dan ternyata setelah diamati terjadi perubahan warna kuning. Hal
ini sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna kuning apabila ditambah
asam sulfat 10N.

2.1.3. ReagenAsam Klorida Pekat

Beberapa serbuk Piperis Nigri Fructus ditaruh di plat tetes kemudian ditetesi beberapa
asam klorida pekat. Diaduk dan ternyata setelah diamati terjadi perubahan coklat hijau . Hal
ini tidak sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna coklat tua apabila
ditambah asam klorida pekat.
Asam klorida pekat adalah reagen kimia untuk mengidentifikasi adanya lignin dan
alkaloid. Jadi Piperis Nigri Fructus tidak mengandung lignin dan alkaloid

2.1.4 Reagen Asam Asetat Encer

Beberapa serbuk Piperis Nigri Fructus ditaruh di plat tetes kemudian ditetesi beberapa
asam asetat encer. Diaduk dan ternyata setelah diamati terjadi perubahan kuning . Hal ini
sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna kuning apabila ditambah asam
asetat encer.
Asam asetat encer adalah reagen kimia untuk mengidentifikasi adanya minyak atsiri.
Jadi Piperis Nigri Fructus positif mengandung minyak atsiri.
Minyak atsiri atau juga dikenal minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, dan
minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berupa cairan kental namun
mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan
dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Sulingan minyak
atsiri dikenal sebagai biang minyak wangi.
Para ahli menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya
berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai
agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun
hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang
atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan
sebagai minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Susunan senyawa
komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali
memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan
campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa,
namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu.
Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik yang bersifat larut
dalam lipofil/minyak.
2.1.5. Reagen Natrium hidroksida 5%

Beberapa serbuk Piperis Nigri Fructus ditaruh di plat tetes kemudian ditetesi beberapa
Natrium hidroksida 5%. Diaduk dan ternyata setelah diamati terjadi perubahan coklat kuning.
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna cokat kuning apabila
ditambah Natrium hidroksida 5%.
Natrium hidroksida 5% adalah reagen kimia untuk mengidentifikasi adanya minyak
atsiri. Jadi Piperis Nigri Fructus positif mengandung minyak atsiri.

2.1.6. Kalium hidroksida 5%

Beberapa serbuk Piperis Nigri Fructus ditaruh di plat tetes kemudian ditetesi
beberapa Kalium hidroksida 5%. Diaduk dan ternyata setelah diamati terjadi perubahan
coklat kuning. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna cokat
kuning apabila ditambah Natrium hidroksida 5%.
Kalium hidroksida 5% adalah reagen kimia untuk mengidentifikasi adanya minyak
atsiri. Jadi Piperis Nigri Fructus positif mengandung minyak atsiri.

2.1.7. Amonia 25%

Beberapa serbuk Piperis Nigri Fructus ditaruh di plat tetes kemudian ditetesi beberapa
Amonia 25%. Diaduk dan ternyata setelah diamati terjadi perubahan hijau kuning. Hal ini
sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna cokat kuning apabila ditambah
Amonia 25%.
Amonia 25% adalah reagen kimia untuk mengidentifikasi adanya minyak atsiri. Jadi
Piperis Nigri Fructus positif mengandung minyak atsiri.

2.1.8. Feri klorida 5%

Beberapa serbuk Piperis Nigri Fructus ditaruh di plat tetes kemudian ditetesi beberapa
Feri klorida 5%. Diaduk dan ternyata setelah diamati terjadi perubahan coklat hijau. Hal ini
sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna cokat hijau apabila ditambah
Amonia 25%.
Amonia 25% adalah reagen kimia untuk mengidentifikasi adanya flavonoid dan tanin.
Jadi Piperis Nigri Fructus positif mengandung flavonoid dan tanin.
Hasil Pengamatan Uji Histokimia Dan Kromatografi Lapis Tipis

UJI KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


 Pembandingnya adalah piperin 0,05% dalam etanol
 Volume penotolan adalah 6 μl pembanding
,larutanuji 10 μl
 Fase geraknya adalah Toluen:etilasetat 7:3
 Fase diamnya adalah Silika gel 60 F254.
 Penampak noda adalah Dragendorf dan warna noda
adalah merah bata
 Rf piperin standar = 0, 5375
 Rf Piperin teoritis = 0,35 ± 10% (0,315 – 0,385)
 Rf sampel = 0, 5375

Dalam uji KLT kali ini digunakan pembanding Piperin 0,05% dalam etanol
disebabkan Piperin adalah senyawa organik bahan alam yang termasuk dalam golongan
alkaloid turunan piridin. Terdapat dalam tanaman lada hitam (Piper ningrumL), dalam jumlah
cukup banyak. Mempunyai bau yang khas dan tajam, rasa pedas membakar lidah. Sifat racun
alkaloid ini paling kecil dibandingkan sebagian besar alkaloid. Struktur piperin sangat
menarik karena terdiri dari banyak gugus fungsional dan sistem konyugasinya. Senyawa ini
memiliki banyak efek farmakologi yaitu sebagai antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektor,
antikanker dan meningkatkan efek antioksidan sel. Sehingga dalam uji KLT ini kita dapat
menentukan ada atau tidaknya piperin.
Untuk pewarna noda yang digunakan adalah Dragendorff dan warna noda adalah
merah bata . Dragendorff adalah pereaksi untuk mengidentifikasi secara kualitatif adanya
alkaloid. Jika positif maka akan berwarna merah bata di sinar tampak dan berpendar di UV
366. Pada platada bercak yang berwarna merah bata . Hal ini menunjukkan bahwa
dimungkinkan adanya kandungan alkaloid pada simplisia ini.

Dari hasil yang kami dapat nilai Rf sampel 0,5375 dan Piperin standar 0,5375. Data
tersebut menunjukkan bahwa nilai Rf analit sama dengan dengan nilai Rf Piperin standar,
Namun nilai Rf hasil percobaan tidak sesuai dengan literatur yaitu sebesar ±0,35
Perolehan nilai Rf yang berbeda jauh mungkin disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya :

1. Suhu ruangan
2. Penyemprotan penampak noda yakni Dragendorff.
3. Kelembapan udara.
4. Penotolan yang kurang tepat
5. Proses homogenisasi yang kurang

Adapun kelebihan dan kekurangan dari Kromatografi Lapis Tipis adalah

Keuntungan KLT :

1. Waktu relative singkat


2. Menggunakan inestasi yang kecil.
3. Paling cocok untuk analisis bahan alam dan obat.
4. Jumlah cuplikan sedikit.
5. Kebutuhaan ruang minimum.
6. Penanganan sederhana.
7. Zat yang bersifat asam/basa kuat dapat dipisahkan dengan KLT.

Kelemahan KLT :

1.Hanya merupakan langkah awal untuk menentukan pelarut yang cocok dengan
kromatografi kolom.
2.Noda yang terbetuk belum tentu menunjukkan tanda senyawa murni yang kita
inginkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Piperis Nigri Fructus mengandung triterpenoid, steroid, minyak atsiri, alkaloid,


dioksan antrakuinon, flavonoid, dan tanin
 Pada analisis dengan metode KLT, Piperis Nigri Fructus positif mengandung
piperin dan alkaloid dengan nilai Rf 0,5375.

3.2Saran

 Pada percobaan uji KLT pembuatan eluen harus benar


 Pembutan larutan uji harus benar meliputi pemipetan pelarut, penimbangan
simplisia, dan memastikan bahwa larutan uji sudah benar-benar homogen
 Penotolan larutan uji serta larutan standar harus sesuai dengan volume yang
sudah ditentuka dalam buku petunjuk praktikum
Daftar isi
LAMPIRAN

Uji Histokimia Piperis Nigri Fructus


Analisis dengan metode KLT
DAFTAR PUSTAKA

Agoes.G.2007.Teknologi Bahan Alam.21,38 – 39.Bandung : ITB Press

Anonim.2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. 3 – 5. Jakarta :


Depkes RI

Anonim.1985. Cara Pembuatan Simplisia. 2 – 22. Jakarta : Depkes RI

Anonim.1987. Analisis Obat Tradisional. 2 – 3. Jakarta : Depkes RI

Anonim. 1980. Materia Medika Indonesia Edisi 4. Jakarta : depkes RI

Harborne. J.B.,1987. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso,


69 – 94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press

Teyler.V.E.et.al.1988.Pharmacognosy.9th Edition. 187 – 188. Phiadelphia : Lea &


Febiger

Anda mungkin juga menyukai