Anda di halaman 1dari 36

SKENARIO 2

RESTORASI PLASTIS SANDWICH

Seorang laki-laki berumur 21 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi mengeluh malu saat
tersenyum karena gigi depan atas berlubang, ngilu bila terkena minuman dingin dan belum
pernah ada keluhan sakit cekot-cekot dan spontan. Pasien menginginkan untuk dilakukan
penambalan sewarna gigi. Hasil pemeriksaan klinis tampak gigi 13 karies profunda klas IV
klasifikasi menurut GV Black. Tes vitalitas positif, tes perkusi dan tekanan negatif, tidak ada
kegoyangan dan kondisi gigi masih bisa dipertahankan. Pemeriksaan radiografik tidak ada
resorbsi tulang alveolar. Diagnosa klinis gigi 13 adalah pulpitis reversibel. Dokter
gigimerencanakan penumpatan pada gigi 13 dengan restorasi plastis sandwich.

Step 1

Identifikasi kata sulit

1. Restorasi plastis sandwich :


Restorasi plastis adalah restorasi yang dapat setting di dalam rongga mulut sehingga
langsung dapat dimanipulasi didalam rongga mulut pasien. Restorasi plastis sandwich
merupakan salah satu teknik restorasi yang terdiri atas berlapis bahan yaitu berbahan
GIC (lapisan bawah) dan Komposit (pada bagian atas).
2. Karies profunda klas IV :
Karies profunda merupakan karies yang melibatkan lebih dari setengah dentin tetapi
masih belum menembus jaringan pulpa. Karies Klas IV merupakan karies yang
melibatkan bagian proksimal dan insisal gigi anterior.
3. Pulpitis reversibel :
Adalah suatu keradangan pulpa yang bersifat reversibel atau dapat dihilangkan. Pulpitis
reversibel ini bersifat kambuhan jika mendapat rangsangan dari luar namun sakitnya
dapat hilang saat penyebabnya dihilangkan.
Step 2

Rumusan Masalah

1. Apa fungsi atau tujuan dr Restorasi Plastis Sandwich ?


2. Apa indikasi dan kontraindikasi Restorasi Plastis Sandwich?
3. Apa kelebihan dan kelemahan Restorasi Plastis Sandwich?
4. Apa saja macam-macam dari Restorasi Plastis Sandwich? Apa teknik yang sesuai dengan
kasus skenario diatass?
5. Apa saja alat dan bahan dalam Restorasi Plastis Sandwich?
6. apa saja komposisi bahan Restorasi Plastis Sandwich?
7. Bagaimana prosedur kerja Restorasi Plastis Sandwich?

Step 3

Brainstorming

1. Apa fungsi atau tujuan dr Restorasi Plastis Sandwich ?


Gabungan 2 bahan (GI dan Komposit) sehingga kekurangan antar bahan dpt tertutupi.
Misal GI digunakan sbg basis untuk mengurangi microlekage dan komposit yang lbh
estetis dr GI ; Dpt menerima beban pengunyahan yang tinggi ; Sifat mekanis dan
kekuatan tekan yg baik. Jadi gabungan 2 bahan tersebut dapat meminimalisir kekurangan
dari masing2 bahan. Komposit tdk dapat merestorasi kavitas dalam sehngga perlu
ditutupi dengan sifat GI. Sifat GI yang tdk dapat menerima beban kunyah yg besar dapat
ditutupi oleh komposit. Dilakukan sandwich krn perbedaan translusensi komposit lebih
baik dr GI; untuk perlekatan yg sudah sampai setengah dentin perlu ditambah GI sbg
perlekatan komposit.

2. Apa indikasi dan kontraindikasi Restorasi Plastis Sandwich?


Indikasi :
a. Masih terdapat jaringan keras gigi
b. Gigi vital (bahan Restorasi plastis sandwich yang mengandung Fluor dapat mencegah
karies sekunder )
c. Tidak ada kerusakan periodontal
d. Kebutuhan Estetis
 Untuk gigi anterior : GIC tipe 3 sbg basis yg dpt merangsang dentin sekunder dan
meminimalisir karies sekunder.
 GI tipe 1 : luting
 GI tipe 2 restorasi : pada gigi anterior
 GI tipe 3 basis dan lining : pd gigi anterior. Untuk meningkatkan retensi dari
komposit (pada Restorasi plastis sandwich)
 GI fuji tipe 2 dan 9 : GI tipe 9 lebih dapat menerima beban kunyah lebih besar dr
GI tipe2. GI 9 punya ukuran partikel lebih kecil dr GI konvensional.
Kontra indikasi :
A. Karies cukup besar sehingga jaringan keras gigi hanya tersisa sedikit
B. Gigi tersebut mengalami kelainan periodontal.

3. Apa kelebihan dan kelemahan Restorasi Plastis Sandwich?


Kelebihan :
a. Kekuatan kompresi lebih tinggi daripada hanya menggunakan SIK
b. Sifat pelepasan ion Fluor pada GI untuk mencegah karies dibandingkan dengan
menggunakan komposit saja
c. Dapat menghambat microleakage
d. Dapat berikatan dengan dentin dan enamel
e. GI Tingkatkan retensi komposit
f. Dapat menerima beban kunyah besar (komposit)
g. Bersifat biokompatibilitas baik ( adanya sifat anti s. Mutans)
h. Tahan terhadap fraktur
i. Bersifat adhesif karena GI berikatan dengan tubuli dentin sehingga rangsangan pulpa
dapat diblokir

Kekurangan :

a. Membutuhkan keterampilan yang lebih


b. Membutuhkan waktu yg lebih lama drpd hanya menggunakan 1 bahan

4. Apa saja macam-macam Restorasi Plastis Sandwich? Apa yg sesuai dengan skenario?
Teknik restorasi open sandwich : pengganti lapisan dentin sampai cavosurafce cavitas
Close sandwich : pada kavitas yang mempunyai enamel pada semua tepi cavosurface
cavitas.

Skenario : tergantung operator dan kebutuhan


open sandwich : karena sudah mencapai dentin dengan sisa enamel yang sedkit
Close sandwich : karena sifat translusensi komposit lebih dari GI dan masih tersisa
enamel.

5. Apa saja alat dan bahan dalam Restorasi Plastis Sandwich?


Bahan :
 GI
 Komposit
 Liner (pulp caping : kalsium hidroksida / MTA)
 Etsa dan bonding
 Dentin conditioner

ALAT :
 Diamond bur
 Liner applicator
 Plastis filling instrumen
 Matrix untuk bentukan anatomi
 Spatula agate
 Glass plate
 Jika otomatis : alatnya serupa kapsul

6. Apa saja komposisi bahan Restorasi Plastis Sandwich?


 GI :
Powder : calsiumfluoroaluminosilikat (CaF2 (radiopak), Al2SO3 (kekuatan), SiO3
(translusensi)).
Liquid : asam poliakrilat
 Dentin conditoner asam Poliakrilat 10%

7. Bagaimana prosedur kerja Restorasi Plastis Sandwich?


a. Asepsis dan isolasi daerah kerja
b. Preparasi dengan menggunakan bur untuk membersihkan enamel yang tidak didukung
jaringan sehat tetapi harus hati-hati pada dinding yang menghadap pulpa pada karies
profunda sebaiknya dengan menggunakan ekskavator atau bur dengan kecepatan
rendah. Jika perlu , diberi lining. Preparasi dengan membentuk bevel.
c. Memasang matrix
d. Injeksi GI
e. Melakukan etsa => bilas
f. Melakukan bonding dg micro brush => disemprot dengan udara ringan sehingga
bahan bonding merata dan bahan pelarut menguap
g. Disinar
h. Penumpatan komposit secara layer by layer / teknik incremental
i. Finishing dengan menggunakan fine finishing bur (untuk meratakan yang
overhanging ,tebal sehingga bentukan sesuai kontur )
j. Polishing menggunakan rubber + pasta pemoles (jika perlu) / cukup rubber dan air
Step 4

Maping

Kerusakan Gigi / Karies

Rencana Perawatan

Restorasi

Rigid Plastis

Komposit GIC Amalgam

Sandwich

Indikasi dan Kelebihan dan Alat dan Bahan Prosedur /


Kontraindikasi Kekurangan Tahapan Kerja
Step 5

Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi dan macam-macam


restorasi plastis
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi dan tujuan restorasi
plastis sandwich
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Indikasi dan kontraindikasi
restorasi plastis sandwich
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan
restorasi plastis sandwich
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang alat dan bahan dalam restorasi
plastis sandwich
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tahapan kerja restorasi plastis
sandwich

Step 6

Mandiri

Step 7

Tinjauan Pustaka

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi dan macam-


macam restorasi plastis

Restorasi plastis adalah bahan restorasi yang dapat dibentuk dalam kavitas, dan setelah
beberapa waktu diaplikasikan dalam kavitas nantinya akan dapat mengeras. Restorasi
plastis terdiri dari bahan logam dan non-logam. Bahan logam yang biasa digunakan
adalah amalgam, sedangkan untuk bahan non logam adalah Resin Komposit dan Glass
ionomer cement.
1. Amalgam
Restorasi amalgam merupakan paduan logam (aloy) dengan komposisi terdiri atas
merkuri (air raksa atau Hg), Perak (Ag) 35%, Timah Putih (Sn) 14%, seng 0-1% dan
Tembaga (Cu) 0,3%, serta beberapa elemen tambahan yang akan meningkatkan sifat
fisik dan mekanik bahan. Hal yang unik dari restorasi amalgam adalah pada awal
pencampuran metal dengan merkuri mempunyai konsistensi seperti pasta, yang akan
mengeras dalam mulut setelah melalui rangkaian reaksi kimia yang menjadi massa
paduan logam yang stabil.
Sifat logam Ag dalam amalgam membentuk senyawa logam dan merkuri, meningkat
pemuaian, meningkatkan waktu pengerasan, menambah kekuatan dan meningkatkan
resistensi terhadap karat. Aloi dengan jumlah perak yang tinggi membuat amalgam amat
keras, tapi cepat berubah warna menjadi hitam.
Tembaga (Cu) bersifat menambah kekuatan dan kekerasan, meningkatkan pemuaian
saat pengerasan tetapi menurunkan kelenturan. Aloi dengan jumlah Cu lebih banyak
bersifat mengurangi disklorasi, proses karat sangat sedikit, menambah keras amalgam,
dan secara klinis menjadikan tambalan lebih baik.
Timah putih (Sn) bersifat menurunkan pemuaian saat pengerasan dan membentuk
anti-merkuri, mengurangi sifat ekspansi amalgam. Seng mempunyai sifat mengurangi
oksidasi dalam campuran aloi dan mempercepat reaksi, pembersih dan mengurangi
oksidasi. Merkuri berfungsi mengubah bentuk cair menjadi padat dan komponen
intermetal dalam keadaan stabil.
Komposisi dan Fungsi Masing-Masing Komponen:

1. Perak (Ag) 67-74%


a. Elemen utama dalam reaksi
b. Menaikkan setting expansion
c. Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
d. Memperputih alloy
e. Menaikkan strength
f. Menurunkan creep

2. Timah (Sn) 25-28%


a. Mengontrol reaksi antara silver&mercury
b. Mengurangi strength & hardness
c. Mengurangi resistance terhadap tarnish & korosi

3. Tembaga (Cu) 0-6%


a. Menaikkan hardness & strength
b. Menaikkan setting expansion

4. Seng (Zn) 0-2%


a. Dalam jumlah kecil, tidak memengaruhi setting reaction & sifat amalgam
b. Zinc menyebabkan tertundanya ekspansi jika campuran amalgam terkontaminasi
oleh uap lembab selama manipulasi
c. Mencegah masuknya O2 ketika terjadi fusi logam paduan

5. Air raksa (Hg) 0-3%

Kadang-kadang ditambahkan untuk menciptakan kondisi pre-amalgamisasi pada


logam paduan.

Indikasi : Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat digunakan
baik pada gigi tetap maupun pada anak-anak.

2. Resin Komposit
Resin komposit ialah tumpatan pada generasi ke 60-an, dan secara umum dikenal sebagai
bahan tumpatan kosmetik dentis.5Komposit merupakan salah satu bahan tumpatan yang dapat
memenuhi permintaan pasien mengenai estetika, karena dapat disesuaikan dengan warna gigi.
Bahan resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan
partikel anorganik sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan, dan agar
dapat berikatan dengan baik. Bahan tumpatan resin komposit ini paling sering digunakan dan
memiliki biokompabilitas yang tinggi.
Bahan resin komposit ini biasa digunakan untuk menumpat gigi anterior, memperbaiki
gigi yang patah, melapisi permukaan gigi yang rusak, atau menutup warna gigi yang berubah
karena obat-obatan antibiotik tertentu misalnya tetrasiklin.
Kandungan utama resin komposit terdiri atas matriks resin dan bahan pengisi.
Dimasukannya partikel bahan pengisi kedalam suatu matriks secara nyata meningkatkan sifat
bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks.
Resin komposit juga memiliki sifat antara lain sifat fisik, sifat mekanis dan sifat khemis.
Sifat fisik resin komposit diantaranya dari warna resin komposit resisten terhadap perubahan
warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Sifat fisik tensile
strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini
digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal.
Dari aspek klinis seting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang
diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam
beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia
memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah
mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan
abrasive rotary.
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting
terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan
tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu.
1. Adhesi
Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu : Adhesi terjadi
apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya tarik
– menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara
kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan
fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan
terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua
dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan
maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding
agent).

2. Kekuatan dan keausan


Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin
akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya
digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat
keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga
akhirnya filler lepas. Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis.
Secara umum, resin komposit digunakan untuk:
1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI
2. Fondasi atau core buildups
3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif).
4. Prosedur estetis tambahan Partial veneers Full veneers modifikasi kontur gigi
penutupan/perapatan diastema.
5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)
6. Restorasi sementara.
7. Periodontal splinting.

3. Glass Ionomer Cement (GIC)


Glass Ionomer Cement (GIC) pertama kali dikenal dalam profesi kedokteran gigi sekitar
30 tahun yang lalu. Glass Ionomer Cement adalah bahan tambal sewarna gigi yang komponen
utamanya terdiri dari likuid yang merupakan gabungan air dengan polyacid (Asam
poliakrilat, maleat, itakonat, tartarat) dan bubuk berupa fluoroaluminosilicate glass. Material
kedokteran gigi yang salah satunya bisa digunakan untuk bahan restoratif.
Bahan ini bersifat antikariogenik oleh karena mampu melepaskan flourida, mempunyai
thermal compatibility dengan enamel gigi, serta mempunyai biocompatibility yang baik.

Indikasi Glass Ionomer Cement :


1. Lesi erosi servikal Kemampuan glass ionomer cement untuk melekatkan secara kimiawi
dengan dentin, menyebabkan glass ionomer cement saat ini menjadi pilihan utama dalam
merestorasi lesi erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo untuk
menahan abrasi akibat sikat gigi.
2. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent) Karena semen glass ionomer ini
memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan dentin dan email. Aktivitas
kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih
besar maka sebagai luting agent semen ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi
karies tinggi atau pasien dengan resesi ginggiva yang memerlukan kekuatan dan aktifitas
kariostatik misalnya pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan.
3. Glass Ionomer Cement dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan
komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini
berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan member
perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang dapat member
perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi
servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki
mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, glass ionomer cement digunakan
sebagaibahan sub bonding.
4. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawah restorasi amalgam mempunyai
kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer dapat
mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi.
Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen cermet sampai ke dalam 2
mm dan sisanya diisi amalgam.
5. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami
karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass
ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic
brackets.
6. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan
perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.
7. Glass ionomer cement yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat
digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan
mahota yang parah.
8. Restorasi gigi susu. Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna
dalam mencegah terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.
9. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini
semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi dan tujuan


restorasi plastis sandwich

Teknik sandwich pada semen ionomer kaca adalah restorasi berlapis yang menggunakan
semen ionomer kaca dan resin komposit, di mana semen ionomer kaca akan
menggantikan dentin sedangkan resin komposit akan menggantikan enamel (Hewlett and
Mount, 2003).

Strategi ini menggabungkan sifat paling baik dari kedua bahan tersebut seperti Daya
tahan terhadap karies, Adhesi secara kimia terhadap dentin, Pelepasan fluor dan proses
remineralisasi , Pengerutan pada lapisan dalam yang rendah, Pengikatan semen ionomer
kaca dengan enamel, Penyelesaian akhir enamel, Durabilitas dan Sifat resin komposit
yang estetis (Mount and Hewlett, 2003)

Tujuan dari restorasi plastis sandwich adalah untuk mendapatkan fungsi estetis,
pengunyahan,mencegah celah mikro serta menambah kekuatan gigi. Fungsi estetis kita
dapatkan dari komposit karena resin komposit memiliki translusensi yang lebih tinggi
disbanding Semen Ionomer Kaca. Selain itu Resin komposit juga mampu menahan
tekanan kunyah yang besar. Untuk mencegah kebocoran mikro dapat digunakan Semen
Ionomer Kaca sebagai bahan basis. Semen Ionomer Kaca juga mampu mencegah
terjadinya karies karena dapat melepaskan fluor.

Reaksi pengerasan pada SIK.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang indikasi dan


kontraindikasi restorasi plastis sandwich

Indikasi:
1. Lesi dimana terdapat 1 atau lebih margin pada dentin.
2. Karies dengan kavitas kelas I, II, III, IV dan V dengan mempertimbangkan besar dan
kedalaman karies dengan tujuan memperbaiki fungsi estetik, pengunyahan, mencegah
celah mikro serta menambah kekuatan gigi serta karies yang sudah melibatkan dentin.
3. Karies yang melibatkan servikal gigi/ lesi karies karena abrasi atau erosi.

Kontraindikasi:
1. Jika jaringan sehat yang tersisa sedikit yaitu kurang dari 1/3 koronal.
2. Tekanan oklusal besar pada gigi posterior pada penderita yang bruxism.
3. Karies yang meluas sampai melibatkan servikal gigi.
4. Karies superficial.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kelebihan dan


kekurangan restorasi plastis sandwich
Kelebihan :

1. kekuatan kompresi lebih tinggi daripada hanya menggunakan SIK sebagai restorasi tunggal

2. meningkatkan ketahanan terhadap fraktur

3. bersifat adhesi karena lapisan resin terikat dengan pelapik SIK

4. pelepasan fluoride SIK lebih besar daripada komposit atau bahan tumpatan lainnya

5. dapat menghambat kerusakan tepi (microleakage) karena ikatan kimiawi SIK dengan email &
dentin sangat baik

6. bersifat radiopak

7. SIK bersifat biokompabilitas, anti bakteri, terhadap koloni streptococcus mutant

Kekurangan :

1. Membutuhkan ketrampilan yang lebih


2. Membutuhkan waktu yang lama daripada restorasi tunggal

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang alat dan bahan dalam
restorasi plastis sandwich
Bahan :
1. Komposit

Sifat – sifat Resin Komposit

Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga
memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara
lain:

Sifat fisik:
Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman
digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan
karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini.
Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:

1. Warna

Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi
tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh
pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen.
Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air
dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran
gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai
struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna
email dan dentin.

1. Strength

Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal
ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan
insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda.

2. Setting

Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu
yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light
cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang
diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan.
Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument
yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.

Sifat mekanis:

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting
terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin
bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu
tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :

a. Adhesi

Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak
disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut.
Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan
dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi
melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut
sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan
lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud
menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding
agent).

b. Kekuatan dan keausan

Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan
resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur
memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.

Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang
lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.

Sifat khemis:

Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian


reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul –
molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini dapat
berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujung rantai atau
pada ujung – ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang
pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA) .

Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang
tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat.
Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus
OH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu
dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA)
ditambahkan.

Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi

Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan


komponen-komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan
adhesive yang kuat sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia,
dan dapat merupakan ikatan kovalen atau ion.

Selain secara kimia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara mekanis atau
retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik
menarik oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang
melibatkan penggunaan skrup, baut atau undercut. Mekanisme perlekatan antara
resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik yaitu pengetsaan asam
dan pemberian bonding.

a) Bahan utama/Matriks resin

Kebanyakan resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic dan


atau aliphatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA),
selain itu juga banyak dipakai adalah tryethylene glycol
dimethacrylate (TEGDMA), dan urethane dimethacrylate (UDMA)
adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam komposit gigi. Perkembangan
bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir tahun 1950-an dan
awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi
dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya
pengerasan dan kecenderungan perubahan warna, mendorong Bowen
mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan akrilat (CH2=CHCOO-).
Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul BIS-GMA.
Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin suatu komposit gigi.

BIS-GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan


cairan dari dimethacrylate lain yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA
untuk menghasilkan cairan resin yang dapat diisi secara maksimal dengan
partikel glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit melakukan sintesa antara struktur
molekul yang alami dan kurang melekat dengan baik terhadap struktur gigi.

b) Filler

Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat
material. Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik-manik
kaca dan batang, partikel seramik seperti quartz (SiO2), litium-aluminium silikat
(Li2O.Al2O3.4SiO2) dan kaca barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat
komposit menjadi radiopak.

Ukuran partikel yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15m. Partikel yang
dikategorikan berukuran besar sehingga mencapai 60m pernah digunakan tetapi
permukaan tumpatan akan menjadi kasar sehingga mengganggu kenyamanan
pasien.

Bentuk dari partikel juga terbukti penting karena manik-manik bulat sering terlepas
dari material mengakibatkan permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak
beraturan mempunyai permukaan yang lebih baik dan tersedia untuk bonding dan
dapat dipertahankan di dalam resin.

Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:

1. Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi


2. Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal
3. Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan resisten
terhadap abrasi

c) Coupling agent

Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan
pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak
berfungsi dengan baik karena ikatan antara matriks dan filler adalah tidak kuat.
Melapiskan partikel filler dengan coupling agent contohnya vinyl
silane memperkuat ikatan antara filler dan matriks. Coupling agent memperkuat
ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis dengan
keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan
kepada partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk
memperbaiki sifat khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan
awal dari partikel filler diakibatkan dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan
filler.

Fungsi bagi coupling agent adalah:

1. Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin


2. Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler-resin

d) Bahan penghambat polimerisasi

Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini.


Monomer dimethacrylate dapat berpolimerisasi selama penyimpanan maka
dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor). Sebagai inhibitor, sering
digunakan hydroquinone, tetapi bahan yang sering digunakan pada saat ini
adalah monometyhl ether hydroquinone.

e) Penyerap ultraviolet (UV)

Ini bertujuan meminimalkan perobahan warna karena proses


oksidasi. Camphorquinone dan 9-fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap
UV.

f) Opacifiers

Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit


terlihat di dalam sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium
dioksida dan aluminium dioksida.

g) Pigmen warna

Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna
yang biasa dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide, dan
lain-lain. Ferric oxide akan memberikan warna coklat-kemerahan. Cadmium
black memberikan warna kehitaman dan mercuric sulfide memberikan warna
merah.

Klasifikasi resin komposit:

Macam-macam resin komposit:


A. Komposit Fowable:
 Komposit dengan viskositas rendah.
 Perlu aktivasi sinar.
 Terutama untuk lesi servikal, restorasi untuk gigi decidiu, restorasi kecil dan
bebas dari tekanan pengunnyahan.
 Dimethacrylate resin & bahan pengisi anorganik dengan ukuran 0,4-3 µm.
Volume bahan pengisi: 42-53%.
 Mempunyai modulus elastisitas rendah.
 Pengkerutan polimerisasi tinggi karena bahan pengisi sedikit.
 Aplikasinya langsung dari sryinge karena mempunyai viskositas rendah.

B. Komposit Packable
 Diindikasikan: kabitas kelas I, II & VI (Mesial Oklusal Distal).
 Perlu aktivasi sinar.
 Dimethacrylate resin & bahan pengisi (volume 66-70%).

Menurut ukuran filler:

Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat diklasifikasikan atas
resin komposit tradisional, resin komposit mikrofiler, resin komposit hibrid dan resin
komposit partikel hibrid ukuran kecil.

a) Resin Komposit Tradisional


Resin komposit tradisional juga dikenal sebagai resin konvensional. Komposit ini
terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rata-rata 10-20μm dan ukuran
partikel terbesar adalah 40μm. Terdapat kekurangan pada komposit ini yaitu
permukaan tambalan tidak bagus, dengan warna yang pudar disebabkan partikel
filler menonjol keluar dari permukaan.

b) Resin Komposit Mikrofiler

Resin mikrofiler pertama diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang


mengandung colloidal silica dengan rata-rata ukuran partikel 0.02μm dan antara
ukuran 0.01-0.05μm. Ukuran partikel yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat
dipolish hingga menjadi permukaan yang sangat licin. Ukuran partikel filler yang
kecil bermaksud bahan ini dapat menyediakan luas permukaan filler yang besar
dalam kontak dengan resin.

c) Resin Komposit Hibrid

Komposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata-rata


berukuran 15-20μm dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan
ukuran partikel 0.01-0.05μm seperti terlihat pada gambar 3. Perlu diketahui
bahawa semua komposit pada masa sekarang mengandung sedikit jumlah colloidal
silica, tetapi tidak mempengaruhi sifat-sifat dari komposit itu.

d) Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran Kecil

Untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil daripada sebelumnya telah
dilakukan perbaikan metode dengan cara grinding kaca. Ini menyebabkan kepada
pengenalan komposit yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel
kurang dari 1μm, dan biasanya berukuran 0.1-1.0μm yang biasanya dikombinasi
dengan colloidal silica. Partikel filler berukuran kecil memungkinkan komposit
dipolish permukaannya sehingga menjadi lebih rata dibanding partikel filler
berukuran besar. Komposit ini dapat mencapai permukaan yang lebih rata karena
setiap permukaan kasar yang dihasilkan dari partikel filler adalah lebih kecil dari
partikel filler.

Menurut cara aktivasi:


Cara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara
khemis dan aktivasi mempergunakan cahaya.

1. Aktivasi secara khemis

Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang
mengandung benzoyl peroxide (BP) initiator dan yang satu lagi mengandung
aktivator aromatic amine tertier. Sewaktu aktivasi, rantai –O–O– putus dan
elektron terbelah diantara kedua molekul oksigen (O). Pasta katalis dan base
diletakkan di atas mixing pad dan diaduk dengan menggunakan instrument plastis
selama 30 detik. Dengan pengadukan tersebut, amine akan bereaksi dengan BP
untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap
diaduk kemudian dimasukkan ke dalam kavitas dengan menggunakan instrument
plastis atau syringe.

2. Aktivasi mempergunakan cahaya

Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar


ultraviolet (UV) membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang
menggunakan curing sinar UV telah digantikan dengan sistem aktivasi sinar
tampak biru yang telah diperbaiki kedalaman curing, masa kerja terkontrol, dan
berbagai kebaikan lainnya. Disebabkan kebaikan ini, komposit yang
menggunakan aktivasi sinar tampak biru lebih banyak digunakan dibanding
material yang diaktivasi secara khemis.

Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal
yang diletakkan dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini
mengandung photosensitizer, Camphorquinone (CQ) dengan panjang gelombang
diantara 400-500 nm dan amine yang menginisiasi pembentukan radikal bebas.
Bila bahan ini, terkontaminasi sinar tampak biru (visible blue light, panjang
gelombang ~468nm) memproduksi fase eksitasi dari photosensitizer, dimana
akan bereaksi dengan amine untuk membentuk radikal bebas sehingga terjadi
polimerisasi lanjutan.

Working time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator. Pasta hanya
dikeluarkan dari tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada pasta
dapat menginisiasi polimerisasi. Pasta diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar
biru dan terjadi polimerisasi sehingga bahan resin
mengeras. Camphorquinone (CQ) menyerap sinar tampak biru dan membentuk
fase eksitasi dengan melepaskan elektron seperti amine (dimetyhlaminoethyl
methacrylate [DMAEMA]). Gambar “:” menerangkan elektron tunggal yang
diberikan oleh amine kepada grup >C=O (ketone) didalam CQ. Setelah
diaktivasi, CQ memisahkan atom hidrogen daripada karbon-α yang bertentangan
dengan grup amine dan hasilnya adalah amine dan radikal bebas CQ. Radikal
bebas CQ ini sudah bersedia untuk diaktivasi.

3. Semen Ionomer Kaca


GI : alumina untuk opaksitas , silika untuk translusensi , Florida antikariogenik,
tingkatkan working time , alumunium fosfat untuk translusensi , kriolit untuk
translusensi , kalsium , kalium, stronsium.

Liquid: asam poliakrilat ; Polyacid

Jika powder dan liquid di mix dapat membentuk Fluor (Dengan perbandingan
powder dan liquid = 3 : 1) dengan durasi adukan 30dtk , working time 2mnt ,
setting awal 2 mnt; setting total 4,5-5 mnt.

a. Type I – Luting cements


SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota,
jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara
kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki
translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK
yang diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta
berkurangnya sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi
timbulnya kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay
komposit atau onlay (Craig, 2004).
b. Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK juga
digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal.
Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang
terlalu keras (Craig, 2004).
c. Type III – Liners and Bases
Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit
sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat
untuk kemudianmenjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada
matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang
nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).
d. Type IV – Fissure Sealants
Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan
dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi
posterior yang sempit (Powers, 2008).
e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin komposit.
Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung
ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan
demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu, SIK memiliki efek
antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis
uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket
Ortodonti antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008).
f. Type VI – Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat
kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik
dalam koefisienekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet,
Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah
populer. Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk
menangani daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak
yang menganggap SIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka
direkomendasikan bahwa gigi harus memiliki minimal dua dinding utuh jika
menggunakan SIK (Powers, 2008).
g. Type VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan SIK
dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan
atau tanpa meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan
salah satu tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional
menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih
banyak dari resin komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang
dihasilkan, selama 24 jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima
sampai enam kali lebih tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung
fluor (Craig, 2004).
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-negara
dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk
tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-
alat tangan sederhana (seperti pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan
menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang
tersisa direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas tinggi. SIK memberikan
kekuatan beban fungsional (Craig, 2004).
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan
kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer
kaca dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena
kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras
gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat
dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih
diperlukan tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004)

Nama dagang:
GI Fuji 2 : turunkan sensitivitas
GI Fuji 9 : untuk perbaiki restorasi , untuk basis
GI fuji 9 lebih dpt menerima tekanan tinggi dr Fuji 2 krn ukuran partikel lebih kecil
shg porositas minimal dan wktu kerja lebih singkat ; fiskositas lebih besar shg lebih
resisten dari fraktur.

 RM GIC :

 Resin modyfied glass ionomer cement (RM GIC) merupakan penambalan resin
pada GIC yang bertujuan untuk mengatasi masalah sensitifitas bahan pada saat
pengerasan dan mempercepat waktu pengerasan.
 Saat ini RM GIC mulai menggantikan glass ionomer konvensional dan dapat
digunakan untuk semua indikasi glass ionomer konvensionalditambah dengan
kegunaan lainnya.

 Bahan ini dianjurkan untuk digunakan pada restorasi laminasi karena


pengerasannya lebih cepat dan adaptasi interfasial dengan dentin lebih baik dari
resin komposit.

 Ikatan RM GIC dengan resin komposit terbentuk karena terjadi reaksi kimia
diantara kedua bahan ini.

 Telah banyak penelitian untuk melihat ketahanan dan kebocoran restorasi


laminasi. Salah satu penelitian yang dilakuakn menyebutkan bahwa evaluasi
selama 3,5,dan 9 tahun tidak memperlihatkan perbedaan yang bermakna dalam
hal ketahanan restorasi antara resin komposit dengan restorasi laminasi dengan
bahan basis RM GIC. Bahkan pada penelitian kebocoran dinding gingival
ternyata restorasi laminasi menghasilkan kebocoran dinding gingival yang lebih
sedikit dibandingkan dengan restorasi resin komposit maupun dengan restorasi
kombinasi resin komposit flowable dan packable

a. Etsa asam

Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan
ditambal diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut
dan hal tersebut berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti
prisma dan menghasilkan bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi
tersebut menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan email, tempat kemana
resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas.

Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara
permukaan email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Kekuatan
ikatan terhadap email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya adalah
bahwa asam meninggalkan permukaan email yang bersih, yang memungkinkan
resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses pengasaman pada
permukaan email akan meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis tidak
teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk lembah dan puncak pada email,
yang memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak
teratur tersebut. Resin “tag” kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin
pada gigi. Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior
adalah 7-25 μm.

Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 % adalah
tepat, konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium
fosfat monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih
lanjut. Asam ini dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk
gel agar lebih mudah dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa
diganggu kontaknya dengan email minimal selama 15-20 detik.

Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan
dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih
seperti bersalju menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga
tetap bersih dan kering sampai resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik.
Karena email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email. Teknik etsa
asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana.

b. Bahan bonding

Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga
membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori di dalam
dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena
matriks resin bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung hidrofilik
maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat dapat berinteraksi pada
permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan dengan
restorasi resin.

A. Bahan bonding email

Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia.
Email terdiri atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral
tersusun dari jutaan kristal hydroksiapatit (Ca10(PO4)6 (OH)2) yang sangat kecil.
Dimana tersusun secara rapat sehingga membentuk perisma email secara
bersamaan berikatan dengan matriks organik. Pada perisma yang panjang
bentuknya seperti batang dengan diameter sekitar 5 μm. Krital hidroksiapatit
bentuknya heksagonal yang tipis, karena strukrur seperti itu tidak memungkinkan
mendapatkan susunan yang sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air dan
material organik. Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-
GMA yang encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi).
Bahan bonding email dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan
membasahi email yang teretsa. Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari
matriks resin yang dilarutkan dengan monomer lain untuk menurunkan
kekentalan dan meningkatkan kemungkinan membasahi. Bahan ini tidak
mempunyai potensi perlekatan tetapi cendrung meningkatkan ikatan mekanis
dengan membentuk resin tag yang optimum pada email. Beberapa tahun terakhir
bahan bonding tersebut telah digantikan dengan sistem yang sama seperti yang
digunakan pada dentin. Peralihan ini terjadi karena manfaat dari bonding simultan
pada enamel dan dentin dibandingkan karena kekuatan bonding.

B. Bahan bonding dentin

Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir diseluruh
panjang gigi dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan
matriks dentin. Tersusun dari 75 % materi inorganik, 20 % materi organik dan 5
% materi air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli berdiameter 0,5-0,9 mm
dibagian dentino enamel jungsion dan 2-3 mm diujung yang berhubungan dengan
pulpa. Jumlah tubuli dentin sekitar 15-20 ribu /mm didekat dentino enamel
jungtion dan sekitar 45-65 ribu dekat permukaan pulpa.

Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi terbentuknya microleakage atau


kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan enamel.
Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau sementum. Pengetsaan
asam pada dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding
terdiri dari :

Dentin Conditioner

Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang
terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk
dentin conditioer antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan
asam nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan dentin akan menghasilkan
reaksi asam basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan mengkibatkan larutnya
hidroksiapatit yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin serta terbentuknya
permukaan demineralisasi dan biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat
asam yang digunakan semakin kuat pula reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari
dentin conditioner mengandung glutaralhyde. Glutaralhyde dikenal sebagai bahan
untuk penyambung kolagen. Proses penyambungan ini untuk menghasilkan
substrat dentin yang lebih kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari
struktur kolagen.

Alat :

1. Alat dasar (kaca mulut datar, pinset, sonde lurus, sonde bengkok, pinset, ekskavator
kecil, ekskavator sedang)
2. Baki stainless untuk menempatkan alat dasar, atau alat sementasi, dan alat menumpat
3. Air spray untuk memberikan hembusan udara ringan setelah aplikasi bahan bonding
4. Alat preparasi kavitas terdiri dari :
a. Diamond bur low speed bentuk bulat, fissure silindris, fissure tappered, fissure
taper longshank-round end
b. Diamond bur bentuk bullat dapat digunakan saat cavity entrance
c. Fissure silindris dan tappered dapat digunakan untuk melebarkan dinding karitas
d. Taper longshank-round end dapat digunakan untuk melebarkan dinding kavitas dan
membuat bevel
5. Alat untuk meletakkan liner : liner applicator / ball applicator
6. Alat untuk sementasi dan menumpat :
a. Glass slab / mixing slab dengan tebal 5-10 mm ukuran 10x10 cm berfungsi untuk
melakukan pencampuran powder dan liquid bahan restorasi
b. Plastis filling instrumen (logam dan plastis), untuk mengaplikasikam bahan
tumpatan ke kavitas dan mwmbentuk anatomi giginya
c. Light curing yaitu sinar tampak yang berfungsi untuk mempercepat proses
pengerasan suatu bahan tumpatan
d. Spatula (semen dan agate), spatula semen untuk mengaduk semen yaktu GIC diatas
mixing slab, sedangkan spatula agate untuk mengaduk bahan tumpatan yaitu resin
komposit
e. Cement stoper untuk memasukkan dan meratakan cemen lining (basis) ke dalam
kavitas
f. Alat pulas
a. Stone kecil bulat dan cemara
b. Rubber cups
c. Arkansas stone
d. Alumunium oxide disk untuk membentuk kontur dan polishing ppermukaan
proksimal
g. Matrix berdungsi untuk mengembalikan kontur anatomis gigi dan memperbaiki
kontak proximal. Tersapat berbagai macam matrix diantatanya :
1. Tofflemeire Matrix Bands
Sistem matriks universal (Tofflemire) merupakan band yang terbuat dari
stainless steell fleksibel dan tersedia dalam ukuran molar, premolar dan
universal (Anonim, 2003). Matriks ini ideal diindikasikan pada restorasi yang
melibatkan tiga permukaan gigi posterior (mesial, oklusal, distal) dan pada
restorasi Klas II yang melibatkan dua permukaan (Sturdevant, 1995).

Tofflemire matriks terdiri dari beberapa jenis, antar lain:


- Flat/ Straight Tofflemire band, tersedia dalam dua ukuran ketebalan, yaitu
0.002 inci (0.05mm) dan 0.0015 inci (0.038mm).
- Curved band
- Contoured band
Beberapa kekurangan matriks ini adalah pada beberapa jenis band diperlukan
shaping atau memotong band untuk menghasilkan kontur dan kontak yang
tepat, terutama pada band tipe flat Tofflemire band. Permukaan proksimal
yang direstorasi dengan menggunakan tofflemire band mungkin
membutuhkan carving lebih banyak dibanding jika direstorasi dengan
menggunakan compound-support matriks.
Pada saat akan menumpat, teknik isolasi yang baik sangat penting, apabila
tidak menggunakan rubber dam, dapat menggunakan cotton roll. Penggunaan
Tofflemire matriks band dan retainernya dapat membantu memegang
cottonroll pada tempatnya.
2. Matrix cervival
a. Blue view cervical matrix
Indikasi : kavitas klas V restorasi resin komposit
Keunggulan :
 Merestorasi kelas V lebih cepat, mengurangi waktu bekerja sekaligus
melindungi restorasi dari kontaminasi
 Beradaptasi dengan anatomi gigi untuk membentuk kontur
 tepi yang tipis memungkinkan komposit berlebih mengalir keluar untuk
perbaikan anatomi
 warna biru matrix kontras dengan struktur gigi

b. 360o cervical matrix


Indikasi : kavitas klas V restorasi resin komposit
Keunggulan :
 Sistem serbaguna untuk restorasi kelas V yang lebih cepat – mudah
dibentuk,finishing lebih cepat .
 Mudah menjangkau semua gigi
 Pengisian yang sempurna pada margin gingival
 Kualitas estetika
 Matrix transparan yang memudahkan penyinaran
 Pegangan yang dapat diputar untuk akses dan sudut aplikasi yang mudah
 Matrix yang fleksibel sesuai kontur gigi
3. Tin Foil Matrix
Indikasi: digunakan pada resotasi klass V semen ionomer kaca konvensional.
Matrix ini dapat disesuaikan perpanjangannya 1-2 mm mengelilingi kavitas.
Dapat beradaptasi pada kavitas saat dilakukan pengisian semen ionomer
kaca.
Keuntungan:
a) Mudah untuk digunakan
b) Menghasilkan kontur yang optimal pada restorasi
Kekurangan: tidak dapat digunakan pada restorasi klass V resin komposit
atau resin komposit modifikasi semen ionomer kaca.

4. Sectional Matrix
Sectional matrix paling baik digunakan pada restorasi kelas II komposit
untuk membentuk kontak proksimal yang baik.
5. Celluoid Matrix/Mylar Strips
Matrix ini ikut serta dalam proses polimerisasi resin komposit. Berbentuk
cellophane dan mylar strips yang dibentuk dengan menggunakan menjepit.
Setelah resin terpolimerisasi, matrix dapat dilapas dengan menariknya.
Indikasi : untuk resotasi kecil dan besar klass III dan IV
Keuntungan : mudah untukl digunakan dan harga yang relatif murah.

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tahapan kerja restorasi


plastis sandwich
a. Asepsis dan isolasi daerah kerja
b. Preparasi dan lining. Preparasi dg diamond bur . liner kalsiumhidroksida jika dentin 1
mm / profunda
c. Bevel pd preparasi
d. Dentin conditioner : untuk membuang smear layer (ex: jaringan nekrotik, sisa2 preparasi
). Asalm poliakrilat 10%
e. Pengaplikasikan GI.
 Cara mengaduk : bubuk ditakar 3 : 1 (1 sendok takar pabrikan + 1 tetes liquid) dengan
membagi 2 – 3 bagian bubuk agar homogen, dengan adukan memutar terlebih dahulu
lalu gerakan melipat selama 30 dtk. Mengaduk dg agate spatula sampai konsistensi
kental mengkilap (homogen).
 Aplikasikan ke kavitas dg plastis filling instrumen (logam / plastik)
f. Preparasi semen enamel : mengurangi semen yg berlebihan pd enamel
g. Etsa (sesuai aturan pakai tiap produk). Jika kurang dr waktu : tdk terbentuk microporositi
, jika lebih enamel akan rusak. Scr total etsa (dengan pembilasan), jika pada self etsa , no
pembilasan pd etsa.
h. Bonding dg microbrush. Diangin2kan dengan udara ringan agar bahan pelarut menguap
dan bahan bonding rata .
i. Penyinaran bonding
j. Tumpatan resin komposit, no berlebihan .
k. Finishing dg fine finishing bur (dpt ditambah bubuk alumuniumoksida)
l. Polishing dg rubber dan bubuk alumuniumoksida)
DAFTAR PUSTAKA

Anang, Mariati, Mintjelungan : Penggunaan Bahan Tumpatan Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3,
Nomor 2, Juli-Desember 2015
Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 10..
Jakarta: EGC.
Anusavice, K.J. 2003. Phillips : Science of Dental Materials,11th Edition. St. Louis :
Sounders.
Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials Properties and
Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.

Ford, T.R. Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Alih bahasa, Narlan Sumawinata; editor, Narlan
Sumawinata dan LIlian Yuwono. Ed.2. Jakarta: EGC
Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard Edisi 6, Alih bahasa : Narlan Sumawinata.
Jakarta 2002
Melissa Justisia Aviandani, Elly Munadziroh dan Yogiartono Perbedaan kebocoran tepi
tumpatan semen ionomer kaca Jurnal PDGIn61 (3) Hal. 81-87 ©2012
Mount J. G. and Hewlett R. E. 2003. Glass ionomers in contemporary restorative dentistry-
a clinical update. Journal Dental California Association.

Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th edition.
Missouri : Mosby.

Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th edition. Missouri :
Mosby Inc.

Sari : Kebocoran Mikro Akibat Efek Suhu Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No2. September
2016 : 108-112

Anda mungkin juga menyukai