Anda di halaman 1dari 19

SERIBU KUNANG-KUNANG DI MANHATTAN

Adaptasi cerpen Umar Khayam

Mereka duduk bermalas-malasan di sofa. Marno dengan


segelas Scotch dan Jane dengan segelas Martini.
Mereka sama-sama memandang ke luar jendela.

Jane
Bulan itu ungu, Marno.

Marno
Kau tetap hendak memaksaku untuk percaya itu ?

Jane
Ya, tentu saja, Kekasihku. Ayolah akui. Itu ungu, bukan?

Marno
Kalau bulan itu ungu, apa pula warna langit dan
mendungnya itu?

Jane
Oh, aku tidak ambil pusing tentang langit dan mendung.
Bulan itu u-ng-u! U-ng-u! Ayolah, bilang, ungu!

Marno
Kuning keemasan!

Jane
Setan! Besok aku bawa kau ke dokter mata.

Marno berdiri, pergi ke dapur untuk menambahkan air


serta es ke dalam gelasnya, lalu dia duduk kembali di

1
sofa di samping Jane. Kepalanya sudah terasa tidak
betapa enak.

Jane
Marno, Sayang.

Marno
Ya, Jane.

Jane
Bagaimana Alaska sekarang?

Marno
Alaska? Bagaimana aku tahu. Aku belum pernah ke
sana.

Jane
Maksudku hawanya pada saat ini.

Marno
Oh, aku kira tidak sedingin seperti biasanya. Bukankah
di sana ada summer juga seperti di sini?

Jane
Mungkin juga. Aku tidak pernah kuat dalam ilmu bumi.
Gambaranku tentang Alaska adalah satu padang yang
amat l-u-a-s dengan salju, salju dan salju. Lalu di sana-
sini rumah-rumah orang Eskimo bergunduk-gunduk
seperti es krim panili.

2
Marno
Aku kira sebaiknya kau jadi penyair, Jane. Baru
sekarang aku mendengar perumpamaan yang begitu
puitis. Rumah Eskimo sepeti es krim panili.

Jane
Tommy, suamiku, bekas suamiku, suamiku, kautahu ….
Eh, maukah kau membikinkan aku segelas ….. ah, kau
tidak pernah bisa bikin Martini. Bukankah kau selalu
bingung, Martini itu campuran Gin dan Vermouth atau
Gin dan Bourbon? Oooooh, aku harus bikin sendiri lagi
ini …. Uuuuuup ….

Dengan susah payah Jane berdiri dan dengan berhati-


hati berjalan ke dapur. Suara gelas dan botol beradu,
terdengar berdentang-dentang dari dapur.

Jane
Bekas suamiku, kautahu ….. Marno, Darling.

Marno
Ya, ada apa dengan dia?

Jane
Aku merasa dia ada di Alaska sekarang. (Pelan-pelan
Jane berjalan kembali ke sofa, kali ini duduknya mepet
Marno.) Di Alaska. Coba bayangkan, di Alaska.

Marno
Tapi Minggu yang lalu kaubilang dia ada di Texas atau
di Kansas. atau mungkin di Arkansas.

3
Jane
Aku bilang, aku me-ra-sa Tommy berada di Alaska.

Marno
Oh.

Jane
Mungkin juga dia tidak di mana-mana.

Marno berdiri, berjalan menuju ke radio lalu memutar


knopnya. Diputar-putarnya beberapa kali knop itu
hingga mengeluarkan campuran suara-suara yang aneh.
Potongan-potongan lagu yang tidak tentu serta suara
orang yang tercekik-cekik. Kemudian dimatikannya
radio itu dan dia duduk kembali di sofa.

Jane
Marno, Manisku.

Marno
Ya, Jane.

Jane
Bukankah di Alaska, ya, ada adat menyuguhkan istri
kepada tamu?

Marno
Ya, aku pernah mendengar orang Eskimo dahulu punya
adat-istiadat begitu. Tapi aku tidak tahu pasti apakah itu

4
betul atau karangan guru antropologi saja.

Jane
Aku harap itu betul. Sungguh, Darling, aku serius. Aku
harap itu betul.

Marno
Kenapa?

Jane
Sebab, seee-bab aku tidak mau Tommy kesepian dan
kedinginan di Alaska. Aku tidak maaau.

Marno
Tetapi bukankah belum tentu Tommy berada di Alaska
dan belum tentu pula sekarang Alaska dingin.

Jane memegang kepala Marno dan dihadapkannya muka


Marno ke mukanya. Mata Jane memandang Marno
tajam-tajam.

Jane
Tetapi aku tidak mau Tommy kesepian dan kedinginan!
Maukah kau?

Marno diam sebentar. Kemudian ditepuk-tepuknya bahu


Jane.

Marno
Sudah tentu tidak, Jane, sudah tentu tidak.

Jane

5
Kau anak yang manis, Marno.

Marno mulai memasang rokok lalu pergi berdiri di dekat


jendela. Langit bersih malam itu, kecuali di sekitar
bulan. Beberapa awan menggerombol di sekeliling
bulan hingga cahaya bulan jadi suram karenanya.
Dilongokknannya kepalanya ke bawah dan satu
belantara pencakar langit tertidur di bawahnya. Sinar
bulan yang lembut itu membuat seakan-akan bangunan-
bangunan itu tertidur dalam kedinginan. Rasa senyap
dan kosong tiba-tiba terasa merangkak ke dalam
tubuhnya.

Jane
Marno.

Marno
Ya, Jane.

Jane
Aku ingat Tommy pernah mengirimi aku sebuah boneka
Indian yang cantik dari Oklahoma City beberapa tahun
yang lalu. Sudahkah aku ceritakan hal ini kepadamu?

Marno
Aku kira sudah, Jane. Sudah beberapa kali.

Jane
Oh.

Jane menghirup martini-nya empat hingga lima kali


dengan pelan-pelan. Dia sendiri tidak tahu sudah gelas

6
yang keberapa martini dipegangya itu. Lagi pula tidak
seorang pun yang memedulikan.

Jane
Eh, kau tahu, Marno?

Marno
Apa?

Jane
Empire State Building sudah dijual.

Marno
Ya, aku membaca hal itu di New York Times.

Jane
Bisakah kau membayangkan punya gedung yang
tertinggi di dunia?

Marno
Tidak. Bisakah kau?

Jane
Bisa, bisa.

Marno
Bagaimana?

Jane
Oh, tak tahulah. Tadi aku kira bisa menemukan pikiran-
pikiran yang cabul dan lucu. Tapi sekarang tahulah ….

7
Lampu-lampu yang berkelipan di belantara pencakar
langit yang kelihatan dari jendela mengingatkan Marno
pada ratusan kunang-kunang yang suka bertabur
malam-malam di sawah embahnya di desa.

Marno
Oh, kalau saja …..

Jane
Kalau saja apa, Kekasihku?

Marno
Kalau saja ada suara jangkrik mengerik dan beberapa
katak menyanyi dari luar sana.

Jane
Lantas?

Marno
Tidak apa-apa. Itu kan membuat aku lebih senang
sedikit.

Jane
Kau anak desa yang sentimental!

Marno
Biar! (Ia terkejut karena kata “biar” itu terdengar keras
sekali keluarnya) Maaf, Jane. Aku kira Scotch yang
membuat itu.

Jane

8
Tidak, Sayang. Kau merasa tersinggung. Maaf.

Marno mengangkat bahunya karena dia tidak tahu apa


lagi yang mesti diperbuat dengan maaf yang berbalas
maaf itu. Sebuah pesawat jet terdengar mendesau keras
lewat di atas bangunan apartemen Jane.

Jane
Jet keparat!

Jane mengutuk sambil berjalan terhuyung ke dapur.


Dari kamar itu Marno mendengar Jane keras-keras
membuka kran air. Kemudian dilihatnya Jane kembali,
mukanya basah, di tangannya segelas air es.

Jane
Aku merasa segar sedikit.

Jane merebahkan badannya di sofa, matanya


dipejamkan, tapi kakinya disepak-sepakkannya ke atas.
Lirih-lirih dia mulai menyanyi : deep blue sea, baby,
deep blue sea, deep blue sea, baby, deep blue sea ……

Jane
Pernahkah kau punya keinginan, lebih-lebih dalam
musim panas begini, untuk telanjang lalu membiarkan
badanmu tenggelam dalaaammm sekali di dasar laut
yang teduh itu, tetapi tidak mati dan kau bisa
memandang badanmu yang tergeletak itu dari dalam
sebuah sampan?

Marno

9
He? Oh, maafkan aku kurang menangkap kalimatmu
yang panjang itu. Bagaimana lagi, Jane?

Jane
Oh, lupakan saja. Aku cuma ngomong saja. Deep blue
sea, baby, deep blue, deep blue sea, baby, deep blue sea
…. Marno.

Marno
Ya.

Jane
Kita belum pernah jalan-jalan ke Central Park Zoo, ya?

Marno
Belum, tapi kita sudah sering jalan-jalan ke tamannya.

Jane
Dalam perkawinan kami yang satu tahun delapan bulan
tambah sebelas hari itu, Tommy pernah mengajakku
sekali ke Central Park Zoo. Ha, aku ingat kami berdebat
di muka kandang kera. Tommy bilang simpanse adalah
kera yang paling dekat kepada manusia, aku bilang
gorilla. Tommy mengatakan bahwa sarjana-sarjana
sudah membuat penyelidikan yang mendalam tentang
hal itu, tetapi aku tetap menyangkalnya karena gorilla
yang ada di muka kami mengingatkan aku pada penjaga
lift kantor Tommy. Pernahkah aku ceritakan hal ini
kepadamu?

10
Marno
Oh, aku kira sudah, Jane. Sudah beberapa kali.

Jane
Oh, Marno, semua ceritaku sudah kau dengar semua.
Aku membosankan, ya, Marno? Mem-bo-san-kan.

Marno tidak menjawab karena tiba-tiba saja dia merasa


seakan-akan istrinya ada di dekat-dekat dia di
Manhattan malam itu.

Jane
Ayolah, Marno. Kalau kau jujur tentulah kau akan
mengatakan bahwa aku sudah membosankan. Cerita
yang itu-itu saja yang kau dengar tiap kita ketemu.
Membosankan, ya? Mem-bo-san-kan!

Marno
Tapi tidak semua ceritamu pernah aku dengar. Memang
beberapa ceritamu sudah beberapa kali aku dengar.

Jane
Bukan beberapa, Sayang. Sebagian besar.

Marno
Baiklah, taruhlah sebagian terbesar sudah aku dengar.

Jane
Aku membosankan jadinya.

Marno diam tidak mencoba meneruskan. Disedotnya


rokoknya dalam-dalam, lalu dihembuskannya lagi

11
asapnya lewat mulut dan hidungnya.

Jane
Tapi Marno, bukankah aku harus berbicara? Apa lagi
yang bisa kukerjakan kalau aku berhenti bicara? Aku
kira Manhattan tinggal hanya kau dan aku yang punya.
Apalah jadinya kalau salah seorang pemilik pulau ini
jadi capek berbicara? Kalau dua orang terdampar di satu
pulau, mereka akan terus berbicara sampai kapal tiba,
bukan?

Jane memejamkan matanya dengan dadanya lurus-lurus


telentang di sofa. Sebuah bantal terletak di dadanya.
Kemudian dengan tiba-tiba dia bangun, berdiri
sebentar, lalu duduk kembali di sofa.

Jane
Marno, kemarilah, duduk.

Marno
Kenapa? Bukankah sejak sore aku duduk terus di situ.

Jane
Kemarilah, duduk.

Marno
Aku sedang enak di jendela sini, Jane. Ada beribu
kunang-kunang di sana.

Jane
Kunang-kunang?

12
Marno
Ya.

Jane
Bagaimana rupa kunang-kunang itu? Aku belum pernah
lihat.

Marno
Mereka adalah lampu suar kecil-kecil sebesar noktah.

Jane
Begitu kecil?

Marno
Ya. Tetapi kalau ada beribu kunang-kunang hinggap di
pohon pinggir jalan, itu bagaimana?

Jane
Pohon itu akan jadi pohon-hari-natal.

Marno
Ya, pohon-hari-natal.

Marno diam lalu memasang rokok sebatang lagi.


Mukanya terus menghadap ke luar jendela lagi, menatap
ke satu arah yang jauh entah ke mana.

Jane
Marno, waktu kau masih kecil ….. Marno, kau
mendengarkan aku, kan?

Marno

13
Ya.

Jane
Waktu kau masih kecil, pernahkah kau punya mainan
kekasih?

Marno
Mainan kekasih?

Jane
Mainan yang begitu kau kasihi hingga ke mana pun kau
pergi selalu harus ikut?

Marno
Aku tidak ingat lagi, Jane. Aku ingat sesudah aku agak
besar, aku suka main-main dengan kerbau kakekku, si
Jilamprang.

Jane
Itu bukan mainan, itu piaraan.

Marno
Piaraan bukankah untuk mainan juga?

Jane
Tidak selalu. Mainan yang paling aku kasihi dulu adalah
Uncle Tom.

Marno
Siapa dia?

Jane

14
Dia boneka hitam yang jelek sekali rupanya. Tetapi aku
tidak akan pernah bisa tidur bila Uncle Tom tidak ada di
sampingku.

Marno
Oh, itu hal yang normal saja, aku kira. Anakku juga
begitu. Punya anakku, anjing-anjingan bernama Fifi.

Jane
Tetapi aku baru berpisah dengan Uncle Tom sesudah aku
ketemu Tommy di High School. Aku kira, aku ingin
Uncle Tom ada di dekat-dekatku lagi sekarang.

Diraihnya bantal yang ada di sampingnya, kemudian


digosok-gosokkannya pipinya pada bantal itu. Lalu tiba-
tiba dilemparkannya lagi bantal itu ke sofa dan dia
memandang kepala Marno yang masih bersandar di
jendela.

Jane
Marno, Sayang.

Marno
Ya.

Jane
Aku kira cerita itu belum pernah kaudengar, bukan?

Marno
Belum, Jane.

Jane

15
Bukankah itu ajaib? Bagaimana aku sampai lupa
menceritakan itu sebelumnya.

Marno
(Tersenyum) Aku tidak tahu, Jane.

Jane
Tahukah kau? Sejak sore tadi baru sekarang kau
tersenyum. Mengapa?

Marno
(Tersenyum) Aku tidak tahu, Jane. Sungguh.

Jane
(Ikut tersenyum) Oh, ya, Marno, manisku. Kau harus
berterima kasih kepadaku. Aku telah menepati janjiku.

Marno
Apakah itu, Jane?

Jane
Piyama. Aku telah belikan kau piyama, tadi. Ukuranmu
medium-large, kan? Tunggu, ya...

Dan Jane, seperti seekor kijang yang mendapatkan


kembali kekuatannya sesudah terlalu lama berteduh,
melompat-lompat masuk ke dalam kamarnya. Beberapa
menit kemudian dengan wajah berseri dia keluar
kembali dengan sebuah bungkusan di tangan.

Jane

16
Aku harap kausuka pilihanku. (Dibukanya bungkusan itu
dan dibeberkannya piyama itu di dadanya.) Kausuka
dengan pilihanku ini?

Marno
Ini piyama yang cantik, Jane.

Jane
Kau pakai saja malam ini. Aku kira sekarang sudah
cukup malam untuk berganti dengan piyama.

Marno
(Memandang piyama yang ada di tangannya dengan
keraguan) Jane.

Jane
Ya, Sayang.

Marno
Eh, aku belum tahu apakah aku akan tidur di sini malam
ini.

Jane
Oh? Kau banyak kerja?

Marno
Eh, tidak seberapa sesungguhnya. Cuma tak tahulah...

Jane
Kau merasa tidak enak badan?

17
Marno
Aku baik-baik saja. Aku... eh, tak tahulah, Jane.

Jane
Aku harap aku mengerti, Sayang. Aku tak akan bertanya
lagi.

Marno
Terima kasih, Jane. (diam sejenak) Terserahlah. Cuma
aku kira, aku tak akan membawanya pulang.

Jane
Oh.

Pelan-pelan dibungkusnya kembali piyama itu lalu


dibawanya masuk ke dalam kamarnya. Pelan-pelan Jane
keluar kembali dari kamarnya.

Marno
Aku kira, aku pergi saja sekarang, Jane.

Jane
Kau akan menelpon aku hari-hari ini, kan?

Marno
Tentu, Jane.

Jane
Kapan, aku bisa mengharapkan itu?

Marno

18
Eh, aku belum tahu lagi, Jane. Segera aku kira.

Jane
Kautahu nomorku, kan? Eldorado?

Marno
Aku tahu, Jane.

Kemudian pelan-pelan diciumnya dahi Jane, seperti


dahi itu terbuat dari porselin. Lalu menghilanglah
Marno di balik pintu, langkahnya terdengar sebentar
dari dalam kamar turun tangga.

Di kamarnya, di tempat tidur sesudah minum beberapa


butir obat tidur, Jane merasa bantalnya basah.

19

Anda mungkin juga menyukai