Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN LAPORAN KASUS

OKTOBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

Disusun Oleh:

Nurfadilah. S. Massangka, S. Ked

10542 0508 13

Pembimbing:

dr. Helena Kendengan, Sp. KK

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Nurfadilah. S. Massangka, S.Ked

Judul Laporan kasus : Neurodermatitis Sirkumskripta

Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2017

Pembimbing,

dr. Helena Kendengan, Sp. KK

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Demikian pula salawat dan salam senantiasa penulis peruntukkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat yang telah memberikan
tuntunan kepada umat manusia ke alam yang penuh cahaya seperti sekarang ini.
Syukur Alhamdulillah ya Allah laporan kasus ini ditulis dalam Rangka
Kepaniteraan Klinik di Bagian Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing dr. Helena Kendengan, Sp. KK yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan pengarahan dan

koreksi sampai laporan kasus ini selesai.

Penulis yakin, walaupun penulisan laporan kasus ini dilakukan secara


sungguh-sungguh bukan berarti luput dari kekeliruan atau kekurangan. Oleh
karena itu, dengan berbesar hati penulis akan senang menerima kritik dan saran
demi perbaikan dan kesempurnaan referat ini. Hanya Allah SWT Yang menetukan
segalanya dan hanya Allah lah pemilik kesempurnaan.
Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.

Makassar, Oktober 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ......................................................................................... i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3


A. Definisi ................................................................................................... 3
B. Epidemiologi .......................................................................................... 3
C. Etiologipatogenesis ................................................................................ 3
D. Manifestasi Klinis .................................................................................. 4
E. Histopatologi .......................................................................................... 6
F. Diagnosis Banding ................................................................................. 7
G. Diagnosis ................................................................................................ 16
H. Penatalaksanaan ..................................................................................... 16
I. Prognosis ................................................................................................ 17
J. Edukasi ................................................................................................... 17

BAB III LAPORAN KASUS ........................................................................... 18


A. Identitas Pasien ...................................................................................... 18
B. Anamnesis .............................................................................................. 18
C. Status Presens ......................................................................................... 19
D. Status Dermatologis ............................................................................... 19
E. Resume ................................................................................................... 20
F. Diagnosis Kerja ....................................................................................... 22
G. Penatalaksanaan ...................................................................................... 22
H. Prognosis ................................................................................................. 22

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 23

4
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 25
A. Kesimpulan ............................................................................................. 25
B. Saran ....................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

5
BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai

respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menyebabkan

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,

skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu terjadi

bersamaan, mungkin hanya satu jenis misalnya hanya berupa papula

(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.1

Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanama dan

klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya multi faktor, tetapi juga

karena seseorang dapat mengalami lebih dari satu jenis dermatitis pada waktu

yang bersamaan.1

Ada yang memberi nama berdasarkan etiologi (contoh: dermatitis kontak,

radiodermatitis, dermatitis medikamentosa), morfologi (contoh: dermatitis

madidans, dermatitis eksfoliativa), bentuk (contoh: dermatitis numularis),

lokalisasi (contoh: dermatitis tangan/hand dermatitis, dermatitis intertriginosa),

dan ada pula yang berdasarkan stadium penyakit (contoh dermatitis akut,

dermatitis kronik).1

Dermatitis terbagi atas beberapa jenis, antara lain: dermatitis kontak iritan,

dermatitis kontak alergi, dermatitis autosensitisasi, dermatitis atopik,

neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dan dermatitis statis. Pada

laporan kasus ini akan dibahas khusus tentang neurodermatitis sirkumskripta.

6
Neurodermatitis sirkumskripta adalah peradangan kulit kronis, gatal,

sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol

(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang

berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.1

Etiopatogenesis pada neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui

secara pasti, namun diduga pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktifitas

enzim proteolitik. Garukan dan gosokan merupakan respon terhadap stress

emosional. Selain itu faktor-faktor yang dapat menyebabkan neurodermatitis

seperti perokok pasif, makanan, alergen seperti debu, rambut, bahan-bahan

pakaian, infeksi, dan kondisi tubuh berkeringat.2

Penderita neurodermatitis sirkumskripta mengeluh rasa gatal sekali, bila

timbul malam hari dapat mengganggu tidur. Lesi biasanya tunggal, pada awalnya

berupa plak eritematosa , sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema

menghilang, bagian tengah bersuama dan menebal, likenifikasi dan eksoriasi ,

sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.1

Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis,

biasanya tidak terlalu sulit.1

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Neurodermatitis sirkumskripta adalah peradangan kulit kronis, gatal,

sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol

(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang

berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.1

B. EPIDEMIOLOGI

Neurodermatitis sirkumskripta lebih sering ditemukan pada orang

dewasa dan jarang ditemukan pada anak-anak. Selain itu, neurodermatitis

sirkumskripta terjadi lebih sering pada wanita dibanding laki-laki dengan

insidensi lebih banyak pada kelompok ras Asia dan kelompok ras Amerika.3

Kelompok umur terbanyak adalah kelompok usia 30-50 tahun.1

C. ETIOPATOGENESIS

Etiopatogenesis pada neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui

secara pasti, namun diduga pruritus berasal dari pelepasan mediator atau

aktifitas enzim proteolitik. Garukan dan gosokan merupakan respon terhadap

stress emosional. Selain itu faktor-faktor yang dapat menyebabkan

neurodermatitis seperti perokok pasif, makanan, alergen seperti debu, rambut,

bahan-bahan pakaian, infeksi, dan kondisi tubuh berkeringat. Neurodermatitis

seringkali ditemukan pada daerah yang mudah dijangkau tangan untuk

menggaruk. Area predileksi antara lain pada daerah tengkuk, oksiput (liken

8
simpleks nuchea), sisi leher, tungkai bawah, pergelangan kaki, punggung kaki,

kulit kepala, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum dan vulva,

alis dan kelopak mata serta daerah telinga.2

Hipotesis mengenai pruritus dapat disebabkan karena adanya penyakit

yang mendasari seperti, gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu,

limfoma Hodgkin, hipertiroid, dermatitis atopik, gigitan serangga dan aspek

psikologik dengan tekanan emosi. Adanya sejumlah saraf yang mengandung

immunoreaktif Calsitonin Gene-Related Peptida (CGRP) dan Substance

Peptida (SP) yang meningkat pada lapisan dermis, menimbulkan pemikiran

bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti garukan dan

goresan. Substance Peptida dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast,

sehingga akan menambah rasa gatal.2

D. MANIFESTASI KLINIS

Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat

mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada

waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita

merasa enak bila digaruk, setelah luka baru hilang rasa gatalnya untuk

sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).1

Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit

edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah

bersuama dan menebal, likenifikasi dan eksoriasi , sekitarnya hiperpigmentasi,

batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh

lokasi dan lamanya lesi.1

9
Neurodermatitis ditandai oleh adanya satu atau lebih gambaran

eritematus, skuama, dan plak likenifikasi dengan ekskoriasi di atasnya. Kasus

yang lama atau kronis, hiperpigmentasi dan hipopigmentasi kerap ada. Gejala

klinis terbanyak berupa makula dan likenifikasi.5

Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah

di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva,

skrotum, perianal, medial tungkai atas, lutut, lateral tungkai bawah,

pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis di daerah

tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada perempuan, berupa plak kecil

ditengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya skuama

menyerupai psoriasis.1

Variasi klinis neurodermatitis sirkumskripta dapat berupa prurigo

nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang

pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan

mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan

berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya multipel, lokalisasi

tersering di ekstremitas, berukuran mulai beberapa millimeter sampai 2 cm.1

Gambar 1
Neurodermatitis pada
scrotum ditemukan
likenifikasi, hiperpigmentasi
dan hipopigmentasi dengan
ekskoriasi

10
Gambar 2 Gambar 3
Pada dorsum pedis Tampak eritematosa dan
terdapat hiperpigmentasi dan hiperpigmentasi disertai
likenifikasi yang merupakan likenifikasi, menunjukkan
gambaran khas lesi. fase subakut neurodermatitis..

E. HISTOPATOLOGI

Gambaran histopatologi neurodermatitis sirkumskripta berupa

ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang

teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah

dermis bagian atas, fibroblast bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo

nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari

permukaan, sel schwan berpoliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang

terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis. 1

11
F. DIAGNOSA BANDING

1. Psoriasis

Psoriasis adalah peradangan menahun yang ditandai dengan plak

eritematosa dengan skuama lebar, kasar, berlapis dan putih seperti mika.

Perjalanan penyakit ini kronis residif. Dapat menyerang perempuan

maupun laki-laki dengan resiko yang sama. Mengenai semua umur

terutama 30-40 tahun. Faktor genetik mempunyai keterkaitan yang besar

dengan psoriasis tipe satu: yaitu psoriasis dengan awitan sebelum berumur

40 tahun. Sebaliknya psoriasis tipe dua yaitu bila awitannya lebih dari 40

tahun sedikit dikaitkan dengan faktor genetik. Biasanya psoriasis

menempati daerah ekstensor, skalp, siku, lutut, dan bokong. Dapat juga

mengenai lipatan (psoriasis inversa) atau palmo-plantar (psoriasis

plamoplantar). Luas lesi dapat terlokalisir atau meluas ke hampir seluruh

tubuh. Berbagai bentuk ragam psoriasis dapat dijumpai: Bila ukuran lesi

lentikular disebut psoriasis gutata, bentuk tersering adalah psoriasis

vulgaris dengan ukuran lebih besar dari lentikular. Selain kulit badan,

psoriasis juga menyerang kulit kepala, kuku, sendi dan mukosa

(geographic tounge). Psoriasis bentuk berat adalah psoriasis yang luas,

psoriasis pustulosa generalisata, psoriasis eritroderma, dan psoriasis

arthritis,dan umumnya 1/3 kasus termasuk dalam kategori ini. Kualitas

hidup pasien menjadi perhatian utama, walaupun seseorang dengan lesi

tidak luas namun mengganggu kualitas hidupnya dapat dikategorikan

12
berat. Lesi sering terasa gatal, panas dan kering. Garukan atau trauma akan

memicu reaksi Koebner, yaitu timbul lesi baru pada daerah tersebut.

Berbagai faktor dapat menimbulkan kekambuhan antara lain: trauma,

infeksi, faktor endokrin, hipokalsemia, stress emosional, obat-obatan

(antimalaria, litium, beta andrenergic blocking agent) dan alkohol.6

Gambar 4 Gambar 5
Bercak eritematosa dan Psoriasis gutata.
hipopigmentasi lentikular, Bercak eritematosa
numular dan plakat berbatas berukuran lentikular,
tegas dengan skuama berlapis- berbatas tegas dengan
lapis, transparan dan berwarna skuama berlapis-lapis.
putih seperti mika

13
Gambar 6
Psoriasis vulgaris: tipe stabil kronik. Beberapa
plakat bersisik besar di tubuh, bokong, dan kaki.
Lesi berbentuk bulat atau polisiklik dan
konfluen membentuk pola geografis. Meskipun
ini adalah manifestasi klasik dari psoriasis plak
stabil kronis, erupsi masih berlangsung,
sebagaimana dibuktikan oleh lesi gutata kecil di
daerah punggung bawah dan bawah. Pasien ini
dibersihkan dengan pengobatan kombinasi
acitretin / PUVA dalam 4 minggu.

Gambar 7
Psoriasis, keterlibatan wajah. Plak psoriasis klasik pada
dahi laki-laki usia 21 tahun yang juga dengan keterlibatan
kulit kepala secara masif.

14
Penatalaksanaan:

 Penjelasan tentang penyakit, jenis obat yang dapat mengatasi dan

tersedia di wilayah kerja, efek samping obat-obatan. Kompromi

pengobatan dengan pasien agar mendapat kepatuhan yang tinggi

 Psoriasis ringan bila luas lesi < 15% luas permukaan tubuh.

- Terapi topikal:

 Pelembab: vaselin album, urea 10%

 Ter likuor karbonis detergen 5-10%, (untuk kulit dan skalp)

dan asam salsilat 3% tidak boleh untuk daerah lipatan

 Kortikosteroid poten-superpoten (tidak lebih dari

50gram/minggu),dalam waktu kurang dari dua minggu), untuk

daerah lipatan pakai kortiko-steroid lemah –sedang tergantung

ketebalan lesi.

 Antralin 2%

 Kalsipotriol (vitamin D3 analog) topical

 Tazaroten

 Lebih dari 15% atau bila rekalsitran

- Fototerapi UVB, PUVA

 Psoriasis berat

- Fototerapi: UVB/PUVA

- Pengobatan sistemik: metotreksat, asitretin, siklosporin, terapi

biologic (antara lain infliximab, alefacept, etanercept, dan

efalizumab.6

15
2. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik (DA) kadang-kadang disebut juga eksim susu,

adalah penyakit kulit yang kronis residif. Merupakan dermatitis tersering

dijumpai pada anak. Penyebab utama adalah kulit kering yang

menyebabkan barier kulit rusak,selain itu berbagai faktor internal dan

eksternal sangat mempengaruhi perkembangannya. Walaupun

etiopatogenesis belum semuanya jelas, namun sebagian mekanisme

imunopatogenesis DA telah dapat dijelaskan, yaitu hasil interaksi faktor

genetik (IgE) yang bereaksi spesifik terhadap alergen lingkungan. Alergen

makanan yang sering ditemukan adalah susu sapi, telur, ikan laut, kacang

tanah, tomat, jeruk, dan coklat. Bahan alergen hirup, misalnya debu

rumah, tungau debu rumah, serbuk sari bunga/tanaman (polen), dan bulu

binatang. Kolonisasi Staphylococcus aureus sekitar 74% ditemukan pada

kulit pasien DA dan berkorelasi dengan derajat beratnya DA.6

16
Menurut fasenya dikelompokkan dalam 3 fase, sebagaimana

dicantumkan pada tabel di bawah ini

Tempat predileksi Manifestasi klinis

Bayi simetris di pipi, skalp, plakat eritematosa berbatas

(infantil) ekstensor ekstremitas, difus, papulovesikular,

kadang di badan eksudatif, kadang

dengan skuama halus

Anak simetris di fleksural plakat eritematosa berbatas

ekstremitas, fosa kubiti difus, papulo-folikular,skuama,

dan poplitea, lipatan hiperkeratosis, kadang disertai

leher, pergelangan kaki likenifikasi

Dewasa simetris di leher, badan, plakat popular, hiperkeratosis,

ekstensor tungkai bawah hiperpigmentasi dan

likenifikasi. Batas dapat tegas.

17
Gambar 8 Gambar 9
Fase bayi. Fase bayi.
Plak eritematosa difus Pada fossa poplitea dan betis tampak
dan kering pada pipi. plak eritematosa difus dan eksudatif.

Gambar 10
Fase anak.
Plakat eritematosa, erosi, ekskoriasi dan krusta pada fossa
kubiti yang meluas ke badan.

18
Gambar 11
Fase Dewasa
Tampak hyperkeratosis dan likenifikasi

Gambar 12
Fase Dewasa
Likenifikasi pada leher dan bahu pada dermatitis atopi
fase dewasa

19
Penatalaksanaan

 Pengobatan medikamentosa

- Obat sistemik

Antihistamin (AH). Sebaiknya pada anak dipilih

antihistamin jenis klasik yang bersifat sedatif, contohnya

klorfeniramin maleat (klorfenon) dan hidroksisin. Antihistamin

nonsedasi dipilih untuk dewasa atau yang bekerja, diantaranya

adalah seterisin, loratadin, terfenadin, dan feksofenadin.6

Antibiotik. Diberikan pada DA dengan infeksi sekunder,

seperti eritromisin, kloksasilin, metisilin, atau sefalosporin,

maksimal selama 2 minggu. Kortikosteroid. Digunakan pada DA

berat dan luas yang sukar diatasi dengan AH dan kortikosteroid

topikal. Efek samping pada anak adalah supresi pada axis

hipotalamus-pituitari-adrenal korteks (HPA) dan gangguan

pertumbuhan tulang. Prednison dengan dosis terapi 2 mg/kg BB

cukup bermanfaat.6

- Obat topikal

Kortikosteroid topikal. Merupakan obat pilihan untuk

DA.Dianjurkan dimulai dari potensi yang ringan sampai sedang

misalnya hidrokortison, atau mometason furoat. Pada kasus yang

berat dapat diberikan potensi kuat, tetapi setelah 1 minggu dosis

diturunkan perlahan-lahan. Pelembab (moisturizing) Berbagai

pelembab dapat digunakan, antara lain gliserin, propilen glikol,

20
urea, lanolin, vaselin, dan minyak tumbuhan. Antibiotik topikal.

Digunakan bila terdapat infeksi sekunder ringan. Dipilih antibiotik

yang tidak digunakan pada terapi sistemik, yaitu golongan asam

fusidat 5%, mupirosin 2%, dan kombinasi neomisin-basitrasin-

polimiksin B.6

 Pengobatan non-medikamentosa

Pengobatan DA secara komprehensif dan holistik penting pada

penatalaksanaan DA, mengingat pengobatan lebih ditujukan untuk

mengendalikan penyakitnya. Edukasi pada pasien dan keluarga ditujukan

untuk meningkatkan kualitas hidup, cara menghindarkan diri dari alergen,

iritan, faktor lingkungan; dan memperbaiki kebiasaan hidup. 6

 Kasus DA yang sukar diatasi atau rekalsitrans

Sebaiknya berkonsultasi dengan para ahlinya. 6

G. DIAGNOSA

Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis,

biasanya tidak terlalu sulit. Namun kurangnya pemahaman dalam

mendiagnosis menyebabkan kasus ini tampak jarang ditemukan.1,5

H. PENATALAKSANAAN

Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan

memperburuk keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Untuk

mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid topical atau

intralesi, produk ter. 1

21
Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedative

(contoh: hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau transquilizer. Dapat

pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek

(maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, bila

perlu ditutup dengan penutup impermeable, kalau masih tidak berhasil dapat

diberikan secara suntikan intalesi. Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi

dengan ter yang mempunyai efek antiinflamasi. Ada pula yang mengobati

dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang

mendasari, bila memang ada harus juga diobati. 1

I. PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang

mendasari), dan status psikologik penderita. 1

J. EDUKASI

 Faktor emosional berperan penting menjadi penyebab dari

neurodermatitis, sehingga stress harus dihindari, pasien harus mencoba

mengubah gaya hidupnya.

 Luka pada kulit dapat memicu penyakit ini, sehingga menghindari

iritasi fisik sangat penting

 Faktor diet dapat memperburuk kondisi kulit, oleh sebab itu makanan

pedas, minum kopi berlebih, teh pekat atau alcohol harus dihindari. 4

22
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. F

Umur : 53 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Samata, Gowa

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku : Makassar

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Tanggal pemeriksaan : 3 Oktober 2017

B. ANAMNESIS

Keluhan utama : pasien mengeluh rasa gatal disertai luka pada

punggung kaki.

Anamnesis terpimpin : Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD

Syekh Yusuf dengan keluhan rasa gatal disertai luka pada bagian kedua

punggung kaki, yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Gatalnya dirasakan tiap

saat tapi memberat saat malam hari. Awalnya pasien merasa gatal pada daerah

punggung kaki kiri, kemudian digaruk dan menjadi luka kecil yang

kemerahan, lalu semakin digaruk, lukanya semakin meluasnya hingga timbul

kulit yang menebal dan timbul sisik-sisik kasar. Hal ini juga terjadi pada kaki

23
bagian kanan. . Dan saat ini, luka dikaki kiri pada bagian tengahnya sudah

mengalami perubahan warna yaitu warna putih. Rasa gatal semakin dirasakan

pasien sepulang memotong padi. Untuk informasi tambahan suami pasien baru

saja meninggal kurang dari 1 bulan yang lalu. Riwayat penanganan luka

dengan cara dikompres menggunakan air hangat dan pemakaian minyak

gosok. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit yang sama

pada keluarga ada, yaitu pada sepupu-sepupu pasien. Riwayat penyakit

hipertensi (+), diabetes militus (+) tapi baru diketahui. Riwayat alergi (-).

C. STATUS PRESENS

Keadaan umum : Sakit (sedang)

Kesadaran (komposmentis)

Status gizi (baik)

Hygiene (sedang)

Kepala : Sclera = Ikterus (-)

Konjungtiva = Anemia (-)

Bibir = Sianosis (-)

Status Lokalis : Punggung Kaki

D. STATUS DERMATOLOGIS

1. Lokasi : Regio plantar pedis

2. Ukuran : Plakat

3. Efloresensi : Hiperpigmentasi, erosi, likenifikasi, skuama,

hipopigmentasi.

24
E. RESUME

Seorang pasien perempuan berusia 53 tahun datang ke poli kulit dan

kelamin RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan rasa gatal disertai luka pada

bagian kedua punggung kaki, yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Gatalnya

dirasakan tiap saat tapi memberat saat malam hari. Awalnya pasien merasa

gatal pada daerah punggung kaki kiri, kemudian digaruk dan menjadi luka

kecil yang kemerahan, lalu semakin digaruk, lukanya semakin meluasnya

hingga timbul kulit yang menebal dan timbul sisik-sisik kasar. Hal ini juga

terjadi pada kaki bagian kanan. . Dan saat ini, luka dikaki kiri pada bagian

tengahnya sudah mengalami perubahan warna yaitu warna putih. Rasa gatal

semakin dirasakan pasien sepulang memotong padi. Untuk informasi

tambahan suami pasien baru saja meninggal kurang dari 1 bulan yang lalu.

Riwayat penanganan luka dengan cara dikompres menggunakan air hangat

dan pemakaian minyak gosok. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada.

Riwayat penyakit yang sama pada keluarga ada, yaitu pada sepupu-sepupu

pasien. Riwayat penyakit hipertensi (+), diabetes militus (+) tapi baru

diketahui. Riwayat alergi (-).

25
Gambar 13 Gambar 14
Lesi pada punggung Lesi pada punggung kaki kiri
kaki kanan

Gambar 15
Lesi pada kedua punggung kaki

26
F. DIAGNOSIS KERJA

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan

maka pasien didiagnosa dengan neurodermatitis sirkumskripta.

G. PENATALAKSANAAN

R/ Cetirizine Tab 10 mg No. V


∫ 1 dd 1 p.c
l
R/ Eritromisin Tab 500 mg No. XV
∫ 3 dd 1 p.c
l

R/ Neurodex Tab 100 mg tab No. V


∫ 1 dd 1 p.c
l

R/ Desoximetasone
Fuladic
Moisderm
∫ m.f ung da in pot 1 u.e
l

H. PROGNOSIS

1. Quo ad vitam : bonam

2. Quo ad function : bonam

3. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien didiagnosa neurodermatitis sirkumskripta. Dari hasil

anamnesis, didapatkan keluhan rasa gatal disertai luka pada bagian kedua

punggung kaki, yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Gatalnya dirasakan tiap saat

tapi memberat saat malam hari. Hal ini sesuai dengan gejala klinis dari

neurodermatitis sirkumskripta yaitu penderita mengeluh gatal sekali, bila

timbul malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal bila muncul sulit

ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk, setelah

luka baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa

nyeri).1

Awalnya pasien merasa gatal pada daerah punggung kaki kiri, kemudian

digaruk dan menjadi luka kecil yang kemerahan, lalu semakin digaruk, lukanya

semakin meluasnya hingga timbul kulit yang menebal dan timbul sisik-sisik kasar.

Hal ini juga terjadi pada kaki bagian kanan. . Dan saat ini, luka dikaki kiri pada

bagian tengahnya sudah membaik. Hal ini sesuai dengan efloresensi dari

neurodermatitis sirkumskripta yaitu ditandai oleh adanya satu atau lebih

gambaran eritematus, skuama, dan plak likenifikasi dengan ekskoriasi di

atasnya. Kasus yang lama atau kronis, hiperpigmentasi dan hipopigmentasi

kerap ada. Gejala klinis terbanyak berupa makula dan likenifikasi.5

Lokasi effloresensi pada region punggung kaki sesuai dengan predileksi

pada neurodermatitis sirkumskripta yaitu letak lesi dapat timbul dimana saja,

28
tetapi yang biasa ditemukan ialah di scalp, tengkuk, samping leher, lengan

bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, medial tungkai atas, lutut,

lateral tungkai bawah, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.1`

Penatalaksanaan pada pasien ini antara lain pasien perlu diedukasi agar

tidak menggaruk lukanya karena dapat memperburuk keadaan penyakitnya. Untuk

terapi sistemik pada pasien ini diberikan cetrizine sebagai antipruritusnya,

eritromisin sebagai antibiotik dan neurodex sebagai suplemen vitamin. Dan untuk

terapi topikal diberikan Desoximetasone + fuladic + moisderm.

29
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Telah ditegakan diagnosis pada Ny. F berdasarkan hasil anamnesa dan

pemeriksaan fisik pasien yaitu neurodermatitis sirkumskripta, hipertensi dan

diabetes militus. Etiologi belum diketahui secara pasti karena harus didukung

dengan pemeriksaan histopatologi dari lesi. Hal yang penting pada pasien ini

adalah penyakit ini telah dialami selama 1 tahun, penyakit dirasakan semakin

parah setelah pulang dari memotong padi, dan adanya hipertensi serta diabetes

militus. Faktor predisposisi pada pasien ini antara lain suhu lingkungan yang

panas serta aktifitas sehari-hari sehingga mengakibatkan keringat yang

berlebih dan adanya stress psikis akibat hipertensi dan diabetes militus yang

diderita. Selain itu suami dari penderita baru saja meninggal.

Penatalaksanaan pada pasien ini antara lain pasien perlu diedukasi agar

tidak menggaruk lukanya karena dapat memperburuk keadaan penyakitnya.

Untuk terapi sistemik pada pasien ini diberikan cetrizine sebagai

antipruritusnya, eritromisin sebagai antibiotik dan neurodex sebagai suplemen

vitamin. Dan untuk terapi topikal diberikan Desoksimetason + fuladic +

moisderm.

Selain memberikan penanganan medikamentosa dan non

medikamentosa, pasien ini juga di konsul ke poli penyakit dalam RSUD

Syekh Yusuf.

30
B. SARAN

Pada pasien neurodermatitis sirkumskripta, penatalaksanaan untuk

pasien ini selain terapi sistemik dan topikal, edukasi yang baik juga perlu,

yaitu pasien dijelaskan bahwa garukan akan memperburuk keadaan

penyakitnya. Oleh karena itu harus dihindari. Dan pasien harus patuh dalam

mengkonsumsi obat.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito S. Neurodermatitis Sirkumskripta. In: Menaldi S, Bramono K,


Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. FKUI:
Jakarta. 2016. p. 183-185.

2. Damayanti I. Circumscribed Neurodermatitis In Woman With Controlled


Hypertension Stage I. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Lampung. 2014

3. Siregar R.S. Neurodermatitis Sirkumskripta. Atlas Berwarna Saripati


Penyakit Kulit. 2nd ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. p
142-143.

4. Xu Yihoi. Dermatology in Traditional Chinese Medicine. Donica Pub.


2004. p. 137-138.

5. Ariyanti P. Suyoso S. Studi Retrospektif: Pemahaman Klinis Liken


Simplek Kronikus. Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit
dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soetomo. Surabaya. 2014.

6. Daili E, Menaldi S, Wisnu I. Dermatitis. Penyakit Kulit yang Umum di


Indonesia. PT Medical Multimedia Indonesia. Jakarta. 2005. p. 14-16, 18,
22-23.

7. Wolff K. Johnson R. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical


Dermatology. 6th ed. Mc Graw Hill Medical. 2009. p. 97-99.

8. Goldsmith L. Katz S. Gilchrest B. dkk. Fitzpatrick’s Dermatology in


General Medicine. 8th. Mc Graw Hill Medical. 2012. p. 184-186

32

Anda mungkin juga menyukai