LP Sarkoma
LP Sarkoma
Disusun Oleh :
A. Definisi Sarkoma
Menurut Clevo (2012) Sarkoma adalah tumor yang sangat malignan / ganas
dan tumbuh dari sel-sel jaringan ikat serta stromanya.
Sarkoma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel – sel yang
tumbuh terus – menerus secara tidak terbatas / berlebihan (proliferasi), tidak
berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh,yang
berasal dari jaringan mesodermal (Smeltzer, 2010). Sarkoma merupakan tumor
ganas (kanker).
C. Etiologi
Menurut Smeltzer (2010) penyebab secara umum dari sarkoma yaitu : virus, agens
fisik, agens kimia, faktor – faktor genetik, faktor makanan dan hormonal.
1. Virus
Virus sebagai penyebab kanker pada tubuh manusia sulit untuk dipastikan
karena virus sulit untuk diisolasi. Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam
3
6. Agens Hormonal
Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam
keseimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri atau
pemberian hormon eksogenus.
D. Patofisiologi
Menurut Corwin (2009) pada sarkoma belum dikenal adanya kanker insitu,
sehingga sukar sekali untuk mengetahui kapan sarkoma itu muncul. Secara umum
terjadinya kanker dimulai dari tumbuhnya satu sel kanker yang besarnya 10 mU.
Kanker itu tumbuh terus tanpa batas, mengadakan invasi kejaringan sekitar dan
menyebar sampai akhirnya penderita meninggal. Perjalanan penyakit kanker
sampai penderita meninggal dapat dibagi menurut luas penyakit atau stadium
penyakit. Stadium penyakit kanker dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Stadium Pra Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker belum dapat diketahui
adanya dengan pemeriksaan klinik yang ada. Pada saat ini tumor yang lebih
kecil dari 0,5 cm hampir tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan klinik
maupun penunjang klinik. Diperkirakan lama stadium pra klinik itu 2/3 dari
lama perjalanan hidup kanker dan hanya 1/3 dari lama hidupnya berada dalam
stadium klinik.
2. Stadium Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker itu telah cukup besar atau
telah memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya dengan
pemeriksaan klinik dan / atau penunjang klinik. Selanjutnya stadium klinik
dibagi menjadi beberapa stadium berdasarkan :
a) Kemungkinan Sembuh
1) Stadium Dini ( Early Stage ) : Dimana kanker itu belum lama diketahui
adanya, masih kecil, letaknya masih lokal terbatas pada organ tempat
asalnya tumbuh, belum menimbulkan kerusakan yang berarti pada organ
yang ditumbuhinya dengan kemungkinan sembuh besar.
2) Stadium Lanjut ( Advance Stage ) : Stadium dimana kanker itu telah
lama ada, telah besar, telah menimbulkan kerusakan yang besar pada
daerah yang ditumbuhinya, telah mengadakan infiltrasi pada jaringan
atau organ disekitarnya dan umumnya juga telah mengadakan metastase
regional. Kemungkinan sembuh kecil.
5
melihat di bawah mikroskop. Setelah klien berbaring, akan diberikan bius lokal
untuk mematikan rasa leher rahim (histeroskopi juga dapat dilakukan di bawah
anestesi umum). Hysteroscope kemudian akan dimasukkan ke dalam rahim klien
melalui vagina. Beberapa wanita mungkin memiliki kram ringan selama prosedur
dan selama beberapa hari sesudahnya.
2. Ultrasound scan.
Uji gelombang suara digunakan untuk membuat gambar perut dan organ
sekitarnya. Klien diminta untuk tidak makan, dan hanya minum cairan bening (soda
apa-apa atau susu) selama 4-6 jam sebelum scan. Setelah klien berbaring dengan
nyaman pada punggung gel adalah tersebar di perut klien. Sebuah perangkat kecil
seperti mikrofon kemudian digosok atas wilayah tersebut. Gelombang suara diubah
menjadi sebuah gambar dengan menggunakan komputer.
3. CT (komputerisasi tomografi)
CT scan scan mengambil serangkaian foto sinar-x yang membangun suatu gambar
tiga dimensi bagian dalam tubuh. Pemindaian tanpa rasa sakit dan ambil dari 10
hingga 30 menit.
4. MRI (magnetic resonance imaging) scan
MRI (magnetic resonance imaging) scan tes ini mirip dengan CT scan, tetapi
menggunakan magnet bukan sinar X untuk membangun cross-sectional gambar
tubuh Anda. Selama pengujian, Anda akan diminta untuk berbaring diam di sofa di
dalam silinder logam besar yang terbuka pada kedua ujungnya. Tes ini mungkin
memerlukan waktu hingga satu jam.
5. Biopsi
Pengambilan beberapa sel atau sepotong kecil jaringan dari daerah yang terkena
untuk melihat di bawah mikroskop. Sebuah jarum halus akan diteruskan ke tumor
melalui kulit setelah daerah tersebut telah mati rasa dengan menggunakan suntikan
bius lokal.
G. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer (2010) penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan
penyakit Sarkoma meliputi :
1. Pembedahan
Pada eksisi neoplasma dengan skalpel selain mengeluarkan jaringan tumor,
harus diperhatikan kemungkinan adanya infiltrasi ke jaringan sekitarnya.
7
H. Pathway
kerusakan gen
neoplasma
penimbunan periosteum
di sekitar lesi
pertumbuhan tulang
yang abortif/abnormal
Deformitas
Gangguan
Citra tubuh
9
I. Asuhan Keperawatan
Menurut Smelttzer (2010), dan Supardi dan Clevo (2007) asuhan
keperawatan pada kasus Sarkoma meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan, evaluasi.
1. Pengkajian
a) Identitas.
b) Keluhan utama.
Biasanya klien dengan Sarkoma akan mengalami nyeri abdomen, BAK
terasa sakit/nyeri, badan lesu, nafsu makan berkurang (anorexia).
c) Riwayat Keperawatan.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Pada umumnya klien sarkoma mengalami nyeri abdomen, BAK terasa
sakit/nyeri, anorexia (hilangnya nafsu makan).
2) Riwayat penyakit dahulu.
Sebelumnya klien pernah sakit sarkoma atau tidak, sebelumnya klien
pernah masuk rumah sakit atau tidak, nama penyebab penyakitnya.
3) Riwayat penyakit keluarga.
Di keluarga ada yang pernah menderita penyakit adenotonsilitis atau
penyakit tertentu (misal : TBC, DM, HT dll).
d) Pengkajian persistem
1) B1 (Breathing)
Pernafasan teratur dengan irama nafas vesikuler, penggunaan alat bantu
nafas, gerakan dada simetris, tidak ada cuping hidung
2) B2 (Blood)
Takikardia, hiperventilasi (respons terhadap aktivitas), akral hangat,
kering, CRT <2 detik, suara tambahan murmur atau gallop
3) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran klien dengan penilaian GCS, depresi, gelisah, nyeri
abdomen kuadran bawah, penyebaran nyeri ke area genetlia.
10
4) B4 (Bladder)
Perubahan pola berkemih dan warna urine, bau, frekuensi jumlah dan
adanya kateter urin
5) B5(Bowel)
Anoreksia, membran mukosa kering, mual dan muntah, makan dan
minum terakhir sebelum tindakan prosedur pembedahan
6) B6 (Bone)
kelemahan, Turgor kulit jelek dan pucat, adanya lesi pada integument
kulit klien
e) Pengkajian Fisik
1) Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
2) Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
3) Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
4) Keterbatasan rentang gerak
f) Hasil laboratorium/radiologi
1) Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang
baru
2) Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari
kortek tulang.
3) Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
muskuluskletal, nyeri, dan amputasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan prosedur bedah
d. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan
pada daerah tertentu dalam waktu yang lama
e. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak.
11
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
masalah nyeri akut teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
1) Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol,
2) Klien tampak rileks, tidak meringgis, dan mampu istirahat/tidur
dengan tepat,
3) Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk
menghilangkannya, dan
4) Skala nyeri berkurang atau hilang
Intervensi:
a) Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki
perubahan karakteristik nyeri.
R / : Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri
pasien.
b) Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan
lembut).
R / : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan
yang luka.
c) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
R / : Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan
mengurangi nyeri.
d) Berikan lingkungan yang tenang.
R / : Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya
stress.
e) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji
efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.
R / : Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri.
b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
muskuluskletal, nyeri, dan amputasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
masalah kerusakan mobillitas fisik teratasi seluruhnya.
12
Kriteria Hasil :
1) Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program
pengobatan, dan tindakan keamanan,
2) Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan
keinginan berpartisipasi dalam aktivitas,
3) Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan
beraktivitas, dan
4) Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai
tingkat optimal.
Intervensi :
a) Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan
persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.
R /: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi
(persepsi tidak proporsional).
b) Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV,
membaca koran dll ).
R / : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi,
memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri
pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
c) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada
yang cedera maupun yang tidak.
R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk
meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi,
mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak
digunakan.
d) Bantu pasien dalam perawatan diri.
R / : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan
pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien
untuk sembuh.
e) Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.
Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB,
karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bare BG, Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Margareth, Clevo. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika
Pearce. (2008). A Glance Ilmu Bedah. Alih bahasa. Umami V. Jakarta: Erlangga