Anda di halaman 1dari 19

I.

Judul Percobaan : Hidrogen dan Oksigen


II. Hari dan Tanggal Percobaan : Rabu, 21 Maret 2018
III. Selesai Percobaan : Rabu, 21 Maret 2018
IV. Tujuan Percobaan :
 Hidrogen
a. Mengetahui cara pembuatan gas hidrogen.
b. Mengetahui sifat-sifat gas hidrogen senyawanya.
c. Mengidentifikasi gas hidrogen dan senyawanya.
 Oksigen
a. Mengetahui cara pembuatan gas oksigen di Laboratorium
b. Mengetahui adanya gas oksigen dalam suatu senyawa

V. Tinjauan Pustaka :
a. Hidrogen
Hidrogen adalah unsur yang terdapat dialam yang kelimpahan terbesar,
tetapi hanya sedikit tertinggal di bumi. Dari analisis spectrum sinar yang
dipancarkan oleh bintang, disimpulkan bahwa bintang terutama terdiri dari
hidrogen. Hidrogen sangat reaktif sehingga di bumi hidrogen terdapat sebagai
senyawa air mengandung hidrogen sebanyak 11,1% berat (11,1%), hidrokarbon
misalnya gas alam 25%, minyak bumi 14% dan karbohidrat, misalnya patih 6%.
Beberapa sifat fisika Hidrogen sebagai berikut:
Nomor Atom 1
Massa Atom 1,008
Titik Didih (oC) -252.6oC
Titik Lebur (oC) -259.2oC
Energi Ionisasi (KJ/Mol) 1310
Susunan Atom 1 proton + 1 elektron
Jari-jari Atom (nm) 0,037
1
Isotop H , 2H , 3H
Potensial Elektroda 0
Potensial Iobisasi (kJ/mol) 56.9 kJ/mol
(Arbie Marwan Putra, 2010)
Karena spin inti hidrogen adalah ½ dan karena kelimpahannya, hidrogen
adalah nuklida yang paling penting untuk spektroskopi NMR. Ada isomer spin inti
molekul diatomik yang spinnya tidak nol, khususnya dalam kasus molekul hidrogen,
perbedaan sifatnya sanagat signifikan. Spin para-hidrogen bersifat anti paralel dan
jumlahnya 0 serta menghasilkan keadaan singlet. Spin orto-hidrogen adalah parallel
dan jumlahnya 1 menghasilkan keadaan hiplet. Karena para-hidrogen energinya
rendah, para-hidrogen lebih stabil disuhu rendah (Saito, 1996:55-56).
Hidrogen merupakan unsur yang sangat unik, atom yang paling ringan dan
yang paling sederhana yaitu mengandung 1 proton dan 1 neutron. Hidrogen
mempunyai rapatan yang rendah bersenyawa dengan hammpir setiap unsur lain yang
relatif membentuk hidrida. Hidrogen mempunyai skala keelektronegatifitas tengahan
sehingga mempunyai sifat yang bersifat ionisasi, yaitu bersenyawa dengan unsur: (1).
sangat elektronegatif (misalnya halogen ) membentuk senyawa polar dengan karakter
fisik positif pada atom hidrogen, (2). Tetapi juga dengan unsur lain yang sangat
elektronegatif ( misalnya alkali ) membentuk senyawa ionik hidrida dengan karakter
negatif pada atom hirogen, (3). Demikian juga dengan intermediat (misalnya karbon )
membentuk senyawa non polar. Unsur hidrogen terdapat paling besar jumlahnya kira-
kira 92% (Sugiyarto.2001).
Dalam skala laboratorium hydrogen biasanya dibuat dari hasil samping reaksi
tertentu misalnya mereaksikan logam dengan asam seperti mereaksikan antara besi
dengan asam sulfat.
Fe(s) + 2 HCl(aq)  FeCl2(aq) + H2(g)
Sejumlah kecil hydrogen dapat juga diperoleh dengan mereaksikan kalsium
hidrida dengan air. Reaksi ini sangat efisien dimana 50% gas hydrogen yang
dihasilkan diperoleh dari air.
CaH2(s) + 2 H2O(l)  Ca(OH)2(aq) + 2 H2(g)
Elektrolisis air juga sering dipakai untuk menghasilkan hydrogen dalam skala
laboratorium, arus dengan voltase rendah dialirkan dalam air kemudian gas oksigen
akan terbentuk di anoda dan gas hydrogen akan terbentuk di katoda.
2 H2O(l)  2 H2(g) + O2(g)
Hidrogen dapat dibuat dalam laboratorium dengan mereaksikan logam dengan
air. Contohnya adalah reaksi logam alkali tanah dengan air, Mg dengan air.
Mg(s) + 2H2O(l)  Mg(OH)2(aq) + H2(g)
Kelarutan dan karakteristik hidrogen dengan berbagai macam logam
merupakan subyek yang sangat penting dalam bidang metalurgi (karena perapuhan
hidrogen dapat terjadi pada kebanyakan logam) dan dalam riset pengembangan cara
yang aman untuk meyimpan hidrogen sebagai bahan bakar. Hidrogen sangatlah larut
dalam berbagai senyawa yang terdiri dari logam tanah nadir dan logam transisi dan
dapat dilarutkan dalam logam kristal maupun logam amorf. Kelarutan hidrogen dalam
logam disebabkan oleh distorsi setempat ataupun ketidakmurnian dalam kekisi hablur
logam (Wikipedia,2013).

Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada konsentrasi
serendah 4% H2 di udara bebas. Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286 kJ/mol.
Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)
(Wikipedia,2013).
Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen
meledak seketika disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur
560 °C. Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan
gelombang ultraviolet dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena
itu, sangatlah sulit mendeteksi terjadinya kebocoran hidrogen secara visual. Kasus
meledaknya pesawat Hindenburg adalah salah satu contoh terkenal dari pembakaran
hidrogen. Karakteristik lainnya dari api hidrogen adalah nyala api cenderung
menghilang dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih
ringan dari ledakan hidrokarbon. Dalam kasus kecelakaan Hidenburg, dua pertiga dari
penumpang pesawat selamat dan kebanyakan kasus meninggal disebabkan oleh
terbakarnya bahan bakar diesel yang bocor (Wikipedia,2013).
H2 bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Ia bereaksi
dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorin dan fluorin, menghasilkan
hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida (Wikipedia,2013).
Walaupun H2 tidaklah begitu reaktif dalam keadaan standar, ia masih dapat
membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur. Jutaan jenis hidrokarbon telah
diketahui, namun itu semua tidaklah dihasilkan secara langsung dari hidrogen dan
karbon. Hidrogen dapat membentuk senyawa dengan unsur yang lebih elektronegatif
seperti halogen (F, Cl, Br, I); dalam senyawa ini hidrogen memiliki muatan parsial
positif. Ketika berikatan dengan fluor, oksigen ataupun nitrogen, hidrogen dapat
berpartisipasi dalam bentuk ikatan non-kovalen yang kuat, yang disebut dengan ikatan
hidrogen yang sangat penting untuk menjaga kestabilan kebanyakan molekul biologi.
Hidrogen juga membentuk senyawa dengan unsur yang kurang elektronegatif seperti
logam dan metaloid, yang mana hidrogen memiliki muatan parsial negatif. Senyawa
ini dikenal dengan nama hidrida.

b. Oksigen
Oksigen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol O dan
nomor atom 8. Oksigen adalah unsur ketiga terbanyak yang ditemukan berlimpah di
matahari, dan memainkan peranan dalam siklus karbon-nitrogen, yakni proses yang
diduga menjadi sumber energi di matahari dan bintang-bintang. Oksigen dalam
kondisi tereksitasi memberikan warna merah terang dan kuning-hijau pada Aurora
Borealis. Oksigen merupakan unsur gas, menyusun 21% volume atmosfer dan
diperoleh dengan pencairan dan penyulingan bertingkat. Atmosfer Mars mengandung
oksigen sekitar 0.15%. dalam bentuk unsur dan senyawa, oksigen mencapai
kandungan 49.2% berat pada lapisan kerak bumi. Sekitar dua pertiga tubuh manusia
dan sembilan persepuluh air adalah oksigen. Di laboratorium, oksigen bisa dibuat
dengan elektrolisis air atau dengan memanaskan KClO3 dengan MnO2 sebagai katalis.
Oksigen tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Dalam bentuk cair dan padat,
oksigen berwarna biru pucat dan merupakan paramagnetik yang kuat
(Wikipedia,2018).

Sifat Fisik
Oksigen lebih larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung sekitar satu
molekul O2 untuk setiap dua molekul N2, bandingkan dengan rasio atmosferik yang
sekitar 1:4. Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada suhu. Pada suhu 0 °C,
konsentrasi oksigen dalam air adalah 14,6 mg·L−1, manakala pada suhu 20 °C
oksigen yang larut adalah sekitar 7,6 mg·L−1. Pada suhu 25 °C dan 1 atm udara, air
tawar mengandung 6,04 mililiter (mL) oksigen per liter, manakala dalam air laut
mengandung sekitar 4,95 mL per liter. Pada suhu 5 °C, kelarutannya bertambah
menjadi 9,0 mL (50% lebih banyak daripada 25 °C) per liter untuk air murni dan 7,2
mL (45% lebih) per liter untuk air laut (Rahmawati,2010).
Oksigen mengembun pada 90,20 K (−182,95 °C, −297,31 °F), dan membeku
pada 54.36 K (−218,79 °C, −361,82 °F). Baik oksigen cair dan oksigen padat
berwarna biru langit. Hal ini dikarenakan oleh penyerapan warna merah. Oksigen cair
dengan kadar kemurnian yang tinggi biasanya didapatkan dengan distilasi bertingkat
udara cair; Oksigen cair juga dapat dihasilkan dari pengembunan udara, menggunakan
nitrogen cair dengan pendingin. Oksigen merupakan zat yang sangat reaktif dan harus
dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar (Rahmawati,2010).

Pembuatan Gas Oksigen


Pembuatan oksigenOksigen dapat dibuat dalam skala kecil di laboratorium
dan dapat juga dibuat dalam skala besar di industri. Di laboratorium
- Pemanasan garam Kalium klorat dengan katalisator MnO2
MnO2

2KClO3 (S) 2 KCl (S) + 3O2 (g)


Pemanasan

- Pemanasan Barium peroksida


2 BaO2 (S) → 2 BaO (S) + O2 (g)
- Pemanasan garam Nitrat
2 Cu (NO3)2 (S) → 2 CuO (S) + 4 NO2 (g) + O2 (g)
2 KNO3 (S) → 2 NO2 (S) + O2 (g)

Secara teknik dalam industry dapat dibuat dengan cara:


- Elektrolisis air dengan bantuan elektrolit , menghasilkan hidrogen di katode dan
oksigen di anode.

elektrolisis
2H2O (l) 2 H2 (g) + O2 (g)
- Distilasi bertingkat udara cair

VI. Alat dan Bahan :


Percobaan Hidrogen

a) Alat
Nama Alat Jumlah
Cawan porselin 1
Penjepit kayu 1
Pipet Secukupnya
Selang bening 1
Spatula kaca 1
Gelas ukur 100 cc 1
Tabung reaksi 5
Tabung reaksi pipa 1
samping
Penutup karet 1
Pembakar spiritus 1
Korek api 1

b) Bahan
Nama Bahan Jumlah
Logam Ca Secukupnya
Kapas kaca Secukupnya
Serbuk Mg Secukupnya
Larutan H2O2 3% Secukupnya
Larutan HCl 4 M 3 mL
Larutan amilum Secukupnya
Larutan H2SO4 0,1 M Secukupnya
Aquades Secukupnya
Serbuk Zn 0,02 gram
Indikator PP 1 tetes
Larutan KI 0,1 M 1 mL
Kertas Lakmus merah 1
KMnO4 0,5 gram
Kayu secukupnya

Percobaan Oksigen
a) Alat
Nama Alat Jumlah
Penjepit kayu 1
Pipet Secukupnya
Selang bening 1
Spatula kaca 1
Gelas ukur 100 mL 1
Tabung reaksi 1
Penutup karet 1
Pembakar spiritus 1
Korek api 1
Bak air 1
Penutup karet 2

b) Bahan
Nama Bahan Jumlah
KClO3 Secukupnya
Batu Kawi Secukupnya
Larutan H2O2 3% Secukupnya
Permanganat Secukupnya
Larutan KI encer 0,05 M Secukupnya

VII. Alur Kerja :


1). Hidrogen

Serbuk Ca

 Dimasukan ke cawan porselin ¼ spatula


 Disiram dengan air suling 3-5 mL
 Diamati perubahan yang terjadi
 Diperiksa dengan kertas lakmus merah
Kertas lakmus merah menjadi
berwarna biru
Serbuk Magnesium

 Dimasukan ke dalam cawan porselin ¼


spatula yang berisi 3-5 mL air suling
 Dipanaskan diatas pembakar bunsen
 Diperiksa larutan dengan indikator PP

Larutan berwarna merah


muda

Kapas kaca sedikit basah

 Dimasukan ke dalam tabung reaksi


 dimasukkan kapas kaca kering
 dimasukkan serbuk seng 0,02 gram
 dimasukkan kapas kaca kering
 Ditutup dengan karet penutup yang
tengahnya berlubang
 Dipasang selang plastik
 Dipanaskan diatas nyala pembakar
bunsen pada bagian yang berisi
serbuk seng dan sesekali pada
bagian kapas kaca basah dengan
posisi tabung horizontal
Timbul gas H2

 Diuji gas dengan nyala api

Api padam

Logam seng ½ spatula


 Dimasukan dalam tabung reaksi
berpipa samping yang
dihubungkan dengan penampung
gelas ukur yang terletak terbalik
dalam bak yang berisi air dan
dihubungkan dengan selang
 Ditambah 3-5 tetes HCl 4 M
 Ditutup dengan karet penutup

Timbul gas H2
 Diuji nyala api
Api padam
1 mL KI

 Dimasukan ke dalam tabung reaksi


 Ditambah 1-2 tetes amilum
Larutan tidak berwarna

 Ditambah 3-5 tetes H2O2 3%


 Diamati
Larutan berwarna ungu dan
terbentuk gas H2

2). Oksigen

Kalium klorat
 Dimasukan kedalam tabung reaksi
setinggi ± 0,5 cm dari dasar tabung
 Ditambah ¼ spatula serbuk batu kawi
 Ditutup dengan karet penutup yang
berlubang
 Dipasangkan selang yang dihubuingkan
dengan gelas ukur berisi air dalam kondisi
terbalik di dalam bak berisi air
 Dipanaskan dengan nyala api kecil
 Dibiarkan selama ± 10 menit
Terbentuk gelembung (gas O2)

 Uji nyala dengan kayu berpijar

Timbul letupan dan bara api


semakin menyala
0,5 gram permanganat

 Dimasukan dalam tabung reaksi berpipa


samping yang telah dihubungkan dengan
selang dalam gelas ukur berisi air yang
posisinya terbalik di dalam bak air
 Ditambah 5-10 tetes H2O2 4,5% tets demi tetes
 Ditutup dengan karet penutup
 Dibiarkan ± 10 menit

Adanya gelembung gas O2


 Diuji nyala dengan sebilah kayu berpijar
Timbul api

 Bandingkan volume gas oksigen pada


percobaan 1 dan 2
Hasil Pengamatan
XI. Analisis dan Pembahasan
 Hidrogen
- Percobaan 1
Percobaan 1 ini dilakukan untuk mengetahui cara pembuatan gas hidrogen,
sifat-sifat gas hidrogen, dan mengidentifikasi adanya gas hidrogen. Percobaan
dimulai dengan memasukkan ¼ serbuk kalsium berwarna putih dalam cawan
porselin dan kemudian disiram dengan air suling 3-5 mL, akan dihasilkan kalsium
hidroksida larutan tidak berwarna dan terbentuk endapan putih, serta menghasilkan
gas hydrogen, dengan reaksi : Ca(s) + 2H2O (aq) → Ca(OH)2 (aq) + H2 (g)
Pada reaksi diatas terjadi reaksi disproporsionasi dikarenakan Ca merupakan
pereduksi yang lebih kuat daripada H. Ca memiliki potensial oksidasi +2,87
sedangkan H memiliki potensial oksidasi 0. Potensial oksidasi yang lebih besar
inilah yang menyebabkan Ca dapat mereduksi H untuk berikatan dengan OH-
membentuk Ca(OH)2 dan terbentuk gas H2.
Kemudian, larutan dari hasil reaksi tersebut yaitu Ca(OH)2 diperiksa dengan
kertas lakmus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah Ca(OH)2 telah
terbentuk. Pada percobaan kami, kami menggunakan lakmus merah dan diperoleh
hasilnya, lakmus merah berubah menjadi biru. Hal ini mengindikasikan bahwa
larutan Ca(OH)2 bersifat basa dan menunjukkan bahwa Ca(OH)2 telah terbentuk.
Alasan yang sesuai dalam hal ini adalah karena Ca adalah logam golongan IIA dan
apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan suatu larutan yang bersifat basa dan
gas hidrogen.

Dokumentasi percobaan 1
- Percobaan 2

Tujuan dilakukannya percobaan 2 ini sama dengan tujuan pada percobaan 1


yaitu untuk mengetahui cara pembuatan gas hidrogen, sifat-sifat gas hidrogen, dan
mengidentifikasi adanya gas hidrogen. Mula-mula ¼ spatula serbuk magnesium
berwarna hitam dimasukkan ke cawan porselin yang telah diberi 3-5 mL air suling.
Setelah penambahan serbuk magnesium tersebut terjadi reaksi sebagai berikut :

Mg (s) + 2H2O (aq) → Mg(OH)2 (aq) + H2 (g)

Seperti halnya percobaan 1, pada percobaan 2 ini juga terjadi reaksi


disproporsionasi dikarenakan Mg juga merupakan pereduksi yang lebih kuat
daripada H. Mg memiliki potensial oksidasi +2,73 sedangkan H memiliki potensial
oksidasi 0. Potensial oksidasi yang lebih besar inilah yang menyebabkan Mg dapat
mereduksi H untuk berikatan dengan OH- membentuk Mg(OH)2 dan terbentuk gas
H2.

Kemudian larutan dipanaskan menggunakan pembakar spirtus. Setelah proses


pemanasan, larutan diperiksa menggunakan indikator PP, hasilnya terjadi perubahan
warna menjadi merah muda. Ini berarti pada percobaan 2 juga mengindikasikan
bahwa larutan yang dihasilkan yaitu larutan Mg(OH)2 bersifat basa. Hal ini
dikarenakan bahwa Mg ini merupakan logam golongan IIA dan jika bereaksi
dengan air akan menghasilkan larutan yang bersifat basa dan gas hidrogen.

Dokumentasi percobaan 2
- Percobaan 3
Percobaan 3 dilakukan untuk mengidentifikasi timbulnya gas hidrogen dan
senyawanya. Pada percobaan ini, disiapkan kapas kaca sedikit basah, kapas kaca
kering, 0,02 gram serbuk seng yang berwarna abu-abu. Kemudian bahan-bahan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar secara berurutan, kapas kaca
sedikit basah kapas kaca kering  serbuk Zn 0,02 gram  kapas kering.
Kemudian tabung reaksi ditutup dengan penyumbat karet, ditutup dengan rapat-
rapat. Setelah itu tabung reaksi tersebut dipanaskan di atas nyala api pada bagian
yang berisi seng dan sesekali dikapas kaca basah. Zn akan bereaksi dengan uap
H2O menghasilkan gas H2 dengan reaksi:

Zn (s) + 2H2O (g) → H2 (g) + Zn(OH)2 (aq)

Ketika dipanaskan timbul gas, gas yang keluar itu diuji dengan nyala api.
Ketika diuji dengan nyala api, nyala api padam. Adanya penambahan kapas kaca
basah adalah untuk menguapkan air karena Zn sangat reaktif, maka proses
penguapan air ini harus dilakukan untuk mengurangi kereaktifan reaksi antara Zn
dan air. Sedangkan kapas kaca kering berfungsi untuk menahan uap air yang
terbentuk dalam tabung reaksi agar dapat bereaksi sempurna dengan Zn.

- Percobaan 4
Percobaan 4 dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat gas hydrogen dan
senyawanya serta untuk mengidentifikasi gas hydrogen dan senyawanya. Mula-
mula ½ spatula serbuk seng yang berwarna hitam dimasukkan ke dalam tabung
reaksi berpipa samping yang dihubungkan dengan penampang gelas ukur yang
diletakkan terbalik. Kemudian ditambahkan 3-5 mL HCl 4M larutan tak berwarna
dan ditutup dengan sumbat karet. Sesuai dengan sifat logam alkali, bahwa HCl
dalam percobaan ini berfungsi untuk membentuk gas hydrogen dan melarutkan
logam Zn menjadi larutan Zn2+ dalam bentuk ZnCl2 tak berwarna dan ada endapan
abu-abu. Reaksi yang terjadi adalah :

Zn (s) + 2HCl(aq) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)

Gas H2 yang terbentuk dialirkan kedalam gelas ukur dalam air sehingga tinggi
air dalam gelas ukur yang terbalik tersebut akan menurun karena digantikan oleh
gas hidrogen. Pada percobaan ini saat diuji dengan nyala api menghasilkan letupan
gas dan nyala api menjadi padam.

- Percobaan 5
Percobaan 5 dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat gas hydrogen dan
senyawanya. Mula-mula, 1 mL larutan KI tak berwarna dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan ditambah 1-2 tetes larutan amilum tak berwarna. Kemudian ke
dalam campuran larutan ditambahkan 3-5 tetes H2O2 3% tak berwarna. Pada
percobaan ini amilum tidak ikut bereaksi melainkan hanya sebagai indikator adanya
iod dalam larutan. Iod terbentuk perlahan-lahan dan larutan akan berangsur-angsur
menjadi biru. Reaksi ini merupakan reaksi redoks dimana senyawa gas hidrogen
yakni H2O2 bertidak sebagai reduktor. Hal ini dibuktikan dengan penambahan 2
tetes amilum yang menghasilkan warna ungu. Amilum bertindak sebagai indikator.
Perubahan warna menjadi ungu menunjukkan I- telah teroksidasi menjadi I2.
Didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
2KI (aq) + 2H2O2 (aq) → 2KOH (aq) + I2 (aq) + H2 (g)

Dokumentasi percobaan 5

 Oksigen
- Percobaan 1
Percobaan 1 dilakukan untuk mengetahui cara pembuatan gas oksigen di
laboratorium dan mengetahui adanya gas oksigen dalam suatu senyawa. Mula-mula
Kalium klorat yang berupa kristal putih dimasukkan dalam tabung reaksi setinggi ±
0.5 cm dari dasar tabung. Ditambahkan ¼ spatula serbuk batu kawi (MnO2)
berwarna hitam. MnO2 ditambahkan untuk mengoksidasi O2- menjadi O2.
Kemudian ditutup tabung dengan penyumbat karet dan selang yang terhubung pada
gelas ukur yang sudah berisi air dan diletakkan terbalik dalam bak air. Lalu
dipanaskan selama 10 menit dan dibiarkan selama ± 10 menit. Reaksi ini dapat
menghasilkan gelembung gas oksigen. Proses pemanasan bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi dan batu kawi bertindak sebagai katalis. Reakisnya
sebagai berikut:
2 KClO3 (aq) + MnO2 (s)  2 KCl (aq) + 3 O2 (g) + MnO2 (s)
Kemudian setelah gas ditapung dalam gelas ukur maka dilakukan uji nyala
pada gas yang terbentuk, dan dihasilkan lidi semakin menyala yang menandakan
adanya gas oksigen yang terbentuk. Hal ini menunjukkan salah satu sifat gas
oksigen yang dapat memperbesar nyala api dan gas O2 mudah terbakar.

- Percobaan 2
Tujuan dari percobaan 2 ini sama dengan tujuan pada percobaan 1 yaitu untuk
mengetahui cara pembuatan gas oksigen di laboratorium dan mengetahui adanya
gas oksigen dalam suatu senyawa. Mula-mula, 0,5 gram kalium permanganat yang
berbentuk kristal berwarna hitam dimasukkan ke dalam tabung reaksi berpipa
samping yang telah dirangkai selang dan dihubungkan dengan gelas ukur yang
diletakkan terbalik dalam bak air. Lalu ditambah 5-10 tetes H2O2 4.5% larutan tak
berwarna dan tabung reaksi ditutup dengan karet penutup. Warna larutan berubah
menjadi ungu kehitaman. Persamaan reaksi yang terjadi setelah penambahan H2O2
yaitu sebagai berikut :
2MnO4- (s) + 5H2O2 (aq) + 6H+ (aq)  2Mn2+ (aq) + 8H2O (l) + 5O2 (g)

Untuk membuktikan adanya gas hydrogen yang terbentuk, maka rangkaian


tersebut dibiarkan 10 menit agar gas terkumpul. Gas yang terkumpul diuji dengan
sebilah kayu berpijar. Tahap terakhir adalah membandingkan volume gas dengan
percobaan 1. Gas yang dihasilkan dalam reaksi tersebut hanya sedikit dibandingkan
dengan reaksi pada percobaan 1. Ketika diuji dengan bara api, api yang dihasilkan
tetap menyala.
Dokumentasi percobaan 6

X. Kesimpulan
 Hidrogen

1. Pembuatan gas Hidrogen di Laboratorium dapat dibuat dengan berbagai cara


yaitu:

 Memasukkan logam Kalsium atau logam Magnesium (disertai pemanasan


karena Mg sukar larut) dalam air sehingga membentuk larutan bersifat basa
dan gas hidrogen sebagai sampingannya.
 Memasukkan logam seng dalam tabung reaksi berpipa yang ditambahkan H2O
disertai pemanasan atau HCl (tanpa pemanasan) yang nantinya menghasilkan
gas hidrogen.
 Penambahan H2O2 dalam larutan KI dan amilum
2. Sifat gas hidrogen adalah tak berwarna dan mudah terbakar ditandai dengan nyala
api yang bertambah besar dan adanya letupan, serta pengujian atau identifikasi gas
hidrogen dapat dilakukan dengan uji nyala api.

 Oksigen

1. Pembuatan gas Oksigen di Laboratorium dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu:

 Penambahan kalium klorat (KClO3) 0,5 gram dan ditambah sedikit serbuk
batu kawi (MnO2) yang disertai pemanasan.
 Penambahan permanganat (MnO4) kemudian ditambah sedikit demi sedikit
H2O2 (tanpa pemanasan)

2. Perolehan gas Oksigen akan lebih banyak pada percobaan yang disertai pemanasan.
3. Sifat gas Oksigen adalah tak berwarna,tak berbau dan mudah terbakar, serta
pengujian atau identifikasi gas oksigen dapat dilakukan dengan uji nyala api.

XI. Jawaban Pertanyaan


Hidrogen
1. Jelaskan apakah gas letup itu dan apa kegunaannya?
Jawab:
Gas letup ini timbul dikarenakan adanya reaksi antara gas H2 dengan api, yang pada
dasarnya gas H2 ini memang sangat reaktif terhadap api karena bereaksi dengan
dengan O2. Dan pada skala laboratorium letupan ini digunakan untuk
mengidentifikasi adanya gas H2

2. Tulislah semua reaksi yang terjadi pada percobaan diatas


Jawab:
Percobaan 1 : Ca(s) + 2H2O(aq)  Ca(OH)2(aq) + H2(g)
Percobaan 2 : Mg(s) + 2H2O(aq)  Mg(OH)2(aq) + H2(g)
Percobaan 3 : Zn(s) + 2H2O(l)  Zn(OH)2 (aq) + H2(g)
Percobaan 4 : Zn(s) + 2HCl(aq)  ZnCl2(aq) + H2(g)
Percobaan 5 : 2 KI (aq) + H2O2 (aq)  2 KOH (aq) + I2 (aq) + H2 (g)
I2 (aq) + I2 (aq)  I3 -(aq)
I3 -(aq) + amilum  kompleks (I3 – amilum)
H2O2 (aq) + 4H+(aq) + 4I- (aq)  2I- (aq) + H2 (g) + 2H2O (l)
3. Mengapa hydrogen peroksida harus digunakan dalam larutan encer?
Jawab:
Karena larutan H2O2 merupakan larutan yang bersifat oksidator kuat, korosif, dan
berbahaya bila terkena kulit. Maka apabila digunakan dalam konsentrasi yang tinggi,
akan terjadi reaksi yang eksplosif sehingga dapat membahayakan praktikan. Maka
dari itu, untuk meminimalisir efek negatif dari penggunaan H2O2, larutan H2O2 harus
digunakan dalam bentuk larutan encer.

Oksigen
1. Hitunglah volume gas oksigen yang diperoleh bila KClO3 yang tersedia 1 gram?
Penyelesaian:
Diketahui : Mr K = 39 , Cl = 35,5 , O = 16
Ditanya : Volume gas Oksigen
Jawab :
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol KClO3 = 122,5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,008 mol

2KClO3 + MnO2  2KCl + 3O2 + MnO2


M: 0,008 - - - -
R: 0,008 0,004 0,008 0,012 0,004
S: - 0,004 0,008 0,012 0,004

V O2 = 0,012 x 22,4
= 0,2688 L
= 268,8 mL

2. Tulislah rumus struktur lewis yang menunjukkan sebuah molekul O2 dengan dua
eleltron valensi yang tidak berpasangan!
Jawab:

3. Terangkan kejadian pada percobaan 1 dan 2?


Jawab:
Pada Percobaan 1 Gas Oksigen dapat terbentuk dengan mereaksikan KClO3 dan
MnO2. Reaksi pembentukan gas oksigen dengan pemanasan KClO3 berjalan sangat
cepat, dimana MnO4 bertindak sebagai katalis. Setelah itu gas di uji dengan nyala api.
Bara api yang dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi oksigen berubah menjadi
api yang lebih menyala. Hal ini menunjukkan bahwa gas Oksigen yang dihasilkan
memiliki sifat yang reaktif dan mudah terbakar.
Pada percobaan 2 gas Oksigen juga dapat terbentuk dengan mereaksikan MnO4 dan
H2O2. Gas yang dihasilkan dalam reaksi tersebut hanya sedikit dibandingkan dengan
reaksi pada percobaan 1. Ketika diuji dengan bara api, api yang dihasilkan tetap
menyala.

4. Tulislah persamaan reaksi pada percobaan 1 dan 2!


Jawab:
Percobaan 1
2 KClO3 (aq) + MnO2 (s)  2 KCl (aq) + 3 O2 (g) + MnO2 (s)

Percobaan 2
2MnO4- (s) + 5H2O2 (aq) + 6H+ (aq)  2Mn2+ (aq) + 8H2O (l) + 5O2 (g)

XII. Daftar Pustaka


Anonim. 2018. Hidrogen. (online) melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogen,
(diakses pada 31 Januari 2018, pukul 05.44).

Anonim. 2018. Oksigen. (online) melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen,


(diakses pada 2 Februari 2018, pukul 09.12).

Putra, Arbie Marwan. 2010. Analisis Produktifitas Gas Hidrogen dan Gas Oksigen
Pada Elektrolisis Larutan KOH. Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 2 April 2010

Rahmawati,Irma.2010. Sifat Karakteristik Oksigen (artikel online) diakses


tanggal 3 Maret 2018

Saito, Taro. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo: Universitas Kanogawa.

Sugiyarto, Kristian. 2001. Dasar-Dasar Kimia Anorganik Non Logam. yogyakarta:


UNY Press
Tim Dosen. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik II. Surabaya: FMIPA UNESA

Anda mungkin juga menyukai