Anda di halaman 1dari 3

"AKU MENYESAL PERNAH PACARAN" ][

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... EL .. Sebut saja itu namaku.


Sejak dari kecil aku memang sudah suka dengan yang namanya kesetiaan, baik itu dengan saudara-
saudaraku, ataupun dengan teman-temanku. Karena itulah aku tidak menyukai yang namanya
PENGKHIANATAN.

Sebenarnya, aku mulai mengenal apa itu cinta sejak aku lahir dari Rahim ibuku. Cinta dari seorang
ibu dan seorang ayah. Kasih sayang dari mereka berdua. Meskipun aku bukan berasal dari keluarga
orang kaya atau terlahir dalam istana raja, tetapi aku menemukan kebahagiaan di rumahku. Karena
apa? Karena nilai kesetiaan..!!

Pada usia 13 tahun aku mulai mengerti tentang cinta dan kasih sayang lebih dari hanya untuk
keluarga dan sahabat. Aku mulai menyukai lawan jenisku meskipun aku sendiri jika ditanya apa itu
cinta, mungkin aku tidak dapat mendefinisikann¬ya.

Semenjak SMA, aku mulai dekat dengan beberapa lelaki dan aku mulai masuk kedalam dunia yang
aku sebut sebagai "DUNIA REMAJA". Begitu banyak kulihat teman-temanku yang
mengekspresikandiri mereka dengan menjadi remaja yang sesuka hatinya. Ada yang suka kebut-
kebutan, ada yang suka bolos, merokok dan tak sedikit yang mulai berani "PACARAN".

Terlintas di benakku sebuah pertanyaan. Sebenarnya pacaran itu apa sih?? Sebenarnya pacaran itu
bagaimana apa sih? Dan keuntungan dari pacaran itu apa sih?

Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan itu menari-nari dalam otakku. Tapi aku sungguh tak mampu
untuk mendapatkan jawabannya.

Saat naik kelas 2 SMA, aku mulai terperosok kedalam pergaulan yang bisa dikatakan lumayan fatal.
Aku mulai ingin mencoba menjalani apa yang disebut dengan PACARAN. Hal ini kulakukan atas
keinginan diri serta hasutan teman-teman yang bilang rugi kalau tidak pernah menjalani PACARAN.

Singkatnya. ..
Ketika waktu itu, ada kakak kelas yang menyatakan cintanya kepadaku, maka dengan senang hati
aku menerimanya. (TIDAK PANTAS UNTUK DITIRU)

Tapi baru seminggu berjalan, aku melihat dia mulai meminta hal-hal yang teramat aneh dariku.
Seperti misalnya, dia memintaku untuk menggenggam tangannya. Dan dengan BODOH-nya aku mau
saja menurutinya permintaannya. Belum lagi permintaan aneh lainnya yang tak pantas aku tulis
disini.

Lambat laun aku mulai merasa tidak nyaman. Aku merasa mulai ada yang tidak beres dengan
kelakuan PACAR-ku yang semakin hari semakin aneh-aneh saja maunya. Dan akhirnya kami PUTUS!

Setelah tamat SMA dan sebelum mengenal DUMAY, aku bertemu lagi dengan seorang lelaki yang
bekerja di salah satu instansi pemerintah. Dia menyatakan CINTA padaku, dan kembali aku
menerimanya. (TIDAK PANTAS UNTUK DITIRU)

Seminggu berjalan dia terlihat baik dan sopan. Tetapi setelah kira-kira satu bulan berjalan, mulai
terlihatlah semua sifat aslinya. Dia suka berbicara kotor. Pikirannya jelek dan penuh nafsu. Akhirnya,
kami PUTUS!
Terakhir ...
Aku berkenalan dengan seseorang melalui DUMAY. Awalnya dia seorang yang lumayan taat
beragama. Dan dia juga tidak suka hubungan kami disebut sebagai PACARAN. Bahkan, orang tuaku
sudah mengetahui hubungan kami.

Akan tetapi, meskipun tidak ada kata PACARAN, tapi aku merasa hubunganku dengannya juga
menjurus kearah PACARAN. Lihat saja, saat kami berkomunikasi, dia memanggilku dengan kata
"SAYANG". Hal yang seharusnya hanya boleh kami lakukan setelah menikah. (TIDAK PANTAS UNTUK
DITIRU)

Akhirnya untuk yang kali ini juga kami putus begitu saja. Alasannya karena orang tuanya tidak setuju.
Tapi sebenarnya aku tahu dia hanya membuat-buat alasan saja. Begitulah jika seseorang mencintai
kita bukan atas dasar karena-Nya.

Ya Allah ...
Ampuni aku karena perjalanan hidupku yang penuh dengan maksiat dan dosa. Meskipun
(beruntungnya) aku tidak pernah sampai melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang-orang yang
berpacaran pada umumnya, tapi setidaknya aku pernah berduaan dengan orang yang belum halal
bagiku. Dengan orang yang BELUM TENTU MENJADI SUAMIKU. Memegang tanganku atau
bermesraan saat kami berkomunikasi. Dan "AKU TELAH MENGOTORI HATIKU DENGAN ZINA-ZINA
KECIL".

Astaghfirullah …
Dan aku mulai tersadar atas kekeliruanku setelah aku menikah. Ketika itu suamiku bertanya
kepadaku saat malam pertama pernikahan kami.

"Sayang, aku mau bertanya satu hal padamu. Sebelum hatimu terpaut mencintaiku karena Allah, ada
berapa orangkah yang telah engkau biarkan masuk kedalam lubuk hatimu? Dan laki-laki seperti
apakah dia?

Aku kaget. Aku tersentak. Aku tertunduk dan diam waktu itu. Lalu aku menjawab : "Maaf sayang,
Aku sudah tidak ingat lagi dan tak mau mengingatnya lagi."

Kulihat suamiku tersenyum sembari menjawab ...

"Apakah kamu tidak ingin bertanya balik padaku?"


"Ingin sebenarnya. Tapi apakah aku pantas?" jawabku.

"Mengapa tidak? Karena engkau adalah orang pertama yang bisa menaklukkan hatiku. Dan engkau
juga yang terakhir menutup pintu hatiku. Ketahuilah isteriku, setiap wanita pasti ingin menjadi yang
terakhir dalam hati pasangannya. Dan laki-laki pasti ingin menjadi yang pertama dalam hati
isterinya."

Mendengar kalimat terakhir suamiku, spontan, aku berlutut di hadapannya. Butir-butir air mata
penyesalan jatuh menetes di pipiku. Segera kucium tangan suamiku sambil aku memohon maaf
padanya.

Lalu suamiku membantuku untuk berdiri sambil berkata : ..


"Bangunlah sayang. Engkau sudah menjadikanku orang pertama yang mendapat airmata
penyesalanmu atas kesalahanmu di masa lalu. SUBHANALLAH. LA TAHZAN ISTERIKU. AKU
MEMAAFKANMU DAN SEMOGA ALLAH MENGAMPUNI KITA."

Anda mungkin juga menyukai