Laporan PU Astri Nuraini
Laporan PU Astri Nuraini
PENDAHULUAN
Program studi S1 Teknologi Hasil Pertanian (THP) merupakan salah satu program
studi di Fakultas Pertanian, Universitas Lampung yang telah berdiri sejak tahun
program studi yang menerapkan ilmu- ilmu dasar seperti kimia, fisika, dan
keilmuan Teknologi Hasil Pertanian ini meliputi penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi pasca panen dalam mengolah bahan hasil pertanian menjadi suatu produk
yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen serta pemecahan masalah di bidang pasca
panen dan agroindustri. Saat ini program studi THP Universitas Lampung telah
447/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014.
daya manusia yang mampu berperan dalam bidang pendidikan, pengembangan dan
penerapan ilmu, teknologi, dan manajemen industri pertanian. Tujuan tersebut akan
teknologi pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh proses. Dengan cara tersebut
program studi THP juga memberikan praktikum ataupun responsi untuk lebih
THP maka diperlukan sebuah program turun lapang. Kegiatan praktik umum ini
Sehingga diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilu yang didapat dengan kondisi
yang nyata di lapangan. Oleh karena itulah, berdasarkan Surat Keputusan Dekan
praktik kerja yang dilakukan. Sebagai mahasiswa program studi THP, maka
Nanas memiliki nama latin Ananas comusus L. Merr. Tanaman buah berupa semak
ini awalnya berasal dari daerah Amerika Selatan terutama Brasil. Pada abad ke-15,
tepatnya pada tahun 1599, tanaman nanas mulai masuk ke wilayah Indonesia.
Penyebaran nanas pada awalnya sebagai pengisi lahan di pekarangan. Akan tetapi
Tanaman nanas dapat ditanam pada keadaan iklim basah maupun kering, baik tipe
iklim A (amat basah), B (basah), C (agak basah), D (sedang), E (agak kering), dan
F (kering). Bahkan, pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan
serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun.
Tanaman nanas juga cocok ditanam pada hampir semua jenis tanah pertanian.
Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur,
kandungan air yang cukup. Kelebihan lain yang menguntungkan dari budidaya
tanaman nanas adalah tanaman nanas termasuk tanaman hortikultura yang dapat
Bagi pemenuhan gizi masyarakat, buah nanas memiliki arti penting diantara jenis
buah-buahan lain. Buah nanas mengandung gizi yang cukup lengkap. Karena
kandungan gizi tersebut nanas sangat bermanfaat kesehatan bagi tubuh dan
sebagai obat sembelit dan gangguan pada saluran kemih. Disamping itu, buah nanas
juga mengandung enzim bromelin yang dapat menghidrolisa protein, protease atau
peptida sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Dalam bidang farmasi
Selain beberapa kelebihan tersebut, tanaman nanas juga memiliki kelemahan yaitu
dalam keadaan segar buah nanas tidak dapat bertahan lama. Nanas hanya mampu
bertahan selama 7 hari pada suhu kamar (28o-30o C). Kandungan air yang
terkandung dalam nanas juga tinggi yaitu 85,3% (Muchtadi, 2000). Hal ini
mekanik, serta rentan terhadap serangan cendawan dan bakteri. Tanaman nanas
juga merupakan produk hortikultura yang memiliki struktur hidup yang masih
Oleh karena itu, PT GGF selaku pelaku industri pengolahan nanas membuat poduk
nanas dalam solid pack berupa nanas kaleng, cocktail kaleng, dan cocktail in plastic
masa simpan bahan, meningkatkan mutu, daya saing, dan perluasan pasar. Salah
satu produk olahan nanas PT GGF adalah Pineapple Juice Concentrate (PJC).
Menurut Cruess (1958), konsentrat adalah produk hasil pengentalan sari buah nanas
(penguapan). Dengan teknik evaporasi ini, kandungan air dalam bahan akan
meningkat. Produk konsentrat yang dihasilkan oleh PT GGF terbuat dari bagian
buah nanas yang tidak dikalengkan pada cannery department berupa eradicated
meat core, over ripped meat, resizing meat, nanas slice berukuran terlalu tipis, dan
nanas memar.
5
Kualitas produk merupakan dimensi yang sangat penting bagi suatu produk agar
dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Menurut Yunitasari dan Yuniawan
(2006), kualitas adalah total dari seluruh fitur dan karakteristik yang membuat
produk dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan maupun yang tidak
ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen
saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal dengan kualitas sebenarnya.
kualitas dapat menghasilkan nilai-nilai sebagai berikut : (1) alasan untuk membeli;
(2) diferensiasi; (3) perluasan saluran distribusi; dan (4) perluasan merek
dalam menganalisis kualitas produk. Proses pengendalian mutu produk PJC oleh
bagian quality control concentrate dilakukan mulai dari tahapan raw juice, holding,
evaporasi, blending, filling, hingga tahap stuffing produk PJC ke dalam peti kemas.
Berdasarkan hal tersebut, pada kesempatan praktik umum kali ini, penulis akan
mempelajari proses quality control secara fisik dan kimia pada proses produksi
6
Tengah.
Tujuan yang ingin dicapai melalui praktik umum ini adalah sebagai berikut :
yang berguna.
2. Melaksanakan salah satu mata kuliah wajib sebagai syarat untuk menjadi Sarjana
Teknologi Pertanian.
3. Mempelajari proses quality control secara fisik dan kimia pada proses produksi
Praktik umum ini dilaksanakan di PT. Great Giant Food bagian Juice Concentrate
pada tanggal 18 Juli sampai dengan 20 Agustus 2016 dengan hari kerja dari Senin
– Sabtu dengan rincian jam kerja hari Senin-Jumat pukul 08.00-16.00 WIB dan
1. Wawancara
proses quality control secara fisik dan kimia pada produksi Pineapple Juice
Concentrate.
berbasiskan pertanian yang kegiatan utamanya berupa perkebunan nanas dan pabrik
perusahaan ini memiliki nama PT Great Giant Pineapple. Perubahan nama ini
dilakukan pada bulan Januari 2016. PT GGF secara yuridis formal berdiri pada
tanggal 14 Mei 1979 dengan Akte Notaris No. 48. Perusahaan yang terletak di
oleh PT Umas Jaya Farm (PT UJF) yang secara hukum berdiri pada tahun 1973. PT
UJF bergerak di bidang perkebunan singkong dan pengolahan tapioka yang diberi
merek dagang Tepung Tapioka Cap Kodok. Pada tahun 1975 dilakukan penelitian
untuk mencari tanaman penyelang yang cocok bagi tanaman singkong. Pilihan pun
jatuh pada tanaman nanas yang berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim
Penanaman secara komersial pada areal perkebunan telah dimulai sejak tahun 1979,
dimulai dengan penanaman tanaman singkong sebagai bahan baku produksi tepung
tapioka di PT UJF. Kemudian pada tahun 1980, mulai dilakukan penanaman nanas
tanaman nanas terbaik yang cocok ditanam di areal perkebunan PT GGF adalah
varietas Smooth Cayenne yang berasal dari daerah Subang, provinsi Jawa Barat
produksi percobaan nanas kaleng dimulai pada bulan Oktober 1984. Ekspor
perdana nanas kaleng dilakukan pada bulan Januari 1985 dengan negara Jerman
Barat sebagai negara tujuan. Jumlah ekspor perdana nanas kaleng pada saat itu
adalah empat kontainer. Sampai tahun 2014, PT GGF telah mengekspor produknya
ke 63 negara dan 5 benua dengan benua Amerika dan Benua Eropa sebagai tujuan
utama ekspor dengan persentase 40,8% dan 44,0%, kemudian diikuti oleh daerah
Timur Tengah dan Afrika sebesar 4,2% serta Asia Pasifik 11,1%. Negara-negara
Brazil dan Puertoriko. Negara-negara di wilayah Eropa yang menjadi tujuan ekspor,
Belanda, Swedia, dan sejumlah negara Eropa Barat lainnya Selanjutnya, negara-
negara Asia dan Afrika, yakni Jepang, Australia, Israel, Saudi Arabia, Uni Emirat
Proses produksi nanas kaleng di PT GGF menggunakan satuan standard case untuk
menentukan target dan budget dari manajemen. Satu standard case mempunyai
nilai yang setara dengan 90 kaleng untuk jenis kaleng A-1; 45 kaleng untuk jenis
kaleng A-1,5; 36 kaleng untuk jenis kaleng A-2; 24 kaleng untuk jenis kaleng A-
2,5; 12 kaleng untuk jenis kaleng A-3; dan 6 kaleng untuk jenis kaleng A-10.
Sampai tahun 2014, PT GGF telah mampu memproduksi 8,5 juta standard case per
produksi juice concentrate. Ekspor perdana juice concentrate dilakukan pada tahun
selanjutnya adalah diinstalasinya unit mill juice pada tahun 1995. Produk
yang tidak diolah di bagian cannery. Bagian nanas berupa core buah, kerokan buah,
buah memar, over ripped, undersize meat yang tidak dikalengkan diolah menjadi
produk Pineapple Juice Concentrate (PJC) dan kulit buah serta buah Pine o matte
PT. GGF mengembangkan pabrik yang modern dan terintegrasi di mana antara unit
satu dan lainnya saling sinergis sehingga menjadi suatu kesatuan operasi yang
berbagai jenis produk nanas kaleng seperti slice, chunk, tidbit, crushed dan cocktail
dalam sari buah atau sirup dan produk sampingnya yang meliputi pineapple juice
concentrate, dan not from concentrate, serta dalam beberapa tahun ini telah
diproduksi fruits in plastic cup (pineapple dan tropical fruit salad) dalam potongan
tidbit. Produk yang dikirim oleh PT GGF mengacu pada standar USFDA (United
Visi yang dimiliki PT Great Giant Food adalah “Mejadi Mitra Pilihan dan
Terpercaya dalam Buah Olahan yang Bermutu di Seluruh Dunia”. Motto yang
Nilai- nilai perusahaan yang dianut oleh PT GGF adalah sebagai berikut :
komitmen
Perbaikan yangberkelanjutan
12
Tidak ada cara terbaik, tetapi selalu ada cara yang lebih baik
PT Great Giant Food berlokasi di Jalan Raya Lintas Timur KM 77, Kecamatan
pada lintang 040 49’07” LS dan 1050 13’ 13” BT pada ketinggian 46 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Di lokasi ini terdapat areal perkebunan, pabrik pengolahan,
Kota-kota lain yang terdekat dari PT GGF adalah Bandar Jaya yang berjarak 18 km,
Kota Bumi yang berjarak 50 km, dan Bandar Lampung yang berjarak 78 km.
Industri-industri lain yang terdekat adalah industri asam sitrat PT Budi Acid Jaya
yang berjarak 3 km, industri gula putih PT Gunung Madu Plantation yang berjarak
4 km, dan industri gula putih PT Gula Putih Mataram yang berjarak 34 km.
Luas areal PT GGF saat ini mencapai 80.000 hektare yang mencakup areal
terjadinya erosi, areal penggemukan sapi, dan lain-lain. Areal perkebunan PT GGF
13
mencapai 32.200 Ha dengan luas efektif penanaman 25.595 Ha. Dari areal
perkebunan tersebut dihasilkan buah nanas lebih dari 500.000 ton/tahun yang
menunjukkan hubungan antara pejabat maupun bidang kerja satu dengan yang lain,
Kejelasan tugas ini dapat memberikan suatu rangkaian yang teratur. PT. GGF
Board of Comissioners
PIR Manager
Tapioka Production
Livestock
Banana Production
Keterangan :
= Coordination Function Acc = Accounting
= Authority B&D = Business & Development
* = Staff Function TFI = Transpacifik Incorporation
CEQS = Chief Executive Quality System SSN = Sewu Segar Nusantara
Mgr = Manager HRD = Human Resources &
Development
PP & C = Production Planning & Control TechEng= Technical Engineering
PIR = Perusahaan Inti Rakyat MIS = Management Information System
QA & NPD = Quality Assurance &
New Development Product
Kekuasaan tertinggi dari PT. GGF dipegang oleh Board of Commissioners, yang
berkantor pusat di Plaza Chase Podium 5, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta. Board of
Manager, PPC Plant Manager, Riset Manager dan PIR Manager merupakan staff
& Logistic Manager, Human Resources & Development Manager, General Service
pengembangan perusahaan.
pengapalan.
secara menyeluruh.
dan penggudangan.
10. Production Department yang berperan dalam produksi, mulai dari bahan
2.5 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di PT GGF terdiri atas karyawan tetap dan tidak tetap. Karyawan tidak
tetap terdiri dari tenaga kerja harian tetap dan tenaga kerja harian lepas. Tenaga
kerja harian tetap merupakan tenaga kerja yang dibayar atau diupah dengan
perhitungan per hari, sifat pekerjaan terus menerus (continous) dan jenis
kerja harian lepas merupakan tenaga kerja yang sifatnya insidentil, absensi tidak
Penetapan jam kerja sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama PT GGF, pasal 8 ayat
2 adalah 7 (tujuh) jam kerja sehari, 40 (empat puluh) jam seminggu dan 6 (enam)
hari kerja seminggu untuk kerja siang, kerja malam 37 (tiga puluh tujuh) jam
seminggu dan 6 (enam) hari kerja seminggu. Kelebihan jam kerja akan
Tenaga kerja harian pabrik terbagi dalam dua kelompok kerja berdasarkan jam
kerjanya yaitu kelompok (shift) A dan B, dimana jika shift A bekerja di pagi hari
maka shift B akan bekerja di malam hari, begitupun sebaliknya. Pergantian jam
kerja shift A dan B ini dilakukan secara mingguan. Shift pagi bekerja dari pukul
07.45 sampai pukul 16.00 WIB, sedangkan shift malam bekerja dari pukul 19.30
kesehatan dan keselamatan tenaga kerjanya. Kewajiban ini diatur oleh UU No. 1
tahun 1970 yang menyatakan bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan
atas kesehatan dan keselamatan selama berada di tempat kerja. Hal itu dikarenakan
dalam suatu industri biasanya menggunakan alat-alat dan bahan yang berbahaya
sehingga mempunyai resiko yang tinggi terhadap kecelakaan kerja. Sebagai bukti
dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan Social Accountability (SA 8000) bagi tenaga
kerjanya.
fasilitas kesenian, koperasi karyawan “Dwi Karya”, jatah pakaian kerja, kantin,
1. Training
training adalah seluruh karyawan baik harian maupun karyawan tetap. Kegiatan ini
bermacam-macam. Pengadaan kegiatan ini diatur oleh Training Safety dan System
Officer.
Biasanya diadakan hiburan dan perlombaan dengan ditangani oleh panitia yang
dibentuk bersama.
Sumbang Saran Kreatif (SSK), lomba poster tentang lingkungan hidup, dan lain-
lain.
III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Pineapple Juice Concentrate (PJC) merupakan salah satu produk yang diproduksi
oleh Juice Concentrate Department PT Great Giant Food (PT GGF). PJC
merupakan produk konsentrat yang diolah dari bagian nanas yang tidak ikut
digunakan pada proses produksi produk solid pack (nanas kaleng, cocktail kaleng,
dan cocktail in plastic cup) di cannery department. Bagian nanas yang tidak ikut
terolah tersebut kemudian dipres sehingga diperoleh raw juice nanas. Kemudian,
Produk PJC di PT GGF berdasarkan level brix nya dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu :
produk PJC dalam dua jenis kemasan yang dapat dipilih oleh konsumen.
Berdasarkan jenis kemasan, produk PJC dibagi menjadi dua jenis, yaitu produk
aseptic PJC dan produk non-aspetic PJC. Nama lain dari produk non-aseptic PJC
adalah produk frozen PJC. Perbedaan dari produk aseptic dan non-aseptic PJC
21
sebenarnya bukan hanya terletak pada jenis kemasan saja, tetapi ada perbedaan
Pembuatan slurry
Pasteurisasi konsentrat
Pineapple Juice
Concentrate
(PJC)
Pengemasan (Filling)
PJC
Penyimpanan produk PJC di dalam frozen room
Pembuatan slurry
Pineapple Juice
Concentrate
Pengemasan (Filling)
PJC
Penyimpanan produk PJC di dalam frozen room
Bahan baku yang digunakan untuk produksi Pineapple Juice Concentrate (PJC)
adalah bagian nanas yang tidak ikut diolah menjadi produk solid pack (nanas
kaleng, cocktail kaleng, dan cocktail in plastic cup) pada cannery department.
Bagian nanas yang digunakan untuk proses pengolahan PJC berupa eradicated
meat yang berasal dari bagian ginaca dan bagian core nanas, over ripped meat,
resizing meat, nanas slice berukuran terlalu tipis, dan nanas memar yang berasal
dari bagian line processing. Sekitar 30% dari total bagian nanas yang tidak
pembuatan PJC, dan sisanya masuk ke bagian juice mill. Recovery PJC yang
Bahan baku tersebut diangkut dari cannery department menuju unit raw material
masing-masing dua orang duduk di samping kanan dan kiri mesin juice meat
bagian top/bottom nanas yang ikut terangkut oleh juice meat conveyor. Pemisahan
tersebut dilakukan karena bagian kulit dan top/bottom nanas merupakan bahan baku
dari mill juice, sehingga jika ikut tercampur dalam bahan baku PJC, maka dapat
mengurangi jumlah bahan baku untuk pembuatan mill juice. Selain itu, kulit dan
Bahaya yang dikendalikan di unit raw material concentrate ini adalah adanya benda
asing seperti potongan metal berupa baut ,pisau, potongan screen. Oleh karena itu
25
perlu dilakukan pengawasan terhadap operator sortasi yang bertugas supaya bahaya
tidak terjadi.
Bahan baku pembuatan PJC yang masih berbentuk padatan kemudian dihancurkan
menjadi berbentuk bubur atau slurry. Proses penghancuran bahan baku menjadi
kerja RDI adalah menghancurkan bahan baku PJC yang masih berbentuk padatan
menjadi slurry menggunakan dua rangkaian keping pisau yang dipasang pada
motor kemudian motor diputar dengan listrik sehingga bahan baku hancur dan
keluar lewat lubang screen berukuran 8 mm. Fungsi penghancuran bahan baku
menjadi slurry ini adalah untuk menghomogenkan ukuran bahan serta pengecilan
ukuran. Pengecilan ukuran ini akan memperluas permukaan bahan baku sehingga
nantinya.
Sumtank ini memiliki sistem continue, artinya slurry yang masuk ke dalam sumtank
hanya ditampung sementara di dalam tangki tersebut dan akan langsung dialirkan
oleh pompa zulzer menuju preheater. Pompa zulzer ini memiliki prinsip kerja yaitu
parsial. Selanjutnya pompa melakukan gerakan buang dan mengalirkan slurry. Jika
dilakukan secara siklis dan berkali-kali, maka kondisi vakum akan terbentuk di
dalam ruangan pompa. Untuk mencegah adanya gas masuk ke ruangan maka
Bahaya yang dikendalikan adalah mold yang dapat tumbuh di dalam sumtank
mengingat kondisi sumtank yang lembab dan tertutup merupakan media yang cocok
bagi pertumbuhan mold. Untuk mencegah bahaya tersebut muncul maka perlu
Slurry yang telah dialirkan oleh pompa zulzer, kemudian diberi perlakuan
pada bahan dan meningkatkan suhu pada slurry agar stabilitas juice yang dihasilkan
meningkat. Selain itu, pemanasan pada slurry dapat membuka pori-pori bahan
sehingga slurry tersebut akan mudah untuk dipres nantinya, yang berujung pada
dihasilkannya recovery juice yang lebih tinggi. Prinsip kerja dari preheater tipe
preheater tubuler terdapat 2 jalur pipa, yaitu pipa untuk aliran slurry dan pipa untuk
terjadi dari steam menuju slurry akibat adanya kontak tidak langsung tersebut
antara steam dan slurry. Suhu pemanasan yang digunakan bervariasi, mulai dari 70o
pada slurry. Seperti yang diketahui slurry dari buah nanas memiliki pH asam karena
kandungan asam organiknya. Kandungan asam organik inilah yang membuat slurry
27
dari buah nanas merupakan substrat yang baik bagi mikroba tipe asidofilik ataupun
mold yang sangat tahan terhadap asam. Oleh karena itulah dengan adanya
tersebut.
Tahap pengepresan dilakukan dengan tujuan untuk mengekstraksi juice dari dalam
tahap supaya juice yang belum sempat diekstraksi pada tahap pertama , maka dapat
terjadi proses pengerasan permukaan ampas yang menyebabkan juice semakin sulit
untuk diekstraksi. Oleh karena itu, dengan adanya pengepresan bertingkat, maka
juice yang belum sempat terekstraksi karena permukaan ampas yang telah
mengeras terlebih dahulu sebelum juice dapat keluar dari permukaan ampas, dapat
pressing. Tahapan press pertama memiliki tekanan yang paling kecil. Menurut
Novianti (1999), ekstraksi juice dari slurry lebih efisien dengan menggunakan
tekanan yang terlalu besar pada awal proses pengepresan akan mengakibatkan
dalam ampas karena sulitnya juice untuk menembus ampas. Penggunaan tekanan
secara bertahap disesuaikan dengan laju difusi juice dari bagian dalam menuju ke
permukaan bahan.
28
jumlah juice yang dikeluarkan dari dalam ampas maksimal. Waktu tersebut dapat
dilihat dari waktu pengepresan yang digunakan sampai tidak ada lagi juice yang
dapat diekstraksi oleh mesin press. Efisiensi proses pengepresan secara kualitas
dapat dilihat dari kadar air ampas pada akhir tahap pengepresan dan secara kuantitas
Proses pengepresan dimulai dengan mengalirkan slurry menuju mesin press tahap
pertama, yaitu brown finisher. Slurry dialirkan dari sumtank menuju mesin brown
finisher dengan menggunakan poma seepex. Terdapat empat buah mesin brown
finisher yaitu brown finisher 01, brown finisher 02, brown finisher 03, dan brown
finisher 04 dengan spesifikasi mesin yang sama. Tekanan yang digunakan pada
mesin press brown finisher ini antara 40-60 Psi. Pompa seepex berfungsi untuk
mengatur agar aliran masuk slurry ke mesin brown finisher 01,02,03, dan 04
seimbang. Prinsip kerja brown finisher adalah mengalirkan slurry masuk melewati
screw press yang gerakannya berlawanan arah dengan screw dari bowl sehingga
terjadi gerakan memeras yang mengeluarkan raw juice. Screw press tersebut
sebagai penyaring kotoran atau ampas yang mungkin terbawa oleh raw juice. Raw
juice yang telah dihasilkan kemudian akan keluar melalui outlet sari buah.
Sedangkan ampas akan terus didorong menuju outlet ampas dan menuju mesin
Ampas dari brown finisiher kemudian didorong oleh pompa brown menuju mesin
rietz press. Prinsip kerja dari mesin rietz press ini sama dengan prinsip kerja brown
finisher. Total mesin rietz press yang digunakan sebanyak 12 buah, yaitu rietz press
29
01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, 11, dan 12. Mesin rietz press 01, 02, 03,dan
04 merupakan mesin press tahap kedua dengan tekanan yang digunakan sebesar 80
Psi. Ampas yang dikeluarkan oleh mesin press tahap kedua kemudian masuk ke
mesin press tahap ketiga yaitu mesin rietz press 05,06,07, dan 08 dengan tekanan
yang diberikan pada ampas sebesar 100 Psi. Ampas yang dikeluarkan oleh tahap
pengepresan keempat atau tahap pengepresan akhir dipress oleh mesin rietz press
09,10,11,dan 12 dengan tekanan yang diberikan pada ampas sebesar 110-120 Psi.
Raw juice yang dihasilkan oleh masing-masing mesin press akan ditampung di
outlet juice yang terletak di bagian bawah mesin. Raw juice tersebut kemudian akan
dialirkan melalui pipa menuju collecting tank. Collecting tank yang dimiliki
tank dengan kapasitas 5000 L yang berfungsi sebagai tempat menampung raw juice
jika terjadi overload pada collecting tank. Sedangkan ampas yang dikeluarkan oleh
mesin press tahap keempat diangkut menggunakan screw conveyor menuju sillow.
Ampas tersebut nantinya akan dibawa menuju cattle feed yang akan digunakan
Proses pemisahan atau separasi pada raw juice di juice concentrate department PT
GGF adalah proses pemisahan raw juice dari kotoran dan pengurangan jumlah pulp
yang dikandung agar sesuai dengan spesifikasi. Proses separasi dilakukan sebanyak
dua kali. Tahap pertama dilakukan untuk memisahkan raw juice dari benda asing
berupa kotoran, parikel hitam, kerak, pasir, pulp kasar, dan lainnya. Proses separasi
tahap pertama dilakukan dengan menggunakan sand cyclone. Separasi tahap kedua
30
dilakukan untuk mengurangi jumlah pulp yang terkandung di dalam raw juice
sehingga sesuai dengan spesifikasi. Proses separasi tahap kedua dilakukan dengan
Sand cyclone adalah alat yang digunakan untuk memisahkan raw juice dari benda
asing berupa kotoran, partikel hitam, kerak, pasir, pulp kasar dan lainnya. Prinsip
kerja dari sand cyclone ini adalah memisahkan benda asing dari raw juice
menggunakan gaya gravitasi. Raw juice dialirkan melewati pipa menuju sand
cyclone, partikel kotoran yang memiliki berat jenis yang lebih besar daripada raw
juice kemudian akan turun ke bagian bawah sand cyclone dan mengendap.
Sedangkan raw juice yang berat jenisnya lebih rendah akan terus mengalir melewati
sand cyclone dan menuju mesin centrifuge. Kotoran-kotoran dari sand cyclone akan
dikeluarkan setiap jam dengan cara membuka keran yang terdapat di alat.
Mesin disk bowl centrifuge digunakan untuk mengatur kadar pulp raw juice dengan
cara membuang pulp yang terkandung dalam raw juice. Prinsip kerja disk bowl
centrifuge adalah umpan yang berupa raw juice dialirkan masuk ke kompartemen
bagian dasar, lalu bergerak ke atas dan memenuhi ruang antar piringan-piringan
kompartemen menjadi bagian dalam yang ditempati terutama oleh fase cair yang
lebih ringan dan bagian luar sebagai tempat fase cair yang lebih berat. Padatan
pengaturan waktu pengeluaran atau dorongan yang disebut sludging time (waktu
Bahaya yang dikendalikan dalam tahap separasi ini adalah adanya benda asing
seperti potongan metal berupa baut ,pisau, potongan screen. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengawasan oleh operator produksi untuk mencegah adanya bahaya yang
Raw Juice yang berasal dari centrifuge kemudian dialirkan menuju holding tank
concentrate department PT GGF memiliki tiga buah holding tank, yaitu holding
tank 01, holding tank 02, dan holding tank 03 dengan kapasitas tangki masing-
masing sebesar 50.000 L dengan suhu 55o-75o C. Akan tetapi, tangki yang
digunakan sebagai tempat menampung raw juice hanya holding tank 01 dan 02 saja,
berasal dari tahap evaporasi yang dapat digunakan sebagai air pencucian alat. Pada
holding tank terdapat agitator yang berfungsi agar raw juice tetap homogen dan
tidak ada padatan yang mengendap. Kecepatan agitator diatur oleh operator
produksi sedemikian rupa sehingga tidak ada padatan yang mengendap di bagian
Penampungan raw juice pada holding tank ini berfungsi untuk menjaga kestabilan
raw juice. Selain itu, penampungan raw juice pada holding tank ini juga berfungsi
agar raw juice secara terus-menerus tersedia selama proses evaporasi berlangsung
sehingga proses evaporasi tidak terputus dan proses evaporasi dapat berlangsung
lebih efisien. Jika proses evaporasi terputus akan mengakibatkan banyak juice yang
32
terbuang bersama air pada saat pencucian dan adanya sirkulasi air dan udara yang
sebagaian pelarutnya. Pelarut yang ditemui dalam sebagian besar sistem larutan
adalah air. Umumnya, dalam evaporasi, larutan pekat merupakan produk yang
sebagian besar kandungan air bahan maka dapat membuat masa simpan produk
menjadi lebih lama. Hal ini dikarenakan, air merupakan media yang dibutuhkan
Raw juice yang ada di dalam holding tank kemudian dialirkan menuju balanced
tank APV. Raw juice dari balanced tank kemudian dialirkan melalui pipa untuk
melewati strainer sebelum masuk ke mesin evaporator APV. Strainer ini berfungsi
untuk menyaring kotoran berupa logam, pasir, dan lain-lain yang mungkin masih
terdapat pada raw juice. Raw juice yang telah melewati strainer kemudian masuk
ke dalam preheater dengan suhu 106o C yang berfungsi untuk pemanasan awal
bahan. Pemanasan awal bahan berfungsi untuk membunuh mikroba patogen dan
mikroba pembusuk, karena sebagian mikroba patogen dan mikroba pembusuk tidak
tahan terhadap suhu pemanasan tinggi. Selain itu proses pemanasan ini juga
Sifat jus nanas yang sensitif terhadap pemanasan pada suhu tinggi menyebabkan
harus dipilihnya jenis proses penguapan atau evaporasi yang paling efektif, yaitu
yang sensitif terhadap suhu tinggi, titik didih cairan atau pelarut harus diturunkan
lebih rendah dari titik didih pada kondisi normal. Menurunkan titik didih pelarut
atau cairan dilakukan dengan cara menurunkan tekanan di atas permukaan cairan
menjadi lebih rendah dari tekanan atmosfer atau yang disebut vakum. Penggunaan
evaporator ini selain untuk menghindari reaksi browning berlebih juga untuk
menghindari adanya kerusakan parah pada kandungan asam askorbat atau prekursor
tidak tahan pada suhu tinggi. Selain itu, dengan penggunaan sistem vakuum pada
evaporator maka suhu pada tahap evaporasi dapat diturunkan sehingga jumlah
Menurut Tressler dan Joslyn (1961), nilai pH sebagian besar sari buah berkisar
antara 3,0 dan 4,0. pH asam dari jus nenas ini diduga karena masih mengandung
asam askorbat yaitu prekursor vitamin C dan menurut Kusuma dkk. (2007),
pemanasan asam askorbat atau L-ascorbid acid pada suhu tinggi dapat
dengan kecepatan yang sebanding dengan kenaikan suhu. Larutan asam askorbat
yang telah mengalami proses browning dapat dilihat dari warna larutannya yang
coklat juga disebabkan oleh reaksi Maillard yaitu reaksi antara gula reduksi (gugus
karbonil) dalam jus nanas dengan protein (gugus amino) yang membentuk
effect 3, calandria 1, calandria 2, effect 4A dan 4B, dan effect 5A dan 5B. Pada saat
pengamatan di pabrik, suhu evaporasi yang digunakan pada effect 3 adalah 66,9oC
dengan tekanan yang digunakan sebesar 2-7 In.Hg , calandria 1 menggunakan suhu
88,2o C dengan tekanan sebesar 8-12 In.Hg, calandria 2 menggunakan suhu 89,4o
menggunakan suhu sebesar 68o C dengan tekanan sebesar 20-25 In.Hg. Penggunaan
suhu evaporator tahap pertama, yaitu effect 3 lebih rendah dibandingkan dengan
evaporator dengan suhu yang tinggi maka bisa dipastikan warna PJC yang terbetuk
akan coklat.
evaporator pelat datar. Prinsip kerja effect 3 ini adalah raw juice nanas dilewatkan
pada salah satu sisi dari pelat datar, sementara media pemanas melewati sisi yang
lainnya. Penguapan dapat terjadi pada bagian pelat datar atau pada ruangan pemisah
yang letaknya di bagian luar. Menurut Heldman et al. (1992), keuntungan tipe
evaporator pelat datar adalah operasinya mudah dan fleksibel, laju pindah panas
yang baik, waktu kontak yang singkat untuk produk yang sensitif terhadap panas
35
dan produk yang lengket berkurang dengan cara mempertahankan aliran fluida
yang tinggi.
Konsentrat yang keluar dari effect 3 kemudian masuk ke dalam unit separator. Di
dalam unit separator ini terjadi pemisahan konsentrat dengan uap air yang masih
perbedaan berat jenis keduanya. Setelah melalui unit separator, konsentrat dialirkan
suhunya adalah 110o C. Fungsi pasteurisasi ini adalah untuk membunuh mikroba
Heldman et al. (1992), kalandria atau evaporator pipa pendek memiliki prinsip kerja
yaitu menggunakan uap air sebagai sumber panas. Uap air tersebut berada di rumah
penukar panas yang dilengkapi dengan pipa-pipa pendek yang disusun secara
oleh fluida yang kemudian mendidih dan uap naik untuk selanjutnya dipisahkan.
Evaporator tipe ini dioperasikan dengan sistem aliran konveksi alami atau dengan
perbedaan bobot jenis antara fluida panas yang bergerak ke atas dengan fluida yang
lebih dingin yang bergerak ke bawah. Konsentrat kemudian dialirkan menuju mesin
tahap evaporasi pada mesin effect 4A dan 4B dan tahap evaporasi terakhir terjadi
pada effect 5A dan 5B. Lalu produk konsentrat akan dialirkan menuju finisher
36
evaporator APVdan suhu output produk yang keluar adalah 51,1 o C. Air kondensat
dari proses evaporasi tidak dibuang melainkan ditampung di holding tank 3 untuk
finisher evaporator APV agar sesuai dengan spesifikasi produk. Terdapat 4 buah
blending tank untuk produk PJC, yaitu blending tank A, B, C, dan D. Kapasitas
blending tank A, B, dan C adalah 8500 L dan D 13500 L dengan suhu tangki yang
Blending tank memiliki agitator di dalamnya yang berfungsi sebagai alat pengaduk
sedemikian rupa oleh operator agar produk konsentrat dapat tercampur merata
tanpa menimbulkan busa selama pengadukan. Action limit dari holding time
blending tank adalah 5 jam, sedangkan critical limit nya adalah 6 jam. Tahap
pengisian konsentrat pada blending tank dibagi menjadi 4 tahap, yaitu volume
tangki ¼ penuh, ½ penuh, ¾ penuh, dan tangki penuh. Rentang volume blending
tetapi hanya mematikan kuman yang patogen dan yang tidak membentuk spora.
Proses ini sering diikuti teknik lain seperti pendinginan untuk memperpanjang masa
simpan. Metode pendinginan pada suhu maksimal 10oC dapat memperpanjang daya
simpan karena mikroba pembusuk tidak dapat tumbuh dan berkembang pada suhu
3-10oC (Setya, 2012). Teknik pasteurisasi yang digunakan adalah metode High
Juice concentrete departement PT GGF memiliki 2 buah mesin UHT, yaitu UHT
01 dan UHT 02. Sebelum digunakan, mesin UHT disterilisasi terlebih dahulu
memiliki kapasitas 4000 L/h dan mesin UHT 02 memiliki kapasitas 6000 L/h. Di
31-38 o C. Setelah itu konsentrat akan mengalir melewati pipa untuk didinginkan
o
dengan menggunakan chilled water dengan suhu 4-5 C. Teknik pendinginan
setelah tahap pasteurisasi juga berfungsi untuk menurunkan suhu produk sebelum
dikemas. Karena jika produk PJC dikemas pada suhu tinggi maka akan
38
melewati mesin UHT melewati jalur pipa khusus tersendiri yang berbeda dari jalur
drum ataupun bin sesuai dengan berat yang telah ditetapkan untuk masing-masing
level brix konsentrat setiap pembeli. Pada saat pengamatan di pabrik yang sedang
spesifikasi berat bersih produk PJC berdasarkan level brix untuk setiap drum pada
Perbedaan mesin scholle filler 1 dan 2 terletak pada kapasitas dan kemampuannya.
Kapasitas scholle filler 1 adalah 6 ton/h dan scholle filler 2 adalah 8 ton/h.
Kemudian, scholle filler 1 dapat digunakan untuk pengisian produk PJC pada
kemasan bin, sedangkan scholle filler 2 tidak dapat melakukan pengisian produk ke
kemasan bin. Sebelum dilakukan proses filling, pipa chamber pada mesin scholle
filler terlebih dahulu diflushing menggunakan steam pada suhu 250oF selama 30
menit. Laju alir pengisian produk pada mesin scholle filler (Q-filling) sebelumnya
Pada pengisian produk aseptic PJC ke dalam aseptic bag, spout clamp dimasukkan
ke dalam filling chamber dan secara otomatis capper yang terdapat di dalam ruang
chamber terbuka dan mengarahkannya menuju filling head. Ruangan chamber set
filling harus berada pada kondisi panas yang diciptakan menggunakan steam
dengan suhu sekitar 150-275o F. Pada suhu 150 o F kondisi aseptik dan anaerobik
tidak dapat terjamin. Oleh karena itu dilakukan penyemprotan larutan klorin (untuk
memusnahkan mikroba dan menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada produk
yang dikemas) dan gas nitrogen (untuk mengusir udara/oksigen) pada saat produk
dikemas. Sedangkan pada suhu 275o F, kondisi aseptik dan anaerobik dapat
40
terjamin. Setelah proses filling selesai, aliran produk PJC dari filling head secara
otomatis berhenti, capper kemudian memasang kembali cap pada spout clamp dan
aseptic bag dilepaskan secara otomatis. Sisa-sisa uap air steam yang berada di
sekitar spout clamp dilap sampai kering dan dilakukan pelabelan pada tutup aseptic
Sedangkan pada produk non-aseptic PJC tidak digunakan aseptic bag melainkan
hanya plastik partisi yang tidak menggunakan spout clamp. Plastik partisi yang
kemasan sesuai dengan laju alir yang diinginkan yang diatur dengan menggunakan
rapat.
Kemudian plastik partisi yang melapisi aseptic bag pada produk aseptic PJC
ataupun plastik partisi pada produk non-aseptic PJC ditutup rapat. Sebelum drum
ditutup rapat, plastik dan aseptic bag disemprot menggunakan larutan benzoat
untuk mencegah tumbuhnya jamur. Kemudian dilakukan penutupan pada drum dan
drum tersebut diangkut menggunakan forklift untuk disusun di atas pallet yang telah
3.2.11 Penggudangan
Produk-produk PJC yang telah dikemas kemudian disimpan pada frozen room.
o
Suhu yang digunakan pada frozen room adalah -15 sampai (-20)o C dengan
o
kapasitas ruangan 122 FCL. Suhu kritis dari frozen room adalah -5 C .
dari spesifikasi mutu produk. Penyimpanan dalam gudang diatur berdasarkan brix
dari konsentrat tersebut dan mencacat letak produk pada saat disimpan di dalam
tersebut hendak dikirim. Proses penggudangan pada frozen room juga bertujuan
untuk menunggu analisa mikrobiologi dari produk keluar, karena seperti yang
analisanya.
3.2.12 Stuffing
dengan instruksi pengapalan, data produksi harian, serta hasil analisa mikrobiologi
dari produk. Pengawas mutu melakukan pemeriksaan fisik barang yang akan
produk, nomor invoice, nomor kontrak, tanggal produksi, nomor batch, kode drum,
nomor segel, spesifikasi brix, B/A ratio, pulp, dan warna. Sebelum diangkut ke
dalam kontainer, para pengawas memeriksa keadaan drum yang keluar dari frozen
room meliputi pengecekan keadaan aseptic bag ataupun plastik partisi, tag
dalam/luar,serta kondisi drum. Jika sudah dianggap baik, barulah drum disegel
dengan menggunakan segel berwarna kuning berbentuk screw, dan kemudian drum
PJC ditempeli barcode. Kemudian dilakukan juga inspeksi stuffing dan peti kemas
yang meliputi nomor sales order, buyer, jenis produk, jumlah drum/FCL, nomor
42
kontainer. Jika sudah memenuhi persyaratan untuk bisa dikirim, maka drum
barang kemudian diberikan surat jalan serta segel dari kontainer yang dikirimkan,
3.3 Proses Quality Control pada Produksi Pineapple Juice Concentrate (PJC)
inspeksi pada setiap mata rantai proses produksi dimulai dari penerimaan bahan,
proses pengolahan dan produk akhir. Dalam inspeksi pengendalian mutu selama
ditentukan; (3) Menahan produk sampai inspeksi dan uji yang disyaratkan telah
selesai; (4) Mengidentifikasi produk yang tidak sesuai; dan (5) Mencatat dan
inspeksi dan pengujian produk akhir, rencana mutu atau prosedur yang
bahwa semua inspeksi dan pengujian yang ditentukan baik pada penerimaan bahan
43
maupun bahan selama proses harus telah dilaksanakan dan datanya memenuhi
quality control di departemen lain, yaitu tidak dapat menghentikan proses produksi
jika terdapat penyimpangan pada hasil analisis. Hal ini dikarenakan bahan baku PJC
yang berasal dari bagian nanas yang tidak digunakan oleh cannery department
membuat proses produksi PJC harus berjalan seefektif dan seefisien mungkin untuk
menghasilkan jumlah recovery produk yang tinggi tanpa ada bahan baku yang
terbuang. Oleh karena itu, jikapun ada penyimpangan terhadap spesifikasi produk,
maka bagian quality control hanya dapat melaporkannya kepada operator produksi
agar dapat segera dilakukan perbaikan tanpa bisa menghentikan proses produksi
yang sedang berjalan. Pengendalian mutu atau quality control yang dilakukan oleh
inspeksi raw juice, inspeksi evaporasi dan blending PJC, inspeksi filling, inspeksi
stuffing dan peti kemas, serta inspeksi penanganan produk hold apabila terjadi
Inspeksi raw juice dilakukan pada tahap separasi dan pada tahap holding raw juice.
Inspeksi ini bertujuan untuk memastikan bahwa kondisi raw juice sesuai dengan
mutu dan hasil analisis dapat digunakan sebagai data untuk traceability produk
44
apabila terjadi penyimpangan pada produk akhir. Inspeksi raw juice dilakukan oleh
Peralatan Inspeksi
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan inspeksi raw juice adalah beaker glass
500 mL, refraktometer abbe, centrifuge, dan kotak defect, pH meter, buret digital,
Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian raw juice di mesin separator dilakukan sebanyak dua kali yaitu
pada saat raw juice masuk ke mesin separator (raw juice in) dan pada saat raw juice
Pada proses inspeksi raw juice in, sampel diambil pada saat raw juice akan masuk
ke mesin separator. Sampel diambil dengan cara membuka keran yang sudah
tersedia di mesin separator untuk pengambilan sampel, kemudian sampel raw juice
raw juice out, sampel diambil pada saat di tengah waktu proses sludging. Jadi, jika
waktu sludging selama 200 detik, maka sampel diambil pada waktu sludging ke 100
detik. Sampel diambil dengan cara membuka keran yang terdapat pada mesin
separator
Pada proses inspeksi raw juice pada holding tank, sampel raw juice mulai diambil
1 jam setelah proses dimulainya pembuatan konsentrat setelah itu sampel diambil
secara berkala setiap jam ataupun bila dikehendaki dapat juga mengambil sampel
apabila terjadi kerusakan. Sampel raw juice diambil melalui keran yang terdapat di
45
bagian bawah holding tank sebanyak 500 mL. Sampel dimasukkan ke dalam beaker
glass.
Analisa fisik dan kimia yang dilakukan untuk sampel raw juice dari mesin separator
adalah analisa brix, pulp in dan out, defect mayor dan minor, serta suhu preheater.
Kemudian analisa fisik dan kimia yang dilakukan pada sampel raw juice holding
tank meliputi analisa brix, acidity, B/A ratio, pH, pulp, defect, warna, dan
kandungan nitrat.
-Analisa Brix
Analisa brix pada raw juice out dari mesin separator dan holding tank dilakukan
mengetahui jumlah padatan terlarut dalam sampel. Analisa harus dilakukan segera
setelah sampel diambil. Bagian prisma refraktometer tempat menaruh sampel harus
tissue sampai bersih dan kering. Kemudian, sampel raw juice ditaruh di atas prisma
uji menggunakan spatula. Harus diperhatikan jangan sampai spatula mengenai kaca
prisma. Nilai brix pada sampel dapat diketahui dengan cara melihat angka yang
ditunjukkan pada saat warna gelap dan warna terang berada pada titik tengah optical
field.
Nilai brix yang terbaca di alat refraktometer tersebut dicatat. Akan tetapi, nilai brix
yang ditulis di form inspeksi raw juice adalah nilai brix koreksi. Nilai brix diukur
46
sebagai derajat brix (oBx). Nilai brix koreksi raw juice dihitung menggunakan
rumus :
- Analisa Pulp
Analisa pulp pada sampel raw juice dari separator dilakukan dengan cara
memasukkan sampel raw juice in dan raw juice out sebanyak 10 mL ke dalam
tabung centrifuge. Masing-masing sampel baik sampel raw juice in maupun raw
juice out dimasukkan ke dalam dua buah tabung centrifuge. Begitupun dengan
sampel raw juice dari holding tank, sebanyak 10 mL sampel raw juice dari holding
selama tiga menit dengan kecepatan 1500 rpm. Setelah proses sentrifugasi selesai,
maka partikel pulp yang memiliki berat jenis yang lebih besar akan mengendap di
bagian bawah tabung. Tinggi endapan tersebut kemudian diukur dalam bentuk mL.
Nilai pulp untuk sampel raw juice dihitung dengan menggunakan rumus:
raw juice, nilai pulp juga digunakan untuk mengetahui efesiensi kerja alat
Analisa defect dilakukan untuk melihat adanya kotoran yang ada di dalam bahan,
berupa partikel hitam, kerak, pulp kasar, pasir, dan kotoran lainnya.Analisa defect
47
berfungsi untuk melihat efisiensi kerja sand cyclone dan juga mesin separator.
Sampel raw juice out dan raw juice dari holding tank sebanyak 500 mL dimasukkan
ke dalam beaker glass. Kemudian sampel tersebut diletakkan di dalam kotak defect
selama 15 menit. Kotak defect tersebut dilengkapi dengan lampu neon putih yang
Setelah 15 menit maka partikel defect akan mengendap di permukaan bawah beaker
glass. Defect yang mengendap tersebut kemudian dihitung secara manual. Partikel
defect yang termasuk partikel defect minor adalah yang memiliki ukuran <1 mm,
sedangkan yang termasuk partikel defect mayor adalah partikel yang memiliki
ukuran ≥1 mm.
-Analisa Acidity
Analisa acidity digunakan unuk mengetahui nilai total asam organik di dalam
sampel raw juice. Sampel raw juice dari holding tank ditimbang menggunakan
neraca analitik. Sebelumnya, beaker glass 250 mL telah ditera pada neraca analitik,
sampel raw juice kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah ditera
stirrer. Sampel terus diaduk supaya sampel tetap homogen. Sampel dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N sampai sampel memiliki pH 8,1-8,3. Volume larutan NaOH
0,1 N yang digunakan untuk titrasi kemudian dicatat dan dicari nilai total asam atau
VNaOH ×0,64
Acidity (%)=
massasampel
48
Analisa B/A ratio tidak memerlukan alat pengujian, melainkan hanya digunakan
metode menghitung dengan cara membagi nilai brix koreksi dengan nilai acidity
-Analisa pH
meter menunjukkan nilai pH yang konstan. Dicatat nilai pH tersebut ke dalam form
-Analisa Warna
Analisa warna pada sampel raw juice dari holding tank menggunakan dua macam
ditaruh di dalam wadah sampel. Wadah sampel tersebut kemudian ditaruh di atas
hunterlab untuk mengetahui nilai L,a,b sampel. Kemudian untuk mengetahui nilai
o
A (warna kuning / Yellow), maka digunakan Agtron spectrophotometer.
49
Inspeksi selama proses evaporasi dan blending PJC bertujuan untuk menginspeksi
dan mengontrol kualitas juice concentrate selama proses evaporasi dan blending
dan hasil analisis dapat digunakan sebagai data untuk traceability produk apabila
terjadi penyimpangan pada produk akhir. Inspeksi dilakukan oleh pelaksana quality
Peralatan Inspeksi
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan inspeksi pada proses evaporasi dan
blending PJC adalah beaker glass 500 mL, refraktometer abbe, centrifuge, neraca
hunterlab.
Prosedur Pengujian
Pada prosedur pengujian konsentrat tahap evaporasi, sampel diambil dari finisher
menit setelah juice masuk ke dalam mesin evaporator, setelah itu sampel diambil
secara berkala setiap jam sekali. Pengambilan sampel dari blending tank dilakukan
pada volume tangki ¼ penuh, ½ penuh, ¾ penuh, dan tangki penuh dengan
Tabel 4. Waktu pengadukan pada blending tank untuk inspeksi blending PJC
¾ penuh 6000-7000 15
Tangki penuh 7000-8000 15
¼ penuh 7800-5000 10
½ penuh 6800-8500 10
D
¾ penuh 11500-12500 10
Tangki penuh 13000 10
Sumber: PT Great Giant Food (2016).
Waktu pengadukan dihitung mulai dari berhentinya produk PJC yang masuk ke
tangki blending PJC dari finisher evaporator APV. Selama proses pengadukan
Analisa fisik dan kimia yang dilakukan untuk sampel konsentrat dari finisher
evaporator APV dan sampel PJC dari blending tank meliputi brix, acidity, B/A
ratio, pH, pulp, defect (mayor/minor), serta warna (L,a,b,o A). Pada sampel PJC
dari blending tank terdapat analisa tambahan berupa analisa sensori meliputi aroma
dan rasa.
-Analisa Brix
Analisa brix sampel dari finisher evaporator APV dan blending tank dilakukan
sampel diambil dan dilakukan tanpa pengenceran. Prinsip kerja analisa brix yang
Nilai brix yang terbaca di alat refraktometer tersebut dicatat. Akan tetapi, nilai brix
yang ditulis di form inspeksi evaporator dan blending PJC adalah nilai brix koreksi.
Nilai brix dinyatakan dalam derajat brix (oBx) dan dihitung dengan menggunakan
rumus:
51
Faktor koreksi diperoleh dari konversi nilai acidity sampel yang sedang diuji. Di
- Analisa Pulp
Sampel konsentrat dari finisher evaporator APV dan blending tank harus
analisa pulp. Proses pengencerannya adalah sebanyak 12,8 gram sampel ditimbang
yang terbaca pada refraktometer abbe. Jika terjadi kelebihan penimbangan, yaitu
massa sampel lebih dari 12,8 gram, jumlah aquades yang ditambahkan mengikuti
rumus:
Sampel disentrifugasi selama tiga menit dengan kecepatan 1500 rpm. Setelah
proses sentrifugasi selesai, maka partikel pulp yang memiliki berat jenis yang lebih
besar akan mengendap di bagian bawah tabung. Tinggi endapan tersebut kemudian
diukur dalam bentuk mL. Nilai pulp sampel dihitung menggunakan rumus:
Analisa defect dilakukan untuk melihat adanya kotoran yang ada di dalam sampel.
Sampel diletakkan di dalam kotak defect selama 15 menit. Kotak defect tersebut
dilengkapi dengan lampu neon putih yang terang untuk memudahkan pelaksana
tersebut kemudian dihitung secara manual. Partikel defect yang termasuk partikel
defect minor adalah yang memiliki ukuran <1 mm, sedangkan yang termasuk
Pada analisa sampel dari blending tank, jika terdapat defect mayor pada inspeksi
sampel di volume blending tank ¼ penuh, maka dilakukan analisa defect dengan
jumlah sampel lebih banyak sesuai aturan yang dapat dilihat pada Tabel 5
-Analisa Acidity
Sampel konsentrat dari finisher evaporator APV dan blending tank harus
Sampel dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai memiliki pH 8,1-8,3. Selama
sampel dititrasi, sampel diaduk menggunakan magnetic stirrer supaya sampel tetap
homogen. Volume larutan NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi kemudian
dicatat dan dicari nilai total asam atau acidity dari sampel tersebut dengan
menggunakan rumus:
VNaOH ×0,64
Acidity (%)=
massasampel
Analisa B/A ratio tidak memerlukan alat pengujian, melainkan hanya digunakan
metode menghitung dengan cara membagi nilai brix koreksi dengan nilai acidity
-Analisa pH
yang sama yang dilakukan pada pengenceran sampel untuk analisa pulp. Sampel
meter menunjukkan nilai pH yang konstan. Dicatat nilai pH tersebut ke dalam form
inspeksi.
-Analisa warna
Analisa warna pada sampel dilakukan menggunakan dua macam alat, yaitu agtron
wadah sampel. Wadah sampel tersebut kemudian ditaruh di atas hunterlab untuk
o
mengetahui nilai L,a,b sampel. Kemudian untuk mengetahui nilai A (warna
-Analisa Sensori
Pengujian sensori dilakukan pada sampel PJC dari blending tank meliputi pengujian
aroma dan rasa. Pengujian dilakukan pada sampel yang telah diencerkan pada 12,5-
untuk analisa pulp dan pH. Kemudian hasil pengujian sensori dicatat di dalam form
2. Dicatat tidak “Normal” apabila aroma dan rasa menyimpang seperti alkoholik,
Bila terdapat penyimpangan pada hasil analisa terhadap spesifikasi dari konsumen,
alat evaporator. Apabila ada penyimpangan pada produk akhir spesifikasi dari
konsumen, maka produk dapat dialihkan untuk pembeli lain atau dilakukan proses
55
reblending. Terutama untuk sampel PJC dari blending tank, apabila terdapat
penyimpangan serius meliputi defect, hasil pengujian sensori tidak normal, atau
filling dan hasil analisa dapat digunakan sebagai data untuk traceability produk
Pada inspeksi filling, setelah ada kepastian bahwa hasil analisa blending telah sesuai
dengan spesifikasi dari konsumen, maka dilakukan inspeksi pada sampel yang telah
melewati mesin UHT untuk diperiksa brix, defect, dan warna. Apabila hasil analisa
ternyata tidak sesuai dengan spesifikasi dari konsumen, maka segera informasikan
batch, dilakukan inspeksi lagi terhadap sampel yang melewati mesin UHT,
terutama parameter brix dan warna. Bila terjadi penyimpangan melebihi 0,5 point,
maka beri keterangan di form inspeksi blending PJC bahwa telah terjadi perubahan
Pada saat filling diamati net weight (berat bersih) setiap drum/karton/bin dan di
catat kode drum atau bin yang digunakan untuk mengemas produk PJC tersebut.
Dicatat pula Q filling dan temperatur produk di holding tube setelah chilling dan
temperature chamber filler. Volume produk PJC yang difilling pun dicatat. volume
Sedangkan untuk mencari total volume konsentrat yang difilling, maka dihitung
Berat jenis konsentrat diperoleh dari hasil konversi brix produk konsentrat menjadi
berat jenis. Pelaksana inspeksi tidak perlu melakukan perhitungan karena sudah
terdapat tabel hasil konversi brix produk konsentrat menjadi berat jenis di
laboratorium QC concentrate.
Pelaksana inspeksi juga melakukan pengamatan secara visual pada proses filling
yang meliputi kualitas penutupan cap pada bag hasil filling, kondisi drum yang
dipakai (tutup, lockring, dan body). Dilakukan pula analisis kebersihan, kerusakan
bahan baku yang akan digunakan untuk pembuatan media nanas kaleng dan
menginspeksi preparasi media yang akan digunakan untuk media nanas kaleng agar
Pada prosedur inspeksi bahan baku media, data raw juice dapat dilihat dari laporan
inspeksi raw juice. Kemudian dilakukan pengujian organoleptik pada raw juice
yang akan digunakan sebagai bahan baku media meliputi pengujian aroma,
penampakan, dan rasa. Pada pergantian shift, periksa suhu dari stock media. Apabila
tidak sesuai, turunkan juice ke tangki preparasi untuk diproses sesuai dengan
spesifikasi yang ada. Apabila bahan baku berasal dari reprocess pineaplle
Pada inspeksi preparasi media, ambil sampel media dan lakukan analisa brix,
acidity, B/A ratio, defect dan penampakan warna media serta aromanya. Untuk
acidity menggunakan titrasi asam dan basa menggunakan buret. Titrasi dilakukan
pada 5 mL sampel media yang telah ditetesi 1 tetes indikator PP dengan larutan
NaOH 0,1 N. Volume NaOH tersebut kemudian digunakan untuk menghitung nilai
acidity dari sampel. B/A ratio dihitung dengan membagi antara nilai brix dengan
nilai acidity sampel. Khusus pengujian aroma dan penampakan warna sampel
media dapat dilakukan secara visual. Akan tetapi, apabila jika ditemukan warna
Diperiksa apakah data hasil analisis telah sesuai dengan spesifikasi yang
asam sitratt, larutan gula, raw juice, atau mill juice. Periksa dan pastikan media
telah dipanaskan pada suhu 70-85oC, dan apabila terjadi penyimpangan segera
Foto sampel yang diuji serta hasil analisisnya pada tahap inspeksi raw juice,
Tabel 6. Foto sampel uji serta hasil analisisnya pada tahap inspeksi raw juice,
inspeksi evaporasi dan blending PJC
-Brix : 11,5 0Bx -Brix : 9,79 0Bx -Brix : 64,54 0Bx -Brix : 65,62 0Bx
-Pulp in : 22% -Pulp :10% -Pulp :12% -Pulp :10,5%
-Pulp out : 5% -pH : 3,84 -pH : 3,68 -pH : 3,77
-Defect : 0/19 -Acidity : 0,43% -Acidity : 2,84% -Acidity : 2,67%
Suhu Preheater : -Rasio B/A : 22,77 -Rasio B/A : -Rasio B/A :
90 0C -Defect : 0/18 22,73 24,58
-Colour : -Defect : 0/22 -Defect : 0/21
L : 50,62 -Colour : -Colour :
a : 4,65 L : 35,11 L : 36,65
b : 21,35 a : 4,97 a : 4,46
59
o
A : 85,7 b : 19,55 b : 20,77
o o
A : 54,0 A : 57,9
Sumber: PT Great Giant Food (2016).
Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gram) setiap 100 gram larutan.
Brix adalah zat padat kering yang terlarut dalam suatu larutan yang dapat dihitung
sebagai sukrosa. Brix juga dapat didefinisikan sebagai prosentase massa sukrosa
yang terkandung di dalam massa larutan sukrosa. Sedangkan massa larutan sukrosa
adalah massa sukrosa yang ditambah dengan massa pelarutnya Karena dihitung
sebagai sukrosa yang merupakan jenis disakarida (gula) makanya dianggap sebagai
cahaya ketika melewati suatu larutan untuk mengetahui jumlah zat terlarut dalam
ditransmisikan oleh serat optik ke salah satu sisi prisma dan secara internal akan
dipantulkan ke interface prisma dan sampel. Bagian cahaya ini akan dipantulkan
kembali ke sisi yang berlawanan pada sudut tertentu, tergantung dari indeks bias
sampel. Indeks bias dari sampel bergantung pada kerapatan medium yang juga
Nilai brix pada sampel raw juice out adalah 11,5oBx dan nilai brix raw juice di
holding tank adalah 9,79 0Bx. Penurunan nilai brix raw juice tersebut dikarenakan
raw juice di holding tank merupakan campuran raw juice out yang dihasilkan dari
60
mesin separator. Karena raw juice out yang dihasilkan oleh mesin separator
maka raw juice pada holding tank bisa memiliki nilai brix yang lebih rendah atau
lebih tinggi dibandingkan dengan raw juice yang baru dikeluarkan dari mesin
separator.
Nilai brix pada sampel finisher evaporator APV adalah 64,54 0Bx dan pada sampel
blending tank sebesar 65,620Bx, jauh lebih besar dibandingkan nilai brix pada
sampel raw juice dari mesin separator dan holding tank. Peningkatan nilai brix ini
jumlah kandungan air pada bahan, sehingga konsentrasi zat terlarut meningkat.
Menurut Hidayanto, dkk. (2010), semakin besar konsentrasi zat terlarut sampel,
maka semakin besar pula jumlah molekul dan atomnya yang berinteraksi dengan
datang semakin besar. Hal ini berarti bahwa laju cahaya semakin kecil seiring
Pada saat melakukan analisa brix, pelaksana inspeksi harus segera menganalisis
sampel supaya tidak terjadi penurunan suhu sampel. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi suhu sampel maka nilai indeks biasnya akan semakin besar dan perolehan
nilai brix nya juga akan semakin tinggi. Apabila suhu meningkat, maka molekul-
molekul yang ada pada medium sampel menjadi lebih sering melakukan pergerakan
Jadi, semakin lama sampel dianalisa maka suhunya dapat menurun dan perolehan
Penyimpangan pada nilai brix dapat terjadi pada saat proses produksi PJC.
Penyimpangan nilai brix yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesifikasi pada
raw juice nanas dapat disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang terlalu
matang. Bahan baku yang terlalu matang mengandung gula yang yang lebih tinggi
yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai brix pada raw juice nanas. Nilai brix
raw juice nanas juga dapat lebih rendah dari spesifikasi disebabkan oleh adanya
kebocoran pada alat sehingga menyebabkan adanya air yang tercampur pada raw
nilai brix pada raw juice nanas adalah dengan menginformasikan ke bagian raw
material cannery mengenai penggunaan bahan baku yang terlalu matang dan ke
alat. Tindakan perbaikan penyimpangan nilai brix pada tahap blending PJC dapat
mesin evaporator. Tindakan perbaikan penyimpangan nilai brix pada produk akhir
Pulp merupakan padatan tersuspensi yang terdapat di dalam sari buah. Jus nanas
asli biasanya berwarna kuning pucat, keruh, dan ada endapan. Pulp tersebut yang
untuk menghilangkan sisa pulp dari sari buah dengan cara penyaringan (filtrasi),
pengendapan, atau sentrifugasi. Sari buah yang tidak dimurnikan akan berakibat
62
terjadinya pengendapan partikel-partikel pulp setelah sari buah dibotolkan, hal ini
Nilai pulp in dari raw juice adalah 22% sedangkan pulp out nya adalah 5%.
Penurunan nilai pulp ini disebabkan telah dilakukannya proses sentrifugasi pada
raw juice, dengan proses sentrifugasi maka pulp dari raw juice dibuang sehingga
kandungan pulp nya menurun sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Nilai pulp
dari holding tank mengalami peningkatan dari nilai pulp out raw juice yang keluar
dari mesin separator. Hal ini dikarenakan terjadi pencampuran raw juice di holding
tank agar raw juice yang akan masuk ke tahap evaporasi sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan, sehingga akan terjadi perubahan nilai pulp. Nilai pulp dari
sampel holding tank, finisher evaporator APV, dan blending tank tidak banyak
mengalami perubahan karena tidak ada proses klarifikasi lagi setelah melewati
mesin separator
produksi agar dilakukan tindakan pengaturan waktu sludging pada mesin separator.
pH merupakan skala yang menunjukkan kadar hidrogen yang terlarut dalam larutan.
pH digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh
suatu zat, larutan atau benda. Menurut Tressler dan Joslyn (1961), nilai pH sebagian
besar sari buah berkisar antara 3,0 dan 4,0. Berdasarkan hasil analisa sampel dari
63
holding tank, finisher evaporator APV, dan blending tank diperoleh nilai pH secara
pH jus nanas yang dihasilkan seluruhnya menunjukkan pH asam. Hal ini diduga
bahwa jus yang berbahan baku nanas bersifat asam karena masih mengandung asam
askorbat yaitu prekursor vitamin C. Sari buah biasanya memiliki pH rendah karena
kaya akan asam organik. Kandungan asam organik inilah yang membuat sari buah
merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan jamur dan yeast yang sangat
tahan terhadap asam (Kusuma, dkk., 2007). Sehingga perlu dilakukan upaya untuk
pada nilai pH maka segera informasikan ke bagian operator produksi untuk dapat
(BTP) ke dalam produk konsentrat agar nilai pH sesuai dengan spesifikasi yang
tealh ditentukan.
Sari buah nanas kaya akan kandungan asam organik berupa asam askorbat yang
merupakan prekursor vitamin C. Nilai acidity dari sampel raw juice holding tank
adalah 0,43%, sedangkan nilai acidity sampel dari finisher evaporator APV dan
sehingga nilai acidity nya naik. Tetapi sebenarnya jika kita membagi dengan
volume awal bahan maka telah terjadi penurunan total asam di dalam bahan akibat
keadaan vakuum. Oleh sebab itulah, sampel yang telah mengalami proses evaporasi
memiliki nilai acidity yang lebih besar dibandingkan dengan sampel raw juice dari
holding tank. Jika terjadi penyimpangan nilai acidity sampel dari spesifikasi maka
konsentrat agar nilai acidity sesuai dengan spesifikasi yang tealh ditentukan.
Berdasarkan hasil analisa sampel dari raw juice out, holding tank, finisher
evaporator APV, dan blending tank diperoleh nilai defect secara berturut-turut yaitu
0/19, 0/18, 0/22, dan 0/21. Nilai defect pada sampel raw juice out, holding tank,
finisher evaporator APV, dan blending tank tidak memiliki perbedaan yang besar
sebab defect yang merupakan benda asing berupa kotoran, parikel hitam, kerak,
pasir, pulp kasar, dan lainnya, telah dihilangkan pada tahap separasi menggunakan
sand cyclone dan mesin disk bowl centrifuge. Tahap separasi ini merupakan tahap
penting untuk mengontrol nilai defect agar sesuai dengan spesifikasi. Nilai defect
yang tidak sesuai dengan spesifikasi akan membuat produk menjadi tidak layak
Bentuk penyimpangan berupa tingginya nilai defect pada sampel dapat disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu banyak ditemukan mata nanas, banyak ditemukan partikel
hitam atau kerak, dan banyak ditemukan pasir atau kotoran lainnya. Penyimpangan
berupa banyaknya ditemukan mata nanas pada sampel mungkin diakibatkan adanya
65
kerusakan pada mesin pressing berupa strainer mesin pressing yang rusak.
kerak pada sampel diakibatkan oleh penggunaan suhu preheating yang terlalu
Tindakan perbaikan apabila banyak ditemukan partikel hitam atau kerak adalah
berupa banyaknya ditemukan pasir, pulp, atau kotoran lainnya pada sampel
diakibatkan oleh adanya kerusakan pada mesin separator atau penggunaan waktu
sludging yang kurang tepat. Tindakan perbaikan apabila banyak ditemukan pasir,
Mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor,
antara lain cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Tetapi sebelum faktor-faktor
lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan menjadi
parameter kualitas penilaian konsumen. Sistem pengukuran yang akurat, dan rinci
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya warna bahan baku serta proses
66
warna dari sampel yang diujikan. Menurut Sari dkk. (2012), sistem warna Hunter
memiliki tiga atribut yaitu nilai L, a, dan b. Lokasi warna pada sistem ini ditentukan
dengan koordinat L∗, a∗, dan b∗. L∗ menunjukkan perbedaan antara cerah atau
terang (L∗ = 100) dan gelap (L∗ = 0). a∗ menunjukkan perbedaan antara hijau (a*:
0 sampai -80 untuk warna hijau) dan merah (a*: 0 sampai 100 untuk warna merah).
b∗ menunjukkan perbedaan antara biru (b∗: 0 sampai -70 untuk warna biru) dan
Berdasarkan hasil analisa menggunakan alat hunterlab, nilai L dari sampel raw
juice holding tank adalah 50,62, nilai L sampel konsentrat dari finisher evaporator
APV adalah 35,11 dan dari blending tank adalah 36,65. Sampel raw juice holding
tank memiliki nilai L yang lebih rendah dikarenakan secara visual memang
warnanya yang cenderung lebih cerah. Sedangkan pada sampel konsentrat dari
finisher evaporator APV dan dari blending tank memiliki nilai L yang lebih rendah
dengan sampel raw juice. Proses evaporasi telah menyebabkan terjadi rekasi
oksidasi asam askorbat dan reaksi Maillard yang menyebabkan reaksi pencoklatan
pada juice nanas. Hal inilah yang menyebabkan sampel konsentrat dari finisher
evaporator APV dan dari blending tank memiliki warna yang lebih gelap dan nilai
L yang lebih rendah dibandingkan dengan sampel raw juice dari holding tank.
67
Berdasarkan hasil analisa dengan alat hunterlab, nilai a untuk sampel raw juice dari
holding tank adalah 4,65, sampel konsentrat dari finisher evaporator APV sebesar
4,97, dan sampel konsentrat dari blending tank sebesar 4,46. Hal ini menunjukkan
kecenderungan warna merah pada sampel. Semakin tinggi nilai a yang ditunjukkan
maka semakin tinggi kecenderungan warna merah dari sampel yang diuji.
Berdasarkan hasil analisa dengan alat hunterlab, nilai b untuk sampel raw juice dari
holding tank adalah 21,35, sampel konsentrat dari finisher evaporator APV sebesar
19,55, dan sampel konsentrat dari blending tank sebesar 20,77. Hal ini dikarenakan
menyebabkan reaksi oksidasi asam askorbat dan reaksi Maillard pada bahan,
kecenderungan warna kuning dari sampel finisher evaporator APV dan blending
tank lebih rendah dibandingkan dengan sampel raw juice. Dibandingkan dengan
nilai a, nilai b sampel lebih penting karena sari buah nanas memiliki kecenderungan
untuk berwarna kuning pucat dan keruh, sehingga nilai b berfungsi untuk
menunjukkan tingkat warna kuning pada sampel. Nilai b juga dapat dijadikan
referensi untuk melihat apakah telah terjadi proses pencoklatan yang berlebihan
pada produk atau tidak. Jika ternyata terdapat penyimpangan maka dapat segera
mengetahui derajat agtron dari sampel (0A). Derajat agtron digunakan untuk
pengujian, derajat agtron dari sampel raw juice adalah 85,7 0A, sampel konsentrat
68
dari finisher evaporator APV sebesar 54,0 0A, dan sampel konsentrat dari blending
tank sebesar 57,9 0A. Penurunan nilai derajat agtron pada sampel konsentrat
konsentrasi zat terlarut. Hal ini menyebabkan penurunan tingkat kecerahan (clarity)
pada sampel. Oleh karena itulah derajat agtron sampel konsentrat dari finisher
evaporator APV dan blending tank lebih rendah dibandingkan dengan sampel raw
Penyimpangan warna sampel yang keluar dari spesifikasi dapat terjadi misalnya
warna sampel yang lebih coklat ataupun lebih gelap. Tindakan perbaikan yang
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada kegiatan praktik ini adalah sebagai berikut :
1. Proses produksi Pineapple Juice Concentrate (PJC) di PT Great Giant Food
dimulai dari unit raw material, tahap pembuatan slurry, tahap pemanasan
awal slurry, tahap pengepresan slurry, tahap separasi, tahap holding raw
juice, tahap evaporasi raw juice, tahap blending PJC, tahap filling, tahap
2. Proses quality control secara fisik dan kimia pada produk Pineapple Juice
PJC, inspeksi filling, serta inspeksi stuffing dan peti kemas. Selain itu quality
3. Inspeksi raw juice terdiri dari inspeksi raw juice pada mesin separator dan
raw juice pada holding tank. Inspeksi raw juice pada mesin separator meliputi
analisa brix, pulp in, pulp out, defect (mayor), dan suhu preheater. Inspeksi
raw juice pada holding tank meliputi analisa brix, acidity, rasio B/A, pH,
4. Inspeksi tahap evaporasi dan blending PJC meliputi analisa brix, acidity, rasio
5. Inspeksi filling meliputi analisa brix, defect, warna (L, a, b, 0A), kode drum,
kondisi drum, net weight, cup, aseptic bag, plastik partisi, vakum, tag luar,
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk penulisan laporan praktik umum
bagian quality control concentrate PT Great Giant Food adalah untuk dipelajari
juga proses quality control secara mikrobiologi pada produk Pineapple Juice
Concentrate (PJC), selain mempelajari proses quality control secara fisik dan
kimia-nya. Selain itu sebaiknya dipelajari juga tentang proses quality control
Cruess, W. V. 1958. Commercial Fruit and Vegetable Product. McGraw Hill Book
Co. New York.
Heldman, D.R. dan D.B. Lund. 1992. Handbook of Engineering. Marcel dekker
Inc. New York.
Muchtadi, TR. 2000. Fisiologi Pasca Panen: Pelatihan Pasca Panen dan Prosesing
Hortikultura. BPLLP Ciawi. Bogor.
Tressler, K.A. dan M.A. Joslyn. 1961. Fruit and Vegetables Juice Processing and
Technology. The Avi Publishing Co. Connecticut.
72
Wirakartakusumah, A. 1989. Prinsip Teknik Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB.
Bogor.
PT Great Giant Food : Jalan Raya Lintas Timur KM 77, Kecamatan Terbanggi
Besar, Kabupaten Lampung Tengah.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
76
Gambar 5. Alat Produksi Pineapple Juice Concentrate (a) Unit raw material (b)
Mesin Rietz Disintegrator (c) Mesin Pres (d) Mesin Separator (e) Mesin Evaporator
(f) Blending tank
(a) (b)
(c) (d)
(e)
(f)
77
Gambar 6. Peralatan Pengujian Quality Control (a) Refraktometer (b) Buret Digital
dan pH meter (c) Centrifuge (d) Kotak defect (e) Agtron Spectrophotometer (f)
Hunterlab
Prepa APV
rasi
Raw Blending
Media
Juice
U Filling
Room Frozen Frozen
H
T Room Room
FMC
STUFFING AREA
MILL PLAN